Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN HASIL REFLEKSI

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


(PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, LITERASI BACA,
DAN KEAKTIFAN MURID KELAS X TEKNIK KOMPUTER DAN
JARINGAN (TKJ) PADA MATA PELAJARAN INFORMATIKA DI SMK
MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Diajukan sebagai Syarat untuk Mengikuti Uji Kinerja (UKin) pada Pendidikan
Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Kategori 2

Oleh:
NOVITA RIZKA YULAEKHA, S.Pd
9740772673230152

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat serta karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal PTK dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Literasi Baca, dan Keaktifan Murid Kelas X
Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) pada Mata Pelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah Purworejo
Tahun Pelajaran 2021/2022”. Penulisan proposan PTK ini tidak terlepas dari campur tangan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT berkenan membalas budi
baik yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca serta semua pihak khususnya dunia pendidikan.

Purworejo, Desember 2021

Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk menciptakan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas, yang diperlukan dalam rangka untuk mewujudkan
pembangunan nasional. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Tujuan dan fungsi Pendidikan Nasional mencakup 4 aspek yang harus dicapai dalam
penyelenggaraan pendidikan, aspek-aspek tersebut meliputi Aspek sikap spiritual, yang meliputi
beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa. Aspek sikap sosial, yang meliputi berakhlak
mulia, sehat, mandiri dan demokratis serta bertanggung jawab. Aspek pengetahuan, yaitu manusia
yang berilmu. Aspek keterampilan, yangmeliputi cakap dan kreatif. Suatu hal yang dapat dijadikan
tolok ukurkeberhasilan pendidikan nasional adalah, apabila seluruh aspek telah tercapai.
Pembelajaran merupakan hal terpenting untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, karena
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional perlu dilaksanakan suatu pembelajaran yang berkualitas
di sekolah. Pelaksanaanpembelajaran di sekolah telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, dan dimplementasikan dalam kurikulum. Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum berisi rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya
disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel,
sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.
Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah
a. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil
pelajar Pancasila
b. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
c. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai
dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan
muatan lokal.
Merdeka belajar berarti guru maupun murid memiliki kebebasan untuk berinovasi serta belajar
dengan mandiri dan kreatif sehingga proses pembelajaran yang dilakukan berjalan lebih fleksibel dan
menyenangkan. Guru-guru dituntut untuk dapat mendidik muridnya sesuai dengan potensi yang ada
dalam diri mereka sehingga guru-guru harus mampu membuat serta mengembangkan model
pembelajaran yang invoatif, interaktif, dan efektif bagi murid dengan begitu murid mampu
mengembangkan kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya. Salah satu model pembelajaran
yang dipakai adalah model pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Mau
tidak mau guru zaman now harus mampu menggunakan TIK untuk mendidik murid di digital ini.
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran, oleh karena itu dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh guru telah diatur
dalam undang-undang. Penerapanmodel pembelajaran haruslah sesuai dengan peraturan yang berlaku,
dan harus sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari. Rusman (2013:229) menyatakan bahwa,
guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap murid untuk
secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya, salah satu alternatif model pembelajaran yang
memungkinkan dikembangkanya keterampilan berpikir murid (penalaran, komunikasi dan koneksi)
dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah. Penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning
Margetson dalam Rusman (2013:230) mengemukakan bahwa, model pembelajaran Problem
Based Learning membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang
hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM
memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan
interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain. Model pembelajaran Problem
Based Learning merupakan model pembelajaran yang menuntut murid untuk dapat terlibat aktif
berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, dengan terlibat secara langsung, maka
murid akan mudah memaham materi yang dipelajarinya.
Peran guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai pembimbing
dan fasilitator, sehingga murid belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka secara mandiri.
Hamalik (2009:171) menyatakan bahwa: “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri”. Model Problem Based
learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat mendorong murid untuk berpikir kritis dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh murid,
tetapi juga pada proses belajarnya. Hasil belajar berawal dari proses belajar , karena dengan proses
belajar yang baik, hasi belajar akan baik pula.
Keaktifan secara bahasa berasal dari kata “aktif” yang berarti selalu berusaha, bekerja dan
bersungguh agar dapat menciptakan kemajuan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI),
aktif diartikan “giat”5 . Keaktifan belajar berarti suatu usaha yang dilakukan oleh murid dengan
sungguh-sungguh atau dengan giat dalam proses belajar dan mengajar sehingga mendapatkan
prestasi yang lebih maju.
Dalam bahasa latin, literasi dikenal sebagai Literatus yang memiliki arti Orang yang belajar.
Dijelaskan oleh Kern dalam widyaningrum (2016:128) bahwa literasi adalah penggunaan prektik-
praktik situasional daan historis serta kultural dalam menciptakan daan menginterprestasikan makna
melalui teks. Sedangkan menurut Neumaann, Hooo & Neumaann (20009) Literasi merupakaan
salah satu keterampilan keaksaraaan (bacaa tulis) yang dapat menggunaakan fasilitas scaffoolding
dalam penggunaaan rancangan bahaan pendidikan. Pendepatkan lain mengenai literasi dijelaskan
oleh UNESCO dalam Global Monitoring Report (2006) menjelaskan bahwa literasi merupaakan
seperangkat keteraampilan yaang nyaata, khususnya keterampilan kognitif daalam membacaa daan
menulis yaang terlepaas dari konteks dimana, dari siapa, dan bagaimana keterampilan tersebut
diperoleh. Pemahaman seseorang mengenai keliterasian akan dipengaruhi oleh pengalaman,
kompetensi bidang akademik, institusi, konteks nasional, dan nilai-nilai budayanya sendiri.
Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran, yaitu
meliputi: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan peserta didik dalam kegiatan
belajar merupakan tujuan utama dalam pembelajaran, oleh karena itu keberhasilan peserta didik
dalam pembelajaran tidak hanya diukur berdasarkan nilai. Proses pembelajaran juga menjadi salah
satu indikator keberhasilan pembelajaran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik
dalam menempuh mata pelajaran korespondensi adalah dengan melakukan evaluasi. Evaluasi adalah
“penilaian terhadap tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program” (Syah, 2007). Alat ukur evaluasi hasil belajar dapat menggunakan metode
tes, yang berupa soal maupun metode non tes, yaitu menggunakan lembar observasi aktivitas
belajar murid.
Sekolah Menengah Kejuruan atau yang dikenal dengan SMK merupakan salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan
menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil
belajar yang diakui sama atau setara SMP/MTs (PP No. 17 Tahun 2010). SMK Muhammadiyah
Purworejo merupakan sekolah menengah kejuruan dengan beberapa program keahlian, salah satu
konsentrasi program keahlian yang ada adalah bidang keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
(TKJ). Lulusan SMK diharapkan mempunyai keterampilan sesuai bidangnya, sebagai bekal bagi
murid untuk siap bekerja sesuai bidang keahlian yang dimilikinya yaitu bidang administrasi
perkantoran, selain itu bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan di
kelas X TKJ masih belum optimal. Permasalahan yang terjadi yaitu partisipasi dari para murid
masih kurang, pembelajaran masih berpusat pada guru (theacher centered learning), literasi baca
masih rendah, hasil belajar murid masih rendah dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran
informatika.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran mata pelajaran informatika di kelas X
TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo semester gasal tahun pelajaran 2021/2022 diperoleh hasil
bahwa tingkat keaktifan, literasi baca, dan hasil belajar murid masih rendah. Kurangnya keaktifan
murid, literasi baca dapat dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal itu disebabkan
oleh metode pembelajaran yang dipakai guru masih kurang bervariasi, dominan menggunakan
metode ceramah, tanya jawab. Metode ceramah merupakan pilihan utama dalam pembelajaran
karena tanpa metode itu murid sulit untuk memahami materi pembelajaran dan keterbatasan
sarana serta prasarana pembelajaran. Metode yang kurang bervariasi tersebut kurang melibatkan
aktivitas murid secara langsung. Sedangkan hasil belajar murid belum optimal yang ditunjukkan
oleh banyaknya murid yang nilainya belum mencapai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yaitu 70.
Masalah lain yang dihadapi di SMK Muhammadiyah Purworejo adalah murid masih banyak yang
enggan bertanya kepada guru tentang materi pembelajaran yang belum dimengerti apalagi mereka
sudah menduduki kelas X, adanya anggapan bahwa pembelajaran Informatika itu sulit, masih
kurangnya kerjasama antar teman dalam pembelajaran, murid terkesan bahwa guru sebagai satu-
satunya sumber belajar (teacher centered learning), dan belum dilakukannya model Problem Based
Learning yang dianggap dapat meningkatkan keaktifan, literasi baca, dan hasil belajar murid.
Berikut data hasil belajar ulangan harian pada mata pelajaran informatika kelas X TKJ SMK
Muhammadiyah Purworejo Tahun pelajaran 2021/2022, yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal
2 Agustus 2021 ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1 Daftar Nilai Ulangan Harian
Kelas JumlahMurid KKM Tuntas Persentase Tidak Tuntas Persentase

