Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MANDIRI FILSAFAT ILMU

(Tetapkan Tema Penelitian, Gambarkan Kerangka Pikir, Uraikan Ontologi,


Epistemologi dan Aksiologi dari Tema Penelitian)

Oleh

Dodi Efriyadi
NPM 2023021014

FAKULTAR KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
A. Tema Penelitian
PENGEMBANGAN UKBM BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN
ALQURUN UNTUK MENGETAHUI KOMPETENSI 4C
(COMMUNICATION, COLLABORATION, CRITICAL THINKING DAN
CREATIVE THINKING) DITINJAU DARI SELF REGULATED
LEARNING PESERTA DIDIK.

B. Kerangka Pemikiran berdasarkan Tema Penelitian


Hasil dokumentasi pada SMA Negeri 1 Pringsewu bahwa masih banyak
peserta didik yang belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
pada pembelajaran matematika. Hasil dokumentasi menunjukkan bahwa
dari 212 peserta didik yang terdiri dari 7 kelas diperoleh bahwa sebanyak
102 atau 48,11% peserta didik tuntas dan 110 atau 51,89% peserta didik
belum tuntas dengan KKM yang ditentukan. Belum optimalnya hasil
belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Pringsewu dengan menerapkan
proses pembelajaran SKS dikarenakan beberapa factor yaitu (1) Unit
Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) yang dirancang oleh team penyusun
belum memberikan penyesuaian dengan keadaan peserta didik disekolah
masing-masing, dimana pembuat UKBM hanya mengacu kepada kondisi
peserta didik secara keseluruhan, (2) peserta didik belum memahami secara
sistematika penyelesain UKBM yang diberikan, sehingga membuat
binggung serta sumber yang diberikan pada UKBM masih sebatas
memindahkan konsep buku BSE ke UKBM, (3) soal yang diberikan pada
UKBM benlum menuntut peserta didik mengembangkan kemampuan
tingkat tinggi. Sementara pendidikan yang sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masa depan akan terwujud apabila peserta didik mampu
mengembangkan kompetensi abad 21.

Menurut Yunus Abidin (2014:17) bahwa pembelajaran abad 21 merupakan


pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan
pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta penguasaan terhadap teknologi.
Keterampilan yang harus dimiliki dalam konteks abad ke-21 yang sering
disebut dengan kompetensi 4C meliputi keterampilan Communication,
Collaboration, Critical thinking and Problem Solving, dan Creativity and
Innovation. Literasi menjadi bagian terpenting dalam sebuah proses
pendidikan, peserta didik yang dapat melaksanakan kegiatan literasi dengan
maksimal tentunya akan mendapatkan pengalaman belajar lebih dibanding
dengan peserta didik lainnya. Kecakapan tersebut dapat dikembangkan
melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Kecakapan yang
dibutuhkan di Abad 21 juga merupakan keterampilan berpikir lebih tinggi
(Higher Order Thinking Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan dalam
mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global.

Mengembangkan kompetensi peserta didik dalam belajar tidak terlepas dari


pembelajaran. Pembelajaran dan belajar merupakan dua hal yang sangat
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Pembelajaran adalah suatu proses pendidikan yang dikembangkan guru,
dimana peserta didik berada dalam suasana yang nyaman untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal menjadi
kompetensi yang diharapkan terkait dengan kompetensi pengetahuan,
ketrampilan, dan kompetensi sikap. Sedangkan, belajar adalah aktivitas
siswa untuk menguasai dan menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan
mengembangkan perilaku yang sudah dimilikinya menjadi pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku baru yang sesuai dengan norma agama, sosial,
dan norma budaya.

Meningkatkan proses pembelajaran, pemerintah selalu mencoba


memberikan perubahan terhadap kurikulum yang diterapkan. Upaya
peningkatan kualitas proses pembelajaran hendaknya dilakukan sedini
mungkin agar kompetensi para peserta didik dapat meningkat. Guna
mencapai tujuan pendidikan, pembelajaran saat ini haruslah guru
menekankan pada upaya pembentukan kompetensi kepada para peserta
didik yang sekaligus berarti bahwa harus pula diikuti dengan perubahan
radikal atas budaya mengajar saat ini. Salah satunya adalah pemerintah
telah memfasilitasi pembelajaran mandiri di Indonesia yaitu dengan
menerapkan SKS. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit
Semester pada Pendidikan Dasar dan Menengah pada Pasal 4 menyebutkan
bahwa pembelajaran dengan SKS dikelola dalam bentuk pembelajaran yang
berdiferensiasi bagi masing-masing kelompok peserta didik yang berbeda
kecepatan belajarnya.

Menurut Direktorat Kemendikbud (2017) bahwa mencapai pembelajaran


yang berdiferensiasi bagi peserta didik, maka proses pembelajaran
dilakukan dengan mengembangkan UKBM sebagai pedoman
penyelenggaraan SKS dengan mengacu kepada pelaksanaan pembelajaran
tuntas. Selain itu, pembelajaran mengalihkan kepada kemandirian belajar
peserta didik guna mengembangkan kompetensi yang dimiliki sesuai
dengan kondisi peserta didik di era abad 21. Kemandirian belajar atau Self
Regulated Learning adalah aktualisasi diri untuk mengendalikan diri agar
mendapat sebuah kepuasan diri untuk proses belajar yang dilakukan. Maka
dari itu Self regulated Learning sangat diperlukan agar peserta didik
mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya
sendiri, selain itu dalam mengembangkan kemampuan atas kemauan
sendiri. Self Regulated Learning dalam pembelajaran memperoleh
informasi tidak hanya bergantung pada guru atau tatap muka di kelas saja,
melainkan pada pemanfaatan dengan menggunakan perpustakaan, sumber
lain atau dapat membentuk kelompok belajar.

