Diajukan sebagai Syarat untuk Mengikuti Uji Kinerja (UKin) pada Pendidikan
Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Kategori 2
Oleh:
NOVITA RIZKA YULAEKHA, S.Pd
9740772673230152
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat serta karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal PTK dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Literasi Baca, dan Keaktifan Murid Kelas X
Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) pada Mata Pelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah Purworejo
Tahun Pelajaran 2021/2022”. Penulisan proposan PTK ini tidak terlepas dari campur tangan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT berkenan membalas budi
baik yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca serta semua pihak khususnya dunia pendidikan.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk menciptakan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas, yang diperlukan dalam rangka untuk mewujudkan
pembangunan nasional. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Tujuan dan fungsi Pendidikan Nasional mencakup 4 aspek yang harus dicapai dalam
penyelenggaraan pendidikan, aspek-aspek tersebut meliputi Aspek sikap spiritual, yang meliputi
beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa. Aspek sikap sosial, yang meliputi berakhlak
mulia, sehat, mandiri dan demokratis serta bertanggung jawab. Aspek pengetahuan, yaitu manusia
yang berilmu. Aspek keterampilan, yangmeliputi cakap dan kreatif. Suatu hal yang dapat dijadikan
tolok ukurkeberhasilan pendidikan nasional adalah, apabila seluruh aspek telah tercapai.
Pembelajaran merupakan hal terpenting untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, karena
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional perlu dilaksanakan suatu pembelajaran yang berkualitas
di sekolah. Pelaksanaanpembelajaran di sekolah telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, dan dimplementasikan dalam kurikulum. Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum berisi rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya
disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel,
sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.
Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah
a. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil
pelajar Pancasila
b. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
c. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai
dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan
muatan lokal.
Merdeka belajar berarti guru maupun murid memiliki kebebasan untuk berinovasi serta belajar
dengan mandiri dan kreatif sehingga proses pembelajaran yang dilakukan berjalan lebih fleksibel dan
menyenangkan. Guru-guru dituntut untuk dapat mendidik muridnya sesuai dengan potensi yang ada
dalam diri mereka sehingga guru-guru harus mampu membuat serta mengembangkan model
pembelajaran yang invoatif, interaktif, dan efektif bagi murid dengan begitu murid mampu
mengembangkan kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya. Salah satu model pembelajaran
yang dipakai adalah model pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Mau
tidak mau guru zaman now harus mampu menggunakan TIK untuk mendidik murid di digital ini.
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran, oleh karena itu dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh guru telah diatur
dalam undang-undang. Penerapanmodel pembelajaran haruslah sesuai dengan peraturan yang berlaku,
dan harus sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari. Rusman (2013:229) menyatakan bahwa,
guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap murid untuk
secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya, salah satu alternatif model pembelajaran yang
memungkinkan dikembangkanya keterampilan berpikir murid (penalaran, komunikasi dan koneksi)
dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah. Penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning
Margetson dalam Rusman (2013:230) mengemukakan bahwa, model pembelajaran Problem
Based Learning membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang
hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM
memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan
interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain. Model pembelajaran Problem
Based Learning merupakan model pembelajaran yang menuntut murid untuk dapat terlibat aktif
berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, dengan terlibat secara langsung, maka
murid akan mudah memaham materi yang dipelajarinya.
Peran guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai pembimbing
dan fasilitator, sehingga murid belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka secara mandiri.
Hamalik (2009:171) menyatakan bahwa: “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri”. Model Problem Based
learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat mendorong murid untuk berpikir kritis dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh murid,
tetapi juga pada proses belajarnya. Hasil belajar berawal dari proses belajar , karena dengan proses
belajar yang baik, hasi belajar akan baik pula.
Keaktifan secara bahasa berasal dari kata “aktif” yang berarti selalu berusaha, bekerja dan
bersungguh agar dapat menciptakan kemajuan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI),
aktif diartikan “giat”5 . Keaktifan belajar berarti suatu usaha yang dilakukan oleh murid dengan
sungguh-sungguh atau dengan giat dalam proses belajar dan mengajar sehingga mendapatkan
prestasi yang lebih maju.
Dalam bahasa latin, literasi dikenal sebagai Literatus yang memiliki arti Orang yang belajar.
Dijelaskan oleh Kern dalam widyaningrum (2016:128) bahwa literasi adalah penggunaan prektik-
praktik situasional daan historis serta kultural dalam menciptakan daan menginterprestasikan makna
melalui teks. Sedangkan menurut Neumaann, Hooo & Neumaann (20009) Literasi merupakaan
salah satu keterampilan keaksaraaan (bacaa tulis) yang dapat menggunaakan fasilitas scaffoolding
dalam penggunaaan rancangan bahaan pendidikan. Pendepatkan lain mengenai literasi dijelaskan
oleh UNESCO dalam Global Monitoring Report (2006) menjelaskan bahwa literasi merupaakan
seperangkat keteraampilan yaang nyaata, khususnya keterampilan kognitif daalam membacaa daan
menulis yaang terlepaas dari konteks dimana, dari siapa, dan bagaimana keterampilan tersebut
diperoleh. Pemahaman seseorang mengenai keliterasian akan dipengaruhi oleh pengalaman,
kompetensi bidang akademik, institusi, konteks nasional, dan nilai-nilai budayanya sendiri.
Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran, yaitu
meliputi: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan peserta didik dalam kegiatan
belajar merupakan tujuan utama dalam pembelajaran, oleh karena itu keberhasilan peserta didik
dalam pembelajaran tidak hanya diukur berdasarkan nilai. Proses pembelajaran juga menjadi salah
satu indikator keberhasilan pembelajaran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik
dalam menempuh mata pelajaran korespondensi adalah dengan melakukan evaluasi. Evaluasi adalah
“penilaian terhadap tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program” (Syah, 2007). Alat ukur evaluasi hasil belajar dapat menggunakan metode
tes, yang berupa soal maupun metode non tes, yaitu menggunakan lembar observasi aktivitas
belajar murid.
Sekolah Menengah Kejuruan atau yang dikenal dengan SMK merupakan salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan
menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil
belajar yang diakui sama atau setara SMP/MTs (PP No. 17 Tahun 2010). SMK Muhammadiyah
Purworejo merupakan sekolah menengah kejuruan dengan beberapa program keahlian, salah satu
konsentrasi program keahlian yang ada adalah bidang keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
(TKJ). Lulusan SMK diharapkan mempunyai keterampilan sesuai bidangnya, sebagai bekal bagi
murid untuk siap bekerja sesuai bidang keahlian yang dimilikinya yaitu bidang administrasi
perkantoran, selain itu bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan di
kelas X TKJ masih belum optimal. Permasalahan yang terjadi yaitu partisipasi dari para murid
masih kurang, pembelajaran masih berpusat pada guru (theacher centered learning), literasi baca
masih rendah, hasil belajar murid masih rendah dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran
informatika.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran mata pelajaran informatika di kelas X
TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo semester gasal tahun pelajaran 2021/2022 diperoleh hasil
bahwa tingkat keaktifan, literasi baca, dan hasil belajar murid masih rendah. Kurangnya keaktifan
murid, literasi baca dapat dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal itu disebabkan
oleh metode pembelajaran yang dipakai guru masih kurang bervariasi, dominan menggunakan
metode ceramah, tanya jawab. Metode ceramah merupakan pilihan utama dalam pembelajaran
karena tanpa metode itu murid sulit untuk memahami materi pembelajaran dan keterbatasan
sarana serta prasarana pembelajaran. Metode yang kurang bervariasi tersebut kurang melibatkan
aktivitas murid secara langsung. Sedangkan hasil belajar murid belum optimal yang ditunjukkan
oleh banyaknya murid yang nilainya belum mencapai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yaitu 70.
Masalah lain yang dihadapi di SMK Muhammadiyah Purworejo adalah murid masih banyak yang
enggan bertanya kepada guru tentang materi pembelajaran yang belum dimengerti apalagi mereka
sudah menduduki kelas X, adanya anggapan bahwa pembelajaran Informatika itu sulit, masih
kurangnya kerjasama antar teman dalam pembelajaran, murid terkesan bahwa guru sebagai satu-
satunya sumber belajar (teacher centered learning), dan belum dilakukannya model Problem Based
Learning yang dianggap dapat meningkatkan keaktifan, literasi baca, dan hasil belajar murid.
Berikut data hasil belajar ulangan harian pada mata pelajaran informatika kelas X TKJ SMK
Muhammadiyah Purworejo Tahun pelajaran 2021/2022, yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal
2 Agustus 2021 ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1 Daftar Nilai Ulangan Harian
Kelas JumlahMurid KKM Tuntas Persentase Tidak Tuntas Persentase
Tabel 1.3 menunjukkan persentase murid kelas X TKJ yang mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) sebesar 46% (12 murid), dan persentase murid yang tidak mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sebesar 54% (14 murid).
Asumsi tentang rendahnya hasil belajar murid kelas X TKJ pada mata pelajaran informatika
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah faktor input murid yang heterogen,
faktor prosespembelajaran yang dilaksanakan, serta sistem pembelajaran. Perbaikan terhadap proses
pembelajaran diasumsikan dapat mengoptimalkan hasil belajar para murid yang mempunyai latar
belakang yang heterogen. Perbaikan terhadap proses pembelajaran dapat dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran yang tepat, yang mampu meningkatkan pemahaman murid
terhadap materi. Model pembelajaran Problem Based Learning diasumsikan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar murid pada mata pelajaran korespondensi di kelas X TKJ SMK
Muhammadiyah Purworejo.
Kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan sangat jauh berbeda,
maka proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran informatika di SMK Muhammadiyah
Purworejo perlu dilakukan perbaikan, terutama dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Peneliti
ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan, literasi baca, dan hasil
belajar murid pada mata pelajaran Informatika di kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo,
yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar, Literasi Baca, dan Keaktifan Murid Kelas X Teknik Komputer dan
Jaringan (TKJ) pada Mata Pelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah Purworejo Tahun
Pelajaran 2021/2022”.
5 Fase 5 Menganalisis dan Guru membantu murid untuk melakukan refleksi terhadap
mengevaluasi proses hasil penyelidikannya serta prosess-proses pembelajaran
penyelesaian masalah yang telah dilaksanakan.
Sumber: Arends dalam Warsono dan Harianto (2012:151).
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga
dapat dijadikan acuan atau pedoman oleh penulis dalam melakukan penelitian. Perbedaan dari
penelitian yang relevan dengan penelitian penulis anatra lain
1. Subyek penelitian adalah kelas X TKJ SMK Muhamadiyah Purworejo
2. Mata pelajaran yang diteliti adalah Informatika
3. Materi yang diteliti adalah system bilangan, konversi bilangan, membuat video dengan
Microsoft Power Point 2010, rumus-rumus Microsoft Excel 2010
4. Aspek yang diteliti adalah hasil belajar, keaktifan, dan literasi baca murid
5. Menerapkan TPACK pada model pembelajaran problem based learning
2.3 Kerangka Berpikir
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning diasumsikan dapat meningkatkan literasi
baca, keaktifan, dan hasil belajar murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo. Skema
kerangka berfikir dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2.1 sebagai berikut:
IDENTIFIKASI MASALAH
PERMASALAHAN
ALTERNATIF PENYELESAIAN
(Penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning)
TINDAKA
N
Siklus I
1. Perencanaan Dicukupkan
2. Pelaksanaan atau
Dilanjutkan
3. Observasi
4. Refleksi
HASIL TINDAKAN
1. Literasi baca murid
2. Keaktifan murid
3. Hasil belajar murid
3) Observasi
Observasi merupakan tahapan kegiatan yang sepenuhnya dilakukan oleh pengamat.
Tahap observasi merupakan tahap pengumpulan data yang bersifat kualitatif.
Observasi dilakukan ketika pelaksanan tindakan berlangsung. Peneliti melakukan
observasi terhadap keaktifan murid dan kegiatan guru selama pelaksanaan
pembelajaran dengan model Problem Based Learning.
4) Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan akhir di tiap siklus dan merupakan cermin hasil
penelitian pada tiap siklus. Kegiatan pada tahap ini diawali dengan mengumpulkan
seluruh data penelitian yang meliputi data hasil belajar, data pengamatan keaktifan
murid, kegiatan guru. Data yang diperoleh dari seluruh instrumen dievaluasi secara
seksama dengan berpedoman pada indikator kinerja untuk mengetahui keoptimalan
hasil tindakan. Guru dan peneliti mengadakan diskusi untuk mengevaluasi dan
menilai proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning.
b. Siklus Lanjutan
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus
I. Tahap kerja pada siklus II mengikuti tahapan kerja pada siklus I yaitu diawali
dengan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Siklus III, IV,
V dan seterusnya masih terdapat kemungkinan untuk dilaksanakan jika hasil dari
siklus II masih terdapat banyak kekurangan atau belum berhasil.
𝑛
DP = ×100%
𝑁
Keterangan:
n : Jumlah skor yang diperoleh
N : Jumlah skor maksimal
Kategori deskriptif persentase (DP) dibuat perhitungan kriteriahasil belajar murid
(Purwanto, 2009:102), yaitu sebagai berikut:
1. Persentase Tertinggi
Persentase tertinggi = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100% = 4 x 100% = 100%.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 4
2. Persentase Terendah
Persentase terendah = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100% = 1 x 100% = 25%.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 4
3. Persentase Rentangan
Persentase rentangan = 100% - 25% = 75%.
4. Persentase Interval Kelas
Persentase interval = 75 x 100% = 18,75%.
4
Angka dari hasil perhitungan di atas, maka kategori aktivitasbelajar murid
adalah pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Interval Kategori Aktivitas Belajar Murid
Kelas Interval Kategori Aktivitas
I 25% - 43,75% Sangat Rendah
II 43,76% - 62,51% Rendah
III 62,52% - 81,27% Tinggi
IV 81,28% - 100% Sangat Tinggi
∑𝑋
M= 𝑁
Keterangan:
M : Nilai rata-rata (mean)
∑X : Jumlah nilai seluruh murid
𝑁 : Banyaknya murid yang mengikuti tes
2. Menghitung ketuntasan belajar murid
Menghitung ketuntasan belajar secara klasikal menurut Sudjana (2009:131), digunakan
rumus sebagai berikut:
𝑓
DP = ×100%
𝑁
Keterangan:
DP : Nilai persentase atau hasil.
f : Jumlah murid yang tuntas.
N : Jumlah seluruh murid.
3. Analisis Antar Siklus
Pada setiap siklus akan dilihat persentase peningkatan hasil belajar murid, baik
peningkatan nilai rata-rata kelas, maupun peningkatan nilai yang dicapai oleh masing-
masing murid. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan persentase penguasaan dan kategori
hasil belajar murid
4. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat diukur dari indikator minimal
tingkat keaktifan dan hasil belajar murid. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah
1. Meningkatnya tingkat keaktifan murid dalam pembelajaran yang dilihat selama proses
pembelajaran berlangsung. Peningkatan keaktifan dapat dilihat dari jumlah murid yang
aktif ataupun persentase setiap aspek yang diamati. Meningkatnya tingkat literasi baca
murid dalam pembelajaran yang dilihat selama proses pembelajaran berlangsung.
Peningkatan literasi baca dapat dilihat dari jumlah murid yang melakukan literasi baca
ataupun persentase setiap aspek yang diamati. Analisis aktivitas murid dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Based Learning dianalisis secara
deskriptif persentase. Adapun perhitungan persentasenya diperoleh melalui rumus di
bawah ini :
2. Meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai murid. Tingkat keberhasilan
hasil belajar murid berdasarkan perolehan nilai yang lebih tinggi dari rata-rata nilai
siklus atau tes formatif sebelumnya. Sedangkan untuk indikator keberhasilan hasil
belajar murid adalah di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70%.
Apabila rata-rata nilai kelas tes formatif pada penelitian ini di atas nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 70%, maka hasil belajar murid dapat dikatakan berhasil.
Namun apabila rata-rata nilai kelas tes formatif pada penelitian ini bawah nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 70%, maka hasil belajar murid dapat dikatakan belum
berhasil. Selain itu, rata-rata hasil belajar murid berada pada kategori tinggi sampai
sangat tinggi dari acuan yang sudah ditetapkan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
c. Observasi Siklus I
Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observer melakukan
pengamatan dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observer adalah Keaktivan
murid, literasi baca murid, diskusi kelompok selama proses pembelajaran mata
pelajaranInformatikadengan menerapan model Problem Based Learning.
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan tindakan pada siklus I meliputi perencanaan dan pelaksanaan
tindakan serta hasil observasi dapat dilakukan hasil refleksi. Peneliti mengolah
data hasil pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar,
literasi baca, keaktifan murid melalui strategi pembelajaran PBL masih belum
menunjukkan hasil yang maksimal. Adapun masalah-masalah yang dihadapi
antara lain:
1) Terdapat siswa yang kurang aktif saat diskusi kelompok
2) Terdapat siswa yang membuka social media di PC saat kegiatan refleksi
pembelajaran
3) Terdapat siswa yang mengantuk saat proses pembelajaran berlangsung
4) Terdapat siswa yang memberikan candaan kepada siswa yang presentasi
hasil diskusi kelompok
Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan hasil maksimal. Untuk itu perlu
dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus II dengan beberapa revisi yang
didasarkan pada refleksi siklus I.
2. Penelitian Tindakan Kelas Siklus II.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Perencanaan tindakan pada siklus II antara lain: guru menyiapkan modul ajar
dengan materi membuat video dengan microsoft power point, menyiapkan
LCD dan perangkatnya untuk menjelaskan materi, menyiapkan soal quiz.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah, tanya jawab,
kuis, diskusi kelompok, presentasi dengan model Problem Based Learning.
Penilaian yang digunakan adalah hasil post test, lembar observasi, angket
literasi baca dan keaktifan murid, hasil pengerjaan LKPD.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada Hari Jumat, 28 Oktober
2022 selama 4 jam pelajaran dengan alokasi waktu 4X45 menit. Materi yang
digunakan adalah membuat video dengan microsoft power point.
Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.2 kegiatan siklus II
Tahapan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Memberi salam dan membuka pelajaran.
Kegiatan Pendahuluan Presensi.
Pengantar (apersepsi)
c. Observasi Siklus II
Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observer melakukan
pengamatan dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observer adalah Keaktivan
murid, literasi baca murid, diskusi kelompok selama proses pembelajaran mata
pelajaranInformatikadengan menerapan model Problem Based Learning.
d. Refleksi Siklus II
Berdasarkan tindakan pada siklus II meliputi perencanaan dan pelaksanaan
tindakan serta hasil observasi dapat dilakukan hasil refleksi. Peneliti mengolah
data hasil pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar,
literasi baca, keaktifan murid melalui strategi pembelajaran PBL masih belum
menunjukkan hasil yang maksimal. Adapun masalah-masalah yang dihadapi
antara lain:
1) Terdapat murid yang masih belum paham cara membuat slide yang
menarik
2) Terdapat murid yang sibuk sendiri menggunakan HP saat kelompok lain
presentasi
3) Terdapat peningkatan keaktifan murid saat proses pembelajaran
Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II belum menunjukkan hasil maksimal. Untuk itu
perlu dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus III dengan beberapa revisi yang
didasarkan pada refleksi siklus II.
3. Penelitian Tindakan Kelas Siklus III.
a. Perencanaan Tindakan Siklus III
Perencanaan tindakan pada siklus III antara lain: guru menyiapkan modul
ajar dengan materi rumus MIN, MAX, SUM, AVERAGE, dan, IF pada
Microsoft Excel, menyiapkan LCD dan perangkatnya untuk menjelaskan
materi, menyiapkan soal quiz. Metode yang digunakan dalam pembelajaran
adalah ceramah, tanya jawab, kuis, diskusi kelompok, presentasi dengan model
Problem Based Learning. Penilaian yang digunakan adalah hasil post test,
lembar observasi, angket literasi baca dan keaktifan murid, hasil pengerjaan
LKPD.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Pelaksanaan tindakan pada siklus III dilaksanakan pada Hari Senin, 14
November 2022 selama 4 jam pelajaran dengan alokasi waktu 4X45 menit.
Materi yang digunakan adalah rumus MIN, MAX, SUM, AVERAGE, dan, IF
pada Microsoft Excel
Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sebagai berikut:
Tabel 4.3 kegiatan siklus III
Tahapan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Memberi salam dan membuka pelajaran.
