Anda di halaman 1dari 67

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CERDAS

CERMAT DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN


MATERI PKn DAN KETERAMPILAN
MENGELUARKAN PENDAPAT

NASKAH KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
Badrun, S.Pd

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 1 TULIN ONSOI
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembelajaran PKn yang diinginkan oleh Kementrian

Pendidikan Nasional antara lain, siswa diharapkan dapat berpikir kritis,

rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan, berpartisipasi

secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam

kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Berdasarkan tujuan

tersebut, maka siswa setelah mempelajari PKn diharapkan dapat memiliki

pemahaman yang luas mengenai isu-isu kewarganegaraan secara teoritis

konseptual dan tentunya kemampuan menyampaikan argumentasi tentang

nilai-nilai yang dipahami kepada masyrakat disekelilingnya dalam upaya

turut berperan dalam mengimplementasikan nilai-nilai yang diperoleh di

sekolah. Berdasarkan pengalaman mengajar penulis dan memperhatikan

beberapa pendapat teman-teman dalam pertemuan MGMP PKn Kabupaten

Nunukan, bahwa karakter personal siswa dalam belajar PKn secara umum

dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Banyak siswa yang pintar dalam memahami konsep dan teori, tetapi tidak

memiliki kemampuan dan keberanian untuk menyampaikan dalam bentuk

argumentasi yang baik, benar teratur dan mudah dipahami.


2. Sebaliknya, banyak pula siswa yang pintar berbicara atau menyampaikan

argumentasi, tetapi tidak memiliki pemahaman hal yang disampaikan,

sehingga argumentasinya tidak berbobot, atau biasa di sebut dengan

istilah “omong kosong”.

Berdasarkan dua gejala personal siswa tersebut, maka diperlukan

suatu model pembelajaran yang mampu melatih kamampuan siswa secara

seimbang antara kemampuan memahami konsep dan teori secara luas dan

kemapuan mengemukakan secara langsung apa yang telah dipahaminya

dalam bentuk argumentasi yang benar, teratur dan mudah dipahami.

Integrasi model cerdas cermat dalam pembelajaran akan mampu

membekali siswa dalam penguasaan konsep PKn secara luas dalam bentuk

pemberian intisari materi, kisi-kisi soal dan atau dalam bentuk bank soal

sesuai dengan terget materi yang diharapkan. Sedangkan kemampuan dan

keterampilan mengeluarkan argumentasi atau menyampaikan pendapat akan

ter-asah dalam kegiatan proses lomba cerdas cermat. Siswa akan berusaha

menjawab langsun setiap pertanyaan secara maksimal dalam kompetisi yang

sehat untuk menjadi yang terbaik.

Permasalahan lain yang mengemuka dalam pertemuan dengan teman-

teman MGMP PKn adalah sering terjadi, siswa yang diutus dalam mengikuti

lomba cerdas cermat yang berkaitan dengan penanaman nilai kebangsaan

seperti lomba Ceradas Cermat UUD 1945 dan Empat Pilar Kebangsaan,

hanya dilihat dari prestasi siswa dalam hal nilai akademik yang diambil dari

wali kelas, tanpa melihat kemampuan keterampilan/vokasionalnya dalam


menyampiakan pendapat dan hal ini sering menjadi titik lemah tim.

Mengadakan seleksi dengan mengambil waktu tertentu juga bukan solusi

yang baik, karena dapat menggangu proses pembelajaran siswa pada mata

pelajaran lain. Dengan mengintegrasikan Model pembelajaran cerdas cermat

dalam kegiatan belajar, diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi

sebagaimana yang dikemukakan di atas.

Hasil uji coba awal penerapan model cerdas cermat yang penulis

lakukan pada beberapa kelas, menunjukkan adanya antusias dari siswa dalam

belajar, karena meraka menikmati proses kegiatan belajar dalam situasi

bermain dan berkompetisi dengan teman-temanya. Keunggulan lain yang

penulis rasakan, bahwa penilaian terhadap siswa adalah peniliaan proses atau

penilaian kontekstual sesuai dengan kemampuan siswa yang teramati

langsung. Siswa yang mampu adalah yang dapat menjawab dengan

argumentasi baik, benar dan dapat dipahami, khususya dalam tahapan proses

lomba. Kenyataan terasebut di atas tentunya perlu di uji dalam suatu

penelitian untuk memperkuat kontribusi model pembelajaran cerdas cermat

ini dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas yang telah dikemukakan,

maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Apakah model pembelajaran cerdas cermat efektif meningkatkan

pemahaman materi PKn siswa kelas XI Akuntansi SMKN 1 Tulin Onsoi?


2. Apakah moel pembelajaran cerdas cermat efektif meningkatkan

keterampilan menyampaikan pendapat siswa kelas XI Akuntansi SMKN 1

Tulin Onsoi?

C. Tujuan Penelitian

Untuk dapat menyelesaikan fokus penelitian, penulis menentukan

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran cerdas cermat terhadap

pemahaman materi PKn kelas XI Akuntansi SMKN 1 Tulin Onsoi.

2. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran cerdas cermat terhadap

keterampilan mengeluarkan pendapat siswa kelas XI Akuntansi SMKN 1

Tulin Onsoi.

D. Manfaat Penelitian

Permasalahan dan rumusan masalah telah dikemukakan, penulis

berharap penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis dan praktis,

diantaranya:

1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

dan bahan pemikiran tentang alternatif model pembelajaran yang dapat

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya yang berkenaan

dengan penerapan model pembelajaran cerdas cermat.

2. Manfaat praktif, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan bagi guru-guru normatif khususnya guru PKn dalam mengelola


pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan terhadap materi

pembelajaran secara luas dan mendalam disertai dengan ketermapilan

dalam mengemukakakn pendapat terhadap hal yang telah diketahuinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas

Efektif secara sederhana dapat diartikan sebagai ketercapaian kegiatan

secara maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Komariah

(2005:34), “efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran/

tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) yang telah dicapai. Dalam bentuk

persamaan, efektifitas adalah sama dengan hasil nyata dibagi dengan hasil

yang diharapkan”. Selanjutnya dikemukakan oleh Asmani (2011:61),

“efektifitas adalah proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.

Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran

tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah

proses pembelajaran berlangsung”.

Efektivitas kaitannya dengan penelitian ini menunjukkan bagaimana

penerapan Medel Pembelajaran cerdas cermat mampu memberikan kontribusi

dalam meningkatkan pemahaman materi PKn dan keterampilan

mengemukakan pendapat pada siswa kelas XI Akuntansi di SMKN 1 Tulin

Onsoi.

B. Model Pembelajaran

Model secara umum dapat pula diartikan sebagai bentuk atau

gambaran yang dapat diikuti atau dicontoh. Menurut Agus Suprijono (2011:
45), “model diartikan sebagai “bentuk representasi akurat sebagai proses

aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba

bertindak berdasarkan model itu”. Lebih lanjut diutarakan bahwa “Model

pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial” (Suprijono, 2011:

46).

Berbeda dengan pendapat di atas, bahwa “model mengajar merupakan

suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik dan

mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar

tertentu yang befungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proes belajar

mengajar” (Sagala, 2010: 176).

Berdasarkan urain di atas, maka suatu model atau bentuk yang di

dalamnya terdapat proses, prosedural yang dapat memberikan dampak positif

dalam proses pembelajaran tentunya dapat digunakan oleh guru dalam

mencapai tujuam pembelajran yang telah ditetapkan.

Model Pembelajaran Terpadu menurut Sugianto (2009:124) “pada

hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan

siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan

menemukan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.

Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman

langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan,

dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya”.


Sejalan dengan pendapat tersebut Model CC diharapkan siswa dapat

memperoleh pengalaman langsung dan terpadu antara pengetahuan terhadap

materi PKn dan isu-isu kenegaraan disertai dengan kemampuan

menyampaian isu-isu yang dipahami tersebut dalam suatu argumentasi yang

baik.

C. Cerdas Cermat

Cerdas cermat adalah gabungan dari kata cerdas dan cermat, secara

sederhana “cerdas” biasa diartikan memiliki banyak pengetahuan dan

keterampilan dan “cermat” berarti berhati-hati melakukan sesuatu, dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online cerdas berarti sempurna

perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dsb); tajam pikiran,

sedangkan cermat berati penuh minat (perhatian); saksama; teliti:

(http://kbbi.web.id: 2022).

Secara lebih lengkapnya cermat adalah sikap hati-hati, teliti, sungguh-

sungguh, ikhlas, rajin dan ulet dalam melakukan pekerjaan. Walaupun kata

cermat itu memiliki tafsiran yang bermacam macam, namun dapat

digambarkan salah satu tindakan cermat, yaitu cermat dalam bekerja. Dengan

cermat setiap pekerjaan akan berjalan dengan lancar dan tentunya

mendapatkan hasil yang memuaskan, seperti layaknya dalam mengerjakan

atau menjawab soal. Orang yang cermat, pasti orang itu akan mendapatkan

nilai yang paling besar dibandingkan temannya Setelah dua kata tersebut

digabung, maka terjadi pergeseran makna, yang berarti suatu kegiatan lomba
atau pertandingan adu ketajaman berpikir dan katangkasan menjawab

pertanyaan dan sejenisnya secara cepat dan tepat.

Model pembelajaran cerdas cermat merupakan pengembangan dari

model cooperative learning tipe team games tournament (TGM). Menurut

Slavina terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahapan Presentasi di kelas, tim,

game, turnamen, dan rekognisi tim (Robert E Slavin, 2001: 166-167).

Langkah yang yang disampiakan oleh Slavin yaitu presentase dikelas

merupakan kegitan awal guru memberikan gambaran umum materi dan

penjelasan tentang pembelajaran yang akan berlangsung, dilanjutkan dengan

kegiatan pembentukan tim atau kelompok, kemudian pelaksanaan permainan

(game). Kegiatan selanjutnya adalah Tournamen yaitu siswa belajar dalam

situasi permainan kompetisi, dan tahapan terakhir adalah rekognisi tim atau

pemberian penghargaan kepada kelompok dengan kriteria tertentu atau

pemenang lomba.

Cerdas cermat ditinjau dari kepentingan penelitian ini tentunya tidak

diartikan sematamata hanya sebagai suatu kegiatan lomaba yang bertujuan

mencari pemenang, tetapi didesain dengan langkah-langkah tertentu, yang

menekankan pada proses kegiatannya yang dapat memberikan dampak pada

peningkatan kemampuan memahami materi PKn secara luas, serta

kemampuan menyampaikan pendapat. Sintak atau langkah-langkah

pembelajaran CC yang telah dirancang oleh penulis dapat digambarkan

sebagai berikut:
1. Orientasi materi (pengaturan dan penyesuaian materi pelajaran dengan

kegiatan lomba)

2. Orientasi personil, sarana dan prasarana (pengaturan siswa sebagai peserta

dan peran yang lainnya serta sarana dan prasarana)

3. Kegiatan utama lomba cerdas cermat

4. Pengumpulan data hasil lomba

5. Analisis hasil lomba

6. Pengambilan kesimpulan

7. Penutup

Sintak yang telah dirumuskan di atas diharapkan dapat menjadi

pedoman umum serta memudahkan dalam mengimplementasikan model

pembelajaran cerdas cermat tersebut oleh guru.

D. Kemampuan Memahami

Memahami berarti mampu mengungkapkan makna baik yang tersurat

maupun yang tersirat dari suatu keadaan, situasi, hal dan sebagainya. Kata

“mengerti” nilainya lebih rendah dari pada “memahami”. “Mengerti berarti

mengetahui pola-pola kesamaan atau pun perbedaan yang terjadi,

sebabsebabnya, fungsi, ataupun tujuannya. sedangkan memahami, berarti

menghayati pola-pola yang kemungkinan besar telah dimengerti, dan

kemudian mengetahui dan menghayati maknanya”(Yahoo : 2016).

Penjelasan lain tentang pemahaman dapat dikemukakan sebagai

berikut: “Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti
benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami”

(Emzul dkk, 2008 : 607-608). Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa

“pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak

dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi

yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang

hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati.

Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam,

menemukan dirinya dalam orang lain”.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa sesuatau

yang telah dipahami siswa seharusnya dapat pula diungkapkan dalam suatu

argumentasi secara baik, tetapi kenyataan dilapangan banyak siswa yang

pintar dalam hal pengetahuan tetapi tidak memiliki kemampuan

menyampaikan pendapat. Kemampuan menyampaikan pendapat

sesungguhnya masuk pada rana keterampilan yang hanya dapat dimiliki siswa

melalui proses pembiasaan dan melatih.

Sudjana (1992: 24) “menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan

kedalam 3 kategori, yaitu : (1) tingkat terendah adalah pemahaman

terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,

mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah

pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan

yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik

dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3)

tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi. Berdasarkan


pernyaataan tersebut dapat dikatakan bahwa Hasil belajar pemahaman

merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar

pengetahuan”.

Tingkat pemahaman yang dapat dikuasai siswa dengan penerapan

model cerdas cermat tetunya dapat dikondisikan oleh guru, yaitu dengan

menyesuaikan kisi-kisi soal yang diberikan pada siswa yang harus dikuasai

sebelum masuk pada kegiatan lomba cerdas cermat. Tingkat pemehaman

siswa dapat diketahui dengan hasil belajar melalui evaluasi atau tes di akhir

pembelajaran.

E. Keterampilan Mengeluarkan Pendapat

Terampil berarti cakap atau mahir, jadi keterampilan berarti

kecakapan melakukan atau mengerjakan sesuatu. Mengeluarkan pendapat

hampir sama pengertiannya dengan berbicara, yang membedakan hanya pada

moment penyampaikannya. Kalau pendapat pada umumnya disampaiakan

dalam situasi resmi dan dalam pembicaraan dengan lebih dari satu orang,

sedangkan berbicara konteksnya sedikit lebih umum dan dapat dilakukan

dalam situasi apa saja meskipun tanpa ada lawan bicara.

Berbicara adalah "suatu peristiwa menyampaikan maksud, gagasan,

pikiran, perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa

lisan, sehingga maksud tertentu terpahami oleh orang lain” (Kartini, 1985: 7)

Mengeluarkan pendapat masuk pada ranah keterampilan yang dapat

dimiliki oleh siswa dengan banyak berlatih, terlebih lagi jika pendapat
tersebut disampaikan di depan banyak orang yang tentunya melibatkan unsur

epsikology seseorang. Model pemebelajaran CC memberi peluang kepada

setiap siswa untuk melatih diri menyampaikan pendapat didepan umum

dengan menjawab pertanyaan yang diajukan.

Secara khusus, kemerdekaan mengemukakan pendapat diatur dalam

UU RI No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di

Muka Umum. Dalam pasal 2 ayat 1 UU itu, disebutkan bahwa setiap warga

negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan pendapat

sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (UU RI No.9 Th. 1998: Pasal 2 ayat

1).

Penjelasan lain tentang kemampuan mengeluarkan pendapat yakni,

menurut Cawood dalam Karnadi (2009:108), kemampuan mengemukakan

pendapat adalah gambaran dari pengekspresian pikiran, perasaan, kebutuhan

dan hak yang dimiliki seseorang bersifat langsung, jujur dan sesuai tanpa

adanya kecemasan yang tidak beralasan namun disertai kemampuan untuk

dapat menerima perasaan atau pendapat orang lain dan dengan tidak

mengingkari hak mereka dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan.

Lebih lanjut teori Bloom dalam Karnadi (2009:108), mengutarakan

kemampuan mengutarakan pendapat adalah usaha individu untuk

mengkomunikasikan secara langsung dan jujur, dan menentukan pilihan tanpa

merugikan atau dirugikan orang lain. Menurutnya, karakter dari anak yang

memiliki kemampuan ini adalah kemampuan mengekspresikan ide,


kebutuhan dan perasaan serta mempertahankan hak individunya dengan cara

tidak melanggar hak orang lain.

Keterampilan mengeluarkan pendapat dalam kontek penelitian ini

adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menyampaikan atau

mengutarakan pendapat dengan kalimat yang baik, benar sesuai dengan

materi yang telah dipahaminya. Berdasarkan beberapa teori yang

dikemukakan di atas, maka indikator kemampuan mengeluartkan pendapat

dalam konteks penelitian ini adalah: mampu menjawab pertanyaan secara

lisan yaitu: (1) lancar dengan kalimat yang baik; dan (2) jawaban secara utuh,

sempurna mencakup seluruh unsur pertanyaan.

F. Desain Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai

metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena

sebab akibat (causal-effect relationship) (Sukardi 2011:179). Selanjutnya,

metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan (Sugiyono 2011:72).

Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami

bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap

subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen dalam pendidikan adalah

kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu


perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau

menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika

dibandingkan dengan tindakan lain. Ciri-ciri yang membedakan eksperimen

dari jenis penelitian lain adalah adanya : manipulasi variable, kontrol,

penugasan random, dan perlakuan (treatment).

Salah satu bentuk desain eksperimen adalah true model True

Experimental Design. Dengan bentuk Pretest-Posttest Control Design dengan

model sebagai berikut:

R X O2
R O4
Gambar 1. Model pretest-post test control design

(Sugiyono, 2012: 112)

Keterangan:

R : kelompok eksperimen dan kontrol

X : perlakuan

O2: nilai pengukuran kelompok siswa tanpa perlakuan (berlaku pembelajaran

umum)

O4: nilai pengukuran kelompok siswa dengan perlakuan

G. Hipotesis Penelitian

Dari kajian teori yang dikemukakan, bahwa penilaian dengan

penerapan model CC sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman materi

PKn dan keterampilan menyampaikan pendapat, maka rumusan hipotesis

adalah: (1) model pembelajaran cerdas cermat efektif meningkatkan


pemahaman materi Pkn siswa kelas XI multimedia SMKN 1 Tulin Onsoi; dan

(2) model pembelajaran cerdas cermat efektif meningkatkan keterampilan

menyampaikan pendapat siswa kelas XI Multimedia SMKN 1 Tulin Onsoi.

H. Alur Pikir

Kerangka fikir yang dijadikan dasar dalam mengkonstruksikan

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 1. Alur fikir penelitian


Kelompok Perlakuan Hasil Ukur
Eksperimen Metode cerdas  Peningkatan kemampuan
cermat memahami materi PKn
 Keterampilan
menyampaikan pendapat
Kontrol  Peningkatan kemampuan
memahami materi PKn
 Keterampilan
menyampaikan pendapat

Model pembelajaran CC akan merangsang siswa berupaya untuk

menguasai materi pembejaran yang telah diberikan secara mendalam, karena

mereka sadar akan berkompetisi dengan teman-temannya dalam suatu lomba

pada proses pembelajaran yang telah ditentukan. Mereka juga akan berupaya

berlatih menyampaikan secara langsung materi yang telah dikuasainya, dan

hal ini sekaligus telah melatih keterampilan dalam mengemukan pendapat

didepan teman-temanya.

Dari uraian di atas dapat dipertegas kerangka fikir penelitianya yaitu,

jika model pembelajaran CC diterapkan kepada siswa, maka penguasaan

materi PKn dan kemampuan mengeluarkan pendapat akan meningkat pula.


I. Definisi Konseptual Variabel

1. Kemampuan memahami materi PKn adalah penguasaan pengetahuan

(kognitif) siswa terhadap tujuan pembelajaran pada setiap kompetensi

dasar mata pelajaran PKn yang dapat diketahui dari hasil belajar siswa

2. Keterampilan mengeluarkan pendapat adalah kemampuan yang dimiliki

oleh siswa dalam menyampaikan atau mengeluarkan pendapat secara

lisan dengan kalimat baik, benar sesuai dengan materi yang telah

diajarkan.

J. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan yang dapat dikemukakan dalam

rangka memperkuat fakta konseptual dalam membangun kesimpulan tentang

metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan memahami dan

mengeluarkan pendapat antara lain:

1. Penggunaan teknik cerdas cermat untuk meningkatkan kemampuan

menyampaikan pendapat dalam pembelajaran berbicara siswa kelas VII.3

SMP laboratorium undiksha singaraja tahun pelajaran 2012/2013 oleh I

Wayan Budiana.

2. Peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas XI SMA negeri 4 kota

bengkulu tahun ajaran 2012-2013 dengan pendekatan komunikatif oleh

Isnainar.
3. Penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa

Menggunakan Teknik Cerdas Cermat (PTK pada siswa kelas XI SMA

Pasundan 3 Cimahi)”. Oleh Futri.

4. Upaya meningkatkan keterampilan berbicara dan motivasi belajar siswa

dengan strategi sosiodrama pada mata pelajaran bahasa indonesia kelas

III BMI Ma’arif Bego tahun ajaran 2012/2013 oleh Sri Haryani.

Beberapa hasil penelitian yang relevan di atas diharapkan sebagai

pembanding yang refresentatif terhadap penelitian yang dilakukan oleh

peneliti sekarang. Tentu setiap penelitian mempunya karakter dan penekanan

tersendiri berkenaan dengan fakta yang ingin diungkap, sesuai dengan tujuan

penelitian masing-masing.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan

menggunakan pendekatan model true experimental design. Dengan bentuk

pretest-postest control design.

Hakekat penelitian eksperimen (eksperimental research) adalah

meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul sebagai akibat

perlakuan (Alsa: 2004). Menurut Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari

suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Sejalan dengan

hal tersebut, Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen

merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang

bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu

sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung

fenomena sebab akibat (causal-effect relationship) (Sukardi, 2011: 179).

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang

dapat diamati (Azwar: 2003). Jadi untuk menghindari adanya kesalahan


dalam menafsirkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, maka

peneliti menganggap perlu adanya penegasan beberapa istilah berikut.

1. Kemampuan memahami materi PKn adalah penguasaan pengetahuan

(kognitif) siswa terhadap tujuan pembelajaran pada kompetensi dasar

menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejar orla, orba dan

reformasi, yang dapat diukur dari pencapaian setiap indikator kompetensi

tersebut.

2. Keterampilan mengeluarkan pendapat adalah kemampuan yang dimiliki

oleh siswa dalam menjawab pertanyaan secara lisan dengan kalimat yang

baik, benar sesuai dengan materi yang telah diajarkan pada kompetensi

dasar menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak orla, orba,

dan reformasi dengan kriteria: (a) lancar dengan kalimat yang baik; (b)

jawaban secara utuh, sempurna mencakup seluruh unsur pertanyaan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan

April 2022. Tempat penelitian ini adalah SMKN 1 Tulin Onsoi Provinsi

Kalimantan Utara.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi siswa,

yaitu siswa kelas XI SMKN 1 Tulin Onsoi Jurusan Agribisnis dan Akuntansi

Provinsi Kalimantan Utara. Jumlah siswa jurusan Akuntansi 33 siswa sebagai


kelompok eksperimen dan jumlah siswa jurusan Agribisnis sebanyak 28

siswa sebagai kelompok kontrol.

E. Langkah-langkah Penelitian

Langkah awal yang akan dilakukan adalah menetapkan waktu

pelaksanaan dan diupayakan disesuaikan dengan jadwal mengajar penulis

sehingga tidak menggangu tugas mengajar, selanjutnya menyiapkan segala

bahan, alat dan media yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan penelitian

serta seluruh kebutuhan administrasi terutama istrumen penelitian (instrumen

penelitian terlampir). Kegiatan selanjutnya adalah sosialisali kepada seluruh

unsur sekolah tentang kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan oleh

peneliti.

Siswa atau kelas yang telah dipilih sebagai kelompok penelitian, baik

kelompok eksperimen maupun kolompok kontrol diberikan juga pemahaman

tentang maksud kegitan penelitian yang dilakukan. Selanjutnya siswa yang

menjadi kelompok kontrol dan eksperimen tersebut dikaji kemampuan

awalnya dengan memberikan tes awal atua pre-tes. Hasil tes dijadikan acuan

untuk memberikan pemahaman awal khusus pada siswa yang memperoleh

nilai rendah dari kedua kelompok tersebut, kemudian mengetsnya kembali

sampai nilai mereka tidak terlalu terpaut jauh, tetapi karena hasil tes awal atau

pre-tes yang dilakukan telah menunjukkan hasil yang relatif setara, sehingga

penulis tidak melakukan lagi perlakukan khusus kepada kedua kelompok

penelitian.
Khusus kelompok eksperimen diberikan panduan umum pelaksanaan

model pembelajaran cerdas cermat terutama berkenaan dengan langkah-

langka pembelajaran sesuai dengan sintak yang telah dirumuskan termasuk

pembagian peran siswa dalam pelaksanaan cerdas cermat. Misalnya sebagai

pembaca soal, pengundi soal dan penulis nilai perolehan. Dengan pembagian

peran yang melibatkan siswa, maka guru dapat fokus mengamati partisipasi

setiap siswa dalam kegiatan pembelajaran, kemudian memberikan perlakuan

metode cerdas cermat dalam proses pembelajaran selama dua pekan atau dua

kali tatap muka. Kelompok kontrol diajar sesuai dengan pembelajaran seperti

biasa yaitu sesuai dengan RPP yang telah disiapkan dengan metode

penugasan, diskusi kelompok, presentasi hasil kerja kelompok, tanya jawab,

juga selama dua kali pertemuan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran metode cerdas cermat kelompok

eksperimen, dikelompokkan kedalam tiga orang per-regu, karena jumlah

siswa dikelompok eksperimental terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) maka akan

ada 8 (delapan) regu. Delapan regu akan dilombakan dalam proses

pembelajaran dengan dua sesi lomba masing-masing regu A, regu B, regu C

dan regu D, 3 (tiga) orang selebihnya akan bertugas masing-masing sebagai 2

(dua) orang pembaca soal, dan 1 (satu) orang sebagai pengundi soal dan

penulis skor perolehan.

Diakhir pertemua, baik kelompok kontrol maupun kelompok

eksperimen akan diadakan penilaian sesuai dengan instrumen yang telah

disiapkan, yaitu tes pilihan ganda untuk mengukur kemampuan pemahaman


materi dari asfek pengetahuan dan tes lisan untuk mengetahui kemampuan

mengeluarkan pendapat. Hasil tes tersebut kemudian dibandingkan untuk

mengetahui perbedaan tingkat pemahaman mteri dan kemampuan

mengemukakan pendapat.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian, terdapat dua variabel yang hendak diungkap, yaitu

lembar soal tes tes tertulis (multiplechoice) dan pertanyaan uraian tes lisan.

1. Lembar soal tes tertuls (multiplechoice) untuk memberikan data

kemampuan memahami materi pembelajaran.

2. Daftar pertanyaan uraian tes lisan untuk memberikan data tentang

keterampilan siswa dalam mengemukakan pendapat.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data

dalam menjelaskan variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan metode dokumentasi penulis gunakan untuk

mendapatkan data siswa dan jadwal kelas XI semester 1 (satu), serta

dokumen lain yang relevan dengan kegiatan penelitian ini terutama kelas

yang menjadi kelompok penelitian.

2. Tes lisan
Tes lisan ini digunakan pada tahap kegiatan lomba dalam penerapan

model cerdas cermat, siswa diharapkan untuk menjawab secara langsung

setiap pertanyan yang diajukan. Kelompok dalam lomba ditentuka 3 (tiga)

orang dan disetting setiap orang dalam kelompok masing-masing

memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjawab pertanyaan dan

ditentukan langsung. Dengan demikian semua siswa berkesempatan untuk

melatih diri dalam mengemukakan pendapat dalam menjawab setiap

pertayaan.

Soal tes lisan ini juga akan di berikan kepada kelompok kontrol dalam

bentuk ujian lisan, untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam

mengeluarkan pendapat dan akan dibandingkan dengan nilai yang

diperoleh kelompok ekperimental dengan treatment model cerdas cermat.

3. Tes tertulis

Tes tertulis digunakan untuk mengetahui nilai siswa kususnya ranah

kognetifnya atau kemampuan memahami materi pembelajaran

Kompetensi Dasar yang telah diajarkan atau setelah pembelajaran selama

dua pekan atau kali pertemuan. Nilai ini sekaligus menjadi salah satu

yang diperhitungkan untuk menentukan nilai UTS kelas yang

bersangkutan, baik kepada kelompok eksperimen, maupun kelompok

kontrol, hasil yang diperoleh oleh siswa pada tes ini adalah hasil belajar

siswa yang akan dibandingkan, untuk mengetahui tingkat signifikansi

model cerdas cermat dengan model pembelajaran umum.


G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t bertujuan untuk mengetahui

apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai rata-rata

yang tidak berbeda pada tahap awal. Jika rata-rata kedua kelompok

tersebut tidak berbeda, berarti kelompok itu mempunyai kondisi yang

sama.

Hipotesis akan diujikan adalah:

 Ho diterima apabila p hitung  p0.05 (tidak terdapat perbedaan

kemampuan awal antara kelompok kontrol dan eksperimen).

 Ho ditolak apabila p hitung < p0.05 (terdapat perbedaan

kemampuan awal antara kelompok kontrol dan eksperimen).

2. Untuk menguji hipotesis 1 dan 2 digunakan uji rank Wilcoxon dengan

rumus:

[ ]
( )


( )( )

Dimana:

N = banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda

T = jumlah renking dari nilai yang negative (apabila banyaknya

selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negatif)

Keputusan:

 Ho diterima apabila t hitung  t tabel

 Ho ditolak apabila t hitung < t tabel


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Statistik Deskriptif

Tes awal dilakukan kepada kedua kelompok penelitian dengan soal tes

pilihan ganda untuk pemahaman materi kognitif dan tes uraian (lisan) untuk

kemampuan mengeluarkan pendapat (hasil tes terlampir). Setelah diadakan

tes kemampuan awal dan dianalisis hasilnya pada taraf kepercayaan 95% ( =

0.05), maka didapatkan sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil uji t untuk kesamaan kemampuan awal


Independent Samples Test

Levene's Test t-test for Equality of Means

for Equality of

Variances

Std. 95% Confidence


Mean
Sig. (2- Error Interval of the
F Sig. t df Differenc
tailed) Differen Difference
e
ce Lower Upper

Equal

variances ,003 ,959 -,590 59 ,557 -,39502 ,66917 -1,73403 ,94399

Hasil Belajar assumed

PKn Equal
variances not -,590 57,436 ,557 -,39502 ,66904 -1,73454 ,94449

assumed

Kriteria:
 Ho diterima apabila p hitung  p0.05
 Ho ditolak apabila p hitung < p0.05
Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan pada uji t, maka nilai p

hitung 0.557 > dari p 0.05. Artinya tidak ada perbedaan kemampuan awal

antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen, sehingga

tidak perlu ada perlakuan awal untuk menyamakan kemampuan siswa.

Tabel 3. Tabel uji normalitas

0.6

0.5

0.4

0.3 Kolmogorov-Smirnov
Shapiro-Wilk
0.2

0.1

0
Pretest Posttest Pretest Posttest
Eksperimen Eksperimen Kontrol Kontrol

Gambar 1. Grafik uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang

dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Hasil belajar siswa uji normalitas

Kolmogrov-Smirnov menjelaskan bahwa, pre test untuk kelompok uji


eksperimen tingkat signifikansi (p) pada uji Kolmogorov-Smirnov sebesar

0.141 (p > 0.05), sehingga berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov

berdistribusi normal. Sedangkan pada post test kelompok eksperimen tingkat

signifikansi (p) sebesar 0.2 (p > 0.05), sehingga berdasarkan hasil uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov berdistribusi normal.

Pre test kelompok kontrol tingkat signifikansi (p) sebesar 0.2 (p >

005) uji Kolmogorov-Smirnov dan nilai signifikansi (p) kelompok kontrol

sebesar 0.014 (p > 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok

kontrol pada pre test dan post test berdistribusi normal.

B. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Hasil pengujian hipotesis 1: (peningkatan penguasaan materi PKn)

a. Hasil pengujian siswa kelompok kontrol


Tabel 4. Hasil analisis SPSS uji Wilcoxon Matched Pairs kelompok
eksperimen untuk hipotesis 1
a
Test Statistics

Post Test - Pre


Test
b
Z -,588
Asymp. Sig. (2-tailed) ,557

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Kriteria keputusan:

Ho diterima apabila p hitung  p 0.05

Ho ditolak apabila p hitung < p 0.05


Interpretasi:

Hasil analisis SPSS mendapatkan p hitung 0.557 > p 0.05 berarti tidak

ada peningkatan penguasaan materi PKn dalam aspek pengetahuan

yang signifikan pada kelas yang tidak diberi metode cerdas cermat

(kelompok kontrol).

Tabel 5. Tabel uji Wilcoxon Sign Rank Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 14 14,57 204,00
b
Positive Ranks 16 16,31 261,00
Post Test - Pre Test c
Ties 3

Total 33

a. Post Test < Pre Test


b. Post Test > Pre Test
c. Post Test = Pre Test

Tabel uji Wilcoxon sign rank test kelompok kontrol untuk uji pre test

dan post test dengan jumlah sampel 33 siswa, sebanyak 14 siswa

negative rangks rata-rata 14.57 artinya nilai post tes lebih kecil dari

pre test, sedangkan positive ranks sebanyak 16 siswa dengan rata-rata

16.31 atau post test lebih besar dari pre test.


Mean Rank

16.31
16.5
16
15.5
Mean Rank
15 14.57

14.5
14
13.5
Negative Ranks Positive Ranks

Gambar 2. Grafik uji sign rank test

b. Hasil pengujian kelompok eksperimen

Tabel 6. Hasil analisis SPSS Uji Wilcoxon Matched Pairs kelompok


eksperimen untuk hipotesis 1.
a
Test Statistics

Post Test - Pre Test


b
Z -,496
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Kriteria keputusan:

Ho diterima apabila p hitung  p 0.05

Ho ditolak apabila p hitung < p 0.05

Interpretasi:

Hasil analisis SPSS mendapatkan p hitung 0.000 > p 0.05 berarti ada

peningkatan penguasaan materi PKn dalam aspek pengetahuan yang

signifikan pada kelas yang diberi metode cerdas cermat (kelompok

eksperimen).
2. Pengujian hipotesis 2: (peningkatan kemampuan mengeluarkan pendapat

secara lisan)

a. Hasil pengujian kelompok kontrol

Tabel 7. Hasil analisis SPSS uji Wilcoxon Matched Pairs


a
Test Statistics
Post Test Kontrol - Pre Test Kontrol
b
Z -,714
Asymp. Sig. (2-tailed) ,475
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Kriteria keputusan:

Ho diterima apabila p hitung  p 0.05

Ho ditolak apbila p hitung < p 0.05

Interpretasi:

Hasil analisis SPSS mendapatkan bahwa p hitung 0.475 > p 0.05

berarti tidak ada peningkatan kemampuan menyampaikan pendapat

yang signifikan pada kelas yang tidak diberi metode cerdas cermat

(kelompok kontrol).

b. Hasil pengujian kelompok eksperimen

Tabel 8. Hasil pengujian pre test dan post test kelompok eskperimen
a
Test Statistics

Post Test Eksperimen - Pre Test Eksperimen


b
Z -1,842
Asymp. Sig. (2-tailed) ,066

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Kriteria keputusan:
Ho diterima apabila p hitung  p 0.05
Ho ditolak apabila p hitung < p 0.05
Interpretasi:
Hasil analisis SPSS mendapatkan p hitung 0.066 < p 0.05 berarti ada

peningkatan kemampuan menyampaikan pendapat yang signifikan

pada kelas yang diberi metode cerdas cermat (kelompok eksperimen).

C. Pembahasan

Pada bagian pembahasan penilitian ini penulis akan

mengkonstruksikan realitas hasil penelitian dari dua variabel yang menjadi

fokus penelitan, yakni efektivitas model pembelajaran Cerdas Cermat

meningkatkan pemahaman materi PKn dan keterampilan mengeluarkan

pendapat, dari pengolahan data hasil tes tertulis dan tes lisan. Penilaian hasil

pembelajaran selayaknya dilakukan minimal dengan dua bentuk tes tersebut

yakni tes tertulis dan tes lisan, karena hasilnya akan memberikan gambaran

representatif kemampuan memahami dan menyampiaikan secala lisan apa

yang telah dipahami siswa secara berimbang.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rusman (2011: 13)

“penilaian hasil belajar dilakukan secara konsisten, sistematis dan terprogram

dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tulisan atau lisan,

pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya atau produk.”

1. Efektivitas model pembelajaran cerdas cermat meningkatkan pemahaman

materi PKn

Efektivitas model pembelajaran cerdas cermat dalam meningkatkan

pemahaman materi PKn adalah peningkatan hasil belajar siswa yang

dapat dilihat dari hasil tes pada akhir proses pembelajaran. Berdasarkan
hasil pengolahan data untuk mengetahui perbedaan nilai tes awal dengan

tes akhir pada aspek pegetahuan dengan tes pilihan ganda pada kelompok

kontrol, maka diperoleh informasi bahwa tidak ada peningkatan yang

signifikan tingkat pemahaman siswa terhadap materi PKn, karena nilai

probabilitas p hitung = 0.557 lebih besar dari probabilitas p 0.05 yang

merupakan batas nilai penolakan. Sedangkan pada kelompok eksperimen

yang diberikan perlakuan model cerdas cermat, hasil pengolahan data

hasil tes awal dan akhir, menunjukkan adanya peningkatan pemahaman

materi PKn yang signifikan pada nilai p hitung 0.000 < dari nilai p 0,05.

Peningkatan terhadap pemahaman materi pada model pembelajaran

cerdas cermat, antara lain disebabkan siswa dapat belajar dalam suasana

yang baru dan berbeda dengan model pembelajaran umum yang sering

dijumpai setiap hari, dengan demikian motivasi dan minat siswa akan

meningkat, sehingga tugas guru tinggal membantu memfokuskan

perhatian siswa pada inti sari materi dalam bentuk kisi-kisi soal dan

informasi baru yang relevan yang harus dikuasai siswa sebelum mengikuti

pembelajaran cerdas cermat. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali Muhtadi

(2005: 8-9).

”Guru dapat membantu siswa dengan cara memfokuskan perhatian,


menentukan mana yang penting, sulit dan tidak jelas, memberitahu tujuan
pengajaran yang akan diberikan, agar siswa dapat memfokuskan
perhatiannya pada hal-hal penting bukan pada hal-hal yang tidak
penting, membantu mengingat kembali informasi yang telah dipelajari
sebelumnya, dan menggabungkan informasi baru dengan informasi
dalam memori jangka panjang”.
Keunggulan lain dengan model pembelajaran cerdas cermat, bahwa hasil

belajar siswa dapat dicapai dengan maksimal, siswa yang memperoleh

nilai rendah dalam proses cerdas cermat, akan berjuang untuk

memperbaiki diri karena kemampuan pengusaan materi PKn akan terbaca

langsung baik oleh guru maupun oleh temannya dalam bentuk kemapuan

menjawab pertanyaan secara langsung, demikian juga sebaliknya siswa

yang dapat menjawab pertanyaan dalam pembelajaran cerdas cermat akan

menambah keyakinan akan kemampuan dirinya, kemampuan kognetif,

afektif dan keterampilan terasah dengan baik, siswa dapat mengontrol dan

mengendalikan diri dalam pengusaan materi secara mendalam. Hal ini

sejalan dengan argumentasi yang dikemukakan oleh Sudjana (1990:56)

sebagai berikut:

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang

optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang

rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang

tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan

lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari


aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan

mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),

yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah

afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai

dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Selanjutnya dengan model pembelajaran cerdas cermat siswa mempunyai

kesempatan yang sama untuk menjawab setiap pertanyaan, baik secara

utuh atau menambahkan jawaban dari teman disatu regu, dengan

demikian siswa dapat berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hamzah B Uno (2010: 46) yang

mengungkapkan bahwa “siswa harus menghayati informasi dalam

pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran secara aktif melalui

keikutsertaan lebih disukai siswa daripada mendengar dan menonton

secara pasif.”

Beberapa momen tertentu dalam pembelajaran cerdas cermat siswa

diarahkan untuk saling memeberikan motivasi dalam bentuk aplaus atau

tepuk tangan baik disetiap pergantian sesi maupun pada saat memberikan

jawaban yang benar, hal ini tentunya merupakan panismen atau hadiah

bagi siswa yang dapat meningkatkan semangat belajar. Keadaan tersebut


sejalan dengan pernyatan Syaiful Sagala (2010: 101) yang

mengungkapkan bahwa:

“apabila guru memberikan pujian atau hadiah bagi siswa yang telah
menunjukkan usaha, memberikan angka tinggi terhadap pencapaian
prestasi, tidak menyalahkan pekerjaan atau jawaban siswa secara
terbuka sekalipun jawabannya belum memuaskan, tidak menghukum
siswa di depan kelas, menciptakan suasana belajar yang memberi
kepuasan dan kesenangan pantas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
belajar dan dipandang dapat menambah motivasi dalam belajar.”

Berdasarkan beberapa argumentasi pembuktian secara konseptual tentang

keunggulan pelaksanaan pembelajaran dengan model cerdas cermat,

sebagaimana telah diuraikan di atas, memperkuat pembuaktian hipotesis

penelitian bahawa pembelajaran model cerdas cermat efektif

meningkatkan kemampuan memahami materi PKn dibandingkan dengan

model pembelajaran umum atau konvensional.

Gambar 3. Post test efektivitas model pembelajaran cerdas cermat


meningkatan pemahaman siswa
2. Efektivitas model pembelajaran cerdas cermat meningkatkan

keterampilan menyampaikan pendapat

Defenisi operasioanal penelitian ini berkenaan dengan keterampilan

mengeluarkan pendapat adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa

dalam menjawab pertanyaan secara lisan dengan kalimat yang baik, benar

sesuai dengan materi yang telah diajarkan pada kompetensi dasar

“Menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak Orla, Orba dan

Reformasi” dengan kriteria:

a. Lancar dengan kalimat yang baik

b. Jawaban secara utuh, sempurna mencakup seluruh unsur pertanyaan

Berdasarkan hal tersebut, maka efektivitas model pembelajaran cerdas

cermat dalam meningkatkan keterampilan mengeluarkan pendapat dapat

diketahui dari perbadingan hasil ujian lisan pada tes awal dengan tes akhir

setelah pembelajaran Kompetensi Dasar selesai. Hasil pengolahan data

dengan program SPSS dengan uji Wilcoxon Matched Pairs terhadap data

tesebut diperoleh gambaran cebagai berikut: data hasil pengolahan untuk

mengetahui perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada asfek

keterampilan mengemukaan pendapat dengan tes lisan pada kelompok

kontrol, maka diperoleh informasi bahwa tidak ada peningkatan yang

signifikan tingkat pemahaman siswa terhadap materi PKn, karena nilai

probabilitas p hitung = 0.475 lebih besar dari probabilitas p 0.05 yang

merupakan batas nilai penolakan. Sedangkan pada kelompok eksperimen

yang diberikan perlakuan model cerdas cermat, hasil pengolahan data


hasil tes awal dan akhir, menunjukkan adanya peningkatan pemahaman

materi PKn yang signifikan pada nilai p hitung 0.000 < dari nilai p 0,05.

Secara khusus, kemerdekaan mengemukakan pendapat diatur dalam UU

RI No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di

Muka Umum. Dalam pasal 2 ayat 1 UU itu, disebutkan bahwa setiap

warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan

pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (UU RI No.9

Tahun 1998: Pasal 2 ayat 1). Hal yang diatur dalam UU tersebut diatas,

sejalan dengan tujuan dalam pembelajaran PKn, artinya siswa yang telah

mempelajari PKn diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dalam

kegitan penyelenggaraan demokrasi di Negera kita sesuai dengan kaidah-

kaidah demokrasi yang di persyaratkan. Model pembelajar cerdas cermat

akan membekali siswa kemampuan menyampaikan nilai-nilai PKn secara

lisan dengan argumentasi yang baik dan didasari teori yang kuat.

Beberapa hasil penelitian yang relevan antara lain: Agustini (2007), dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa melalui metode diskusi baik diskusi

kecil maupun besar dalam pembelajaran Kewarganegaraan terjadi

kemampuan dalam berpendapat. Kondisi awal siswa aktif dalam

berpendapat terdapat 4 siswa dari 41 siswa atau 9,75%. Pada siklus

pertama siswa yang aktif menjadi 18 siswa atau 44%, terjadi kenaikan

34,25%. Dan siklus dua siswa yang aktif menjadi 22 siswa atau 54%,

terjadi kenaikan 10% dari siklus pertama. Kondisi awal dibandingkan


dengan siklus dua terjadi kenaikan sebesar 44,25%. Hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa (1) melalui penggunaan metode diskusi

dapat meningkatkan kemampuan mengajukan pendapat dalam

pembelajran Kewarganegaraan bagi siswa kelas VIII C SMP N 24

Surakarta pada semester II tahun 2007. (2) Dengan penggunaan metode

diskusi dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustini di atas menunjukkan

adanya kemajuan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, dari

siklus pertama dan siklus kedua, hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini.

Metode yang digunakan relatif sama yakni melati kemampuan berbicara,

yang membedakan kalau metode diskusi jabawan yang sampaikan siswa

tidak terlalu terikat dan sangat memungkinkan siswa menjawab diluar

konteks materi, sedangkan dalam penelitian ini, jawaban siswa akan lebih

terfokus pada inti sari materi yang telah diberikan dalam kisi-kisi soal

cerdas cermat.

Purwaningsih (2011), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

penerapan metode sosiodrama dapat mengembangkan kemampuan

berbahasa anak di kelompok A dari 45,14% meningkat 52,08% pada

siklus I dan akhir 86,46% pada siklus II. Hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa metode sosiodrama dapat mengembangkan

kemampuan berbahasa anak kelompok A TK Minhajut Thullab, Baujeng

Beji Pasuruan. Sehingga hal ini disarankan pada guru PAUD agar
menerapkan metode sosiodrama untuk mengembangkan kemampuan

berbahasa.

Gambar 4. Metode cerdas cermat meningkatkan keterampilan siswa

Hasil penelitian diatas juga sejalan dengan hasil penelitian ini,

menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbahasa dengan

penerapan metode sosiodrama yang digunakan. Sosiodrama menekankan

pada aspek keterampilan fermorma siswa, yang membedakan adalah

populasi penelitian yang fokus pada pelajar usia dini, tentu cara dan

kriteria kemampuan penyampaian pendapat sesuai dengan tingkat

kematangan siswa. Selanjutnya berdasarkan kesimpulan hasil penelitian

Taufik Firdaus dengan Judul Model Pembelajaran Menyampaikan

Pendapat Dalam Pembelajaran Berbicara Dengan Menggunakan Teknik

Cerdas Cermat Pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Banyuresmi sebagai

Berikut: (1) kemampuan penulis dalam mengajarkan keterampilan


berbicara pada pembelajaran dengan teknik cerdas cermat untuk

meningkatkan kemampuan berbicara dalam menyampaikan pendapat bagi

siswa kelas VIII SMPN 2 Banyuresmi dalam taraf baik. Hal ini terbukti

dari peningkatan nilai dari siklus I ke siklus II, kategori nilai A pada

siklus I mencapai 3% sedangkan pada siklus II mencapai 37% yang

berarti ada kenaikan sebesar 34%; (2) pembelajaran dengan teknik cerdas

cermat cukup efektif dibanding dengan teknik ceramah dalam

pembelajaran berbicara khususnya pada siswa kelas VIII SMPN 2

Banyuresmi.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada pembahasan di atas, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

1. Model pembelajaran cerdas cermat efektif dapat meningkatkan

pemahaman materi PKn siswa kelas XI Akuntansi sebagai kelompok

eksperimen dibandingkan dengan kelas XI Agirbisnis sebagai kelompok

kontrol di SMKN 1 Tulin Onsoi Kabupaten Nunukan Provinsi

Kalimantan Utara.

2. Model pembelajaran cerdas cermat efektif meningkatkan keterampilan

menyampaikan pendapat XI Akuntansi sebagai kelompok eksperimen

dibandingkan dengan kelas XI Agribisnis sebagai kelompok kontrol di

SMKN 1 Tulin Onsoi Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara.

B. Saran

Masukkan kepada guru-guru normatif di sekolah khususnya guru mata

pelajaran PKn untuk menggunakan model pembelajaran cerdas cermat

sebagai salah satu variasi dalam mengajar karena model ini terbukti efektif

untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan mengeluarkan pendapat

siswa karena mendorong siswa untuk berani berbicara mengeluarkan

pendapatnya.
DAFTAR PUSTKA

Ali Muhtadi. 2005. Managemen Sumber Belajar. Yogyakarta: UNY Press.

Answer.Yahoo...2016...https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=201005
08183413AAfEEwb. Diakses 18 Februari 2022.

Asmani, Jamal Ma’mur, 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif,


Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Jogjakarta: Diva Press.

Budiana, I Wayan. 2013. Penggunaan Teknik Cerdas Cermat Untuk


Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Pendapat Dalam Pembelajaran
Berbicara Siswa Kelas VIII.3 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja
Tahun Pelajaran 2012/2013. Artikel. Singaraja. Fakultas Bahasa dan Seni.

Fajri, EM Zul, Ratu Aprilia Senja. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa
Publisher.

Futri. 2009. Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Pendapat Dalam


Pembelajaran Berbicara Menggunakan Teknik Cerdas-Cermat Pada Siswa
Kelas XI SMA Pasundan 3 Cimahi Tahun Ajaran 2008 – 2009. Skripsi.
Bandung: FPBS UPI.

Hamzah B. Uno. 2010. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar


Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryani, Sri. 2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dan Motivasi


Belajar Siswa Dengan Strategi Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas III BMI Ma’arif Bego Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi.
Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga.

Isnainar. 2013. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas XI SMA Negeri


4 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2012-2013 Dengan Pendekatan
Komunikatif. Tesis. Bengkulu: Program PPs Universitas Bengkulu.

Kamus Beasar Bahasa Indonesia Online. 2022. http://kbbi.web.id: 2022. Diakses


18 Februari 2022.

Karnadi. 2009. “Pengaruh Jenis Kelamin Dan Kreativitas Terhadap Kemampuan


Mengungkapkan Pendapat Anak Kelas Rendah Di Sekolah Dasar”. Jurnal
Pendidikan Dasar Vol 10 No 2. Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta.
Karnoto, Kartini. 1985. Psikologi Sosial Perusahaan dan Industri. Jakartaz: CV.
Rajawali Press.

Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2005. Visionary Leadership Menuju Sekolah
Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Pemerintah RI 1998. Peraturan Pemerintah RI No.9 1998 tentang Kemerdekaan


Menyampikan Pendapat di Muka Umum. Jakarta: Pemerintah RI.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Slavin, R.E. 2001. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.
Boston: Allyn and Bacon.

Sudjana, Nana. 1990. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Bandung: Fakultas


Ekonomi UI.

Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, Dan R&D. Bandung.Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka


Jaya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Instrumen tes untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi


PKn siswa kelas XI Akuntansi SMKN 1 Tulin Onsoi

No Aspek Butir Soal KC KP TK DP


1 C3 Sejak kemerdekaan hingga saat ini di D
Indonesia pernah diterapkan demokrasi
a. Pancasila
b. Komunis
c. Liberal
d. Pancasila dan liberal
e. Pancasila dan komunis
2 C1 Penerapan pertama kali demokrasi A
parlementer ditandai dengan
dikeluarkannya …
a. Maklumat wakil presiden, 16
Oktober 1945
b. Maklumat pemerintah, 14
November 1945
c. Konstitusi Republik Indonesia
Serikat 1945
d. Undang-undang Dasar
Sementara 1950
e. Amandemen Undang-undang
Dasar 1945
3 C3 Paham demokrasi yang mengutamakan B
paham kebebasan individu, persamaan
hukum, dan hak asasi manusia yang
pernah diterapkan di Indonesia sampai
denhan tahun 1959, disebut demokrasi

a. Pancasila
b. Liberal
c. Komunis
d. Fasis
e. Sosialis demokratis
4 C2 Demokrasi dengan sistem parlementer B
ditandai dengan …
a. Parlemen lebih rendah dari
eksekutif
b. Pemerintahan dipimpin oleh
perdana menteri
c. Parlemen tidak dapat
menjatuhkan kabinet
d. Kedudukan eksekutif sangat
kuat
e. Eksekutif sejajar dengan
legislatif
5 C6 Ciri pelaksanaan demokrasi liberal di
Indonesia antara lain …
a. Sistem organisasi dan mosi
tidak percaya
b. Gotong royong antar komponen
masyarakat
c. Mencari sintesa antara kekuatan
nasional
d. Memperkuat sistem presidnesial
e. Mengutamakan musyawarah
mufakat
6 C6 Dampak negatif pelaksanaan demokrasi C
liberal di Indonesia antara lain …
a. Presiden tidak dapat diganggu
gugat
b. Pemerintahan ditangan perdana
menteri
c. Pemerintahan berjalan kurang
stabil
d. Presiden dapat membubarkan
parlemen
e. Kabinet dibentuk oleh parlemen
7 C6 Salah satu bentuk kegagalan penerapan C
demokrasi parlementer antara lain …
a. Pemilu yang dilaksanakan dua
kali
b. Kedudukan presiden hanya
sebagai kepala negara
c. Anggota konstituante mencapai
konsensus dasar negara
d. Kepala pemerintahan ditangan
perdana menteri yang dipilih
parlemen
e. Kebebasan pers yang
berkembang dengan sangat
pesat
8 C3 Ciri quasi parlementer dalam D
pelaksanaan demokrasi liberal di
Indonesia, nampak dari …
a. Presiden tidak dapat diganggu
gugat
b. Kedudukan eksekutif dan
legislatif sejajar
c. Pemerintahan ditangan perdana
menteri
d. Kabinet dibentuk oleh presiden
e. Presiden dapat membubarkan
parlemen
9 C6 Hal positif dari pelaksanaan demokrasi E
liberal antara tahun 1945 sampai
dengan 1959, antara lain …
a. Pemerintahan stabil
b. Pembangunan berjalan lancar
c. Kabinet sejalan dengan
parlemen
d. Situasi keamanan nasional baik
e. Kebebasan pers yang luas
10 C2 Paham demokrasi berdasarkan B
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/ perwakolan berintikan musyawarah
untuk mufakat secara gotong royong
semua kekuatan nasional progresif
revolusioner dengan berporoskan
NASAKOM disebut …
a. Pancasila
b. Terpimpin
c. Liberal
d. Komunis
e. Sosialis demokratis
2. Lampiran 2. Instrumen untuk mengetahui peningkatan keterampilan
mengeluarkan pendapat siswa kelas XI Akuntansi SMKN 1 Tulin Onsoi
No Pertanyaan Jawaban Skor
1 Bandingkan pelaksanaan Perbandingannya: Betul :
demokrasi masa orla, orba  Persamaan : sama merupakan 1 = 25
dan reformasi sistem pemerintahan dari, 2 = 50
oleh dan untuk rakyata 3 = 75
 Perbedaannya: 4 = 100
Masa orla, demokrasi
terpimpin, kecendrungan
semua keputusan hanya ada
pada pemimpin besar
revolusioner yang dikepalai
oleh presiden, sehingga
berakibat rusaknya tatanan
kekuasaan negara. Misalnya,
DPR dapat dibubarkan,
sementara ketua MA dan
MPRS menjadi Menteri
Koodinator (Menko),
pemimpin partai politik yang
berbeda haluan banyak
ditangkapi.
Masa orba, demokrasi
pancasila belumlah sesuai
dengan jiwa dan semangat
yang terdapat dalam ciri-ciri
umum demokrasi pancasila.
Hal tersebut karena presiden
begitu dominan baik dalam
sufra maupun dalam infra
struktur politik
Masa orde reformasi,
demokrasi pancasila pada
reformasi telah banyak
memberi ruang gerak kepada
parpol dan komponen anak
bangsa lainnya termasuk
lembaga permuswaratan
rakyat dan perwakilan rakyat
mengawasi dan mengontrol
pemerintahan secara kritis
2 Jelaskan pengertian Menurut Prof Dr. Drs Betul :
demokrasi pancasila Notonagoro, S.H menyatakan 100
menurut Prof. Dr. Drs. bahwa demokrasi pancasila
Notonagoro, S.H adalah kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam
permusywaratan/perwakilan
yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, yang berperikemanusiaan
yang adil dan beradab, yang
mempersatukan Indonesia dan
yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia
3 Sebutkan dasar hukum  Bab I tentang bentuk dan Betul :
demokrasi pancasila yang kedaulatan, pasal 1 ayat 2 : 1 = 35
terdapat dalam bab dan kedaulatan berada di tangan 2 = 70
pasal UUD 1945 rakyat dan dilaksanakan 3 = 100
menurut UUD
 Bab dan pasal yang memuat
badan atau lembaga
perwakilan rakyat, yaitu bab
II tentang MPR pasal 2 ayat
1, Bab VII tentang DPR,
pasal 19 sampai pasal 22 D
4 Sebutkan 5 dari 7 prinsip 1. Prinsip persamaan bagi Betul :
demokrasi pancasila seluruh rakyat Indonesia 1 = 20
2. Prinsip keseimbangan antara 2 = 40
hak dan kewajiban 3 = 60
3. Prinsip kebebasan yang 4 = 80
bertanggung jawab, secara 5 = 100
moral, terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, orang
lain dan pemerintah
4. Prinsip mewujudkan keadilan
sosial
5. Prinsip pengambilan
keputusan dengan
musyawarah mufakat
6. Prinsip mengutamakan
persatuan nasional dan
kekeluargaan
7. Prinsip menjunjung tinggi
tujuan dan cita-cita nasional
5 Deskripsikanlah pemilu di Pemilihan umum yang Betul :
Indonesia menurut UU selanjutnya disebut pemilu 100
Nomor 10 Tahun 2008 adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat dalm Negara
Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan pancasila dan
UUD 1945
3. Lampiran 3. Hasil tes penyamaan kemampuan awal kelompok dan kelompok
kontrol
Kelas Akutansi Kelas Agribisnis
Nilai Nilai
No Nama Siswa No Nama Siswa
AMRIH 73 AA MAULANA
1 34 NURFADILLA 73
2 ANDI RISNAWATI 70 35 AIDIL ARSYAD 71
3 DIRA ROHMADONA 72 36 Andika 75
4 Dwy Putri Septianingsih 72 37 ANDRIAN KASPARI 70
5 ERIKSON TOKAN 66 38 Aprianus 74
6 FAUZAN SHODIQ ALKARIM 72 39 ARDIANSYAH 71
7 FERI 71 40 BENIRTUS RONI 69
8 HAMIDAH 74 41 Dendi 72
9 HAQUL FAHMI HAFIZ 69 42 DIKI SETIAWAN 73
10 HASMAWATI 72 43 FERRY FITRA JAYA 73
11 ISMASAROH 73 44 FRENDI 68
12 Juati 73 45 HAYRUL SAPUTRA 72
13 JUFRIANUS BOU 77 46 IKBAL 73
KRISTINA AGATA BAREK 74 Ludgerus Kelit
14 LIMAN 47 77
15 Mariana Uto Kelore 70 48 Lusiana 68
16 MOHAMMAD NAZRI 72 49 M. SAFARI JAILANI 67
17 MUHAMMAD SAIDI 66 50 MIA PUTRI LESTARI 69
18 NATALINA TUTO WATOR 72 51 Mirna 75
19 Nirmayani 66 52 Mohamat Pajar Ardiansah 74
20 NIRWANA 70 53 MUH. DATU RAJA M. 73
21 NITA PRATIWI 69 54 MUHAMMAD SYAFIK 66
22 NUR SALVIKA 68 55 Natanael Jalung 72
23 NURHAIDA 72 56 RAHMAD RAMADAN 74
24 NURUL FADILA 68 57 RENDY 70
25 OUDIA FEBRIYANTI 70 58 Santario 71
26 PUTRI PRATIWI 74 59 Saripa 73
27 RISKI PERMALINDA PUTRI 73 60 Yohanes Febriyanto Junari 70
28 SARI 71 61 YOSIA 72
29 SITI MARIAM 75 Rata-rata 71.61
30 SITI MUTMAINAH 70
31 SITI ROMLAH 70
32 SUKMA MILA SARI 74
33 YOSUA DARIUS HAMSAH 72
Rata-rata 71.21
4. Lampiran 4. Hasil pre test dan post test peningkatan pemahaman materi PKn
siswa kelas XI Akuntansi (kelompok kontrol)
Pre Post
No Nama Siswa
Test Test
1 AMRIH 70 70
2 ANDI RISNAWATI 78 72
3 DIRA ROHMADONA 72 79
4 Dwy Putri Septianingsih 70 75
5 ERIKSON TOKAN 74 73
6 FAUZAN SHODIQ ALKARIM 72 70
7 FERI 72 75
8 HAMIDAH 65 83
9 HAQUL FAHMI HAFIZ 70 72
10 HASMAWATI 77 71
11 ISMASAROH 74 89
12 Juati 73 69
13 JUFRIANUS BOU 72 72
14 KRISTINA AGATA BAREK LIMAN 70 71
15 Mariana Uto Kelore 82 89
16 MOHAMMAD NAZRI 72 69
17 MUHAMMAD SAIDI 70 72
18 NATALINA TUTO WATOR 85 71
19 Nirmayani 72 70
20 NIRWANA 72 73
21 NITA PRATIWI 70 77
22 NUR SALVIKA 69 76
23 NURHAIDA 75 71
24 NURUL FADILA 76 70
25 OUDIA FEBRIYANTI 73 78
26 PUTRI PRATIWI 70 72
27 RISKI PERMALINDA PUTRI 69 70
28 SARI 76 74
29 SITI MARIAM 79 72
30 SITI MUTMAINAH 74 72
31 SITI ROMLAH 69 65
32 SUKMA MILA SARI 70 70
33 YOSUA DARIUS HAMSAH 67 77
5. Lampiran 5. Hasil pre test dan post test peningkatan pemahaman materi PKn
siswa kelas XI Agribisnis (kelompok eksperimen)
Pre Post
No Nama Siswa
Test Test
1 AA MAULANA NURFADILLA 78 76
2 AIDIL ARSYAD 75 73
3 Andika 77 79
4 ANDRIAN KASPARI 77 78
5 Aprianus 71 83
6 ARDIANSYAH 77 76
7 BENIRTUS RONI 76 77
8 Dendi 79 79
9 DIKI SETIAWAN 74 77
10 FERRY FITRA JAYA 77 79
11 FRENDI 78 76
12 HAYRUL SAPUTRA 78 76
13 IKBAL 82 77
14 Ludgerus Kelit 79 72
15 Lusiana 75 77
16 M. SAFARI JAILANI 76 77
17 MIA PUTRI LESTARI 71 77
18 Mirna 77 79
19 Mohamat Pajar Ardiansah 71 79
20 MUH. DATU RAJA M. 75 78
21 MUHAMMAD SYAFIK 74 75
22 Natanael Jalung 73 77
23 RAHMAD RAMADAN 77 77
24 RENDY 73 71
25 Santario 75 77
26 Saripa 79 76
27 Yohanes Febriyanto Junari 78 79
28 YOSIA 72 74
6. Lampiran 6. Hasil pre test dan post test peningkatan keterampilan
mengeluarkan pendapat siswa kelas XI Akuntansi
Pre Post
No Nama Siswa
Test Test
1 AMRIH 73 74
2 ANDI RISNAWATI 76 75
3 DIRA ROHMADONA 76 77
4 Dwy Putri Septianingsih 76 75
5 ERIKSON TOKAN 76 76
6 FAUZAN SHODIQ ALKARIM 75 76
7 FERI 76 76
8 HAMIDAH 74 74
9 HAQUL FAHMI HAFIZ 75 74
10 HASMAWATI 78 78
11 ISMASAROH 79 79
12 Juati 76 79
13 JUFRIANUS BOU 74 78
14 KRISTINA AGATA BAREK LIMAN 75 75
15 Mariana Uto Kelore 85 85
16 MOHAMMAD NAZRI 75 72
17 MUHAMMAD SAIDI 71 72
18 NATALINA TUTO WATOR 80 79
19 Nirmayani 76 76
20 NIRWANA 75 73
21 NITA PRATIWI 75 75
22 NUR SALVIKA 75 73
23 NURHAIDA 75 78
24 NURUL FADILA 78 78
25 OUDIA FEBRIYANTI 76 77
26 PUTRI PRATIWI 77 77
27 RISKI PERMALINDA PUTRI 78 78
28 SARI 76 76
29 SITI MARIAM 77 77
30 SITI MUTMAINAH 76 75
31 SITI ROMLAH 76 76
32 SUKMA MILA SARI 73 73
33 YOSUA DARIUS HAMSAH 75 77
Rata-rata 76.00 76.15
7. Lampiran 7. Hasil pre test dan post test peningkatan keterampilan
mengeluarkan pendapat siswa kelas XI Agribisnis

Pre Post
No Nama Siswa
Test Test
1 AA MAULANA NURFADILLA 77 78
2 AIDIL ARSYAD 76 77
3 Andika 77 78
4 ANDRIAN KASPARI 78 79
5 Aprianus 76 78
6 ARDIANSYAH 77 77
7 BENIRTUS RONI 78 78
8 Dendi 79 80
9 DIKI SETIAWAN 75 77
10 FERRY FITRA JAYA 78 79
11 FRENDI 78 78
12 HAYRUL SAPUTRA 78 77
13 IKBAL 79 79
14 Ludgerus Kelit 78 77
15 Lusiana 77 79
16 M. SAFARI JAILANI 77 79
17 MIA PUTRI LESTARI 76 77
18 Mirna 77 79
19 Mohamat Pajar Ardiansah 76 77
20 MUH. DATU RAJA M. 78 78
21 MUHAMMAD SYAFIK 75 75
22 Natanael Jalung 75 77
23 RAHMAD RAMADAN 77 77
24 RENDY 74 75
25 Santario 76 77
26 Saripa 78 78
27 Yohanes Febriyanto Junari 79 79
28 YOSIA 75 75
Rata-rata 76.93 77.64
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Nama Sekolah : SMKN 1 Tulin Onsoi


Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : XI / II
Pertemuan ke- : tujuh
Alokasi waktu : 2 jpl (2 x 45 menit)

I. Kompetensi Inti :
3. Menganalisis budaya demokrasai menuju masyarakat madani

II. Kompetensi Dasar:


3.1 Menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak orla, orba, dan
reformasi.
3.2 Siswa dapat menjelaskan pengertian demokrasi pancasila
3.3 Siswa dapat menyebutkan dasar hukum demokrasi pancasila
3.4 Siswa dapat menyebutkan prinsip demokrasi pancasila
3.5 Siswa dapat mendeskripsikan pemilu di Indonesia menurut UU Nomor 10
Tahun 2008

III. Materi Pembelajaran


A. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak orde lama, orde baru, dan
reformasi
- Demokrasi pada masa orde lama
- Demokrasi pada masa orde baru
- Demokrasi pada masa reformasi
B. Pengertian demokrasi pancasila
C. Dasar hukum demokrasi pancasila
D. Prinsip demokrasi pancasila
E. Pemilihan umum

IV. Strategi, Metode dan Model Pembelajaran


a. Strategi pembelajaran : kooperatif learning
b. Metode pembelajaran : diskusi
c. Model pembelajaran : cerdas cermat

V. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Kegiatan Awal 1. Menyampaikan teknis 15 menit
Orientasi materi pembelajaran CC dan kelengkapan
dan personil lomba
2. Menyampaikan KI, KD dan tujuan
pembelajaran
3. Memberikan motivasi belajar
tentang pentingnya memahami
penerapan demokrasi pancasila
4. Melakukan apersepsi terhadap
materi pelajaran yang akan
diajarkan
5. Menyampaikan topik pembelajaran
CC
6. Memotivasi siswa agar aktif
pembelajaran CC
Kegiatan Inti Eksplorasi: 60 menit
Kegiatan lomba 1. Informasi terkini tentang penerapan
CC demokrasi pancasila di Indonesia,
berdasarkan pemberitaan di media
cetak dan elektronika
2. Memfasilitasi pembagian
kelompok (3 orang
perkelompok/regu)
3. Penentuan petugas pembaca soal
dan penulis skor perolehan
4. Pengundian pilihan amplop
pertanyaan
5. Penyampaian pertanyaan sesuai
dengan amplop pilihan regudi
mulai dari regu A sampai regu D
6. Penjelasan penguatan setiap jawab
pertanyaan yang salah
7. Pemberian motivasi selama lomba
CC

Elaborasi
1. Diskusi kelas terhadap materi
pertanyaan setiap amplop
2. Memberikan penguatan pada aspek
sikap, cara menjawab, kerjasama
3. Membacakan hasil peroleh lomba
4. Menentukan pemenang pada sesi
yang berjalan

Konfirmasi
1. Mengklarifikasi hasil lomba CC
2. Menyimpulkan materi lomba di
bawah bimbingan guru
3. Memberi apreiasi terhadap
kelompok yang paling aktif dan
baik motivasi pada siswa yang
kurang aktif
4. Menyampaikan topik penilai
kelompok
Penutup 1. Guru dan siswa melakukan refleksi
diri terhadap hasil lomba
2. Post tet dalam bentuk pilihan ganda
dan lisan
3. Penugasan siswa:
a. Penugasan terstruktur:
mengerjakan soal latihan di
rumah pada KD yang akan
disampaikan pertemuan
selanjutnya
b. Penugasan mandiri tidak
terstruktur: membuat kliping
artikel atau berita dari media
cetak yang berkaitan dengan
materi atau KD yang akan
dibahas pertemuan selanjutnya

VI. Alat, Bahan dan Sumber Belajar


Alat dan Bahan : LCD dan lembar presentasi power point
Sumber Belajar : Buku pendidikan kewarganegaraan kelas XI SMK oleh
Erlangga dan buku-buku erlangga lainnya yang relevan

VII. Penilaian
1. Penilaian kognitif, dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran dalam bentuk ujian tertulis soal pilihan ganda
(multiple choice)
2. Penilaian sikap diambil dari pengamatan selama pembelajaran CC
berlangsung sesuai dengan indikator tabel penilaian sikap di bawah
3. Penilaian keterampilan, mengeluarkan pendapat diambil dari tes lisan
dengan instrumen daftar pertanyaan ujian lisan di bawah.

Sebuku, Juli 2022

Badrun, S.Pd
NIP. 19720211 199903 1 007
9. Lampiran 9. Hasil Analisis dengan Menggunakan SPSS
Uji Normalitas
Uji T-Test
Uji Wilcoxon Sign Rank Test

Anda mungkin juga menyukai