Anda di halaman 1dari 6

Kurikulum 2013, Critical Thinking, Pembelajaran Abad 21, dan Guru Abad 21

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Pembelajaran Mikro Pendidikan Bisnis

Dosen Pengampu
Prof. Dr. B Lena Nuryanti, M.Pd.
Drs. H. Eded Tarmedi, MA

Disusun oleh:
Mella Maulani (1806093)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
6. Apa yang dimaksud dengan kurikulum 2013? Carilah konsep dari para ahli
tentang
a. Critical thinking
b. Pembelaja abad 21
c. Guru abas 21
 Kurikulum 2013
Kurikulum memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dan strategis.
Meskipun bukan satu-satunya faktor utama keberhasilan proses pendidikan,
kurikulum menjadi petunjuk dan arah terhadap keberhasilan pendidikan.
Kurikulum menjadi penuntun (guide) para pelaksana pendidikan—pendidik, tenaga
Kependidikan untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuannya dalam
mengembangkan dan menjabarkan berbagai materi dan perangkat pembelajan.
Oleh karena itu, pendidik dan tenaga kependidikan yang baik adalah yang mampu
memahami kurikulum dan mengimplementasikannya pada proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 merupakan wujud pengembangan dan penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya kurikulum KTSP tahun 2006 yang dalam implementasinya
dijumpai beberapa masalah yaitu
(1) Konten kurikulum terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya
matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya
melampaui tingkat perkembangan usia anak,
(2) Belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional,
(3) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap,
keterampilan, dan pengetahuan,
(4) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan belum terakomodasi di
dalam kurikulum,
(5) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi
pada tingkat lokal, nasional, maupun global,
(6) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang
rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung
pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
(7) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses
dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala,
(8) Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multitafsir.
Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 ini adalah penyempurnaan
pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi,
penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat
menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Oleh karena itu, implementasi Kurikulum 2013 diyakini sebagai langkah strategis
dalam menyiapkan dan menghadapi tantangan globalisasi dan tuntutan masyarakat
Indonesia masa depan.
 Critical Thinking
Critical thinking menurut Beyer adalah: (1) mengukur kualitas dari suatu
sumber, (2) mampu menentukan antara yang relevan dan yang tidak relevan, (3)
membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi pendapat
yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi kesalahan atau bias yang ada, (6)
mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang didapatkan untuk
mendukung pendapat. Menurut Ennis yang dikutip oleh Alec Fisher, “Berpikir kritis
adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan
apa yang mesti dipercaya atau dilakukan”. Dalam penalaran dibutuhkan kemampuan
berpikir kritis atau dengan kata lain kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari
penalaran.John Dewey mengatakan, bahwa sekolah harus mengajarkan cara berpikir
yang benar pada anak- anak. Kemudian beliau mendefenisikan berpikir kritis (critical
thinking), yaitu: “Aktif, gigih, dan pertimbangan yang cermat mengenai sebuah
keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun yang diterima dipandang dari berbagai
sudut alasan yang mendukung dan menyimpulkannya.”
 Pembelajaran Abad 21
Ciri abad 21 menurut Kemendikbud adalah tersedianya informasi dimana saja
dan kapan saja (informasi}, adanya implementasi penggunaan mesin (komputasi},
mampu menjangkau segala pekerjaan rutin (otomatisasi) dan bisa dilakukan dari
mana saja dan kemana saja (komunikasi).
Kompetensi  “Partnership  21st   Century  Learning”  mengacu  pada 
format  pembelajaran abad 21 yang diusung oleh Hermawan (2006), yaitu:
1. Cyber (e-learning) dimana pembelajaran dilakukan dengan mengoptimalkan
penggunaan
2. Open and distance learning dimana pembe lajara abad 21 dapat dilakukan
dengan model pembelajaran jarak jauh, tidak terbatas dan dilakukan dengan
memanfaatkan bantuan teknologi  informasi dan komunikasi
3. Quantum Learning, yaitu menerapkan metode belajar yang disesuaikan 
dengan cara kerja
4. Cooperative Learning, yaitu pembelajaran yang menggunakan kelompok
sebagai upaya menumbuhkan kerjasama
5. Society Technology Science,  yaitu konsep interdisipliner yang diterapkan
untuk mengintegrasikan permasalahan dalam ilmu   pengetahuan,   teknologi   dan
masyarakat.
6. Accelerated Learning, yaitu mengembangkan kemampuan dalam menyerap
dan memahami informasi secara cepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan
belajar secara lebih efektif.
 Guru Abad 21
Daryanto & Karim (2017) juga menjelaskan, guru di abad 21 dituntut untuk
berperan lebih aktif dan kreatif yaitu: (1) Guru tidak hanya menguasai ilmu
pengetahuan sebagai produk, tetapi terutama sebagai proses. Guru harus memahami
disiplin ilmu pengetahuan yang ia tekuni sebagai ways of knowing; (2) Guru harus
mengenal peserta didik dalam karakteristiknya sebagai pribadi yang sedang dalam
proses perkembangan, baik secara pemikirannya, perkembangan sosial dan
emosional, maupun perkembangan moralnya; (3) Guru harus memahami pendidikan
sebagai proses pembudayaan sehingga mampu memilih model belajar dan sistem
evaluasi yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai kemampuan,
nilai, sikap, dalam proses mempelajarai berbagai disiplin ilmu; (4) Lebih jauh,
dikemukakan pula peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan
administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang
psikologis.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menunjang proses
pembelajaran yang sesuai dengan abad ke 21, diharapkan guru sudah memenuhi
berbagai persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya
secara professional, yaitu dengan memiiki keterampilan berikut ini: (1) mampu
memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas peserta didik secara inovatif
dengan menggunakan tool dan sumber-sumber digital; (2) mampu merancang dan
mengembangkan pengalaman belajar peserta didik dengan assesemen berupa
penyediaan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi sesuai dengan standar
teknologi dan konten serta mengintegrasikan tool dan sumber digital; (3) mampu
berkolaborasi dengan peserta didik, teman sejawat, dan komunitas dalam
menggunakan tool – tool sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi
peserta didik; (4) mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran yang beragam dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan
memberikan akses yang memadai terhadap tool – tool digital dan sumber belajar
digital lainnya dengan tetap menghargai hak cipta, hak kekayaan intelektual dan
dokumentasi sumber belajar; serta (5) mampu berpartisipasi dalam komunitas lokal
dan global untuk menggali penerapan teknologi kreatif untuk meningkatkan
pembelajaran dan pembaharuan diri terkait dengan profesi guru.

Daftar Pustaka :
http://eprints.umm.ac.id/35635/3/jiptummpp-gdl-tuijatinan-49338-3-babii.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/2212/4/Bab%202.pdf
https://pgsd.binus.ac.id/2017/08/08/pendidikan-abad-21/
http://eprints.uny.ac.id/65090/4/4.%20BAB%20II.pdf
http://eprints.umm.ac.id/45940/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai