Sitti Husniah
SMA Negeri 1 Nunukan – Kalimantan Utara
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan
metode discovery melalui kegiatan laboratorium pada konsep sistem koloid. Penelitian ini
dilaksanakan di SMAN 1 Nunukan Tengah pada bulan Mei sampai dengan Juni 2018.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan sampel
berjumlah 36 siswa yang diajarkan dengan metode discovery melalui kegiatan laboratorium.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus penelitian dengan
tahapan dalam tiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, angket, tes hasil belajar, dan
hasil wawancara guru dan siswa.
Dari hasil penelitian skripsi ini diperoleh gambaran bahwa penelitian ini telah mencapai
kriteria yang telah menjadi batas indikator keberhasilan yang ditunjukkan melalui
peningkatan kategori aspek partisipasi siswa yang aktif dalam pembelajaran pada tiap siklus.
Begitu pula dengan tes hasil belajar terjadi peningkatan nilai rata-rata pada siklus I sebesar
68,09 meningkat menjadi 74,81 serta tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai kurang dari
60,00. Sama halnya dengan hasil wawancara siswa yang menanggapi secara positif proses
pembelajaran yang menggunakan metode discovery melalui kegiatan laboratorium. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
metode discovery melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan hasil belajar kimia
siswa.
PENDAHULUAN
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN 1 Nunukan pada bulan Januari 2018
peneliti mewawancarai siswa kelas XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia,
diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang
diminati serta merupakan pelajaran yang sulit, karena siswa hanya mengandalkan hafalan
rumus dan konsep saja. Aktifitas siswa agak terbatas pada mengingat informasi,
mengungkapkan kembali apa yang telah dikuasainya, dan bertanya kepada guru tentang
bahan yang belum dipahaminya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rogers yang
mengatakan bahwa praktek pendidikan lebih di titik beratkan pada segi pengajaran bukan
pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa
hanya menghafalkan pelajaran.
Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak terlibat
pasif. Para siswa lebih banyak menerima transfer ilmu dari guru daripada mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mereka butuhkan. Selain itu,
peneliti juga menemukan bahwa laboratorium kurang difungsikan untuk kegiatan
pembelajaran karena kegiatan pemebelajaran hanya terbatas pada mencatat, latihan dan
hafalan saja. Pelajaran hanya terfokus di kelas yang kurang menarik perhatian siswa dan
cenderung membosankan sehingga membuat siswa sulit untuk mempelajari kimia karena
hanya mengandalkan hafalan. Proses pembelajaran yang diterapkan guru masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Dalam mempelajari kimia, siswa memerlukan pengetahuan yang mendalam untuk
memahami konsep-konsep yang ada di dalam pelajaran kimia. Ilmu kimia merupakan
pelajaran yang kompleks, dimanaa siswa tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan
dalam berhitung tetapi juga dituntut untuk menguasai konsep. Penguasaan konsep-konsep
kimia serta saling keterkaitannya mempunyai metode yang berbeda satu dengan yang
lainnya sesuai dengan materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai. Salah satu
konsep yang dipelajari pada mata pelajaran kimia di kelas XI adalah sistem koloid. Dalam
mempelajari sistem koloid memerlukan kegiatan yang dapat membangun pengetahuan siswa
bukan hanya sekedar hafalan semata. Siswa harus secara pribadi melakukan berbagai
kegiatan yang melibatkan proses mentalnya seperti mengadakan pengamatan di
laboratorium, melakukan percobaan, bersimulasi, mengadakan penelitian sederhana, dan
memecahkan masalah.
Untuk itu perlu diterapkan metode pembelajaran yang jitu dalam menggiring siswa
agar lebih menyenangi belajar kimia dan memahami konsep yang dipelajari seperti konsep
sistem koloid. Guru kimia haruslah memberikan cara mengajar terbaik untuk siswanya agar
siswa dapat mencapai ketuntasan balajar dan dapat menikmati belajar kimia dengan senang
hati. Melihat karakteristik tersebut, maka untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
dalam proses belajar mengajar perlu menerapkan suatu metode pembelajaran dengan
metode discovery learning atau metode pembelajaran penemuan.
Pembelajaran dengan metode discovery dapat merubah cara pandang siswa tentang
pelajaran sains dalam hal ini pelajaran kimia yang oleh sebagian besar siswa dianggap
cukup sukar untuk memahaminya jika dipelajari hanya melalui teori. Dalam pelajaran kimia
dibutuhkan cara berpikir, pemahaman pelajaran yang berbeda dan pengalaman langsung.
Karena metode discovery dapat merubah konsep pembelajaran kimia tidak hanya menjadi
pelajaran penghapalan konsep-konsep saja. Dengan demikian untuk menumbuhkembangkan
cara berpikir, pemahaman, cara untuk menyelidiki dan keingintahuan siswa, perlu
diterapkan cara belajar di sekolah dengan metode discovery, karena dengan begitu siswa
akan lebih menyenangi pelajaran kimia.
Pelajaran kimia di sekolah harus dibuat menarik, terutama dari segi penyampaian dan
media yang digunakan. Cara penyampaian yang mengundang rasa ingin tahu kepada siswa
akan memberi sumbangan besar untuk membuat pelajaran kimia menjadi menarik, bukan
sebaliknya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan laboratorium/praktikum. Dengan
melakukan kegiatan praktikum, siswa tidak hanya dijejali rumus-rumus saja yang
kelihatannya rumit dan membosankan tapi siswa juga diberikan kegiatan yang membuat
siswa menjadi tahu bagaimana proses kimia berlangsung.
Metode discovery yang menitikberatkan pada pengalaman langsung melalui kegiatan
laboratorium, maka siswa dapat langsung melihat, mendengar, meraba, serta melakukan
percobaaan sendiri. Dengan cara demikian hasil belajar akan bersifat persmanen atau tidak
mudah dilupakan. Berdasarkan keterangan permasalahan di atas, dapat diiidentifikasi
masalah dalam penelitian ini, yaitu (1) sebagian besar siswa menganggap kimia merupakan
pelajaran yang kurang diminati serta merupakan pelajaran yang sulit, karena siswa hanya
mengandalkan hafalan rumus dan konsep saja; (2) Dominasi guru dalam proses
pembelajaran menyebabkan aktifitas siswa pasif; (3) Metode belajar yang digunakan masih
menggunakan metode konvensional; (4) Pembelajaran konvensional kurang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk membangun sendiri struktur kognitifnya, serta kesempatan
untuk menumbuhkembangkan minat dan sikap ilmiahnya; dan (5) Laboratorium kurang
difungsikan untuk kegiatan pembelajaran.
Dari identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada penerapan metode
discovery dengan kegiatan laboratorium untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMAN 1 Nunukan, semester 2 pada konsep
sistem koloid. Sedangkan rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana upaya
meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan metode discovery melalui kegiatan
laboratorium pada konsep sistem koloid?
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah SMAN 1 Nunukan yang
beralamat di Jl. Fatahillah Kelurahan Nunukan Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2017/2018. Waktu penelitian berlangsung pada tanggal 28 Mei
– 12 Juni 2018. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom
action research).
Sedangkan pada aspek siswa yang terdiri dari tujuh aspek memiliki rata-rata
penilaian 3 dan dikategorikan sedang serta masih belum memenuhi indikator
keberhasilan. Hal ini dapat diketahui dalam melakukan penemuan dan
mengidentifikasi masalah, serta interaksi siswa dengan siswa yang masih berkaitan
dengan kurangnya kejelasan tugas-tugas serta peranan yang dihadapi siswa,
sehingga sebagian kecil siswa hanya mengandalkan teman kelompoknya, tidak
mencatat dan mengamati proses penemuan yang terjadi.
Tabel 2. Rata-rata hasil kuesioner siswa siklus I
No Indikator Rata-rata
1. Minat 59,08 %
2. Keaktifan siswa. 73,10 %
3. Kemauan belajar siswa dengan metode discovery melalui kegiatan 77,77 %
laboratorium.
Berdasarkan tabel di atas, untuk siklus pertama pada indikator minat, minat siswa
untuk memperhatikan dan mempelajari kimia ternyata masih rendah, yaitu 59.08 %.
Sedangkan pada indikator keaktifan siswa, keaktifan siswa cukup baik. Hal ini
didukung oleh persentase penyataan siswa yang menjawab ya pada pernyataan
tersebut sebesar 73,10 %. Lalu, pada indikator kemauan belajar siswa dengan
metode discovery melalui kegiatan laboratorium terlihat antusias siswa yang besar
terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Dengan demikian, siswa merespon
positif metode pembelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut.
Berdasarkan hasil tes yang diberikan pada siklus I, dapat diketahui bahwa rata-rata
hasil belajar siswa menunjukkan nilai sebesar 68,09 dan menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa berdasarkan kemampuan kognitif belum mencapai indikator
keberhasilan.
Tabel 3. Nilai tes hasil belajar siswa siklus I
Rentang Nilai Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif
53 – 57 1 3,03 %
58- 62 8 24,24 %
63 – 67 11 33,33 %
68 – 72 - -
73 – 77 9 27,27 %
78 – 82 4 12,12 %
Jumlah 33 100%
Berdasarkan Tabel 9. diatas dapat diperoleh informasi bahwa masih terdapat 1 orang
siswa yang mendapat nilai (di bawah KKM) kurang dari 60 dan nilai rata-rata kelas
yang diperoleh (ada pada lampiran) adalah 68,09 yang berarti hasil belajar siswa
pada siklus I belum mencapai indikator lebih besar dari 70.
d. Tahap refleksi
Setelah dilakukan observasi terhadap aktifitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran, maka dilakukan refleksi. Refleksi bertujuan untuk mengidentifikasi
hal-hal positif dan masalah-masalah yang muncul pada siklus pertama ini dan akan
diperbaiki pada siklus kedua dengan memberikan perlakuan-perlakuan (treatment)
tertentu.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Berdasarkan refleksi siklus I, penerapan penggunaan metode discovery dengan
kegiatan laboratorium cukup efektif. Dari hasil evaluasi dilakukan di akhir siklus I
dilihat dari tes hasil belajar masih terdapat beberapa dari siswa yang belum
mencapai indikator pencapaian belajar sebesar 70 dan masih ada siswa yang
mendapat nilai kurang dari 60. Aktivitas siswa dan partisipasi siswa didalam kelas
sudah aktif, tetapi masih perlu lebih ditingkatkan lagi seperti kurangnya kerjasama
antar anggota kelompok dalam melakukan pengamatan di laboratorium.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Pertemuan pertama, pembelajaran dilakukan dengan mengorientasikan siswa pada
masalah yang akan dicari jawabannya. Untuk menemukan jawaban atas
permasalahan yang diajukan guru, siswa dapat mencarinya dengan melakukan
kegiatan praktikum bersama dengan teman sekelompoknya. Karena, pada materi ini
siswa akan lebih mudah mengerti memahami permasalahan yang akan dipecahkan
melalui kegiatan praktikum. Pertemuan kedua pembelajaran dilakukan dengan
kegiatan praktikum untuk mengetahui salah satu cara pembuatan koloid. Kemudian,
guru membagikan LKS yang harus dikaji oleh siswa untuk mencari tahu jawaban
atas pertanyaan tersebut dan menyimpulkan hasilnya. Pertemuan ketiga, Pada akhir
siklus kedua ini, guru memberikan tes hasil belajar berupa pilihan ganda yang
berjumlah 15 butir soal untuk dikerjakan oleh siswa. Waktu untuk mengerjakan soal
adalah 45 menit. Selama siswa mengerjakan soal, guru mengawasi siswa agar
mereka dapat mengerjakan soal secara jujur dan tidak saling menyontek. Setelah
selesai, soal dan jawabannya dikumpulkan untuk dibahas bersama sekaligus
dikoreksi langsung agar siswa tahu kesalahannya.
c. Tahap observasi
Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus II, pengamatan/observasi sama
halnya dengan pengamatan yang dilakukan pada siklus I. Adapun pengamatan yang
dilakukan ialah pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam melakukan
tahapan-tahapan kegiatan discovery melalui kegiatan laboratorium dengan
melakukan check-list pada lembar observasi yang tersedia. Lembar observasi terdiri
dari 2 aspek yang dinilai yaitu: 1) Aspek guru, meliputi 8 aspek yang diamati; dan
2) Aspek siswa, terdiri dari 7 aspek yang diamati
Tabel 4. Rata-rata hasil observasi siklus II
Aspek Aspek yang diamati Penilaian Keterangan
Guru 1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa. 4 Baik
2. Menseleksi pendahuluan terhadap prinsip- prinsip, 4 Baik
pengertian konsep dan generalisasi
pengetahuan.
3. Menseleksi bahan dan tugas-tugas. 4 Baik
4. Membantu memperjelas tugas-tugas yang dihadapi 4 Baik
siswa serta peranan masing-
masing.
5. Mempersiapkan kelas dan alat yang 5 Baik
diperlukan.
6. Mengecek pemahaman siswa terhadap 4 Baik
masalah yang akan dipecahkan
7. Membantu siswa dengan informasi / data 4 Baik
yang diperlukan siswa.
8. Mengamati setiap siswa dalam melakukan 4 Baik
kegiatan.
Rata-rata 4 Baik
Siswa 1. Alat dan bahan yang diperlukan lengkap 4 Baik
dan tersedia.
2. Siswa melakukan penemuan seperti 5 Sangat Baik
mencatat, mengamati, dan lain-lain.
3. Mengidentifikasi masalah. 4 Baik
4. Interaksi siswa dengan siswa. 4 Baik
5. Merumuskan prinsip dan generalisasi hasil 4 Baik
penemuan.
6. Melakukan penyelidikan terhadap 4 Baik
permasalahan yang diajukan guru.