X TKJ 26 75 15 Murid 57% 11 Murid 43%


Sumber: Nilai ulangan harian semester gasal tahun pelajaran2021/2022
Tabel 1.2 di atas menunjukkan besarnya persentase murid kelas X TKJ SMK
Muhammadiyah Purworejo yang mencapai KKM sebesar 57% (15 murid), dan persentase murid
yang tidak mencapai KKM sebesar 43% (11 murid).
Data hasil belajar tugas murid kelas X TKJ, pada mata pelajaran informatika di SMK
Muhammadiyah Purworejo tahun pelajaran 2021/2022 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Daftar Nilai Tugas
Kelas JumlahMurid KKM Tuntas Persentase Tidak Tuntas Persentase
X TKJ 26 75 12 Murid 46% 14 Murid 54%
Sumber: Nilai tu gas semester gasal tahun pelajaran 2021/2022

Tabel 1.3 menunjukkan persentase murid kelas X TKJ yang mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) sebesar 46% (12 murid), dan persentase murid yang tidak mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sebesar 54% (14 murid).
Asumsi tentang rendahnya hasil belajar murid kelas X TKJ pada mata pelajaran informatika
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah faktor input murid yang heterogen,
faktor prosespembelajaran yang dilaksanakan, serta sistem pembelajaran. Perbaikan terhadap proses
pembelajaran diasumsikan dapat mengoptimalkan hasil belajar para murid yang mempunyai latar
belakang yang heterogen. Perbaikan terhadap proses pembelajaran dapat dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran yang tepat, yang mampu meningkatkan pemahaman murid
terhadap materi. Model pembelajaran Problem Based Learning diasumsikan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar murid pada mata pelajaran korespondensi di kelas X TKJ SMK
Muhammadiyah Purworejo.
Kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan sangat jauh berbeda,
maka proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran informatika di SMK Muhammadiyah
Purworejo perlu dilakukan perbaikan, terutama dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Peneliti
ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan, literasi baca, dan hasil
belajar murid pada mata pelajaran Informatika di kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo,
yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar, Literasi Baca, dan Keaktifan Murid Kelas X Teknik Komputer dan
Jaringan (TKJ) pada Mata Pelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah Purworejo Tahun
Pelajaran 2021/2022”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut
1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar murid pada mata pelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah Purworejo Tahun
Ajaran 2021/2022?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
literasi baca murid pada mata pelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah Purworejo
Tahun Ajaran 2021/2022?
3. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
keaktifan murid pada mata pelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah Purworejo
Tahun Ajaran 2021/2022?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah
Purworejo Tahun Ajaran 2021/2022
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan literasi baca murid pada mata pelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah
Purworejo Tahun Ajaran 2021/2022
3. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan keaktifan murid pada mata pelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah
Purworejo Tahun Ajaran 2021/2022

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat berguna untuk menambah informasi dan
pengetahuan tentang model pembelajaran Problem Based Learning.

1.4.2. Kegunaan Praktis


1. Kegunaan bagi murid
a. Mengaktifkan para murid agar berani untuk
mengeluarkan pendapatnya dalam proses diskusi kelompok.
b. Memberikan pengalaman yang baru bagi murid, melalui penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning.
2. Kegunaan bagi guru
a. Dapat menjadi referensi dalam memilih model pembelajaran, sebagai
upaya untuk meningkatkan literasi baca, keaktifan, dan hasil belajar
murid.
b. Menambah wawasan bagi guru untuk menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning.
c. Membantu guru dalam menciptakan suatu kondisi kelas yang aktif
(student center)
3. Kegunaan bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, yaitu melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based learning untuk meningkatkan literasi baca,
keaktifan, dan hasil belajar murid.

1.5 Batasan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti akan memberikan batasan masalah
bahwa materi pelajaran yang diteliti pada system bilangan, konversi bilangan, membuat video dengan
Microsoft Power Point 2010, rumus-rumus Microsoft Excel 2010.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Model Pembelajaran
2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola yang diterapkan oleh guru sebagai pengajar
dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi ciri khas dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Rusman (2013:144) menyatakan bahwa, “model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (Rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau
yang lain”.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yakni: 1) rasional teoretik yang
logis yang disusun oleh para pencipta, 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
murid belajar, 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil,
4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Sanjaya,
2006:128).
Pendapat-pendapat tentang model pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dalam wujud suatu perencanaan
pembelajaran yang melukiskan prosedur yang sistematis yang digunakan sebagai pedoman
dalam pembelajaran di kelas. Rusman (2013:145) menyatakan bahwa model pembelajaran
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah- langkah (Syntax);
(b) adanya prinsip-prinsip reaksi; (c) sistem sosial; (d) sistem pendukung
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.
2.1.1.2 Macam-Macam Model Pembelajaran
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan telah mengatur tentang standar proses dalam
pembelajaran, yang meliputi pemilihan model pembelajaran. Model pembelajaran yang
disarankan dalam pembelajaran adalah model Problem Based Learning, Discovery
Learning, dan Project Based Learning. Model-model pembelajaran akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Model Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai dasar dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran problem based learning merupakan model pembelajaran yang
proses penyampaian materinya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,
mengajukan pertanyaan-pertanyaaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog.
Model pembelajaran problem based learning tepat digunakan pada kelas yang kreatif
dan peserta didik yang berpotensi akademik tinggi, namun kurang cocok diterapkan
pada peserta didik yang perlu bimbingan tutorial. Model problem based learning
sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan
masalah (Mulyatiningsih,2013:236).
Langkah-langkah dalam pembelajaran Problem Based Learning adalah
sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, kemudian memberi tugas atau
permasalahan untuk dipecahkan, masalah tersebut adalah masalah yang
memiliki jawaban kompleks atau luas.
b. Guru menjelaskan prosedur yang harus dilakukan dan memotivasi murid agar
terlibat aktif dalam proses pemecahan masalah.
c. Guru membantu murid menyusun laporan hasil pemecahan masalah yang
sistematis.
d. Guru membantu murid untuk melakukan evaluasi dan refleksi proses- proses
yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah (Mulyatiningsih, 2013:236-237).
Ciri-ciri masalah pembelajaran Problem Based Learning menurut Sofan dan Lif
(2010:72) adalah sebagai berikut:
a. Guru harus menerapkan pengajaran yang menitikberatkan pada suatu kerangka
dukungan untuk memperkaya inkuiri dan pertumbuhan intelektual murid.
b. Peran guru adalah menyodorkan masalah-masalah otentik, memfasilitasi
penyelidikan, dan mendukung pembelajaran murid.
c. Guru harus menciptakan suasana kelas yang mendukung, agar terjadi pertukaran
ide secara terbuka, tulus dan jujur.
d. Mampu mengajarkan keterampilan berpikir tingkat tinggi kepada murid.
e. Mempunyai ciri khas dalam pembelajaran, yaitu: adanya pertanyaan atau
masalah, berfokus pada interdisiplin, adanya penyelidikan otentik, menghasilkan
karya nyata dan mempresentasikannya sehingga terjadi adanya kolaborasi.
2. Model Discovery Learning
Discovery learning merupakan strategi pembelajaran yang digunakan untuk
memecahkan masalah secara intensif dibawah pengawasan guru, pada pembelajaran
discovery, guru membimbing peserta didik untuk menjawab atau memecahkan
permasalahan. Discovery learning merupakan metode pembelajaran kognitif yang
menuntut guru lebih kreatif dalam menciptakan situasi yang dapat membuat peserta
didik belajar aktif untuk menemukan pengetahuan sendiri (Mulyatiningsih, 2013: 235).
Mulyatiningsih (2013:236) menyebutkan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru
dalam pelaksanaan pembelajaran discovery, langkah- langkah tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Menjelaskan petunjuk pelaksanaan praktikum atau eksperimen.
c. Mengawasi murid dalam pelaksanaan praktikum atau eksperimen.
d. Menunjukkan gejala yang diamati.
e. Membantu peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen.
3. Model Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek (Project based learning) adalah metode
pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai media, di dalam pembelajaran berbasis
proyek peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sisntesis, dan
menemukan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran
berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang
untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan investigasi dan memahaminya. Langkah-langkah operasional pembelajaran
berbasis proyek yaitu: penentuan pertanyaan mendasar, menyusun perencanaan proyek,
menyusun jadwal, evaluasi pengalaman, menguji hasil, monitoring. (Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum 2013, KementerianPendidikan dan Kebudayaan).
2.1.1.3 Rancangan Pembelajaran Model Problem Based Learning
Arends dalam Warsono dan Hariyanto (2012:151) menyebutkan tahapan-tahapan
(Syntaks) dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.
Tahapan model pembelajaran Problem Based Learning tersebut meliputi lima tahapan, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
No. Fase Perilaku Guru
1 Fase 1 Melakukan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan
orientasi masalah kepada logistik (alat dan bahan) apa yang diperlukan bagi
murid penyelesaian masalah serta memberikan motivasi kepada
murid agar menaruh perhatian terhadap aktivitas
dalam penyelesaian masalah.
2 Fase 2 Mengorganisasikan Guru membantu murid mendefinisikan dan
murid untuk belajar mengorganisasikan pembelajaran agar relevan
dengan penyelesaian masalah.
3 Fase 3 Mendukung Guru mendorong peserta didik untuk mencari informasi
kelompok Investigasi yang sesuai, melakukan eksperimen dan mencari
penjelasan dan pemecahan masalahnya.
4 Fase 4 Mengembangkan Guru membantu murid dalam perencanaan dan perwujudan
dan menyajikan artefak artefak yang sesuai dengan tugas yang diberikan, seperti:
dan memamerkanna laporan, video, dan model-model, serta membantu mereka
saling berbagi satu sama lain terkait hasil karyanya.

5 Fase 5 Menganalisis dan Guru membantu murid untuk melakukan refleksi terhadap
mengevaluasi proses hasil penyelidikannya serta prosess-proses pembelajaran
penyelesaian masalah yang telah dilaksanakan.
Sumber: Arends dalam Warsono dan Harianto (2012:151).

2.1.2 Hasil Belajar


Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi pada seseorang setelah terjadinya proses
belajar. Anni (2009:85) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar”. Suprijono dalam Thobroni dan
Mustofa (2011:22) menyatakan bahwa, “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai- nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan”.
Pendapat lain mengenai hasil belajar juga dikemukakan oleh Gagne, menurut pemikiran
Gagne, hasil belajar berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan
spesifik, kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan
masalah, maupun penerapan aturan.
b. Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-
sintetis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan
intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya.
Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima dan menolak objek berdasarkan penilaian terhadap
objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.
Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku (Thobroni
dan Mustofa, 2011:22).
Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan suatu
proses terjadinya perubahan tingkah laku murid akibat adanya suatu tindakan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
2.1.3 Literasi Baca
Dalam bahasa latin, literasi dikenal sebagai Literatus yang memiliki arti Orang yang belajar.
Dijelaskan oleh Kern dalam widyaningrum (2016:128) bahwa literasi adalah penggunaan prektik-
praktik situasional daan historis serta kultural dalam menciptakan daan menginterprestasikan makna
melalui teks. Sedangkan menurut Neumaann, Hooo & Neumaann (20009) Literasi merupakaan
salah satu keterampilan keaksaraaan (bacaa tulis) yang dapat menggunaakan fasilitas scaffoolding
dalam penggunaaan rancangan bahaan pendidikan. Pendepatkan lain mengenai literasi dijelaskan
oleh UNESCO dalam Global Monitoring Report (2006) menjelaskan bahwa literasi merupaakan
seperaangkat keteraampilan yaang nyaata, khususnya keterampilan kognitif daalam membacaa daan
menulis yaang terlepaas dari konteks dimana, dari siapa, dan bagaimana keterampilan tersebut
diperoleh. Pemahaman seseorang mengenai keliterasian akan dipengaruhi oleh pengalaman,
kompetensi bidang akademik, institusi, konteks nasional, dan nilai-nilai budayanya sendiri.
Konsep dari literasi itu sendiri lebih dari sekedar membaca dan menulis saja, seluruh
kemampuan berfikir dapat kita sebut juga dengan kemampuan literasi informasi. Literasi yang kerap
ditemukan dijenjang pendidikan usia dini yaitu Literasi Daasar (Baasic Literacy) dan Literasi
perpustakaan (Library literacy). Literasi dasar dikenal meliputi kecakapan membaca, menulis,
berbicara, berhitung, dan mendengarkan. Sedanglan literasi perpustakaan meliputi kemampuan
lanjut untuk dapat mengoptimalkan pemahaman tentang keberadaan dan fungsi perpustakaan
sebagai salah satu akses mendapatkan informasi, Clay dan Ferguson (2001).
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa literasi merupakan suatu kemampuan
terhadap keaksaraan seperti menulis, membaca, berbicara, maupun memahami maksud dan isi
bacaan atau perkataan dalam kaitannya keterampilan kognitif seseorang.
2.1.4 Keaktifan
Keaktifan secara bahasa berasal dari kata “aktif” yang berarti selalu berusaha, bekerja dan
bersungguh agar dapat menciptakan kemajuan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI),
aktif diartikan “giat”5 . Keaktifan belajar berarti suatu usaha yang dilakukan oleh murid dengan
sungguh-sungguh atau dengan giat dalam proses belajar dan mengajar sehingga mendapatkan
prestasi yang lebih maju.
Dalam proses belajar dan mengajar guru senantiasa didorong untuk mengaktifkan murid.
Keaktifan murid telah ditetapkan indikator tersendiri oleh ilmuwan pendidikan. Ahmadi dan
Supriyono mengungkapkan bahwa indikator yang dimaksud adalah sebagai berikut
a. Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan.
b. Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
persiapan, proses dan kelanjutan belajar;
c. Penampilan berbagai usaha/kekreatifan belajar mengajar sampai mencapai
keberhasilannya; dan
d. Kebebasan melakukan hal tersebut tanpa tekanan guru/ pihak lainnya.
Suryasubroto menyebutkan bahwa keaaktifan murid yang biasa tampak adalah sebagai berikut
a. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan;
b. Mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi
pengetahuan;
c. Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya;
d. Belajar dalam kelompok
e. Mencoba sendiri konsep-konsep tertentu, dan
f. Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan nilai-nilai secara lisan
atau penampilan.
Berdasarkan dua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator keaktifan murid dalam
belajar adalah sebagai berikut
a. Menampilkan keberanian dalam mengungkapkan permasalahan yang ditemukan
melalui belajar sendiri maupun melalui mengajar yang dilaksanakan guru.
b. Menampilkan berbagai usaha dalam proses belajar dan mengajar sehingga
mendapatkan hasil.
c. Mengkomunikasikan hasil pikiran, penilaian, dan penemuannya secara lisan maupun
secara tulisan.
d. Selalu belajar dalam kelompok.
e. Mengerjakan sendiri tugas yang diberikan oleh guru.
Nana Sudjana lebih detail mengemukakan bahwa indikator keaktifan murid adalah sebagai
berikut
a. Turut serta dalam dalam mengerjakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah
c. Bertanya kepada murid lainnya atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang sedang dihadapinya.
d. Berusaha mencari berbagai informasi untuk memecahkan persoalan
e. Melaksanakan diskusi kelompok.
2.1.5 Mata Pelajaran Informatika
Informatika adalah sebuah disiplin ilmu yang mencari pemahaman dan mengeksplorasi dunia
di sekitar kita, baik natural maupun artifisial yang secara khusus tidak hanya berkaitan dengan studi,
pengembangan, dan implementasi dari sistem komputer, tetapi juga pemahaman terhadap prinsip-
prinsip dasar pengembangan. Informatika mencakup prinsip keilmuan perangkat keras, data,
informasi, dan sistem komputasi yang mendasari proses pengembangan tersebut.
Mata pelajaran Informatika memberikan fondasi berpikir komputasional yang merupakan
kemampuan problem solving, yaitu keterampilan generik yang penting seiring dengan
perkembangan teknologi digital yang pesat. Mata pelajaran Informatika juga meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam logika, analisis, dan interpretasi data yang diperlukan dalam
literasi, numerasi, dan literasi sains, serta membekali peserta didik dengan kemampuan
pemrograman yang mendukung pemodelan dan simulasi dalam sains komputasi (computational
science) dengan menggunakan TIK.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan digunakan sebagai acuan penulis untuk mengkaji referensi dalam
penulisan penelitian tindakan kelas.
Table 2.2 Penelitian yang Relevan
No Penulis Judul Hasil Penelitian
1. Salasatun Peningkatan Kemampuan 1. Pada kegiatan pra siklus kemampuan
Mahmudah, Literasi dan Hasil Belajar literasi murid yang sudah sesuai sebanyak
Mukti Widayati, IPA Melalui Model 46,6% atau 7 murid, dan hasil belajar yang
Para Mitta Problem Based Learning mendapatkan nilai tuntas sebanyak 33%
Purbosari. atau 5 murid.
2. Pada siklus I sudah menerapkan model
pembelajaran PBL hasilnya pada
kemampuan literasi murid yang sudah
sesuai sebanyak 66,6% atau 10 murid, dan
hasil belajar yang mendapatkan nilai tuntas
sebanyak 60% atau 9 murid
3. Pada siklus II, kemampuan literasi murid
yang sudah sesuai sebnayak 86,8% atau 13
murid dan hasil belajar yang mendapatkan
niali tunttas sebnayak 87% atau 13 murid.
4. Kemampuan literasi dan hasil belajar
murid sudah meningkat serta sudah
mencapai target yaitu 80% pada masing-
masing variabel
2. Andika Dinar Meningkatkan Keaktifan 1. Hasil penelitian keaktifan belajar pada
Pamungkas, dan Hasil Belajar Murid prasiklus (64,87%) 24 murid tidak aktif
Firosalia Kristin, Melalui Model pada siklus I meningkat menjadi (24,32%)
Indri Anugraheni Pembelajaran Problem 9 murid cukup aktif dan pada siklus II
Based Learning (PBL) meningkat menjadi (83,78%) 31 murid
pada Murid Kelas 4 SD. yang aktif.
Salatiga 2. Hasil belajar prasiklus menunjukkan
ketuntasan sebesar (41%) 15 murid tuntas
kemudian meningkat pada siklus 1
menjadi (54%) 20 murid tuntas dan (81%)
30 murid tuntas pada siklus II.
3. Dengan demikian melalui Melalui
penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
murid kelas IV SDN Panjang 03
Ambarawa.
3 Fawziah Penerapan Model 1. Terjadi peningkatan hasil belajar sosiologi
Zahrawati Problem Based Learning murid pada siklus I nilai rata-rata sebesar
untuk Meningkatkan 71,43 menjadi 77,86 pada siklus II.
Hasil Belajar 2. Selain itu, Model pembelajaran PBL dapat
meningkatkan kehadiran murid, perhatian
murid, keaktifan murid, dan mengurangi
murid yang melakukan aktivitas negatif
selama proses pembelajaran.

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga
dapat dijadikan acuan atau pedoman oleh penulis dalam melakukan penelitian. Perbedaan dari
penelitian yang relevan dengan penelitian penulis anatra lain
1. Subyek penelitian adalah kelas X TKJ SMK Muhamadiyah Purworejo
2. Mata pelajaran yang diteliti adalah Informatika
3. Materi yang diteliti adalah system bilangan, konversi bilangan, membuat video dengan
Microsoft Power Point 2010, rumus-rumus Microsoft Excel 2010
4. Aspek yang diteliti adalah hasil belajar, keaktifan, dan literasi baca murid
5. Menerapkan TPACK pada model pembelajaran problem based learning
2.3 Kerangka Berpikir
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning diasumsikan dapat meningkatkan literasi
baca, keaktifan, dan hasil belajar murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo. Skema
kerangka berfikir dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2.1 sebagai berikut:
IDENTIFIKASI MASALAH

PERMASALAHAN

1. Model pembelajaran ceramah dan tanya jawab


2. Pembelajaran berpusat pada guru
3. Keaktifan murid rendah
4. Hasil belajar murid rendah
5. Literasi baca murid rendah

ALTERNATIF PENYELESAIAN
(Penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning)

TINDAKA
N

Siklus I
1. Perencanaan Dicukupkan
2. Pelaksanaan atau
Dilanjutkan
3. Observasi
4. Refleksi

HASIL TINDAKAN
1. Literasi baca murid
2. Keaktifan murid
3. Hasil belajar murid

2.4 Hipotesis Tindakan


Sugiyono (2010:96) menjelaskan bahwa, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian tersebut telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Kerangka pemikiran di atas menunjukkan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini adalah
a. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan literasi baca
murid pada mata pelajaran Informatika kelas X TKJ di SMK Muhammadiyah Purworejo
b. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan murid
pada mata pelajaran Informatika kelas X TKJ di SMK Muhammadiyah Purworejo
c. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
murid pada mata pelajaran Informatika kelas X TKJ di SMK Muhammadiyah Purworejo.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Suharsimi (2009)
menyatakan bahwa, “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama”. Penelitian tindakan mengacu pada pendekatan spiral yang merupakan empat langkah
kesatuan yang berulang yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing),
dan pemikiran kembali (reflencing). Keempat langkah ini terus dilakukan berulang sampai perbaikan
yang diharapkan tercapai.
Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model
pembelajaran Problem Based Learning. Tujuannya adalah untuk meningkatkan literasi baca,
keaktifan, dan hasil belajar murid pada mata pelajaran Informatika kelas X TKJ di SMK
Muhammadiyah Purworejo.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMK Muhammadiyah Purworejo yang terletak di
Jl. Pemotongan Hewan No.19, Baledono, Purworejo,Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada
09-30 Agustus 2021, dan dilakukan di kelas X TKJ. Peneliti bertindak sebagai guru selama proses
pembelajaran, selain itu peneliti juga sekaligus membantu observer dalam mengisi instrumen
aktivitas belajar murid yang ditunjukkan selama proses pembelajaran berlangsung.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena pada subjek
penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Subyek penelitian
adalah murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel


Variabel merupakan hal-hal yang menjadi objek penelitian yang ditatap dalam suatu kegiatan
penelitian (points to be noticed) yang menunjukkan variasi, baik kuantitatif maupun kualitatif
(Suharsimi Arikunto, 2006: 10). Variabel dalampenelitian ini meliputi:
1. Keaktifan Murid
Keaktifan dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses
interaksi guru dan murid dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktifitas yang
dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada murid, sebab dengan adanya aktifitas
murid dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar yang aktif. Keaktifan murid
selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau
motivasi murid untuk belajar.
2. Hasil Belajar Murid
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian ini meliputi Ranah kognitif yang diukur
melalui pemberian soal tes.
3. Literasi Baca
Literasi merupaakan seperangkat keteraampilan yaang nyaata, khususnya
keterampilan kognitif daalam membaca daan menulis yaang terlepas dari konteks dimana,
dari siapa, dan bagaimana keterampilan tersebut diperoleh.

3.5 Prosedur/Siklus Penelitian (Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi)


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak empat siklus, dan masing masing
siklus terdiri atas satu pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: Perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penjelasan diuraikan masing-masing tahapan dalam setiap
siklus, yaitu sebagai berikut:
3.5.1 Persiapan Kegiatan
Survei dan observasi masalah pembelajaran. Survei dilakukan secara langsung untuk
mengetahui kemungkinan dan ketersediaan sekolah untuk dijadikan tempat penelitian.
Tempat penelitian yaitu SMK Muhammadiyah Purworejo. Observasi dilaksanakan ke kelas
X TKJ untuk mengindentifikasi masalah pembelajaran di kelas. Masalah yang terjadi adalah
kurangnya keaktifan murid dalam pembelajaran, rendahnya literasi baca murid, dan hasil
belajar murid belum optimal, khususnya untuk kelas X TKJ SMK Muhammadiyah
Purworejo.

3.5.2 Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan


a. Siklus I
1) Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, adapun
perencanaan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a) Membuat instrumen kegiatan pembelajaran yaitu: Lembar kegiatan pembelajaran
yang terdiri dari Modul Ajar, media, dan model yang diterapkan
b) Membuat instrumen pengamatan keaktifan murid selama proses pembelajaran
c) Membuat instrumen pengamatan literasi baca murid selama proses pembelajaran
d) Membuat kisi-kisi instrumen soal quiz dan LKPD
e) Membuat instrumen soal quiz dan LKPD berdasarkan kisi-kisi
2) Pelaksanaan
Pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar menggunakan metode
Problem Based Learning dengan rencana kegiatan belajar mengajar yang sudah
disiapkan. Rencana kegiatan yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap
perubahan- perubahan, sesuai dengan kegiatan yang ada selama proses pelaksanaan
di lapangan.

3) Observasi
Observasi merupakan tahapan kegiatan yang sepenuhnya dilakukan oleh pengamat.
Tahap observasi merupakan tahap pengumpulan data yang bersifat kualitatif.
Observasi dilakukan ketika pelaksanan tindakan berlangsung. Peneliti melakukan
observasi terhadap keaktifan murid dan kegiatan guru selama pelaksanaan
pembelajaran dengan model Problem Based Learning.
4) Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan akhir di tiap siklus dan merupakan cermin hasil
penelitian pada tiap siklus. Kegiatan pada tahap ini diawali dengan mengumpulkan
seluruh data penelitian yang meliputi data hasil belajar, data pengamatan keaktifan
murid, kegiatan guru. Data yang diperoleh dari seluruh instrumen dievaluasi secara
seksama dengan berpedoman pada indikator kinerja untuk mengetahui keoptimalan
hasil tindakan. Guru dan peneliti mengadakan diskusi untuk mengevaluasi dan
menilai proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning.

b. Siklus Lanjutan
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus
I. Tahap kerja pada siklus II mengikuti tahapan kerja pada siklus I yaitu diawali
dengan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Siklus III, IV,
V dan seterusnya masih terdapat kemungkinan untuk dilaksanakan jika hasil dari
siklus II masih terdapat banyak kekurangan atau belum berhasil.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan 3 metode dalam proses pengumpulan data, metode yang digunakan adalah
sebagai berikut:
3.6.1 Metode Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indra untuk mencapai suatu kesimpulan (Sugiyono,
2011:145). Peneliti melakukan observasi dengan membuat instrumen pengamatan untuk
mengetahui keaktifan murid, literasi baca, dan sikap murid saat diskusi kelompok kelas X TKJ
SMK Muhammadiyah Purworejo pada materi sistem bilangan, konversi bilangan, membuat video
dengan Microsoft Power Point, rumus-rumus Microsoft Excel.

3.6.2 Metode Dokumentasi


Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Suharsimi,
2009:158). Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data nilai murid kelas X TKJ SMK
Muhammadiyah Purworejo pada materi system bilangan, konversi bilangan, membuat video
dengan Microsoft Power Point 2010, rumus-rumus Microsoft Excel 2010.
3.6.3 Metode Tes
Suhartana dalam Muslich (2009:146) menjelaskan bahwa “tes merupakan suatu cara yang
berbentuk tugas atau serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh murid yang bersangkutan”.
Tes akan digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif murid dalam menguasai materi system
bilangan, konversi bilangan, membuat video dengan Microsoft Power Point 2010, rumus-rumus
Microsoft Excel 2010.

3.7 Teknik Analisis Data


1. Penilaian Aktivitas Belajar Murid
Penilaian aktivitas belajar murid menggunakan skala Likert. Aktivitas belajar dapat dinilai
dengan melihat aktif tidaknya murid dalam kegiatan pembelajaran dan literasi baca murid.
Data aktivitas belajar murid diperoleh melalui lembar observasi yang telah disusun. Data
diperoleh dengan cara mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif, yaitu mengubah
skor yang diperoleh dari lembar pengamatan dalam bentuk angka atau nilai.
Penentuan skor aktivitas belajar murid menggunakan skala dengan empat gradasi, yaitu skor
sangat tinggi bernilai 4, skor tinggi bernilai 3. skor rendah bernilai 2 dan skor sangat rendah
bernilai 1 (Suharsimi, 2010:146). Penilaian aktivitas murid dapat di hitung menggunakan
rumus DP

(Deskriptif Persentase), sebagai berikut:

𝑛
DP = ×100%
𝑁
Keterangan:
n : Jumlah skor yang diperoleh
N : Jumlah skor maksimal
Kategori deskriptif persentase (DP) dibuat perhitungan kriteriahasil belajar murid
(Purwanto, 2009:102), yaitu sebagai berikut:
1. Persentase Tertinggi
Persentase tertinggi = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100% = 4 x 100% = 100%.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 4
2. Persentase Terendah
Persentase terendah = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100% = 1 x 100% = 25%.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 4
3. Persentase Rentangan
Persentase rentangan = 100% - 25% = 75%.
4. Persentase Interval Kelas
Persentase interval = 75 x 100% = 18,75%.
4
Angka dari hasil perhitungan di atas, maka kategori aktivitasbelajar murid
adalah pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Interval Kategori Aktivitas Belajar Murid
Kelas Interval Kategori Aktivitas
I 25% - 43,75% Sangat Rendah
II 43,76% - 62,51% Rendah
III 62,52% - 81,27% Tinggi
IV 81,28% - 100% Sangat Tinggi

2. Penilaian Hasil Belajar Murid


Metode analisis data yang digunakan yaitu dengan membandingkan hasil belajar
murid sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar murid setelah dilakukan tindakan.
Data dihitung denganlangkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung nilai rata-rata atau presentase hasil belajar awal untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar. Mencari nilai rata-rata murid, menurut Suharsimi
(2009:264) dapat digunakan rumus sebagai
berikut:

∑𝑋

M= 𝑁

Keterangan:
M : Nilai rata-rata (mean)
∑X : Jumlah nilai seluruh murid
𝑁 : Banyaknya murid yang mengikuti tes
2. Menghitung ketuntasan belajar murid
Menghitung ketuntasan belajar secara klasikal menurut Sudjana (2009:131), digunakan
rumus sebagai berikut:

𝑓
DP = ×100%
𝑁
Keterangan:
DP : Nilai persentase atau hasil.
f : Jumlah murid yang tuntas.
N : Jumlah seluruh murid.
3. Analisis Antar Siklus

Pada setiap siklus akan dilihat persentase peningkatan hasil belajar murid, baik
peningkatan nilai rata-rata kelas, maupun peningkatan nilai yang dicapai oleh masing-
masing murid. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan persentase penguasaan dan kategori
hasil belajar murid
4. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat diukur dari indikator minimal
tingkat keaktifan dan hasil belajar murid. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah
1. Meningkatnya tingkat keaktifan murid dalam pembelajaran yang dilihat selama proses
pembelajaran berlangsung. Peningkatan keaktifan dapat dilihat dari jumlah murid yang
aktif ataupun persentase setiap aspek yang diamati. Meningkatnya tingkat literasi baca
murid dalam pembelajaran yang dilihat selama proses pembelajaran berlangsung.
Peningkatan literasi baca dapat dilihat dari jumlah murid yang melakukan literasi baca
ataupun persentase setiap aspek yang diamati. Analisis aktivitas murid dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Based Learning dianalisis secara
deskriptif persentase. Adapun perhitungan persentasenya diperoleh melalui rumus di
bawah ini :

2. Meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai murid. Tingkat keberhasilan
hasil belajar murid berdasarkan perolehan nilai yang lebih tinggi dari rata-rata nilai
siklus atau tes formatif sebelumnya. Sedangkan untuk indikator keberhasilan hasil
belajar murid adalah di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70%.
Apabila rata-rata nilai kelas tes formatif pada penelitian ini di atas nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 70%, maka hasil belajar murid dapat dikatakan berhasil.
Namun apabila rata-rata nilai kelas tes formatif pada penelitian ini bawah nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 70%, maka hasil belajar murid dapat dikatakan belum
berhasil. Selain itu, rata-rata hasil belajar murid berada pada kategori tinggi sampai
sangat tinggi dari acuan yang sudah ditetapkan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo


Kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo merupakan kelas yang dipilih dalam
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kondisi ruang kelas ini sederhana, tetapi nyaman
karena bersih dan sirkulasi udaranya bagus. Permasalahan yang terjadi yaitu partisipasi dari para
murid masih kurang, pembelajaran masih berpusat pada guru (theacher centered learning), literasi
baca masih rendah, hasil belajar murid masih rendah dalam kegiatan pembelajaran pada mata
pelajaran informatika. Oleh karena itu kelas ini terpilih dalam Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK).
Adanya penerapan PTK di kelas ini, diharapkan keaktifan, literasi baca, dan hasil belajar murid pada
mata pelajaran Informatika meningkat lebih baik.

4.2 Pelaksanaan Penelitian


Penelitian dilaksanakan sejumlah 4 siklus. Setiap siklus terdiri dari 1 pertemuan. Setiap
minggunya mendapatkan 4 jam pelajaraan Informatika. Penelitian ini menggunakan waktu empat jam
pelajaran yaitu dengan alokasi waktu 4x45 menit karena dengan waktu tersebut lebih cukup untuk
melakukan penelitian yang dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun
materi pokok yang digunakan yaitu s y s t e m bilangan, konversi bilangan, membuat video dengan
Microsoft Power Point 2010, rumus-rumus Microsoft Excel 2010.
1. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Perencanaan tindakan pada siklus I antara lain: guru menyiapkan modul ajar
dengan materi system bilangan dan konversi bilangan, menyiapkan soal diskusi
kelompok, menyiapkan soal q u i z , membentuk kelompok diskusi belajar dari 24
murid menjadi 8 kelompok. Kemudian guru menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan
pada saat diskusi kelompok. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah
ceramah, tanya jawab, diskusi, dan presentasi serta kerja kelompok dengan model
Problem Based Learning. Penilaian yang digunakan adalah hasil post test, lembar
observasi, angket literasi baca dan keaktifan murid, hasil pengerjaan LKPD
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada Hari Senin, 17 Oktober 2022
selama 4 jam pelajaran dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Materi yang digunakan
adalah tentang system bilangan, konversi bilangan.
Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:
Tabel 4.1 kegiatan siklus I
Tahapan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
 Memberi salam dan membuka pelajaran.
Kegiatan Pendahuluan  Presensi.
 Pengantar (apersepsi)

 Orientasi Murid terhadap Masalah


 Mengorganisasikan Murid untuk Belajar
 Membimbing Penyelidikan Individu maupun
Kegiatan Inti Kelompok
 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
 Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah
Kegiatan Penutup  Memberi Kesimpulan
 Melaksanakan Refleksi
 Menutup Pelajaran

c. Observasi Siklus I
Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observer melakukan
pengamatan dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observer adalah Keaktivan
murid, literasi baca murid, diskusi kelompok selama proses pembelajaran mata
pelajaranInformatikadengan menerapan model Problem Based Learning.
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan tindakan pada siklus I meliputi perencanaan dan pelaksanaan
tindakan serta hasil observasi dapat dilakukan hasil refleksi. Peneliti mengolah
data hasil pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar,
literasi baca, keaktifan murid melalui strategi pembelajaran PBL masih belum
menunjukkan hasil yang maksimal. Adapun masalah-masalah yang dihadapi
antara lain:
1) Terdapat siswa yang kurang aktif saat diskusi kelompok
2) Terdapat siswa yang membuka social media di PC saat kegiatan refleksi
pembelajaran
3) Terdapat siswa yang mengantuk saat proses pembelajaran berlangsung
4) Terdapat siswa yang memberikan candaan kepada siswa yang presentasi
hasil diskusi kelompok
Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan hasil maksimal. Untuk itu perlu
dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus II dengan beberapa revisi yang
didasarkan pada refleksi siklus I.
2. Penelitian Tindakan Kelas Siklus II.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Perencanaan tindakan pada siklus II antara lain: guru menyiapkan modul ajar
dengan materi membuat video dengan microsoft power point, menyiapkan
LCD dan perangkatnya untuk menjelaskan materi, menyiapkan soal quiz.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah, tanya jawab,
kuis, diskusi kelompok, presentasi dengan model Problem Based Learning.
Penilaian yang digunakan adalah hasil post test, lembar observasi, angket
literasi baca dan keaktifan murid, hasil pengerjaan LKPD.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada Hari Jumat, 28 Oktober
2022 selama 4 jam pelajaran dengan alokasi waktu 4X45 menit. Materi yang
digunakan adalah membuat video dengan microsoft power point.
Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.2 kegiatan siklus II
Tahapan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
 Memberi salam dan membuka pelajaran.
Kegiatan Pendahuluan  Presensi.
 Pengantar (apersepsi)

