Anda di halaman 1dari 29

Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X.

1 SMA
Negeri 1 Indralaya Utara Melalui Penerapan Metode Guided
Discovery Pada Materi Hidrokarbon

PROPOSAL PENELITIAN

oleh
M. Adlan Rasyidi
NIM : 0610121320013
Program Studi Pendidikan Kimia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
TAHUN 2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................3
1.4 Manfaat Hasil Penelitian........................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 5
2.1 Belajar.............................................................................................. 5
2.2 Prestasi Belajar................................................................................... 6
2.3 Metode Discovery Learning.................................................................10
2.4 Kerangka Berpikir............................................................................. 15
2.5 Penelitian Relevan............................................................................. 16
2.6 Hipotesis Tindakan............................................................................. 16
METODE PENELITIAN...........................................................................17
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................17
3.2 Subjek dan Objek Penelitian.................................................................18
3.3 Data dan Sumber Data........................................................................19
3.4 Teknik Pengumpulan Data...................................................................20
3.5 Analisis Data.................................................................................... 21
3.6 Prosedur Penelitian............................................................................23

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada pembelajaran kimia di
SMA Negeri 1 Indralaya Utara guru masih sering mengajar dengan menerapkan
metode ceramah dan latihan soal. Pada pembelajaran kimia di SMA Negeri 1
Indralaya Utara juga masih terdapat materi pelajaran yang belum mencapai hasil
optimal yaitu materi hidrokarbon.
Materi hidrokarbon merupakan materi kimia kelas X.1 pada semester dua
yang berisi konsep, prinsip, dan teori yang penting untuk dipelajari. Belum
optimalnya pembelajaran materi hidrokarbon dapat terlihat dari prestasi belajar
berupa nilai rata-rata hidrokarbon dari tahun ke tahun yang masih belum mencapai
nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Nilai rata-rata hidrokarbon di SMA
Negeri 1 Indralaya Utara tahun ajaran 2015/2016. adalah 67 padahal batas
ketuntasannya 75, sedangkan persentase siswa yang lulus atau mencapai batas
tuntas hanya sekitar 40%. Kelas yang perlu ditingkatkan proses dan prestasi
belajarnya adalah kelas X.1.1 karena nilai rata-rata ujian tengah semester siswa
kelas X.1.1 masih di bawah KKM yaitu hanya 54. Kelas X.1.1 juga masih
dianggap kurang aktif dalam pembelajaran dan rasa ingin tahu siswa masih
rendah.
Prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Indralaya Utara dipandang masih
belum memuaskan maka perlu dicari faktor-faktor penyebabnya. Prestasi belajar
yang belum memuaskan biasanya disebabkan proses belajar yang masih kurang
optimal. Berdasarkan wawancara lebih lanjut diidentifikasi bahwa masalah yang
mendasar pada kegiatan pembelajaran adalah rendahnya rasa ingin tahu.
Rendahnya rasa ingin tahu siswa terindikasi dari siswa yang jarang
mengajukan pertanyaan selama pembelajaran. Siswa juga jarang mengemukakan
pendapatnya dan kurangnya inisiatif siswa untuk mengerjakan tugas di depan
kelas. Selain itu, mayoritas siswa kurang melakukan persiapan sebelum

pembelajaran. Hanya sedikit siswa yang sudah membaca materi pelajaran sebelum
diajarkan.
Permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 1 Indralaya Utara adalah
rendahnya rasa ingin tahu dan rendahnya prestasi belajar siswa pada materi
hidrokarbon. Permasalahan tersebut perlu segera diselesaikan dengan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR).
Prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan metode guided discovery
(penemuan terbimbing) dimana dalam pembelajaran ini, siswa diajak untuk
menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari. Sesuai hasil penelitian
Nbina, J. B. (SMA Negeri 1 Ngemplak) yang menyatakan bahwa metode guided
discovery merupakan metode yang inovatif dan perlu dikembangkan oleh guru.
Pada metode guided discovery ini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang
membimbing siswa untuk menemukan pemahamannya sendiri, sedangkan siswa
yang aktif membangun sendiri pemahamannya dari petunjuk-petunjuk yang
diberikan guru. Penerapan metode ini dilakukan agar pemahaman siswa lebih
mendalam dan dapat bertahan lama. Peningkatan pemahaman siswa diharapkan
juga akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Secara garis besar bahwa prosedur pembelajaran berdasarkan penemuan
(discovery based learning) adalah sebagai berikut: (1) Simulation, (2) Problem
Statement, (3) Data Collection, (4) Data Processing, (5) Verification, (6)
Generalization . Metode guided discovery dapat dilakukan dengan suasana
pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan adalah
pembelajaran yang dapat dinikmati siswa sehingga siswa merasa asyik dan
memiliki inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya
mencari tahu sendiri. Dalam suasana yang menyenangkan siswa akan
bersemangat dan mudah menerima berbagai kebutuhan belajar, sehingga siswa
akan mampu mengikuti dan menangkap materi pelajaran yang sulit menjadi
mudah. Singkatnya, suasana yang menyenangkan merupakan katalisator yang bisa
mengefektifkan pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 22 mahasiswa (55%)
menyatakan sangat penting dan 18 mahasiswa (45%) menyatakan penting untuk

memberikan selingan humor sebagai salah satu bentuk termudah penerapan


metode guided discovery dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
tidak memakan waktu. Alasan terbanyak mereka adalah dengan selingan humor
menyebabkan pembelajaran menjadi tidak tegang, rileks, menyenangkan,
menarik, dan tidak membosankan. Selain itu sebanyak 20 mahasiswa (50%)
menyatakan tidak menyukai mata pelajaran kimia berawal dari pembelajaran di
SMA yang tidak menyenangkan .
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu untuk mengetahui
sejauh mana penerapan metode guided discovery untuk meningkatkan rasa ingin
tahu dan prestasi belajar pada materi hidrokarbon pada siswa kelas X.1 SMA
Negeri 1 Indralaya Utara tahun ajaran 2016/2017.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah penerapan metode guided discovery dapat meningkatkan prestasi belajar
kimia siswa kelas X.1 SMAN 1 Indralaya Utara pada materi pokok hidrokarbon?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar kimia siswa kelas
X.1 SMAN 1 Indralaya Utara setelah penerapan metode guided discovery dalam
pembelajaran kimia materi pokok hidrokarbon.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala
sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam kaitan

dengan upaya menyajikan strategi, pendekatan atau pun metode pembelajaran


yang efektif dan efesien di sekolah.
2. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan wacana atau sumbangan
bahkan rujukan bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi Guru
Informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta
masukan berharga bagi para guru dalam melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan penerapan
metode guided discovery, khususnya dalam mata pelajaran kimia dan mata
pelajaran lain pada umunya.
4. Bagi Siswa
Dari penelitian ini siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih
bermakna, sehingga siswa dapat menguasai pelajaran dengan penerapan dan
metode guided discovery.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan,
mereka mengemukakan definisi belajar menurut pendapat mereka masing-masing.
Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Hamalik (2003:16) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman. Jadi belajar bukan suatu tujuan tetapi
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Siswa akan mendapat
pengalaman dengan menempuh langkah-langkah atau prosedur yang disebut
belajar.
Dalam situs internet http://artikel.us/art05-65.html, belajar adalah upaya
untuk

memperoleh

kebiasaan-kebiasaan,

pengetahuan

dan

sikap-sikap.

Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar diatas dapat disimpulkan bahwa


belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa
penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan
pengalamannya. Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada
perubahan dalam tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan
baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dikatakan bahwa
belajarnya belum sempurna.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Slameto (2003: 27-28) prinsip-prinsip belajar meliputi:
a). Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan


minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional
2) belajar dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa
untuk mencapai tujuan instruksional
b). Sesuai hakikat belajar
1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya
2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.
c). Sesuai materi yang harus dipelajari
1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian
yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya
2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan
instruksioanl yang harus dicapainya
d). Syarat keberhasilan belajar
1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan
tenang
2) Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa

2.2 Prestasi Belajar


2.2.1 Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni
prestasi dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi
belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil
yang telah dicapai(dari yang telah diakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (1991:
6

787). Sedangkan menurut Saiful Bahri Djamarah (1994: 20-21) dalam bukunya
Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah
dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun harahap, berpendapat
bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan
siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan,
diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Prestasi Belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum
menurut Slameto (2003: 54) pada garis besarnya meliputi faktor intern dan faktor
ekstern yaitu:
1) Faktor intern
Dalam faktor ini dibahas 2 faktor yaitu:
a) Faktor jasmaniah mencakup:
(1) Faktor kesehatan
(2) Cacat tubuh
b) Faktor psikologis mencakup:
(1) Intelegensi
(2) Perhatian
(3) Minat
(4) Bakat
(5) Motivasi
(6) Kematangan
(7) Kesiapan
c) Faktor kelelahan

2) Faktor ekstern
Faktor ini dibagi menjadi 3 faktor, yaitu:
a) Faktor keluarga mencakup:
(1) cara orang tua mendidik
(2) relasi antar anggota keluarga
(3) suasana rumah
(4) keadaan ekonomi keluarga
(5) pengertian orang tua
(6) latar belakang kebudayaan
b) Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah
c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman
bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat,
Selanjutnya Sumadi Suryabrata (2002: 233) mengklasifikasikan faktorfaktor yang memepengaruhi belajar sebagai berikut:
1) Faktor-faktor yang berasal dari luar dalam diri
a. Faktor non-sosial dalam belajar
b) Meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan
c) alat-alat yang dipakai untuk belajar(alat tulis, alat peraga)
d) Faktor sosial dalam belajar
2) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri
a. Faktor fisiologi dalam belajar
b) Faktor ini terdiri dari keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani
tertentu.
c) Faktor psikologi dalam belajar
Faktor ini dapat mendorong aktivitas belajar seseorang karena aktivitas dipacu
dari dalam diri, seperti adanya perhatian, minat, rasa ingin tahu, fantasi, perasaan,
dan ingatan.

Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi


keberhasilan belajar menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
(2002: 60) yaitu:
1) Faktor internal
a. Faktor jasmaniah, Faktor jasmaniah, baik bawaan maupun
b) yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya
c) penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya
d) Faktor psikologi, baik bawaan maupun yang diperoleh yang
e) terdiri atas :
(1) Faktor intelektif yang meliputi:
(a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
(b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
2) Faktor non intelektif yaitu unsure-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis
2) Faktor Eksternal
a) Faktor sosial, yang terdiri atas :
(1) Lingkungan kerja
(2) Lingkungan sosial
(3) Lingkungan masyarakat
(4) Lingkungan kelompok
b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian
c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan
Jadi, berdasarkan pendapaT di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Faktor intern
Faktor ini berkaitan dengan segala yang berhubungan dengan diri

siswa itu sendiri berupa motivasi, minat, bakat, kepandaian,


kesehatan, sikap, perasaan dan faktor pribadi lainnya.
2) Faktor ekstern
Faktor ini berhubungan dengan pengaruh yang datang dari luar
diri individu berupa sarapa dan prasarana, lingkungan,
masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi social, ekonomi,
dan lain sebagaianya.

2.3 Metode Discovery Learning


2.3.1 Pengertian Metode Discovery Learning
Metode discovery merupakan komponen dari praktik pendidikan yang
meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada
proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Metode Discovery
merupakan model pembelajaran yang disarankan untuk dipakai dalam penerapan
kurikulum SMA Negeri 1 Indralaya Utaya.
Suryosubroto (2009: 178) menyatakan bahwa metode discovery diartikan
sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan,
manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi.
Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata.
Penggunaan metode discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenankan
siswa-siswanya
Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 203) metode discovery adalah
metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
metode discovery merupakan proses belajar dimana siswa berperan aktif untuk
menemukan informasi dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan
pengamatan atau diskusi dalam rangka mendapatkan pembelajaran yang lebih
bermakna

10

2.3.2 Jenis-jenis Metode Discovery Learning


Proses pembelajaran atau proses belajar mengajar menggunakan metode
discovery dapat melibatkan bimbingan guru secara penuh maupun tidak. Menurut
Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis pembelajaran penemuan, yaitu
pembelajaran penemuan murni (free discovery) dan pembelajaran penemuan
terarah atau penemuan terbimbing (guided discovery). Pembelajaran penemuan
murni (free discovery) merupakan pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk
atau arahan. Sedangkan pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (guided
discovery) merupakan pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai
fasilitator dalam proses pembelajarannya.
Demikian juga menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204-205), metode
penemuan atau pengajaran penemuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1)
penemuan murni, pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran
terpusat pada siswa dan tidak terpusat pada guru, kegiatan penemuan ini hampir
tidak mendapatkan bimbingan guru; dan (2) penemuan terbimbing, pada
pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi
pelajaran, berupa; petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan
siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat dua jenis
metode discovery yaitu: metode penemuan murni (free discovery) dan metode
penemuan terbimbing (guided discovery).
2.3.3 Metode Guided Discovery Learning
Metode guided discovery atau penemuan terbimbing merupakan metode
pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar
secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau teori, pemahaman,
dan pemecahan masalah. Proses penemuan tersebut membutuhkan guru sebagai
fasilitator dan pembimbing. Banyaknya bantuan yang diberikan guru tidak
mempengaruhi siswa untuk melakukan penemuan sendiri.
Sejalan dengan uraian di atas, Soejadi dalam Sukmana (2009)