7. Mengerjakan lembar kerja siswa dengan 5 Sangat Baik
baik.
Rata-rata 4 Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada aspek guru yang terdiri dari:
(1) Aspek guru, meliputi 8 aspek yang diamati; dan (2) Aspek siswa, terdiri dari 7
aspek yang diamati, pada siklus kedua mengalami peningkatan rata-rata
dibandingkan dengan siklus pertama. Hal ini dapat dilihat pada tabel aspek guru,
terdapat peningkatan tindakan yang dilakukan seperti pada tahap pendahuluan dalam
hal mengidentifikasi kebutuhan siswa, menseleksi pendahuluan terhadap prinsip-
prinsip, bahan-bahan serta tugas-tugas terdapat terdapat peningkatan persentase
sehingga berdampak waktu yang digunakan lebih lebih efektif dan efisien.
Aspek guru dalam hal membantu memperjelas tugas-tugas yang dihadapi siswa serta
peranan masing-masing dan mengecek pemahaman siswa terhadap permasalahan
yang diajukan terdapat peningkatan pada siklus kedua sehingga berdampak aktifitas
dan peran siswa dalam melakukan langkah-langkah kegiatan discovery mengalami
peningkatan dibandingkan siklus pertama. Hal ini berdampak pula pada aspek-aspek
yang diamati siswa berupa interaksi siswa dengan siswa dan kegiatan siswa dalam
melakukan penemuan, melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang
diajukan guru, mengerjakan lembar kerja siswa dengan baik serta merumuskan
prinsip dan generalisasi hasil penemuan mengalami peningkatan dengan kategori
baik
Tabel 5. Rata-rata hasil kuesioner siswa siklus II
No Indikator Rata-rata
1. Minat. 73, 47 %
2. Keaktifan siswa. 81,81 %
3. Kemauan belajar siswa dengan metode discovery melalui 82,82 %
kegiatan laboratorium.
Nilai tes hasil belajar pada siklus II dengan pembahasan pada sifat-sifat koloid dan
pembuatan koloid diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 6. Distribusi frekuensi nilai tes hasil belajar siklus II
Rentang Nilai Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif
60 – 64 1 3,03 %
65- 69 3 9,09 %
70 – 74 18 54,54 %
75 – 79 - -
80 – 84 9 27,27 %
85 – 89 2 6,06 %
Jumlah 33 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa sudah tidak ada siswa
yang mendapat nilai dibawah. Nilai rata-rata kelas pada siklus II mengalami
peningkatan yaitu dari 68,09 menjadi 74,81. Oleh karena itu, penelitian ini dianggap
cukup sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Pada penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara kepada sebagian siswa kelas
XI MIA.2 untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran dengan
menggunakan metode discovery melalui kegiatan laboratorium baik pada siklus
pertama maupun siklus kedua. Siswa merespon positif metode yang digunakan dan
membuat mereka tidak bosan, karena situasi belajar yang menggunakan pendekatan
laboratorium sehingga siswa merasa senang serta meningkatkan keingintahuan siswa
dan membantu siswa dalam memahami konsep yang tidak hanya cukup dengan
membaca buku atau mendengarkan penjelasan langsung dari guru.
d. Tahap refleksi
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi data pada siklus II, diperoleh gambaran
bahwa menggunakan metode discovery dengan kegiatan laboratorium telah efektif
digunakan dalam proses pembelajaran kimia pada konsep sistem koloid, antara lain:
1) Perhatian guru terhadap siswa sudah meningkat dan tidak hanya pada sebagian
siswa melainkan seluruh siswa.
2) Motivasi untuk terlibat didalam kegiatan belajar cukup tinggi, siswa lebih
percaya diri, lebih berani mengungkapkan pendapatnya, lebih berkonsentrasi,
dan lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Kegiatan siswa dalam melakukan langkah-langkah discovery seperti melakukan
penemuan, mengidentifikasi masalah, interaksi antara siswa dengan siswa,
merumuskan prinsip dan generalisasi penemuan, serta melakukan penyelidikan
terhadap permasalahan yang diajukan guru telah mengalami peningkatan
dibandingkan siklus pertama dan memenuhi indikator pencapaian keberhasilan
dengan kategori baik
4) Hasil belajar yang diperoleh siswa telah mencapai indikator pencapaian
keberhasilan.
5) Hal-hal yang kurang dan perlu diperbaiki dalam siklus pertama sudah terlihat
adanya penyempurnaan dalam siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, Kimia Dari Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia”, dari
http://www.id.wikipedia.org, 16 Maret 2008.
Aqib, Zainal Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV. Yrama Widya, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Kimia untuk SMA dan MA.
Nunukan: Depdiknas, 2003.