Anda di halaman 1dari 35

TUGAS MAKALAH PERBAIKAN

MATA KULIAH DESAIN DAN INTRUKSIONAL

DESAIN TUJUAN PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPUH : PROF. DR. MUKHTAR, M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA : HASIB KARIMUDDIN. SY


NIM : P.p.211.1.1383
PRODI : PENDIDIKAK ISLAM
KONSENTRASI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA


TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
IAIN STS JAMBI
TAHUN 2011/2012

1
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Desain Tujuan Pembelajaran .................................................9 B.
Komponen Utama Desain Pembelajaran .............................. 11
C. Komponen-Komponen Pembelajaran .................................. 12
D. Model-model Desain Pembelajaran ...................................... 14
E. Bahan pengajaran ........................................................................... 22
F. Tehnik merumuskan tujuan pengajaran ...................................... 23
G. Kegunaan Tujuan Pengajaran ....................................................... 25
H. Tingkatan-tingkatan Tujuan pendidikan atau Pembelajaran ...... 26

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................. 29
B. SARAN-SARAN .............................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan munculnya era globalisasi di penghujung milenium kedua


ini, telah membawa wawasan dan kesadaran masyarakat, dengan muncul
sejumlah harapan sakaligus kecemasan. Harapan-harapan ini karena ada
perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di satu sisi sebagai akibat
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta informasi dan
teknologi (INFOTEK), dan di sisi lain muncul juga kecemasan-
kecemasan, Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan yang terlalu
cepat menyebabkan kondisi masyarakat sulit beradaptasi di dalamnya.
Lembaga Pendidikan yang berkualitas merupakan dambaan setiap
komponen masyarakat, baik komponen masyarakat sekolah yang terdiri
dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, maupun masyarakat
dalam arti luas yaitu orang tua atau masyarakat lain pengguna pendidikan
atau simpatisan yang menaruh perhatian besar terhadap kuantitas dan
kualitas output sekolah, yang pada akhirnya menggunakan jasa
pendidikan yang di hasilkan oleh lembaga pendidikan yang berkualitas
tersebut, dalam hal ini sekolah harus dikelola dan diberdayakan agar
mampu mewujudkan predikat sebagai Lembaga Pendidikan yang
berkualitas yang mampu memproses peserta didik yang pada akhirnya
akan menghasilkan produk (output) secara optimal.
Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan
manusia, karena dengan adanya pendidikan berarti akan melahirkan
manusia yang kreatif dan mempunyai ide-ide yang cemerlang dalam
mengisi masa depan yang lebih maju. Potensi yang ada pada diri manusia
akan berkembang menjadi pribadi yang baik, apabila dia manfaat kan

3
dengan sebaik mungkin kearah yang positif. Manusia memperoleh
sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah
suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat
diamati, diubah dan dikontrol. Kemampuan manusia yang dikembangkan
melalui belajar yaitu: pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal,
strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap.
Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk
peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan tertentu yang
harus dipelajari oleh subyek didik. Dalam hal ini peranan desain pesan
dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena desain pesan
pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan
suatu pola atau signal dan lambang yang dapat digunakan untuk
menyediakan kondisi untuk belajar.
Peningkatan mutu pendidikan terus digalakkan baik ditingkat pusat
maupun daerah. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat
baik lokal maupun global, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi maka diadakan pengembangan di bidang pendidikan, yang
sekarang kita kenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).1
Kurikulum terus berubah karena potensi siswa, kondisi pendidikan,
persaingan global, persaingan pada kemampuan SDM dan persaingan
terjadi pada lembaga pendidikan. Oleh karena itu guru dituntut harus
mampu: (a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c)
Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d)
Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah
laku. (e) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber. (f) Memilih bahan
sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan
penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya.

1 Kunandar.2009.Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP). Jakarta:Rajawali Pers

4
(h) Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang,
misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai
proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai
penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan
pembelajaran dan pelaksanaannya.2 Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan,
pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan
fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk
berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.Sebagai
sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta
prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai
proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi
pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar
untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan
proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem
penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan
dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Desain pembelajaran adalah
praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu
agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan
peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman
peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang
"perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya
proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji
secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru,
atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat
diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar

2 Suparman, Atwi. 2009. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka

5
tersembunyi dan hanya berupa asumsi. Sebagai suatu disiplin, desain
pembelajaran secara historis dan tradisional berakar pada psikologi
kognitif dan perilaku. Namun istilah ini sering dihubungkan dengan istilah
yang berbeda dalam bidang lain, misalnya dengan istilah desain grafis.
Walaupun desain grafis (dari perspektif kognitif) dapat memainkan peran
penting dalam desain pembelajaran, namun keduanya adalah konsep
yang terpisah Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau
tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat
operasional dan konkret yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan
pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan
yang bersifat universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai
sasaran akhir kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi
mereka terhadap sasaran antara serta sasaran kegiatan. Tujuan
pembelajaran harus diterjemahkan kedalam ciri-ciri perilaku kepribadian
yang didambakan. Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal,
manusia yang diidamkan tersebut harus memiliki kualifikasi:
1) pengembangan bakat secara optimal;
2) hubungan antar manusia;
3) efisiensi ekonomi; dan
4) tanggung jawab selaku warga negara.
Sedangkan tujuan pendidikan Indonesia sejalan dengan dasar
negara dan pandangan hidup kita, tujuannya adalah terbinanya warga
negara yang cakap, memahami, menghayati, dan mengamalkan sila-sila
dari Pancasila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijak sanaan dalam
permasyawaratan dan perwakilan
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

6
Pandangan hidup para guru maupun siswa turut mewarnai
berkenaan dengan gambaran karakteristik sasaran manusia idaman.
Konsekwensinya akan mempengaruhi juga kebijakan tentang
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta penilaian terhadap
kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem
intruksional mengacu kepada opengertian sebagai perangkat komponen
yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku
suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain
tujuan pelajaran, bahan ajar, siswa yang menerima pelayanan belajar,
guru, metode dan pendekatan, situasi, dan evaluasi kemajuan belajar.
Agar tujuan itu dapat tercapai semua komponen yang ada harus
diorganisasikan dengan baik sehingga sesama komponen itu terjadi
kerjasama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-
komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tetapi
ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan. Berbagai
persoalan yang biasa dihadapi guru antara lain adalah:
1) tujuan-tujuan apa yang ingin dicapai;
2) materi pelajaran apa yang perlu diberikan
3) metode alat mana yang harus dipakai;
4) prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.
Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan
sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat,
administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami dengan
segenap aspek pribadi anak didik sepeti:
Kecerdasan dan bakat khusus;
2. Prestasi sejak permulaan sekolah
3. Perkembangan jasmani dan keshatan
4. Kecenderungan emosi dan karakternya
5. Sikap dan minat belajar
6. Cita-cita
7. Kebiasaan belajar dan bekerja; hobi dan penggunaan waktu senggang;

7
8. Hubungan sosial disekolah dan dirumah
9. Latar belakang keluarga
10. Lingkungan tempat tinggal; dan
11. Sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik.
Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui
evaluasi selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan
hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi
yang terkait. Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus
melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan
arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi:
1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar kompetensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan; dan
8. Standar penilaian pendidikan.3
Dari latar belakang diatas dapat kita ambil suatu rumusan masalah
diantaranya yaitu :
1. Apa pengertian dari desain pembelajaran ?
2. Bagaimana tujuan dari pembelajaran yang diharapkan ?
3. Model model pembelajaran bagaimana yang dapat mendukung
pembelajaran pembelajaran yang efektif ?

3. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.h. 10

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Desain Tujuan Pembelajaran

Pada desain pembelajaran semua itu bagian suatu komponen


pengajaran yang telah dirancang sebelum melakukan atau melaksanakan
system pembelajaran yang berhasil, yang menggunakan pola efektif dan
efisien. Karena system pendidikan pada zaman modern pada saat
sekarang ini, karena seorang guru yang penuh dengan banyaknya
tuntutan dan kebutuhan yang dihadapi oleh pada saat ini guru dituntut
harus bisa dalam segala bidang sebagai bentuk untuk menfasilitasi bakat
anak yang sangat banyak berkembang. Untuk supaya tidak salah
memahami suatu makalah ini maka penulis memberikan penjelasan
secara terinci.

1. Desain adalah kerangka, bentuk atau rancangan.langkah pertama


dalam fase pengembangan bagi setiap produk atau sistem yang
direkayasa. Desain dapat didefinisikan berbagai proses aplikasi
berbagai teknik dan prinsip bagi tujuan pendefinisian suatu perangkat,
suatu proses atau sistem dalam detail yang memadai untuk
memungkinkan realisasi fisiknya. Tujuan desainer adalah untuk
menghasilkan suatu model atau representasi dari entitas yang
kemudian akan dibangun.4 Desain pembelajaran adalah praktik
penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar
dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan
peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman
peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang

4 http://rpl07.wordpress.com/2007/06/21/konsep-dan-prinsip-desain-oleh-afwan

9
"perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.
Sebagai suatu disiplin, desain pembelajaran secara historis dan
tradisional berakar pada psikologi kognitif dan perilaku. Namun istilah
ini sering dihubungkan dengan istilah yang berbeda dalam bidang lain,
misalnya dengan istilah desain grafis. Walaupun desain grafis (dari
perspektif kognitif) dapat memainkan peran penting dalam desain
pembelajaran, namun keduanya adalah konsep yang terpisah.

2. Tujuan adalah sasaran yang ingin dicapai setelah mengajar suatu


pokok atau subpokok bahasan yang sudah ditencanakan. Dalam buku
lain dijelaskan tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu
lembaga pendidikan seperti SD,SM,dan universitas yang harus sesuai
dengan tujuan pendidikan Nasional. 5 Jadi tujuan yang penulis maksud
sesuatu yang hendak dicapai setelah mengajar suatu pokok bahasan
atau sub bahasan yang telah direncanakan oleh seorang pendidik
ataupun guru formal atau non formal sehingga sehingga terjadinya
perubahan pada anak didik atau siswa dalam hal intelegensi maupun
moral, sopan santun, ataupun akhlak.

3. Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk


hidup belajar. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif,
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati &
Mudjiono dalam Sagala, 2005) Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (UUSPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala, 2005).
Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

5 Zuhairi, Stain. Blogspot.com/2008/02/ http://analisis-instruksional. html

10
penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.. 6 Jadi desain
pembelajaran adalah rangcangan atau kerangka terhadap sesuatu
yang akan dicapai setelah mengajar dalam pokok bahasan atau
subbahasan sehingga proses belajar

mengajar atau system pembelajaran terarah dan terprogram sesuai


dengan yang diinginkan.
Semua program pendidikan atau pengajaran didasarkan kepada
tujuan umum pengajaran. Tujuan umum ini di turunkan menjadi tiga
sumber yaitu: masyarakat, siswa dan bidang studi. Yang diturunkan oleh
masyarakat mencakup konsep luas seperti membentuk manusia
pancasila manusia pembangun manusia berkepribadian menetapkan
nilai. Manusia bertanggung jawab dan sebagainya. tujuan pendidikan
menurut siswanya mencakup kesiapan jabatan, ketrampilan
memecahkan masalah, penggunaan waktu senggang secara
membangun dan sebagainya. Dan tiap siswa mempunyai harapan yang
berbeda.
Tujuan pendidikan yang ada kaitanya dengan bidang studi dapat
dinyatakan lebih spesifik, misalnya dalam sains, sadar akan keindahan.
Karena sain dan pendidikan tidak dapat dipisahkan ilmu-ilmu sain
haruslah dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencapai data yang valid,
karena ilmu sain selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangannya.

B. Komponen Utama Desain Pembelajaran

Komponen utama dari desain pembelajaran adalah: Pembelajar


(pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik
mereka, kemampuan awal dan pra syarat 7. Tujuan Pembelajaran (umum
dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh
pembelajar. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik

6 Dadang Supriatna, Konsep Dasar Desain Pembelajaran, PUSAT.h.4.


7 http://blog.tp.ac.id/tag/contoh-makalah-desain-pembelajaran-berdasar-
kompetensi#ixzz1qXPKBa5J

11
atau materi yang akan dipelajari. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan
secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu
kegiatan belajar mengajar. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan
diberikan kepada Pembelajar. Penilaian Belajar, tentang pengukuran
kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.

C. Komponen-Komponen Pembelajaran

Konsep tujuan pengajaran atau pembelajaran yang dikemukakan


oleh Mager menitik beratkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan
(performace) sebagai suatu jenis output yang terdapat dari siswa, yang
dapat diamati dan menunjukan bahwa siswa tersebut telah melakukan
kegiatan belajar.8 Artinya jika siswa tidak dapat mempertunjukan
tingkahlaku tertentu sebelum belajar dan kemudian dapat
mempertunjukannya maka berarti siswa telah menempuh proses
pembelajaran. Yang menjadi masalah sekarang, apakah tingkah laku yang
dipertunjukan sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan atau sesuai
dengan norma-norma agama dan norma lainnya. Dan apabila siswa
belum mampu mempertunjukan tingkah laku yang diharapkan seperti
yang sesuai dengan aturan-aturan yang tertera dalam Al-Quran dan Al-
Hadits ataupun dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran maka,
walaupun siswa sudah melakukan pembelajaran tetapi tujuan
pembelajaran belum tercapai. Maka pendidik belum bisa melakukan
desain tujuan pembelajaran yang bisa menggapai seluruh siswa yang di
ajarnya.
Dalam mendesain tujuan pembelajaran harus memperhatikan
komponen-komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran sehingga
seorang guru atau pendidik dapat mencapainya apa yang diharapkan.
Dalam pendesainan tujuan pembelajaran hendaknya seorang guru atau
pendidik memperhatikan komponen sebagi berikut :

8 Oemar Hamelik, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi


Aksara, 2005) cetakan keempat, hlm., 111

12
1. Tingkah laku terminal
Tingkah terminal adalah komponen tujuan pengajaran yang menentukan
tingkah laku siswa setelah pengajaran. tingkah laku terminal harus
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja(action verb) misalnya
memilih, mengukur, yang menunjukkan suatu tindakan yang dapat diamati
dan dicatat. Dengan menggunakan kata kerja tindakan, kita dapat
menkomunikasikan apa yang kita harapkan dapat dilakukan oleh siswa
pada saat pembelajarang sedang berlangsung maupun proses
pembelajaran telah selesai. Mengidentifikasi perilaku awal siswa
dimaksudkan untuk mengetahui siapa kelompok sasaran, populasi
sasaran, serta sasaran didik dari kegiatan instruksional. Istilah tersebut
digunakan untuk menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa,
serta sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka
miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran tersebut. 9

2. Kondisi-kondisi tes.
Kondisi-kondisi seperti yang seperti itu, seharusnya perlu disiapkan oleh
seorang guru sebab sering terjadi siswa memprotes bahwa ulangan atau
tes yang diberikan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah
diberikan. Jenis kondisi ada tiga jenis yang umumnya mempengaruhi
prilaku pada suatu tes. Pertama,Alat dan sumber yang seharusnya yang
digunakan oleh siswa dalam mempersiapkan untuk menempuh tes.
Seperti buku sumber, catatan, dan sebagainya. Kedua ,tantangan yang
disediakan untuk siswa misalnya mengerjakan tes dalam jangka waktu
yang terbatas. Ketiga,cara menyajikan informasi atau pelajaran. Misalnya,
dengan tulisan ataupun dengan rekaman. Tujuan-tujuan pengajaran yang
lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi dimana perilaku akan diuji.

3. Ukuran-ukuran perilaku
Komponen ukuran merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang

9.M. Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas


Terbuka, 2004), h. 16

13
digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Suatu
ukuran (standar) menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima
sebagi bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan. Misalnya siswa dapat
memecahkan suatu masalah dalam tempo sepuluh menit ataupun
beberapa menit sesuai dengan waktu atau ukuran yang telah ditentukan
oleh seorang guru.

D. Model-model Desain Pembelajaran

Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang


dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran
dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model
berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan
model melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk
mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap
dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE. Model
berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk
menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya
video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh
modelnya adalah model hannafin and peck.
Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain
pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang
cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum
sekolah, dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang
biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh
dari model prosedural adalah model Dick and Carrey sementara contoh
model melingkar adalah model Kemp. Adanya variasi model yang ada ini
sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu
antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model
desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di
lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat
model turunan dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat

14
meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan
diperbaiki. Beberapa contoh dari model-model diatas akan diuraikan
secara lebih jelas berikut ini:

1. Model Dick and Carrey


Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and
Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah
langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah :

1. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.


2. Melaksanakan analisi pembelajaran

3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa

4. Merumuskan tujuan performansi

5. Mengembangkan butirbutir tes acuan patokan

6. Mengembangkan strategi pembelajaran

7. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran

8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif

9. Merevisi bahan pembelajaran

10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.10

Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat
jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat
cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.
Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan
yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan
yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey
10.Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Gaung Persada, Jakarta 2011,hal 169

15
sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan
berikutnya.
Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi
tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum
perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar,
khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran
pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata
pelajaran dimaksudkan agar : Pada awal proses pembelajaran anak didik
atau siswa dapat mengetahui di mampu melakukan halhal yang
berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, adanya pertautan
antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang dikehendaki, menerangkan langkahlangkah yang
perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.

2. Model Kemp

Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar jika


ditunjukkan dalam sebuah diagram. Secara singkat, menurut model ini
terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
Menentukan tujuan dan daftar topik ,menetapkan tujuan umum untuk
pembelajaran tiap topiknya; Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa
pembelajaran tersebut didesain; Menetapkan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku
pelajar; Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap
tujuan; Pengembangan pra penilaian/ penilaian awal untuk menentukan
latar belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu
topik; Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang
menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa
siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan;
Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang
meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk

16
melaksanakan rencana pembelajaran; Mengevaluasi pembelajaran siswa
dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat
kesalahankesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari
perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi
yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. 11

3. Model ASSURE

Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah


formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model
berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam
langkah kegiatan yaitu:

1. Analyze Learners
2. States Objectives

3. Select Methods, Media, and Material

4. Utilize Media and materials

5. Require Learner Participation

6. Evaluate and Revise

1. Analisis Pelajar
Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan
digunakan secara baik dan disesuaikan dengan cirri-ciri pelajar, isi dari
pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran
itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk
menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting
dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri
umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar Menyatakan
Tujuan
11 Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Gaung Persada, Jakarta 2011, hal-296

17
2. Menyatakan tujuan
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan
pembeljaran baik berdasarkan buku atau kurikulum.
Tujuanpembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah
dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakantujuan
harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang
baru untuk dipelajari

3. Pemilihan Metode, media dan bahan


Heinich et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan
metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai
dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang
sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir
adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.

4. Penggunaan Media dan bahan Menurut Heinich et al (2005) terdapat


lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan,
sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman
pembelajaran

5. Partisipasi Pelajar di dalam kelas


Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam
aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis
atau presentasi.

6. Penilaian dan Revisi Sebuah media pembelajaran yang telah siap


perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak pembelajaran.
Penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya
menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih
metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan
pelajar.

4. Model ADDIE

18
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik
yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate).
ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan
Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam
membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif,
dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri 12. Model ini
menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :

1. Analysis (analisa)
2. Design (disain / perancangan)

3. Development (pengembangan)

4. Implementation (implementasi/eksekusi)

5. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)

Tahap 1 : analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan


dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment
(analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan
melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang
akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta
belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas
yang rinci didasarkan atas kebutuhan. Langkah 2: Desain Tahap ini
dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat
bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print)
diatas kertas harus ada terlebih dahulu . Langkah
3: Pengembangan, Pengembangan adalah dengan lingkungan belajar
lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus
disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap
pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji

12 ADDIE Instructional Design Model. Retrived December 20 2006. from


http://itsinfo.tamu.edu/workshops/handouts/pdf_handouts/addie.pdf

19
coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu
evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan
untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangka
Langkah 4: Implementasi, Implementasi adalah langkah nyata untuk
menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada
tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian
rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus
sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan
atau seting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan
sesuai skenario atau desain awal. Langkah 5: Evaluasi Evaluasi adalah
proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun
berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap
evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang
terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif,
karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan,
mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya
review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita
buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk
yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan
lainlain.

5. Model Hanafin and Peck

Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri
daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase
pengembangan dan implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model
ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model
ini adalah model desain pembelajaran berorientasi produk. Gambar di
bawah ini menunjukkan tiga fase utama dalam model Hannafin dan Peck
(1988). Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis
kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi

20
kebutuhankebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran
termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang
dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok
sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua
keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck (1988) menekankan untuk
menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan
pembangunan ke fase desain.
Fasa yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase
desain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke
dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media
pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fase desain
bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang
paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan mdia tersebut 13. Salah satu
dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang
mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran
dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase
analisis keperluan. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu
dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan
implementasi. Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah
fase pengembangan dan implementasi. Hannafin dan Peck (1988)
mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan
diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram
alir yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk
menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link,
penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses
penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses
pengubahsuaian untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki. Model

13 Hannafin, M.J. & Peck, K.L. 1988. The design, development, and evaluation
of instructional software. New York: Mc Millan Publishing Company

21
Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan
pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan
penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara
berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan
dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian
formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan
media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai
dikembangkan.

E. Bahan pengajaran

Bahan pengajaran adalah bagian integral dalam kurikulum


sebagiman yang telah ditentukan dalam Garis-Garis Besar Program
Pengajaran. Itu sebabnya dapat dikatakan bahan pengaajaaran pada
hakikatnya isi kurikulum itu sendiri. Bahwa isi kurikulum senantiasa
mengacu usaha pencapaian ketujuan-tujuan kurikulum dan tujuan-tujuan
instruksional bidang studi bahan pengajaran itu adalah sebagai rincian
pada poko-pokok bahasan dan subpokok bahasan dalam GBPP. 14
Berbagai kebutuhan pendidikan tak dapat dipisahkan dari
pendekatan pengembangan kurikulum secara menyeluruh. Dalam
hubungan ini ada empat kategori pendekatan yang dapat kita
pertimbangkan:

1. Pendekatan cultural
2. Pendekatan multi dimensional

3. Pendekatan menererial

4. Pendekatan professional

14 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

22
Keempat ini sangat mempengaruhi tujuan pembelajaran yang telah
terprograam dalam Gari-Gari Besar Tujuan Pembelajaran dan kurikulum
yang ada dari beberapa pendekatan ini dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Pendekatan cultural
Dala struktur kultur ( budaya) Nasional terdapat dimensi-dimensi
keluarga, pendidikan, ekonomi,politik, system nilai, teknologi, rekreasi
dan lain sebagainya. Pendekatan politik dikenal sebagai pendekatan
demokrasi yang beroreentasi pada pembentukan kecerdasan dan
perluasan kesempatan belajar. Diasumsikan bahwa manusia-manusia
yang berkecerdasan tinggi akan memungkinkan baginya untuk
berpartisipasi dalam masyarakat, misalnya dalam proses
pembangunan. Karena isi kurikulum dikembangkan dan
diorganisasikan sedemikian rupa untuk mencapai sasaran manusia
atau warga Negara demokratis. Dengan kata lain, isi kurikulum yang
tidak mengarah pada pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai
social dan personalyang menjadi cirri khas kemanusiaan. Isi kurikulum
disusun berdasarkan system nilai yang berorientasi pada
pembentukan warga Negara yang baik
2. Pendekatan multidimensional
Sesuai dengan pendekatan multidimensional, pengembangan isi
kurikulum berdasarkan pada keharusan-keharusan, sebagai berikut:
Pertama,isi kurikulum berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan
politik yang dilaksanakan oleh pemerintah, yang
mencakupkebijaksanaan dalam pembangunan dan pendidikan.
Kedua,isi kurikulum dikembangkan berdasarkan konsep pendidikan
misalnya konsep pendidikan siap pakai artinya para para lulusan
dipersiapkan agar mampu bekerja atau menempati lapangan kerja
dalam masyarakat. Ketiga, isi kurikulum dikembangkan
berdasarkan psikologi belajar tertentu. Sejalan dengan konsep

23
pendidikan maka psikologi behavioristik yang menekankan pada
pembentukan tingjah laku atau dengan konsep belajar tuntas.

3. Pendekatan menejerial

4. Pendekatan professiona

F. Tehnik merumuskan tujuan pengajaran

Dalam mencapai tujuan tidak semudang membalikkan tangan kita


perlu adanya kerja keras. Banyaknya komponen pembelajaran yang
seharusnya mendukung dan bekerjasama dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Pendidik dan siswa merupakan komponen yang dominan
yang berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Tanpa keduanya,
walaupun ada yang lain juga mempengaruhinya tidak akan mungkin
tujuan pengajaran tercapai kalau tanpa keduannya. Merumuskan tujuan
belajar mengajar. 1. Merumuskan tujuan umum, 2. Merumuskan suatu
situasi, 3. Merumuskan suatu tes. langkag-langkah ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Merumuskan tujuan umum Tujuan umum yang dulu disebut tujuan
instruksional umum adalah hasil-hasil pengajaran yang mengandung nilai
tertentu bagi siswa.sebagai contoh memiliki pengetahuan dasar-dasar
kenegaraan dan pemerintah sesuai dengan UUD 1945, memiliki
keterampilan memecahkan masalah sederhana dengan
sistematis,memiliki sikap demokratis dan rasa tenggang rasa.
Pendidik dalam merumuskan tujuan pengajaran bersumber dari
mata pelajaran. Mata pelajaran dapat dibagi-bagi menjadi bagian-bagian
kecil pokok bahasan. Bagian tersebut dapat dirumuskan suatu tujuan
pengajaran tertentu .sehingga mempunyai ciri khas seorang pendidik
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Merumuskan
suatu situasi acuan Seorang pendidik dalam merencanakan pelajaran,
sesungguhnya dia mengharapkan dalam situasi bagaimanpun pendidik

24
dapat menyampaikan kepada anak didiknya. Jadi situasi acuan itu berada
diluar pengajaran itu senndiri, untuk menentukan situasi acuan tersebut,
guru perlu mempertanyakan pada dirinya sendiri atau menanyakan
kepada siswa sesuai dengan harapan atau aspirasi siswa dalam kelas itu
sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang kita harapkan
dan tercapai tujuan pembelajaran.
Merumuskan suatu tes situasi acuan Tes adalah suatu mekanisme
untuk menghubungkan tujuan pendidik dengan situasi acuan. 15
Penyusunan tes dalam rangka untuk mengecek apakah pengajaran
relevan jika siswa mampu mentranferkan hal-hal yang telah dipelajarinya
dalam situasi lain sebagai bukti bahwa dia telah mencapai tujuan
pengajaran. Itu berarti dia mampu melakukan atau melaksanakan dalam
situasi yang diharapkan. Tes berisikan kondisi-kondisi tingkah laku yang
harus dipertunjukkan dan ukuran-ukuran keberhasilan tingkah laku.

G. Kegunaan Tujuan Pengajaran

Seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran mempunyai


keinginan dan tidak sama satu dengan yang lain terahadap siswa yang
diajarnya. Perumusan tujuan pengajaran mengandung kegunaan tertentu
dalam rangka memecahkan permasalahan dalam pengajaran. secara
khusus, tujuan pengajaran bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk Pengajaran atau keadaan siswa artinya pengajaran dinilai


berhasil apabila siswa telah mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditentukan . ketercapaian tujuan tujuan pengajaran oleh siswa
menjadi indicator keberhasilan system pengajaran yang dirancang
sebelumnya.
b. Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan memberikan arah, acuan, dan pedoman bagi siswa

15 Oemar Hamelik, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi


Aksara, 2005) cetakan keempat, hlm.,130

25
dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dengan demikian guru dapat
merancang tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk
mengarahkan siswa mencapai tujuan pengajaran.

c. Sebagai kriteria untuk merancang pelajaran. Merupakan dasar


dalam memilih dan menetapkan materi pelajaran, baik ruang
lingkupnya, menentukan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan
untuk mencapai tujuan, memilih alat sunmber, serta untuk
merancang prosedur penilaian.

d. Menjadi media untuk berkomunikasikan dengan rekan-rekan guru


lainnya.

Berdasarkan tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, maka


seorang guru dapat melakukan komunikasi dengan rekan sekerjanya
tentang apa yang hendak dicapai dalam tujuan pmbelajaran. 16

H. Tingkatan-tingkatan Tujuan pendidikan atau Pembelajaran

Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat kita bagi menjadi lima


tingkatan atau jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang
hendak dicapai oleh tujuan itu. Tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Tujuan pendidikan Nasional


2. Tujuan lembaga pendidikan

3. Tujuan kurikuler

4. Tujuan mata pelajaran

5. Tujuan belajar mengajar

16 Oemar Hamelik, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi


Aksara, 2005) cetakan keempat, hlm., 114

26
Tujuan-tujuan tersebut akan diuraikan satu persatu dibawah ini

1. Tujuan pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan Nasional adalah tujuan pendidikan umum dari


system pendidikan nasional. Tujuan ini merupakan tujuan jangka
panjang dan sangat luas dan menjadi pedoman dari semua kegiatan
atau semua usaha pendidikan di Negara kita. Tujuan ini kemudian
dijadikan landasan dalam landasan dalam menentukan tujuan sekolah
dan tujuan kurikulum sekolah, tujuan pendidikan formal dan non
formal. Dengan kata lain tujuan pendidikan nasional menjadi pedoman
dari seluruh kegiatan dan lembaga pendidikan di Negara kita. sehingga
tujuan pengajaran tidak melenceng apa yang diharapkan oleh
pendidikan Nasional. Walaupun tujuan yang jelaskan diatas sangatlah
umum tetapi itu semua menjadi acuan bagi pendidik yang pada
dasarnya suatau daerah tidaklah sama dalam mengembangkan tujuan
penganjaran dan kerena mempunyai hak otonomi daerah masing-
masing. Dan satu-satunya untuk menyatukan semua keinginan dalam
mengemabangkan tujuan pengajaran. Maka adanyan tujuan
pendidikan Nasional sebagai salah satu sarana pemersatu diantara
semuannya.