Penggunaan UKBM dalam pembelajaran yang menerapkan SKS menjadi


perhatian sentral untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang dicapai dengan penggunaan UKBM
yang dikembangkan dengan mengintegrasikan model pembelajaran
ALQURUN sangat diperlukan sehingga jelas bahwa peserta didik mampu
memahami secara sistematis tujuan dari apa yang dipelajarinya sehingga
mampu mengembangkan kompetensi 4C peserta didik. Integrasi dari model
pembelajaran ALQURUN sekiranya mampu mengembagkan kualitas
karakter serta kompetensi yang diharapkan.

Menurut Sugeng Sutiarso (2016: 27) bahwa ALQURUN Teaching Model


(ATM) adalah suatu metode yang mengacu kepada kurikulum 2013 karena
tidak hanya terfokus pada pencapaian pengetahuan (kognitif) tetapi juga
pencapaian sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Sutiarso
mengemukakan bahwa ATM adalah model pembelajaran yang memiliki
urutan dengan memaduka antara modifikasi urutan taksonomi Bloom dan
kompetensi inti kurikulum 2013. Penerapan pembelajaran berbasis
ALQURUN Teaching Model (ATM) difokuskan pada penyelesaian tugas-
tugas dengan tujuan tercapainya kompetensi peserta didik. ALQURUN
Teaching Model (ATM) memiliki urutan yang sesuai dengan hurufnya yaitu
A, L, Q, U, R, U, N. Huruf A berarti Acknowledge (Pengakuan) merupakan
fase atau bagian dalam kegiatan pendahuluan pada pembelajaran atau
disebut sebagai apersepsi. Pengakuan dalam hal ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu: 1) Kebesaran Allah SWT yang telah memberikan ilmu, 2)
pengakuan terhadap kemampuan awal peserta didik, L berarti Literature
atau penelusuran pustaka merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik,
kemudian pendidik memfasilitasi sumber-sumber belajar yang dapat
dipelajari berupa buku, print out, video, gambar, atau bahkan sumber lain
yang didapatkan dari internet mencakup materi yang dipelajari, Q berati
Quest (menyelidiki/menganalisis) merupakan kegiatan peserta didik untuk
menyelidiki fakta, data atau objek lain mencakup materi yang dipelajari, U
berarti Unite (menyatukan / mensintesis) merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh peserta didik dalam menggabungkan beberapa unsur yang
mempunyai kesamaan karakteristik dari berbagai objek, data atau fakta
tentang materi yang telah dipelajari sehingga membentuk wujud baru, R
berarti Refine (menyaring) merupakan fase kegiatan peserta didik dalam
menyaring gabungan unsur-unsur dari hasil kegiatan unite, U berarti Use
(penggunaan) merupakan kegiatan mengimplementasikan materi berupa
informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan inti sebelumnya ke
dalam kehidupan sehari-hari , dan N berarti Name (menamakan) Name
(menamakan) yaitu kegiatan peserta didik dalam menentukan cara baru
yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah atau soal, kemudian
peserta didik akan memberikan nama baru terhadap penemuan tersebut.

Diterapkannya UKBM berbasis model Pembelajaran ALQURUN


diharapkan berdampak pada peserta didik untuk selalu mengembangkan
kompetensi 4C dan terbiasa dengan tingkat aspek kognitif peserta didik
dalam menyelesaikan sebuah masalah secara mandiri atau saling bekerja
sama dan bertanggung jawab atas permasalahan yang di hadapi, dapat
mewujudkan pengajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dan
mengefektifkan pembelajaran serta mampu meningkatkan kompetensi 4C
dari Self Regulated Learning peserta didik.
Secara skematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan oleh
diagram berikut:

Masalah Pra Penelitian Dimensi belajar Abad 21


1. Hasil Dokumentasi terkait Menurut OECD meliputi informasi,
Hasil Belajar Peserta Didik komunikasi, etika dan pengaruh sosial
2. Wawancara degan guru dan
peserta didik
3. Tes Pra penelitian meninjau
kemampuan peserta didik Keterampilan Abad 21
Meliputi literasi, kecakapan pengetahuan,
keterampilan dan sikap, serta penguasaan
terhadap teknologi.
Keterampilan yang harus dimiliki dalam
konteks abad ke-21 yang sering disebut
dengan kompetensi 4C meliputi
keterampilan Communication,
Collaboration, Critical thinking dan
Creativity and Innovation.

Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit
Semester pada Pendidikan Dasar dan
Menengah dimana adalah Pembelajaran
dengan UKBM dan dilakukan dengan
mandiri oleh peserta didik

Teori Belajar Peserta Didik


sekolah penyelenggaraan SKS
Pengembangan UKBM berbasis model
Menuntut kemandirian dalam pembelajaran ALQURUN terhadap
belajar pada proses pembelajaran kompetensi 4C (Communication,
dengan menggunakan UKBM (Unit Collaboration, Critical thinking dan
Kegiatan Belajar Mandiri) Creative thinking) ditinjau dari self
mendorong kemampuan berpikir regulated learning peserta didik
tingkat tinggi (Higer Order
Thinking Skills/HOTS)
(Direktorat Pembinaan SMA, 2017)
Proses Pembelajaran di
SMA Negeri 1 Pringsewu

Kompetensi 4C (Communication,
Collaboration, Critical thinking dan
Creative thinking) ditinjau dari self
regulated learning

Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Pikir Pengambangan UKBM berbasis


model pembelajaran ALQURUN
C. Uraian Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi dari Tema Penelitian
1. Uraian Ontologi
Landasan ontologi pada penelitian ini berkaitan dengan hakikat
penggunaan UKBM pada proses pembelajaran SKS, self regulated
learning peserta didik, kompetensi 4C dan model pembelajaran
ALQURUN.

Menurut Chairul Anwar (2019: 65) bahwa pendidikan memegang


peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional, terutama
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan
kualitas manusia untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Meningkatkan kualitas suatu bangsa agar dapat mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi di dunia global, tidak ada cara lain
kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Menurut undang-undang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Bab I bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.

Salah satu usaha positif yang dilakukan oleh pemerintah untuk


meningkatkan mutu pendidikan, yaitu dengan penyempurnaan
kurikulum. Salah satunya adalah pemerintah telah memfasilitasi
pembelajaran mandiri di Indonesia yaitu dengan menerapkan Sistem
Kredit Semester (SKS). Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Menengah pada
Pasal 4 menyebutkan bahwa pembelajaran dengan SKS dikelola dalam
bentuk pembelajaran yang berdiferensiasi bagi masing-masing
kelompok peserta didik yang berbeda kecepatan belajarnya.

Selain itu, kurikulum 2013 dirancang untuk mengembangkan


penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran peserta didik aktif
mencari semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik).
Salah satu sikap yang diharapkan dapat berkembang melalui
pelaksanaan pendidikan adalah Self Regulated Learning (Aulia, 2019).
Self Regulated Learning dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai
arti kemandirian belajar. Menurut Mohammad Ali dan Mohammad
Asrori (2011: 114) bahwa Kemandirian merupakan suatu kekuatan
internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi. Proses
individuasi adalah realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan.
Para ahli psikologi memberikan pengertian kemandirian belajar yang
beragam, diantaranya pendapat Knain dan Turmo (Ratnaningsih, 2007:
38) bahwa yang dimaksud kemandirian belajar adalah suatu proses
yang dinamik dimana peserta didik membangun pengetahuan,
keterampilan, dan sikap pada saat mempelajari konteks yang spesifik
dalam berbagai situasi, dan mampu merefleksi secara efektif.
Menurut Direktorat Pembinaan SMA (2017: 1) bahwa menuntut
kemandirian dalam belajar pada proses pembelajaran yang menerapkan
sistem SKS, pemerintah merancang Unit Kemandirian Belajar Mandiri
(UKBM) sebagai penunjang proses pembelajaran. UKBM merupakan
satuan pelajaran kecil yang disusun secara berurutan dari yang mudah
sampai ke yang sukar. Satuan pelajaran tersebut merupakan pelabelan
penguasaan belajar peserta didik terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang disusun menjadi unit-unit kegiatan belajar
berdasarkan pemetaan Kompetensi Dasar.

Menurut Direktorat Pembinaan SMA (2017) bahwa isi UKBM


mengutamakan pemberian stimulus belajar yang memungkinkan
tumbuhnya kemandirian dan pengalaman peserta didik untuk terlibat
secara aktif dalam penguasaan kompetensi secara utuh melalui
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student active) yang
mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higer Order Thinking
Skills/HOTS), kecakapan hidup Abad 21 serta pembudayaan literasi,
dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Keterampilan abad 21 yang
dimaksudkan adalah setiap peserta didik mampu menguasai kompetensi
4C yang merupakan sarana untuk mencapai kesuksesan dalam
kehidupan. Adapun keterampilan 4C yang dimaksud adalah (1)
Communication yaitu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan
ide dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif, (2) Collaboration
yaitu aktivitas bekerja sama dengan seseorang atau beberapa orang
dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama,
(3) Critical thinking yaitu mengarahkan anak untuk dapat
menyelesaikan masalah (problem solving), dan (4) Creativity and
Innovation yaitu kemampuan berpikir outside the box tanpa dibatasi
aturan yang cenderung mengikat.

Adanya UKBM ini memberikan peserta didik kesempatan untuk belajar


secara mandiri namun juga memperhatikan sikap kerja sama dengan
mengkomunikasikan yang didapat dalam belajarnya kepada peserta
didik yang lain. Hal ini menuntut peran pendidik untuk
mengembangkan keterampilan baik hard skill maupun soft skill pada
peserta didik dalam pembelajaran di sekolah agar dapat terjun ke dunia
pekerjaan dan siap berkompetisi dengan negara lain. Dengan demikian,
pada proses pembelajaran yang menerapkan SKS, UKBM secara
bertahap akan merubah sistem proses kegiatan belajar mengajar yang
sering diterapkan secara umum di kelas. Sehingga secara garis besar,
UKBM dapat memberikan pengaruh dan dampak yang luas terhadap
pendidikan terutama guru dan peserta didik. Penerapan UKBM menjadi
ketertaarikan tersendiri karena proses pelaksanaannya berkaitan
langsung dengan individual peserta didik baik dan tetap kepada tujuan
pendidikan yang mendorong peserta didik kepada kemampuan tingkat
tinggi, sehingga tujuan dari penyelenggaraan SKS pada Pendidikan
Dasar dan Menengah dapat tercapai hasil yang optimal.
Berdasarkan pemikiran di atas, dipandang perlu adanya perubahan
proses pembelajaran matematika dengan tetap menerapkan UKBM
pada proses pembelajaran yang menerapkan SKS sesuai kondisi peserta
didik saat ini, guna meningkatkan kompetensi 4C (Communication,
Collaboration, Critical Thinking Dan Creative Thinking) ditinjau dari
Self Regulated Learning Peserta Didik menyelesaikan permasalahan
yang ada di UKBM. Salah satu pembaharuan proses pembelajaran
tersebut dengan mengembangkan UKBM berbasis model pembelajaran
yang mampu mengembangkan kompetensi 4C peserta didik untuk
membantu peserta didik mengungkapkan apa yang dipikirkan,
mengembangkannya dan menghasilkan suatu pengetahuan yang dapat
diingat dalam jangka waktu yang lebih lama.

Menurut Piaget (dalam Karwono dan Heni Mularsih, 2010) bahwa


pengetahuan fisik dan logika matematika tidak dapat diteruskan dalam
bentuk sudah jadi. Setiap peserta didik harus membangun sendiri
pengetahuan-pengetahuan itu melalui operasi-operasi, terinternalisasi,
revensibel, invarian, dan terintegrasi dengan semata-mata (struktur
kognitif) dan operasi-operasi lainnya. Menurut Permendikbud No. 81
Tahun 2013 kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 diarahkan
untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik untuk
mengkontruksikan pengetahuan melalui pengalaman-pengalamannya.

Menurut Sugeng Sutiarso (2016: 27) bahwa ALQURUN Teaching


Model (ATM) adalah suatu metode yang mengacu kepada kurikulum
2013 karena tidak hanya terfokus pada pencapaian pengetahuan
(kognitif) tetapi juga pencapaian sikap (afektif) dan keterampilan
(psikomotor). Sutiarso mengemukakan bahwa ATM adalah model
pembelajaran yang memiliki urutan dengan memaduka antara
modifikasi urutan taksonomi Bloom dan kompetensi inti kurikulum
2013. Penerapan pembelajaran berbasis ALQURUN Teaching Model
(ATM) difokuskan pada penyelesaian tugas-tugas dengan tujuan
tercapainya pemahaman konsep matematika peserta didik. ALQURUN
Teaching Model (ATM) memiliki urutan yang sesuai dengan hurufnya
yaitu A, L, Q, U, R, U, N. Huruf A berarti Acknowledge (pengakuan), L
berarti Literature (penelusuran pustaka), Q berati Quest (menyelidiki),
U berarti Unite (menyatukan / mensintesis), R berarti Refine
(menyaring), U berarti Use (penggunaan), dan N berarti Name
(menamakan).

Pengembangan yang dipilih adalah pengembangan UKBM berbasis


model pebelajaran ALQURUN. Penerapan UKBM berbasis model
pembelajaran ALQURUN diharapkan dapat mengembangkan
kompetensi 4C dengan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilannya. Seperti
yang dikemukakan Sugeng Sutiarso (2016: 28) bahwa ATM memiliki
kelebihan dari model pembelajaran yang biasa digunakan di kurikulum
2013, karena pada model pembelajaran ini pencapaian akhir tidak
hanya terfokus pada ranah pengetahuan (kognitif) tetapi juga
menitikberatkan pada pencapaian ranah sikap (afektif) dan ranah
keterampilan (psikomotor).

Berdasarkan uraian diatas dari penggunaan UKBM pada proses


pembelajaran SKS, self regulated learning peserta didik, kompetensi
4C dan model pembelajaran ALQURUN, maka rumusan masalah pada
penelitian dan pengembangan ini adalah diperlukan UKBM berbasis
model pembelajaran ALQURUN untuk mengetaui kompetensi 4C
ditinjau dari Self Regulated Learning Peserta Didik. Masalah ini akan
dijawab melalui pertanyaan:
a. Bagaimana kevalidan UKBM berbasis model pembelajaran
ALQURUN terhadap kompetensi 4C ditinjau dari Self Regulated
Learning Peserta Didik?
b. Bagaimana kepraktisan UKBM berbasis model pembelajaran
ALQURUN terhadap kompetensi 4C ditinjau dari Self Regulated
Learning Peserta Didik?
c. Apakah UKBM berbasis model pembelajaran ALQURUN efektif
untuk mengetahui kompetensi 4C ditinjau dari Self Regulated
Learning Peserta Didik?
d. Apakah ada perbedaan 4C ditinjau dari Self Regulated Learning
Peserta Didik yang diterapkan UKBM berbasis model pembelajaran
ALQURUN dengan diterapkan UKBM tanpa model pembelajaran
ALQURUN?

2. Uraian Epistemologi
Landasan epistemologi berkaitan dengan prosedur ilmiah yang
digunakan peneliti untuk menjawab permasalahan. Prosedur ilmiah
yang dilakukan peneliti untuk menjawab permasalahan adalah dengan
meninjau jenis penelitian, desain penelitian, prosedur pengembangan,
teknik dan alat pengumpulan data serta analisis data.

Sebelum meninjau keadaan prosedur penelitian, penelitian ini bertujuan


untuk menghasilkan: (1) UKBM berbasis model pembelajaran
ALQURUN yang valid terhadap kompetensi 4C ditinjau dari Self
Regulated Learning Peserta Didik. (2) UKBM berbasis model
pembelajaran ALQURUN yang praktis terhadap kompetensi 4C
ditinjau dari Self Regulated Learning Peserta Didik. (3) UKBM
berbasis model pembelajaran ALQURUN yang efektif terhadap
kompetensi 4C ditinjau dari Self Regulated Learning Peserta Didik. (4)
Ada perbedaan 4C ditinjau dari Self Regulated Learning Peserta Didik
yang diterapkan UKBM berbasis model pembelajaran ALQURUN
dengan diterapkan UKBM tanpa model pembelajaran ALQURUN.
Selain tujuan dan manfaat yang teah diuraikan diatas. Uraian prosedur
ilmiah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development.
Menurut Sugiyono (2019: 407) bahwa metode penelitian dan
pengembangan (Research and Development) adalah proses
pengembangan dan validasi produk pendidikan. Metode penelitian
dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan
UKBM berbasis model pembelajaran ALQURUN.

b. Tempat, waktu dan subjek penelitian


1) Tempat Penelitian
Tahap studi pendahuluan dari penelitian dan pengembangan ini
adalah dengan pra penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1
Pringsewu.
2) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tahap persiapan hingga
pelaksanaan pada pengembangan UKBM berbasis model
pembelajaran ALQURUN terhadap kompetensi 4C ditinjau
dari self regulated learning peserta didik.
3) Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini meliputi populasi, teknik sampling
dan sampel penelitian. Populasi dalam penelitian ini meliputi
seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri yang ada di Provinsi
Lampung yang menerapkan proses pembelajaran SKS dari
kelompok MIPA yang berjumlah 12 sekolah yaitu SMA Negeri
1 Pringsewu, SMA Negeri 2 Pringsewu, SMA Negeri 1
Gadingrejo, SMA Negeri 1 Gedong Tataan, SMA Negeri 1
Kalirejo, SMA Negeri 2 Bandar Lampung, SMA Negeri 9
Bandar Lampung, SMA Negeri 1 Metro, SMA Negeri 3 Metro,
SMA Negeri 1 Kota Gajah, SMA Negeri 1 Way Jepara dan
SMA Negeri 1 Kalianda.

Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling.


Menurut Sugiyono (2019: 149) bahwa cluster sampling (sampel
daerah) digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas, maka pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan,
selajutnya dijelaskan bahwa pengambilan sampel daerah ini
sering digunakan melalui dua tahap yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah dan tahap kedua menentukan orang-
orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga dengan
menggunakan stratified random sampling. Dengan demikian
sampel dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Pringsewu
dengan jumlah kelas X MIPA.
c. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini menggunakan model pengembangan yang
dikembangkan oleh Thiagarajan yang disingat dengan 4D, yang
merupakan perpanjangan dari Define, design, development, and
dissemination. Model tahapan pengembangan ini dipilih karena
langkah-langkahnya lebih sistematis dan sesuai dengan rancangan
penelitian untuk menghasilkan UKBM berbasis model
pembelajaran ALQURUN. Secara ringkah prosedur pengembangan
4D sebagai berikut:
1) Tahap Define bertujuan menetapkan dan mendefinisikan
kebutuhan pembelajaran yang terfokus pada analisis terhadap
situasi yang dihadapi guru, karakter siswa, konsep yang akan
diajarkan, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Tahap yang dilakukan dalam penelitian pengembangkan


berdasarkan langkah-langkah diatas adalah mengkaji produk
yang telah ada, untuk diketahui spesifikasi, kelebihan dan
kekurangan/kelemahan produk tersebut. Berdasarkan kelebihan
dan kekurangan produk tersebut, selajutnya peneliti melakukan
studi literatur (kajian teori dan hasil penelitian/pengalaman yang
relevan). Studi literatur tersebut selajutnya peneliti membuat
rancangan produk yang bersifat menyempurnakan/
mengembangkan produk yang telah ada. Produk yang
dihasilkan nanti harus lebih efektif, efisien dan lebih praktis
digunakan dari pada produk yang telah ada sebelumnya dan
mampu meningkatkan kompetensi 4C yang direncanakan.

2) Tahap Design bertujuan dari tahap ini adalah merancang produk


yang dikembangkan sehingga diperoleh prototype (produk
contoh).

3) Tahap Development bertujuan untuk menghasilkan produk yang


direvisi berdasarkan masukan para ahli, praktisi dan data yang
diperoleh dari uji coba. Kegiatan pada tahap ini adalah
a) Penilaian para ahli dan praktisi
Setelah produk dibuat maka silakukan uji internal. Uji
internal berarti menguji rancangan berdasarkan pendapat
para ahli dan praktisi. Para ahli yang dipandang mampu
menguji produk yang dikembangkan adalah mereka yang
bergelar doktor yag sesuai dengan desain/ rancangan yang
akan diuji, sedangkan praktisi adalah orang-orang yang
telah biasa mnggunakan produk yang sejenis. Setelah
dilakukan uji internal, masukan dan revisi hasil uji internal
digunakan untuk merevisi rancangan/desain produk.
b) Uji coba terbatas
Setelah desain direvisi dan dinyatakan valid oleh para ahli
dan praktisi, selajutya desain tersebut dibuat menjadi produk
awal yang siap untuk diujicoba terbatas. Pada ujicoba
terbatas dilakukan kepada 6 s.d 12 subjek yang sudah
memperoleh materi yang ada pada produk yang
dikembangkan dengan menilai dari segi kemenarikan dan
kesesuain isi produk yang nantinya digunakan untuk
merevisi/ perbaikan produk tersebut.
c) Uji coba lapangan utama
Setelah produk direvisi, maka produk tersebut diujicoba
lapangan utama. Ujicoba lapangan utama dilakukan kepada
30 s.d 60 subjek (anggota sampel) dengan metode
kombinasi campuran yaitu dengan eksperimen, pengamatan
dan wawancara sebelum, selama dan sesudah eksperimen.
Pengamatan dan wawancara digunakan untuk mengetahui
kondisi kualitatif sebelum menggunakan produk, respon
peserta subjek selama pengujian dan setelah pengujian.
Metode eksperimen yang dilakukan dengan one shot case
study. Desain tersebut digunakan untuk meninjau efektifitas
dan efisien produk yag dikembangkan serta pengaruh
produk yang dikembangkan terhadap kompetensi 4C
ditinjau dari self regulated learning peserta didik. Setelah
produk dipakai dan bila masih ada kelemahannya maka
perlu direvisi lagi. Revisi yang dilakukan setelah uji
lapangan utama berdasarkan pendapat dari pengguna lebih
diutamakan sebagai bahan untuk revisi. Setelah direvisi
maka produk tersebut diuji lapangan operasional.
d) Uji coba lapangan operasional.
Ujicoba lapangan operasional dapat dilakukan dengan
Posttest-Only Control Design. Analisis data kuantitatif
dengan membandingkan hasil kompetensi 4C ditinjau dari
self regulated learning peserta didik dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol, serta data hasil pengamatan dan
wawancara dianalisis secara kualitatif. Setelah produk
dipakai dan bilamana ada kelemahannya maka perlu direvisi
lagi. Revisi yang dilakukan setelah ujicoba lapangan
operasional berdasarkan pendapat dari pengguna lebih
diutamakan sebagai bahan untuk revisi.
4) Tahap Dissemination bertujuan untuk penggunaan produk yang
telah dikembangkan pada skala yang lebih luas, misalnya
dikelas lain, disekolah lain oleh guru yang lain.

Setelah direvisi maka selajutnya produk didesiminasikan/


disebarluaskan dan diimplementasikan dengan cara melaporkan
hasil penelitian produk dibuat secara masal untuk digunakan
pada lingkup yang lebih luas. Tahap didesiminasi tidak
dilakukan dalam penelitian ini, sekiranya tahap didesiminasi
akan dilakukan oleh peneliti-peneliti berikutnya yang tertarik
untuk menggunakan produk yang dikembangkan ke lingkup
yang lebih luas.
Diagram alur prosedur pengembangan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada diagram 3 sebagai berikut ini:

Analisis Awal Akhir

Analisis Siswa

DEFINE
Analisis Tugas Analisis Konsep

Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

DESIGN
Perancangan Awal
Produk yang DRAF 1
dikembangkan

Penilaian Ahli

Revisi Draf 1 DRAF 2 Ujicoba Terbatas

Analisis Hasil
Revisi Draf 2 Ujicoba

DEVELOP
Ujicoba Lap.
DRAF 3 Revisi Draf 3
Utama

Ujicoba Lapangan
Operasional DRAF 4

Revisi Draf 4 Produk final (Draf 4)


DISSEMINATE

Diseminasi dan implementasi


Laporan Hasil
(penggunaan produk pada
Monitoring Produk lingkup yang lebih luas)

Gambar 2. Alur Prosedur Pengembangan UKBM berbasis model


pembelajaran ALQURUN
Menurut Sugiyono (2019: 767) bahwa penelitian pengembangan
mempunyai empat tingkat atau level penelitian sebagai berikut: (1)
Level 1: Meneliti tanpa menguji, (2) Level 2: Tidak meneliti tetapi
menguji, (3) Level 3: Meneliti dan menguji untuk mengembangkan
produk yang telah ada, (4) Level 4: Meneliti dan menguji untuk
menciptakan produk yang belum ada. Penelitian ini adalah
pengembangan UKBM berbasis model pembelajaran ALQURUN
yang merupakan pengembangkan UKBM yang telah ada dengan
menyempurnakan dari segi bentuk dan fungsi UKBM dengan
menambahkan kegiatan model pembelajaran ALQURUN dalam
UKBM sehingga lebih sistematis dan terstruktur. Pengembangan
yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan tingkat atau level 3
yaitu meneliti dan menguji untuk mengembangkan produk yang
telah ada.

d. Teknik dan alat Pengumpulan data


1) Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data ini meliputi kompetensi 4C dalam
penelitian ini diukur sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan pada definisi konseptual meliputi tes pengetahuan
untuk kompetensi Communication, Critical thinking dan
Creative thinking serta tes keterampilan untuk kompetensi
Collaboration dalam bentuk soal uraian dan Self-regulated
learning dalam penelitian ini diukur sesuai dengan indikator
telah ditentukan pada definisi konseptual dengan menggunakan
angket dalam bentuk skala lingkert.
2) Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data merupakan alat ukur seperti tes,
kuesioner dan pedoman wawancara dan pedoman observasi
yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam
penelitian. Instrument/alat yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner, angket dan tes.
a) Kuesioner
Ada beberapa kuesioner yang digunakan pada penelitian ini
diantaranya
1) Kuesioner Pra Penelitian
Lembar kuesioner diberikan pada saat observasi awal
untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan
pembelajaran peserta didik serta kompetensi
kemampuan yang dimiliki peserta didik.
2) Kuesioner validasi produk
Kuesioner validasi kontruks dan isi UKBM berbasis
model pembelajaran ALQURUN memuat pernyataan
tertulis kepada para ahli. Kuesioner validasi bertujuan
untuk memperoleh respon dari validator mengenai
produk yang dikembangkan. Hasil dari validator akan
digunakan sebagai acuan apakah produk yang
dikembangkan yaitu UKBM berbasis model
pembelajaran ALQURUN tersebut sudah valid atau
belum valid.
3) Kuesioner Respon Pendidik, Calon pendidik dan Peserta
Didik
Kuesioner respon pendidik, calon pendidik dan peserta
didik digunakan untuk mengumpulkan pendapat
mengenai kemenarikan dan keterbacaan dari produk
yang dikembangkan.

b) Angket
Menurut Sugiyono (2017: 199) bahwa angket merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Menurut Riduwan (2010: 2)
menyatakan bahwa “Angket adalah daftar pertanyaan yang
diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan
respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna
dan lain-lain”. Angket ini disusun sedemikian rupa sehingga
responden bebas untuk mengungkapkan pendapatnya dalam
memilih jawaban dari pernyataan yang diajukan sehingga
data akan terkumpul sesuai dengan kenyataan yang terjadi
dilapangan. Jenis angket yang akan digunakan adalah
angket tertutup sehingga mempermudah responden untuk
mengisinya. Angket yang digunakan adalah angket Self
Regulated Learning peserta didik. Banyak Peryataan angket
Self Regulated Learning dalam penelitian ini sebanyak 9
item sesuai dengan banyaknya indikator Self Regulated
Learning dan kategori penskoran untuk alternatif jawaban
angket Self Regulated Learning peserta didik diadopsi dari
skala Likert.

c) Tes
Menurut Ali Hamzzah dan Muhlisrarini (2014: 100) bahwa
tes diartikan sebagai alat dan memiliki prosedur sistematis
yang dipergunakan untuk mengukur dan menilai suatu
pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap
seperangkat konten dan materi tertentu. Penelitian ini tes
yang dilakukan adalah tes akhir (posttest) berupa soal uraian
(essay). Tes akhir (posttest) dilakukan untuk mengetahui
kompetensi 4C peserta didik. Nilai kompetensi 4C diperoleh
dari setiap skor terhadap jawaban peserta didik yang
mengacu pada butir soal.

e. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Analisis kebutuhan, pada tahap studi pendahuluan dilakukan
analisis terhadap angket kebutuhan pendidik dan peserta didik
serta hasil belajar peserta didik yang dideskripsikan dalam
bentuk persentase, kemudian dianalisis dan diinterprestasikan
secara kualitatif untuk masalah yang terjadi dan kuantitatif hasil
belajar peserta didik.
2) Analisis kevalidan, kevalidan UKBM berbasis model
pembelajaran ALQURUN terdiri dari validasi isi dan kontruks
pada produk diperoleh dari ahli melalui uji/validasi ahli.
Analisis data berdasarkan instrument uji ahli dilakukan untuk
menilai tingkat produk yang dihasilkan sebagai bahan ajar.
Instrument penilaian uji ahli menggunakan skala likert yang
memiliki pilihan jawaban sesuai dengan konten pertanyaan,
yaitu: skala penilaian mulai dari (1) tidak ada, (2) kurang, (3)
cukup, (4) baik dan (5) baik sekali. Revisi dilakukan pada
konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban tidak “ada atau
cukup” atau para ahli memberikan masukan khusus terhadap
UKBM berbasis model pembelajaran ALQURUN atau
prototype yang sudah dibuat.
3) Analisis kepraktisan dan kemenarikan, Kepraktisan UKBM
berbasis model pembelajaran ALQURUN diperoleh dari data
respon pendidik, calon pendidik dan peserta didik menggunakan
skala likert dan kemenarikan ditinjau dari respon peserta didik
terhadap UKBM berbasis model pembelajaran ALQURUN
yang dikembangkan dengan menggunakan skala likert.
4) Analisis data yang dilakukan adalah dengan menganalisis hasil
angket Self Regulated Learning peserta didik, setelah data
selesai di analisa selanjutnya menetapkan terlebih dahulu
kelompok tingkatan-tingkatan yang dimiliki oleh peserta didik
yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah.
5) Analisis keefektivan, keefektivan dari UKBM berbasis model
pembelajaran ALQURUN diperoleh data pengukuran
keberhasilan kompetensi 4C peserta didik ditinjau dari Self
Regulated Learning peserta didik meliputi analisis ujicoba
lapangan utama menggunakan metode eksperimen yang
dilakukan dengan one shot case study dengan medeskripsikan
keberhasilan kompetensi 4C peserta didik ditinjau dari Self
Regulated Learning peserta didik dan analisis uji laparan
operasional dilakukan dengan desain ekperimen Posttest-Only
Control Design, dalam ujicoba lapangan operasional untuk
mengetahui ada perbedaan 4C ditinjau dari Self Regulated
Learning Peserta Didik yang diterapkan UKBM berbasis model
pembelajaran ALQURUN (kelas ekperimen) dengan diterapkan
UKBM tanpa model pembelajaran ALQURUN (kelas control).
Uji analisis yang digunakan adalah MANOVA. Alasan memilih
MANOVA karena ingin mengetahu perbedaan rata-rata
kompetensi 4C meliputi kemampuan Communication,
Collaboration, Critical thinking dan Creative thinking ditinjau
dari Self Regulated Learning peserta didik terhadap model
pembelajaran yang diterapkan sebagai kelas eksperimen dan
kelas kontrol. sebelum MANOVA digunakan maka diuji
prasyarat terlebih dahulu meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas dari masing-masing data kompetensi 4C dan Self
Regulated Learning peserta didik.

3. Uraian Aksiologi
Landasan aksiologi dalam penelitian berkaitan dengan nilai meliputi
etika, estetika atau agama. Etika, estetika atau agama yang dituju
adalah bagaimana peneliti ini memberikan manfaat baik secara teoritis
dan praktis.

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan


pengetahuan mengenai UKBM berbasis model pembelajaran
ALQURUN untuk mengetaui kompetensi 4C ditinjau dari Self
Regulated Learning Peserta Didik dan kemudian dapat dijadikan salah
satu acuan dalam pengembangan UKBM pada materi ataupun mata
pelajaran lainnya. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, misalnya: (1) Bagi guru, diharapkan
mampu mendorong dan meningkatkan profesionalisme guru dalam
menggunakan UKBM di sekolah pada proses pembelajaran yang
menerapkan SKS, (2) Bagi peserta didik, diharapkan lebih mandiri
dalam pembelajaran menggunakan UKBM sehingga dapat
mengembangkan kompetensi 4C yang dibutuhkan pada era saat ini
yaitu keterampilan abad 21, dan (3) Bagi instasi pendidikan dan pusat-
pusat penelitian, diharapkan dapat berguna untuk menyediakan koleksi
UKBM yang inovatif, praktis dan sesuai dengan kondisi pembelajaran
abad 21 bagi peserta didik, dan diharapkan dapat berguna untuk
memberikan gambaran kepada sekolah-sekolah Negeri yang ada di
Indonesia yang menerapkan UKBM dan untuk sekolah-sekolah Negeri
yang belum menerapkan proses pembelajaran SKS sehingga tertarik
untuk menerapkan proses pembelajaran SKS.

Selain manfaat penelitian, nilai yang terdapat dalam penelitian ini


terdiri atas sebagai berikut:
a. Nilai kecakapan abad 21 dalam pembelejaran ditunjukkan dengan
kegiatan dari model ALQURUN yang menuntut peserta didik
belajar mencari tahu, belajar untuk mengerjakan, belajar untuk
menjadi pribadi, belajar untuk hidup berdamping dalam kedamaian,
dan belajar untuk memperkuat keimanan, ketaqwaan dan akhlak
mulia.
b. Nilai kemandirian belajar (Self-regulated learning), ditunjukkan
dengan kemandirian belajar siswa dalam menyelesaikan masalah,
tugas yang diberikan pada UKBM.
c. Nilai kedisiplinan, tercemin dari kegiatan dalam model ALQURUN
yaitu pada bagian Literasi dimana peserta didik di tuntut untuk
menbaca dari berbagai sumber belajar dan memanfaatkan internet
sebagai perluasan konsep yang dipelajari.
d. Nilai kerjasama ditunjukkan dengan dengan kerjasama peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan kolaborasi (Collaboration
Skills) dengan peserta didik lainnya dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan
e. Nilai tanggung jawab, ditunjukkan dengan para peserta didik selalu
berusaha menyelesaikan semua tugas yang ada pada UKBM
sebagai bentuk tanggung jawab peserta didik.
f. Nilai kreatif ditunjukkan dengan cara peserta didik mengkreasikan
hasil penyelesaian atau masalah yang diberikan dengan banyak
solusi atau cara yang berbeda.
g. Nilai kritis ditunjukkan dengan cara peserta didik memberikan
kesimpulan atau keputusan dalam proses penyelesaian baik dalam
memahami konsep atau menyimpulkan hasil literasi dari berbagai
sumber yang diperolehnya.
h. Nilai komunikasi ditunjukkan dengan cara peserta didik
menyampaikan dan mengungkapkan ide-ide penyelesaian secara
persentasi didepan kelas terkait masalah yang diberikan.
i. Nilai berpikir tingkat tinggi ditunjukkan dengan kompetensi 4C
yang di berikan pada setiap masalah yang ada pada kegiatan di
model pembelajaran ALQURUN pada kegiatan Unite dan Name
yang menuntut peserta didik melatih kemampuan berpikir lebih
tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS))
j. Nilai rasa ingin tahu tercermin dari keinginan siswa untuk membaca
sumber buku yang dipilih sebagai kegiatan Literasi pada model
pembelajaran ALQURUN. Pilihan buku antara siswa satu dengan
yang lainnya boleh berbeda, bergantung pada keinginan siswa.

Anda mungkin juga menyukai