11

mengungkapkan guided discovery merupakan pembelajaran yang mengajak para


siswa atau didorong untuk melakukan kegiatan sedemikian rupa sehingga pada
akhirnya siswa menemukan sesuatu yang diharapkan.
Selanjutnya, Hamalik (2005: 188) mengungkapkan bahwa guided
discovery melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa
melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang
benar/tepat. Sejalan dengan uraian di atas, Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 77)
mengungkapkan bahwa guided discovery yaitu pelaksanaan penemuan dilakukan
atas petunjuk dari guru.
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Guided Discovery Learning
Metode guided discovery mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan
sehingga perlu adanya pemahaman dalam melaksanakan metode tersebut.
Suryosubroto (2009: 185) memaparkan beberapa kelebihan metode penemuan
sebagai berikut:
a. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan
penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
b. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin
merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari
pengertian; retensi, dan transfer.
c. Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan
jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang
kegagalan.
d. Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
e. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia
lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
f. Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya
kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
g. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka
dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.
12

h. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk


menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Selain itu Suryosubroto (2009: 186) juga memaparkan beberapa
kelemahan metode penemuan sebagai berikut:
a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
b. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan
siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
d. Mengajar

dengan

penemuan

mungkin

akan

dipandang

sebagai

terlalu

mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya


sikap dan keterampilan.
e. Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba
ide-ide mungkin tidak ada.
f. Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh
guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya tidak semua
g. pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa metode
guided discovery tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi juga beberapa
kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai
metode ini supaya dalam penerapannya dapat terlaksana dengan efektif.
2.3.5 Langkah-langkah Metode Guided Discovery Learning
Saat proses pembelajaran, diperlukan adanya langkah-langkah yang tepat
agar pembelajaran dapat berjalan secara optimal. Langkah-langkah pembelajaran
yang tepat juga sangat menentukan keberhasilan suatu metode pembelajaran.
Suryosubroto (2009: 184-185) mengemukakan langkah-langkah metode
penemuan sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan siswa.
2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi
yang akan dipelajari.

13

3. Seleksi bahan, dan problema/tugas-tugas.


4. Membantu memperjelas
a. tugas/problema yang akan dipelajari.
b. peranan masing-masing siswa.
5. Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.
6. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugastugas siswa.
7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.
8. Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa.
9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan
dan mengidentifikasi proses.
10. Merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa.
11. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.
12. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil
penemuannya.
Menurut Bruner (dalam Winataputra, 2008: 3.19), tahap-tahap penerapan
belajar penemuan, yaitu; (1) stimulus (pemberian perangsang/stimuli), (2)
problem statement (mengidentifikasi masalah), (3) data collection (pengumpulan
data), (4) data processing (pengolahan data), (5) verifikasi, dan (6) generalisasi.
Berdasarkan kajian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode guided
discovery learning dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut: (1) stimulus (memberikan pertanyaan atau menganjurkan siswa untuk
mengamati gambar maupun membaca buku mengenai materi), (2) problem
statement (memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
memilih dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis), (3) data collection
(memberikan kesempatan