2. Tujuan lembaga pendidikan

Setiap lembaga pendidikan, sejak dari taman kanak-kanak sampai


perguruan tinggi, masing-masing mempunyai tujuan yang hendak
dicapai, dan tujuan itu berbeda-beda dengan yang lainya berdasarkan
pada jenis lembaga yang disediakan untuk siapa ada didalam proses
pengajaran. Dalam hubungan ini, penulis mengambil contoh tujuan
sekolah dasar dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional yang
umumnya sekolah dasar hendaknya mencapai tujuan atau target
sebagai berikut. Supaya anak- anak tamatan SD mengenal kewajiban

27
dan haknya sebagai manusia pancasila sesuai dengan UUD 45 ,
Pancasila perbuatan selaras dengan pengetahuan. Supaya anak-anak
tamatan SD memiliki salah satu keterampilan atau kecakapan khusus
yang merupakan bekal hidupnya dalam masyarakat dan dengan
demikian dapat berdiri sendiri. Supaya anak-anak tamatan SD memiliki
dasar ilmu pengetahuan yang kukuh dan keprigelan (cepat tanggap
dengan keadaan yang ada) dan penggunaan dalam melanjutkan
pendidikan kesekolah menengah. Sehingga keinginan bangsa dalam
mewujudkan WAJIB BELAJAR 9 TAHUN.

3. Tujuan kurikuler Kurikulum

Setiap pendidikan di Indonesia harus mencerminkan mukhadimah


UUD45 demikian kurikulum harus menjadi pelaksana UUD45
dibidang pendidikan. Karena itu untuk memperjelas tujuan kurikulum,
misalnya: kurikulum sekolah dasar maka dapat diperhatikan hasil
pendidikan atau taraf perkembangan yang diharapkan dalam kurikulum
SD sebagai berikut: Sikap siswa. Sikap siswa dalam kehidupan sehari-
hari sesuai dengan mukhadimah UUD45 ( isi mukadimah UUD)
Pengetahuan dan pengertian siswa terhadap bahan pelajaran sebagai
warga Negara. Artinya siswa yang patuh terhdap peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

1. Perasaan keindahan siswa.


2. Kecerdasan siswa.

3. Perkembangan jasmani atau kesehatan.

4. Keterampilan

5. Tujuan mata pelajaran

6. Tujuan belajar mengajar

28
Tujuan belajar mengajar sebagai contoh mata pelajaran pendidika
kewarganegaraan sebagai berikut: Menanamkan,memupuk,dan
mengembangkan rasa beragama dengan bukti berbakti kepada Tuhan
Yang Maha Esa Memupuk dan mengembangkan rasa kekeluargaan
dalam hidup sebagai anggota masyarakat Memupuk dan
mengembangkan rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air
Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi warga
Negara yang demokratis Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan
sifat dan sikap kewiraan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan munculnya era globalisasi di penghujung milenium kedua


ini, telah membawa wawasan dan kesadaran masyarakat, dengan muncul
sejumlah harapan sakaligus kecemasan. Harapan-harapan ini karena ada
perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di satu sisi sebagai akibat
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta informasi dan
teknologi (INFOTEK).
Lembaga Pendidikan yang berkualitas merupakan dambaan setiap
komponen masyarakat, baik komponen masyarakat sekolah yang terdiri
dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, maupun masyarakat
dalam arti luas yaitu orang tua atau masyarakat lain pengguna pendidikan

29
atau simpatisan yang menaruh perhatian besar terhadap kuantitas dan
kualitas output sekolah, Lembaga Pendidikan yang berkualitas yang
mampu memproses peserta didik yang pada akhirnya akan menghasilkan
produk (output) secara optimal.
Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan
manusia, karena dengan adanya pendidikan berarti akan melahirkan
manusia yang kreatif dan mempunyai ide-ide yang cemerlang dalam
mengisi masa depan yang lebih maju. Potensi yang ada pada diri manusia
akan berkembang menjadi pribadi yang baik, apabila dia manfaat kan
dengan sebaik mungkin kearah yang positif.
Kurikulum terus berubah karena potensi siswa, kondisi pendidikan,
persaingan global, persaingan pada kemampuan SDM dan persaingan
terjadi pada lembaga pendidikan. Oleh karena itu guru dituntut harus
mampu: (a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c)
Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d)
Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah
laku. (e) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber. (f) Memilih bahan
sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan
penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya.
(h) Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang,
misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai
proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai
penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan
pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan,
pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan
fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk
berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas

30
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah: Pembelajar
(pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik
mereka, kemampuan awal dan pra syarat. Tujuan Pembelajaran (umum
dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh
pembelajar.
Konsep tujuan pengajaran atau pembelajaran yang dikemukakan
oleh Mager menitik beratkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan
(performace) sebagai suatu jenis output yang terdapat dari siswa, yang
dapat diamati dan menunjukan bahwa siswa tersebut telah melakukan
kegiatan belajar
Dalam pendesainan tujuan pembelajaran hendaknya seorang guru
atau pendidik memperhatikan komponen sebagi berikut :

1. Tingkah laku terminal


Tingkah terminal adalah komponen tujuan pengajaran yang menentukan
tingkah laku siswa setelah pengajaran
2. Kondisi-kondisi tes.
Kondisi-kondisi seperti yang seperti itu, seharusnya perlu disiapkan oleh
seorang guru sebab sering terjadi siswa memprotes bahwa ulangan atau
tes yang diberikan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah
diberikan. Jenis kondisi ada tiga jenis yang umumnya mempengaruhi
prilaku pada suatu tes.
3. Ukuran-ukuran perilaku
Komponen ukuran merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang
digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa.

Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang


dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran
dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model
berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan
model melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk
mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap

31
dua jam pelajaran atau lebih.
Gari-Gari Besar Tujuan Pembelajaran dan kurikulum yang ada dari
beberapa pendekatan ini dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Pendekatan cultural
Dala struktur kultur ( budaya) Nasional terdapat dimensi-dimensi keluarga,
pendidikan, ekonomi,politik, system nilai, teknologi, rekreasi dan lain
sebagainya. Pendekatan politik dikenal sebagai pendekatan demokrasi
yang beroreentasi pada pembentukan kecerdasan dan perluasan
kesempatan belajar. Diasumsikan bahwa manusia-manusia yang
berkecerdasan tinggi akan memungkinkan baginya untuk berpartisipasi
dalam masyarakat, misalnya dalam proses pembangunan. Karena isi
kurikulum dikembangkan dan diorganisasikan sedemikian rupa untuk
mencapai sasaran manusia atau warga Negara demokratis. Dengan kata
lain, isi kurikulum yang tidak mengarah pada pembentukan kepribadian
berdasarkan nilai-nilai social dan personalyang menjadi cirri khas
kemanusiaan. Isi kurikulum disusun berdasarkan system nilai yang
berorientasi pada pembentukan warga Negara yang baik
2. Pendekatan multidimensional
Sesuai dengan pendekatan multidimensional, pengembangan isi
kurikulum berdasarkan pada keharusan-keharusan, sebagai berikut:
Pertama,isi kurikulum berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan
politik yang dilaksanakan oleh pemerintah, yang mencakupkebijaksanaan
dalam pembangunan dan pendidikan. Kedua,isi kurikulum dikembangkan
berdasarkan konsep pendidikan misalnya konsep pendidikan siap pakai
artinya para para lulusan dipersiapkan agar mampu bekerja atau
menempati lapangan kerja dalam masyarakat. Ketiga, isi kurikulum
dikembangkan berdasarkan psikologi belajar tertentu. Sejalan dengan
konsep pendidikan maka psikologi behavioristik yang menekankan pada
pembentukan tingjah laku atau dengan konsep belajar tuntas.

32
3. Pendekatan menejerial
4. Pendekatan professiona
Merumuskan tujuan belajar mengajar. 1. Merumuskan tujuan umum,
2. Merumuskan suatu situasi, 3. Merumuskan suatu tes. langkag-langkah
ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Langkag-langkah ini dapat dijelaskan
sebagai berikut: Merumuskan tujuan umum Tujuan umum yang dulu
disebut tujuan instruksional umum adalah hasil-hasil pengajaran yang
mengandung nilai tertentu bagi siswa.sebagai contoh memiliki
pengetahuan dasar-dasar kenegaraan dan pemerintah sesuai dengan
UUD 1945, memiliki keterampilan memecahkan masalah sederhana
dengan sistematis,memiliki sikap demokratis dan rasa tenggang rasa.
Seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran mempunyai
keinginan dan tidak sama satu dengan yang lain terahadap siswa yang
diajarnya. Perumusan tujuan pengajaran mengandung kegunaan tertentu
dalam rangka memecahkan permasalahan. Tujuan pendidikan dan
pengajaran dapat kita bagi menjadi lima tingkatan atau jenjang sesuai
dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu.
Tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tujuan pendidikan Nasional


2. Tujuan lembaga pendidikan

3. Tujuan kurikuler

4. Tujuan mata pelajaran

5. Tujuan belajar mengajar

B. Saran saran

Dari makalah yang saya buat ini saya menyadari tentulah tidak
dikatakan benar atau sempurna, baik dari tata bahasa penulisan maupun
isinya. Mungkin sangat jauh dari kata benar atau sempurna.

33
Maka dari itu saya mengharapkan sumbangsih dari teman-teman
yang akan menjadi seorang guru profesional dibidang ilmu masing-masing
untuk memberi saran dan perbaikan terhadap makalah yang saya buat
ini, Sehinggga nantinya makalah ini bisa dijadikan sedikit acuan dalam
pembuatan desain pembelajaran disekolah kita masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Suparman, Atwi. 2009. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka


Zuhairi, Stain. Blogspot.com/2008/02/ http:// analisis-instruksional. html

Hamelik, Oemar, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan


Sistem,Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, cetakan keempa

http://instructionaltheorycourse.blogspot.com/2009/02/1-introduction

2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dadang Supriatna, Konsep Dasar Desain Pembelajaran, PUSAT


PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA

34
KEPENDIDIKAN TAMAN KANAK KANAK DAN PENDIDIKAN LUAR
BIASA 2009
Sagala Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung :
Alfabeta
Hannafin, M.J. & Peck, K.L. 1988. The design, development, and
evaluation
of instructional software. New York: Mc Millan Publishing Company

Hasbullah, (2006) Implementasi E-Learning Dalam Pengembangan


Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Proceeding), SNPTE 2006, UNY,
Yogyakarta

Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Gaung Persada, Jakarta


2011.`

Dimyati,dkk.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta

Kunandar.2009.Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP). Jakarta:Rajawali Pers

ADDIE Instructional Design Model. Retrived December 20 2006. from

http://itsinfo.tamu.edu/workshops/handouts/pdf_handouts/addie.pdf

35

Anda mungkin juga menyukai