Kegiatan Pendahuluan Presensi.
Pengantar (apersepsi)
Orientasi Murid terhadap Masalah
Mengorganisasikan Murid untuk Belajar
Membimbing Penyelidikan Individu maupun
Kegiatan Inti Kelompok
Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah
Kegiatan Penutup Memberi Kesimpulan
Melaksanakan Refleksi
Menutup Pelajaran
c. Observasi Siklus IV
Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observer melakukan
pengamatan dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observer adalah Keaktivan
murid, literasi baca murid, diskusi kelompok selama proses pembelajaran mata
pelajaranInformatikadengan menerapan model Problem Based Learning.
d. Refleksi Siklus IV
Berdasarkan tindakan pada siklus IV meliputi perencanaan dan
pelaksanaan tindakan serta hasil observasi dapat dilakukan hasil refleksi.
Peneliti mengolah data hasil pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan
hasil belajar, literasi baca, keaktifan murid melalui strategi pembelajaran PBL
menunjukkan hasil yang maksimal.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Hasil Belajar (Quiz)
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo Tahun
Pembelajaran 2021/2022 diperoleh hasil post test berupa quiz sebagai berikut.
Tabel 4.5 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Quiz Murid Siklus I
No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan
1 90-100 3 12,5 Amat Baik
2 80-89 5 20,8 Baik
3 70-79 6 25 Cukup
4 60-69 5 20,8 Kurang
5 0-59 5 20,8 Sangat Kurang
Jumlah 24 100
Tabel 4.6 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Quiz Murid Siklus II
No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan
1 90-100 5 20,8 Amat Baik
2 80-89 7 29,1 Baik
3 70-79 7 29,1 Cukup
4 60-69 2 8,3 Kurang
5 0-59 3 12,5 Sangat Kurang
Jumlah 24 100
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus III murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah
Purworejo Tahun Pembelajaran 2021/2022 diperoleh hasil post test berupa quiz sebagai berikut.
Tabel 4.7 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Quiz Murid Siklus III
No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan
1 90-100 6 25 Amat Baik
2 80-89 7 29,1 Baik
3 70-79 7 29,1 Cukup
4 60-69 2 8,3 Kurang
5 0-59 2 8,3 Sangat Kurang
Jumlah 24 100
Tabel 4.8 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Quiz Murid Siklus IV
No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan
1 90-100 8 33,3 Amat Baik
2 80-89 7 29,1 Baik
3 70-79 7 29,1 Cukup
4 60-69 1 4,2 Kurang
5 0-59 1 4,2 Sangat Kurang
Jumlah 24 100
4.4 Pembahasan
Berdasarkan deskripsi penelitian dan hasil penelitian yang sudah disajikan sebelumnya,
dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah
Purworejo dari siklus I sampai siklus 4 mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar,
peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peningkatan nilai quiz rata-rata kelas dari siklus I sampai siklus 4 meningkat
sebesar 11,33% yaitu dari 72 menjadi 83,33.
2. Peningkatan nilai LKPD rata-rata kelas dari siklus I sampai siklus 4 meningkat
sebesar 7,5% yaitu dari 71,667 menjadi 79,167.
Meningkatnya rata-rata nilai tersebut disebabkan karena murid mudah menyerap materi
dengan metode belajar PBL. Karena PBL dapat merangsang keterbukaan pikiran serta
mendorong peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang lebih kritis dan aktif.
Metode PBL juga memberikan tantangan pada murid sehingga mereka bisa memperoleh
kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan deskripsi penelitian dan hasil penelitian yang sudah disajikan sebelumnya,
dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil aktifitas murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah
Purworejo dari siklus I sampai siklus 4 mengalami peningkatan rata-rata hasil aktivitas murid,
peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peningkatan skor angket tingkat kepuasan murid dari siklus I sampai siklus 4
meningkat sebesar 16% yaitu dari 59% menjadi 75%.
2. Peningkatan skor tingkat keaktifan murid dari siklus I sampai siklus 4 meningkat
sebesar 14% yaitu dari 52% menjadi 76%.
3. Peningkatan skor tingkat literasi baca murid dari siklus I sampai siklus 4 meningkat
sebesar 12% yaitu dari 61% menjadi 75%.
Hal ini menunjukkan bahwa murid mulai memberikan respon yang positif terhadap
pelajaran yang diikutinya. Baik dalam mendengarkan dan memperhatikan materi belajar yang
disampaikan, ataupun dalam bertanya tentang materi yang belum dimengerti maupun didalam
mengemukakan pendapat. Dengan menggunakan metode belajar PBL murid menjadi lebih
mudah memahami materi karena mereka diajak belajar melalui masalah-masalah yang timbul
dan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Secara otomatis murid mendapat
pengetahuan sekaligus cara menerapkannya.
Dilihat dari hasil tersebut, model Problem Based Learning dapat membantu
meningkatkan hasil belajar murid dalam pembelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah
Purworejo
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan berdasarkan pada hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan literasi baca
murid pada mata pelajaran Informatika kelas X TKJ di SMK Muhammadiyah Purworejo.
Peningkatan skor tingkat literasi baca murid dari siklus I sampai siklus 4 meningkat sebesar
12% yaitu dari 61% menjadi 75%.
2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan keaktifan
murid pada mata pelajaran Informatika kelas X TKJ di SMK Muhammadiyah Purworejo.
Peningkatan skor tingkat keaktifan murid dari siklus I sampai siklus 4 meningkat sebesar 14%
yaitu dari 52% menjadi 76%.
3. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar
murid pada mata pelajaran Informatika kelas X TKJ di SMK Muhammadiyah Purworejo.
Peningkatan nilai quiz rata-rata kelas dari siklus I sampai siklus 4 meningkat sebesar 11,33%
yaitu dari 72 menjadi 83,33. Peningkatan nilai LKPD rata-rata kelas dari siklus I sampai
siklus 4 meningkat sebesar 7,5% yaitu dari 71,667 menjadi 79,167. Peningkatan skor angket
tingkat kepuasan murid dari siklus I sampai siklus 4 meningkat sebesar 16% yaitu dari 59%
menjadi 75%.
5.2 Saran
Saran yang direkomendasikan dalam penelitian ini sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Murid
1. Murid lebih berpartisipasi secara aktif mengeluarkan pendapat dalam diskusi
kelompok, untuk memecahkan skenario permasalahan yang diberikan guru saat
berlangsungnya proses pembelajaran.
2. Murid terlebih dahulu harus memahami materi yang akan didiskusikan secara kelompok,
agar terjadi saling memberi dan menerima informasi, dan agar proses diskusi kelompok
dapat berjalan dengan baik.
3. Murid dapat menemukan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
skenario permasalahan melalui berbagai macam sumber belajar, diskusi dengan teman, serta
buku penunjang pembelajaran.
5.2.2. Bagi Guru
1. Guru sebagai fasilitator belajar harus mempunyai kemampuan pengelolaan kelas yang baik,
agar saat proses diskusi untuk memecahkan skenario permasalahan dapat berjalan secara
kondusif.
2. Guru dapat menghubungkan antara pemasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari murid
dengan materi yang akan dipelajari, agar tujuan dari pembelajaran yang diharapkan dapat
tercapai.
3. Guru dapat menjadi fasilitator bagi murid, agar murid dapat berpartisipasi secara aktif
menyampaikan pendapatnya, mencari informasi, serta bekerjasama dalam proses
pemecahan skenario permasalahan yang diberikan oleh guru
DAFTAR PUSTAKA
Mahmudah, S., Widayati, M., & Purbosari, P.M. 2022. Peningkatan Kemampuan Literasi dan Hasil Belajar
IPA melalui Model Problem Based Learning. Sukoharjo:Universitas Veteran Bangun Nusantara.
P,Andika Dinar, K,Firosalia, & A,Indri. 2017.Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Murid melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Murid Kelas 4 SD. Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana.
Z,Fawziah.2020. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi
Murid.Parepare:IAIN Parepare.
A,Muh.2015. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Murid pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi dan Mempraktikkan Cara Membuat
Komunikasi Tulis di SMK Widya Praja Ungaran. Semarang:Universitas Negeri Semarang.