14

2.4 Kerangka Berpikir


Permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 1 Indralaya Utara adalah masih
rendahnya prestasi belajar kimia siswa kelas X.1 pada maeri hidrokarbon. Prestasi
belajar yang masih rendah disebabkan karena kualitas proses pembelajaran yang
juga masih kurang optimal. Setelah dilakukan observasi dan wawancara, diketahui
bahwa motivasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kimia masih rendah.
Keaktifan dan motivasi siswa yang rendah dipicu dari proses pembelajaran
yang kurang menarik. Guru seharusnya dapat memilih model, pendekatan,
metode, ataupun media yang dapat menarik rasa ingin tahu siswa sehingga siswa
dapat termotivasi belajar dan meningkatkan keaktifan siswa yang akhirnya akan
meningkatkan prestasi belajar. Selain itu, rendahnya prestasi belajar juga
mengindikasikan bahwa pemahaman siswa terhadap materi tersebut masih rendah.
Maka dibutuhkan pembelajaran yang dapat menarik dan menyenangkan namun
juga tetap dapat membangun pemahaman siswa lebih dalam.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat disajikan dengan penggunaan
metode penemuan yang terbimbing oleh guru (Guided Discovery) yang dapat
menggugah rasa ingin tahu siswa. Dengan pembelajaran melalui metode Guided
Discovery ini siswa akan diajak untuk aktif membangun pengetahuannya dan guru
hanya sebagai fasilitator. Sehingga siswa akan lebih memahami materi yang
dipelajari. Dengan peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
maka prestasi belajar siswa akan meningkat. Dari uraian diatas, diprediksi
pembelajaran dengan metode Guided Discovry dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.

2.5 Penelitian Relevan


Penelitian yang dilakukan oleh Fathur Rohim menunjukkan bahwa dengan
metode Discovery terbimbing pada pokok bahasan kalor kelas VII MTs. Matholiul
Huda Troso Tahun Pelajaran 2010/2011 hasil belajarnya juga meningkat. Selain
itu, Made Putra Yasa yang meneliti penerapan pembelajaran Discovery terbimbing
untuk meningkatkan hasil belajar Sains kelas V Sekolah Dasar di Desa Bontihing,

15

Kecamatan Kubutambahan pada tahun pelajaran 2013/2014 juga menunjukkan


hasil belajar yang meningkat.

2.6 Hipotesis Tindakan


Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, maka dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut:
Penerapan metode Guided Discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
pada materi hidrokarbon pada siswa SMA Negeri 1 Indralaya Utara tahun ajaran
2016/2017.

16

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Indralaya Utara, Jl. Pesirah Mat Nang,
desa Tanjung Pering, Indralaya Utara, Ogan Ilir, tahun ajaran 2016/2017.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 Januari 2017. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya
sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, meliputi: permohonan pembimbing, survei sekolah yang
bersangkutan, pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal, perijinan
penelitian, dan konsultasi instrumen penelitian.
b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat
penelitian yang meliputi uji instrumen penelitian, dan pengambilan data yang
disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi pembelajaran
Hidrokarbon.
b. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan.
Tabel tahapan prosedur penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
N

Kegiatan

Penelitian

Bulan
Ma
r

Apr

Me
i

Jun

Agu

Okt-Nov

Des-Jan

Tahap
Persiapan
a. Observasi
Awal
b. Pengajuan
Judul

17

Penyusunan
Proposal

Pembuatan
Instrumen

Analisa
Instrumen

Pengumpulan
Data
a. Siklus I
b. Siklus II

Pengolahan
Data

Penyususnan
Laporan

Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian


3.2 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X.1 semester genap SMA Negeri 1
Indralaya Utara tahun ajaran 2016/2017. Pemilihan subjek dalam penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan, yaitu subjek tersebut memiliki permasalahanpermasalahan yang telah teridentifikasi pada saat observasi awal. Sehingga
penelitian tindakan kelas ini berguna untuk memperbaiki atau meningkatkan
kualitas pembelajaran kelas tersebut, yaitu kelas X.1. Objek penelitian ini adalah
proses pembelajaran, prestasi belajar serta metode pembelajaran guided discovery.

18

3.3 Data dan Sumber Data


3.3.1 Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data informasi
tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif
berupa data hasil observasi, wawancara, kajian dokumen atau arsip dengan
berpedoman pada lembar pengamatan dan pemberian angket afektif dan angket
rasa ingin tahu yang menggambarkan proses pembelajaran di kelas. Aspek
kuantitatif yang dimaksud adalah hasil penilaian belajar dari materi pembelajaran
hidrokarbon berupa nilai (skor) yang diperoleh siswa dari penilaian kemampuan
berupa aspek kognitif serta aspek afektif dan angket rasa ingin tahu siswa
melaluites siklus I, dan tes siklus II.
3.3.2 Sumber Data Penelitian
Terdapat beberapa sumber data yang digunakan sebagai sasaran
pengambilan dan pengumpulan serta informasi penelitian ini. Sumber data
tersebut meliputi:
a. Informan
Pada penelitian ini, informan yang memberi sumber data adalah guru
kimia dan siswa kelas X.1 di SMA Negeri 1 Indralaya Utara.
b. Peristiwa
Peristiwa yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah kegiatan
pembelajaran di kelas. Peristiwa dijadikan sumber data melalui pengamatan yang
dilakukan pada saat pembelajaran kimia secara langsung.
b. Dokumen atau Arsip
Dokumen atau arsip yang dijadikan sumber data pada penelitian ini adalah
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan nilai yang diambil dari
hasil tes siswa meliputi tes kognitif, angket afektif dan angket rasa ingin tahu pada
akhir siklus 1 dan siklus 2.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, meliputi:
3.4.1 Teknik Tes

19

Alat pengukur tes banyak dipergunakan dalam bidang pengukuran prestasi


belajar di sekolah, khususnya dipakai untuk mengukur tingkatankeberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran atau instruksional
(Masidjo, 1995: 38). Tes digunakan untuk mengumpulkan data berupa nilai
prestasi belajar siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Indralaya Utaya tahun ajaran
2016/2017. Tes dilakukan pada akhir siklus 1 dan siklus 2. Tes yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah tes objektif. Menurut Masidjo (1995) tes objektif
adalah suatu tes yang telah disediakan sejumlah jawaban, sehingga siswa memilih
satu jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia.
3.4.2 Teknik Angket
Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang
harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya
(Masidjo, 1995: 70). Pada penelitian ini angket akan diberikan pada setiap akhir
siklus. Angket yang diberikan berupa angket afektif dan angket rasa ingin tahu
untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran
hidrokarbon.
3.4.3 Teknik Observasi (Pengamatan)
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2012: 76).
Sudjana (2011) juga menyatakan bahwa observasi atau pengamatan sebagai alat
penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi untuk melihat
keterlaksanaan pembelajaran yang diterapkan di kelas yang diamati oleh observer.
Objek pengamatan mencakup seluruh proses kegiatan belajar mengajar di kelas
meliputi kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran.
3.4.4 Teknik Wawancara

20

Menurut Riduwan (2012) wawancara adalah suatu cara pengumpulan data


yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Sebagai
alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar
(Sudjana, 2011: 68). Berdasarkan hasil wawancara dapat diidentifikasi masalah
yang terkait pada pembelajaran kimia khususnya pada materi hidrokarbon.
Wawancara ini juga digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap
pembelajaran hidrokarbon dengan metode guided discovery.
3.4.5 Teknik Kajian Dokumen
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian
(Riduwan, 2012: 77). Kajian dokumen juga dilakukan terhadap dokumen atau
arsip yang ada, seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran serta daftar
nilai tengah semester dan ulangan harian pada mata pelajaran kimia.

3.5 Analisis Data


Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung,

dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari setiap siklus. Miles and Huberman
(1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Teknik analisis data dilakukan melalui tiga langkah, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi (Sugiyono, 2010).
1. Reduksi data
Mereduksi

data

berarti

merangkum,

memilih

hal

yang

pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

21

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan


pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2010).
2. Penyajian data
Melalui penyajian data, maka data hasil reduksi diorganisasikan, disusun
dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Miles
andHuberman (1984) menyatakan bahwa, yang paling sering digunakan untuk
penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif
(Sugiyono, 2010).
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Sugiyono (2010) menyatakan bahwa, kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat. Tetapi bila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Untuk itu penarikan kesimpulan dilakukan secara
bertahap, setelah itu dilakukan verifikasi untuk mendapatkan kesimpulan yang
tepat.

Skema komponen analisis data model interaktif, disajikan dalam Gambar 3.1.
Pengumpu
lan data
(data
collection)
Data rasa
ingin tahu
dan
prestasi

Penyajian data
(data display)
Data rasa ingin tahu dan
prestasi belajar siswa hasil
reduksi disajikan secara
detail mulai dari
perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.

22

Reduksi data
(data reduction)
Data rasa ingin tahu berupa
observasi
dan angket diolah dengan teknik
triangulsi data. Data prestasi belajar
disajikan secara ringkas.

Penarika kesimpulan /
verifikasi
Data rasa ingin tahu dan
prestasi belajar diteliti dan
dibandingkan dengan
pratindakan dan target,
kemudian disimpulkan
sesuai
tujuan penelitian.

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data (Model Interaktif)


(Sumber: Sugiyono, 2010)

3.6 Prosedur Penelitian


Penelitian yang dilakukan ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau Class Action Research (CAR). PTK merupakan sebuah upaya yang ditujukan
untuk memperbaiki keadaan (proses kerja) atau memecahkan masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran. Sedikitnya terdapat dua kata kunci yang satu
diantaranya harus ada pada setiap kegiatan penelitian tindakan termasuk PTK,
yaitu pemecahan masalah (problem solving), dan peningkatan (improving) kinerja
sistem. Penelitian tindakan harus dilandasi oleh adanya masalah pada sebuah
sistem kerjadan atau prestasi kerja (achivement) sistem kerja yang menurun atau
tidak optimal (Mulyasa, SMA Negeri 1 Indralaya Utaya).
Prosedur pelaksanaan pada penelitian ini mengikuti model yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yaitu model spiral. Tahapan dalan
penelitian ini dimulai dari perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan
(acting), pengamatan tindakan (observing), dan refleksi tindakan (reflecting).

23

Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus tindakan pemecahan masalah


(Arikunto, Suharjono, dan Supardi, 2006:117).
Secara umum, tahap-tahap pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Melakukan observasi untuk melihat gambaran awal mengenai kegiatan
pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Indralaya Utaya.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang ada di dalam pembelajaran kimia.
2. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:
a. Menyusun kegiatan pelaksanaan tindakan berupa rencana pembelajaran dengan
menggunakan metode guided discovery pada materi hidrokarbon.
b. Menyusun

instrumen

penelitian

meliputi

silabus,

rencana

pelaksanaan

pembelajaran, soal tes kognitif, angket, dan lembar observasi mengenai penerapan
metode guided discovery dalam kegiatan pembelajaran.
3. Tahap Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan peneliti adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran
yang ada di dalam kelas. Kegiatan yang dilaksanakan tersebut antara lain:
a. Menerapkan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah
disusun dalam rencana pelaksanaan.
b. Melakukan kegiatan pemantauan pembelajaran di kelas melalui angket siswa dan
observasi secara langsung.
c. Melakukan evaluasi untuk mengukur prestasi belajar siswa pada materi
hidrokarbon.
d. Melakukan modifikasi berupa perbaikan atau penyempurnaan tindakan apabila
proses dan prestasi belajar masih kurang memuaskan.
4. Tahap Pengamatan
Peneliti dan observer bertugas mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Fokus ditekankan pada implementasi penerapan metode Guided

24

Discovery untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa. Berikut
ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap
pengamatan:
a. Mengamati dan mendiskusikan dengan guru atau dosen sebagai critical friend
terhadap hasil pengamatan setelah proses pembelajaran selesai.
b. Membuat kesimpulan mengenai hasil pengamatan.
5. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan
yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap ini adalah:
a. Menganalisis tanggapan siswa melalui lembar angket dan wawancara.
b. Mencocokkan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dan guru.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, peneliti mencoba untuk mengatasi kekurangan
atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan. Dari data hasil
refleksi, baik keberhasilan maupun kegagalan dalam pelaksanaan tindakan, maka
peneliti dan guru melaksanakan diskusi untuk mengambil kesepakatan
menentukan tindakan perbaikan selanjutnya (siklus II) dalam proses pembelajaran
yang dilakukan guru.
6. Tahap Tindak Lanjut
Setelah kegiatan penelitian ini, diharapkan ada tindak lanjut dari guru
kimia tempat penelitian untuk melakukan perbaikan terus menerus serta
mengembangkan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

25

Ilahi, M T. 2013. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill.


Yogyakarta: Diva Press.
Mulyasa. 2013. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Prahastiwi, R.B., Subani., Haryoto, D., 2014. Penerapan Pendekatan Saintifik
untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu dan Prestasi Belajar
Siswa Kelas X MIA 3 SMA Negeri 6 Malang. (Online). http://jurnaonline.um.ac.id/data/artikel/artikel7F8AE3439383C8E200DCFEED3490E
16B.pdf. Diakses pada tanggal 1 April 2016.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

26

Anda mungkin juga menyukai