 Orientasi Murid terhadap Masalah


 Mengorganisasikan Murid untuk Belajar
 Membimbing Penyelidikan Individu maupun
Kegiatan Inti Kelompok
 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
 Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah
Kegiatan Penutup  Memberi Kesimpulan
 Melaksanakan Refleksi
 Menutup Pelajaran

c. Observasi Siklus II
Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observer melakukan
pengamatan dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observer adalah Keaktivan
murid, literasi baca murid, diskusi kelompok selama proses pembelajaran mata
pelajaranInformatikadengan menerapan model Problem Based Learning.
d. Refleksi Siklus II
Berdasarkan tindakan pada siklus II meliputi perencanaan dan pelaksanaan
tindakan serta hasil observasi dapat dilakukan hasil refleksi. Peneliti mengolah
data hasil pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar,
literasi baca, keaktifan murid melalui strategi pembelajaran PBL masih belum
menunjukkan hasil yang maksimal. Adapun masalah-masalah yang dihadapi
antara lain:
1) Terdapat murid yang masih belum paham cara membuat slide yang
menarik
2) Terdapat murid yang sibuk sendiri menggunakan HP saat kelompok lain
presentasi
3) Terdapat peningkatan keaktifan murid saat proses pembelajaran
Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II belum menunjukkan hasil maksimal. Untuk itu
perlu dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus III dengan beberapa revisi yang
didasarkan pada refleksi siklus II.
3. Penelitian Tindakan Kelas Siklus III.
a. Perencanaan Tindakan Siklus III
Perencanaan tindakan pada siklus III antara lain: guru menyiapkan modul
ajar dengan materi rumus MIN, MAX, SUM, AVERAGE, dan, IF pada
Microsoft Excel, menyiapkan LCD dan perangkatnya untuk menjelaskan
materi, menyiapkan soal quiz. Metode yang digunakan dalam pembelajaran
adalah ceramah, tanya jawab, kuis, diskusi kelompok, presentasi dengan model
Problem Based Learning. Penilaian yang digunakan adalah hasil post test,
lembar observasi, angket literasi baca dan keaktifan murid, hasil pengerjaan
LKPD.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Pelaksanaan tindakan pada siklus III dilaksanakan pada Hari Senin, 14
November 2022 selama 4 jam pelajaran dengan alokasi waktu 4X45 menit.
Materi yang digunakan adalah rumus MIN, MAX, SUM, AVERAGE, dan, IF
pada Microsoft Excel
Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sebagai berikut:
Tabel 4.3 kegiatan siklus III
Tahapan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
 Memberi salam dan membuka pelajaran.
Kegiatan Pendahuluan  Presensi.
 Pengantar (apersepsi)
 Orientasi Murid terhadap Masalah
 Mengorganisasikan Murid untuk Belajar
 Membimbing Penyelidikan Individu maupun
Kegiatan Inti Kelompok
 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
 Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah
Kegiatan Penutup  Memberi Kesimpulan
 Melaksanakan Refleksi
 Menutup Pelajaran

c. Observasi Siklus III


Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observer melakukan
pengamatan dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observer adalah Keaktivan
murid, literasi baca murid, diskusi kelompok selama proses pembelajaran mata
pelajaranInformatikadengan menerapan model Problem Based Learning.
d. Refleksi Siklus III
Berdasarkan tindakan pada siklus III meliputi perencanaan dan pelaksanaan
tindakan serta hasil observasi dapat dilakukan hasil refleksi. Peneliti mengolah
data hasil pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar,
literasi baca, keaktifan murid melalui strategi pembelajaran PBL masih belum
menunjukkan hasil yang maksimal. Adapun masalah-masalah yang dihadapi
antara lain:
1) Terdapat murid yang malu saat menunjukkan ekspresi (ice breaking)
2) Pembelajaran dengan materi rumus MIN, MAX, SUM, AVERAGE, dan
IF menyenangkan bagi murid karena terdapat quiz, ice breaking
Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran pada siklus III belum menunjukkan hasil maksimal. Untuk itu
perlu dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus IV dengan beberapa revisi yang
didasarkan pada refleksi siklus III.
4. Penelitian Tindakan Kelas Siklus IV.
a. Perencanaan Tindakan Siklus IV
Perencanaan tindakan pada siklus IV antara lain: guru menyiapkan modul
ajar dengan materi rumus IF bertingkat, LOOKUP pada Microsoft Excel,
menyiapkan LCD dan perangkatnya untuk menjelaskan materi, menyiapkan
soal quiz. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah,
tanya jawab, kuis, diskusi kelompok, presentasi dengan model Problem Based
Learning. Penilaian yang digunakan adalah hasil post test, lembar observasi,
angket literasi baca dan keaktifan murid, hasil pengerjaan LKPD.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus IV
Pelaksanaan tindakan pada siklus IV dilaksanakan pada Hari Rabu, 30
Nopember 2022 selama 4 jam pelajaran dengan alokasi waktu 4X45 menit.
Materi yang digunakan adalah rumus IF bertingkat, LOOKUP pada Microsoft
Excel
Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus IV sebagai berikut:
Tabel 4.4 kegiatan siklus IV
Tahapan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
 Memberi salam dan membuka pelajaran.
Kegiatan Pendahuluan  Presensi.
 Pengantar (apersepsi)

 Orientasi Murid terhadap Masalah


 Mengorganisasikan Murid untuk Belajar
 Membimbing Penyelidikan Individu maupun
Kegiatan Inti Kelompok
 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
 Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah
Kegiatan Penutup  Memberi Kesimpulan
 Melaksanakan Refleksi
 Menutup Pelajaran

c. Observasi Siklus IV
Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observer melakukan
pengamatan dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan. Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observer adalah Keaktivan
murid, literasi baca murid, diskusi kelompok selama proses pembelajaran mata
pelajaranInformatikadengan menerapan model Problem Based Learning.
d. Refleksi Siklus IV
Berdasarkan tindakan pada siklus IV meliputi perencanaan dan
pelaksanaan tindakan serta hasil observasi dapat dilakukan hasil refleksi.
Peneliti mengolah data hasil pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan
hasil belajar, literasi baca, keaktifan murid melalui strategi pembelajaran PBL
menunjukkan hasil yang maksimal.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Hasil Belajar (Quiz)
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo Tahun
Pembelajaran 2021/2022 diperoleh hasil post test berupa quiz sebagai berikut.

Tabel 4.5 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Quiz Murid Siklus I
No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan
1 90-100 3 12,5 Amat Baik
2 80-89 5 20,8 Baik
3 70-79 6 25 Cukup
4 60-69 5 20,8 Kurang
5 0-59 5 20,8 Sangat Kurang
Jumlah 24 100

Berdasarkan hasil pembelajaran siklus II murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah


Purworejo Tahun Pembelajaran 2021/2022 diperoleh hasil post test berupa quiz sebagai berikut.

Tabel 4.6 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Quiz Murid Siklus II
No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan
1 90-100 5 20,8 Amat Baik
2 80-89 7 29,1 Baik
3 70-79 7 29,1 Cukup
4 60-69 2 8,3 Kurang
5 0-59 3 12,5 Sangat Kurang
Jumlah 24 100

Berdasarkan hasil pembelajaran siklus III murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah
Purworejo Tahun Pembelajaran 2021/2022 diperoleh hasil post test berupa quiz sebagai berikut.

Tabel 4.7 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Quiz Murid Siklus III
No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan
1 90-100 6 25 Amat Baik
2 80-89 7 29,1 Baik
3 70-79 7 29,1 Cukup
4 60-69 2 8,3 Kurang
5 0-59 2 8,3 Sangat Kurang
Jumlah 24 100

Berdasarkan hasil pembelajaran siklus IV murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah


Purworejo Tahun Pembelajaran 2021/2022 diperoleh hasil post test berupa quiz sebagai berikut.

Tabel 4.8 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Quiz Murid Siklus IV
No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan
1 90-100 8 33,3 Amat Baik
2 80-89 7 29,1 Baik
3 70-79 7 29,1 Cukup
4 60-69 1 4,2 Kurang
5 0-59 1 4,2 Sangat Kurang
Jumlah 24 100

4.3.2 Hasil Belajar Murid (LKPD)


Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo Tahun
Pembelajaran 2021/2022 diperoleh hasil post test berupa LKPD sebagai berikut.
Tabel 4.9 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Quiz LKPD Siklus I

No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan


1 90-100 3 12,5 Amat Baik
2 80-89 5 20,8 Baik
3 70-79 3 12,5 Cukup
4 60-69 7 29,1 Kurang
5 0-59 6 25 Sangat Kurang
Jumlah 24 100
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus II murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo Tahun
Pembelajaran 2021/2022 diperoleh hasil post test berupa LKPD sebagai berikut.
Tabel 4.10 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar LKPD Murid Siklus II

No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan


1 90-100 4 16,6 Amat Baik
2 80-89 5 20,8 Baik
3 70-79 5 20,8 Cukup
4 60-69 5 20,8 Kurang
5 0-59 5 20,8 Sangat Kurang
Jumlah 24 100
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus III murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo
Tahun Pembelajaran 2021/2022 diperoleh hasil post test berupa LKPD sebagai berikut.
Tabel 4.11 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar LKPD Murid Siklus III

No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan


1 90-100 5 20,8 Amat Baik
2 80-89 6 25 Baik
3 70-79 4 16,6 Cukup
4 60-69 5 20,8 Kurang
5 0-59 4 16,6 Sangat Kurang
Jumlah 24 100
Berdasarkan hasil pembelajaran siklus IV murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah Purworejo
Tahun Pembelajaran 2021/2022 diperoleh hasil post test berupa LKPD sebagai berikut.
Tabel 4.12 Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar LKPD Murid Siklus IV
No Nilai Jumlah Responden Persentase (%) Keterangan
1 90-100 7 29,1 Amat Baik
2 80-89 6 25 Baik
3 70-79 4 16,6 Cukup
4 60-69 4 16,6 Kurang
5 0-59 3 12,5 Sangat Kurang
Jumlah 24 100

4.3.3 Analisis Aktifitas Murid


Analisis aktifitas murid dalam pembelajaran menggunakan pendekatan Problem
Based Learning dianalisis secara deskriptif persentase. Persentase keaktifan murid yang
meningkat dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4 merupakan indikator keberhasilan
metode tersebut.
Tabel 4.13 Distribusi Persentase Angket Murid Tiap Pertemuan
No. Angket Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV
1. Tingkat Kepuasan Murid 59% 61% 68% 75%

2. Keaktifan Murid 52% 65% 74% 76%


3. Literasi Baca 61% 65% 70% 73%

4.4 Pembahasan
Berdasarkan deskripsi penelitian dan hasil penelitian yang sudah disajikan sebelumnya,
dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah
Purworejo dari siklus I sampai siklus 4 mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar,
peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peningkatan nilai quiz rata-rata kelas dari siklus I sampai siklus 4 meningkat
sebesar 11,33% yaitu dari 72 menjadi 83,33.
2. Peningkatan nilai LKPD rata-rata kelas dari siklus I sampai siklus 4 meningkat
sebesar 7,5% yaitu dari 71,667 menjadi 79,167.
Meningkatnya rata-rata nilai tersebut disebabkan karena murid mudah menyerap materi
dengan metode belajar PBL. Karena PBL dapat merangsang keterbukaan pikiran serta
mendorong peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang lebih kritis dan aktif.
Metode PBL juga memberikan tantangan pada murid sehingga mereka bisa memperoleh
kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan deskripsi penelitian dan hasil penelitian yang sudah disajikan sebelumnya,
dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil aktifitas murid kelas X TKJ SMK Muhammadiyah
Purworejo dari siklus I sampai siklus 4 mengalami peningkatan rata-rata hasil aktivitas murid,
peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peningkatan skor angket tingkat kepuasan murid dari siklus I sampai siklus 4
meningkat sebesar 16% yaitu dari 59% menjadi 75%.
2. Peningkatan skor tingkat keaktifan murid dari siklus I sampai siklus 4 meningkat
sebesar 14% yaitu dari 52% menjadi 76%.
3. Peningkatan skor tingkat literasi baca murid dari siklus I sampai siklus 4 meningkat
sebesar 12% yaitu dari 61% menjadi 75%.
Hal ini menunjukkan bahwa murid mulai memberikan respon yang positif terhadap
pelajaran yang diikutinya. Baik dalam mendengarkan dan memperhatikan materi belajar yang
disampaikan, ataupun dalam bertanya tentang materi yang belum dimengerti maupun didalam
mengemukakan pendapat. Dengan menggunakan metode belajar PBL murid menjadi lebih
mudah memahami materi karena mereka diajak belajar melalui masalah-masalah yang timbul
dan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Secara otomatis murid mendapat
pengetahuan sekaligus cara menerapkannya.
Dilihat dari hasil tersebut, model Problem Based Learning dapat membantu
meningkatkan hasil belajar murid dalam pembelajaran Informatika di SMK Muhammadiyah
Purworejo
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan berdasarkan pada hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan literasi baca
murid pada mata pelajaran Informatika kelas X TKJ di SMK Muhammadiyah Purworejo.
Peningkatan skor tingkat literasi baca murid dari siklus I sampai siklus 4 meningkat sebesar
12% yaitu dari 61% menjadi 75%.
2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan keaktifan
murid pada mata pelajaran Informatika kelas X TKJ di SMK Muhammadiyah Purworejo.
Peningkatan skor tingkat keaktifan murid dari siklus I sampai siklus 4 meningkat sebesar 14%
yaitu dari 52% menjadi 76%.
3. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar
murid pada mata pelajaran Informatika kelas X TKJ di SMK Muhammadiyah Purworejo.
Peningkatan nilai quiz rata-rata kelas dari siklus I sampai siklus 4 meningkat sebesar 11,33%
yaitu dari 72 menjadi 83,33. Peningkatan nilai LKPD rata-rata kelas dari siklus I sampai
siklus 4 meningkat sebesar 7,5% yaitu dari 71,667 menjadi 79,167. Peningkatan skor angket
tingkat kepuasan murid dari siklus I sampai siklus 4 meningkat sebesar 16% yaitu dari 59%
menjadi 75%.
5.2 Saran
Saran yang direkomendasikan dalam penelitian ini sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Murid
1. Murid lebih berpartisipasi secara aktif mengeluarkan pendapat dalam diskusi
kelompok, untuk memecahkan skenario permasalahan yang diberikan guru saat
berlangsungnya proses pembelajaran.
2. Murid terlebih dahulu harus memahami materi yang akan didiskusikan secara kelompok,
agar terjadi saling memberi dan menerima informasi, dan agar proses diskusi kelompok
dapat berjalan dengan baik.
3. Murid dapat menemukan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
skenario permasalahan melalui berbagai macam sumber belajar, diskusi dengan teman, serta
buku penunjang pembelajaran.
5.2.2. Bagi Guru
1. Guru sebagai fasilitator belajar harus mempunyai kemampuan pengelolaan kelas yang baik,
agar saat proses diskusi untuk memecahkan skenario permasalahan dapat berjalan secara
kondusif.
2. Guru dapat menghubungkan antara pemasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari murid
dengan materi yang akan dipelajari, agar tujuan dari pembelajaran yang diharapkan dapat
tercapai.
3. Guru dapat menjadi fasilitator bagi murid, agar murid dapat berpartisipasi secara aktif
menyampaikan pendapatnya, mencari informasi, serta bekerjasama dalam proses
pemecahan skenario permasalahan yang diberikan oleh guru
DAFTAR PUSTAKA

Mahmudah, S., Widayati, M., & Purbosari, P.M. 2022. Peningkatan Kemampuan Literasi dan Hasil Belajar
IPA melalui Model Problem Based Learning. Sukoharjo:Universitas Veteran Bangun Nusantara.
P,Andika Dinar, K,Firosalia, & A,Indri. 2017.Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Murid melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Murid Kelas 4 SD. Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana.
Z,Fawziah.2020. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi
Murid.Parepare:IAIN Parepare.
A,Muh.2015. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Murid pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi dan Mempraktikkan Cara Membuat
Komunikasi Tulis di SMK Widya Praja Ungaran. Semarang:Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai