A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
Moh. Roqib. Ilmu Pensisikan Islam. (Yogyakata: LkiS. 2009)., hlm. 5
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang
Berdasarkan pemikiran tersebut maka peneliti melakukan sebuah mini riset tentang
“Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs PAB 2 Sampali Kelas
VII B Kab. Deli Serdang”
B. TINJAUAN PUSTAKA
a) Fundamentalisme pendidikan
Fundamentalisme meliputi semua corak konservatisme politik yang pada
dasarnya anti intelektual dalam arti bahwa mereka ingin meminimalkan
pertimbangan filosofis dan atau intelektual, serta cenderung untuk
mendasarkan diri mereka pada penerimaan yang relative tanpa kritik terhadap
kebenaran yang di wahyukan atau consensus social yang sudah mapan (yang
biasanya di absahkan sebagai akal sehat).3 Dalam ungkapan politisnya,
konservatisme reaksioner gagasan untuk kembali kepada kebijaksanaan atau
kebijakan pada masa silam, baik yang benar-benar ada atau yang sekedar di
khayalkan, ada dua reaksioner secular, yang pertama diberi istilah
konservatisme reaksioner non filosofis (anti intelektual), yang kedua dapat
diberi istilah konservatisme reaksioner filosofis, yang umumnya di hubungkan
dengan gagasan-gagasan. Terdapat dua macam variasi dalam koncservatif
tersebut, pertama fundamentalisme pendidikan religius, yang tampak dalam
3
William F.O’neill, Ideology-ideologi Pendidikan, ( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2002 ), hal. 105
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang
b) Intelektualisme pendidikan
Intelektualisme pendidikan lahir dari ungkapan konservatisme politik
yang didasarkan pada system pemikiran filosofis atau religious yang pada
dasarnya otoritarian. secara umum, konservatisme filosofis ingin mengubah
praktik-praktik politik yang ada (termasuk praktik pendidikan), demi
menyesuaikan secara lebih sempurna dengan cita-cita intelektual atau rohaniah
yang sudah mapan dan tidak bervariasi. ada dua variasi mendasar
intelektualisme pendidikan, intelektualisme pendidikan, yang pada intinya
bersifat secular dan dapat diamati dalam pemikiran beberapa orang teoritisi
pendidikan kontemporer seperti Robert Maynard hutchins dan Mortimer.
intelektualisme teologis yang memiliki orientasi sebagaimana terpantul dalam
tulisan para filosof pendidikan katolik roma kontemporer.
c) Konservatisme Pendidikan
Konservatisme pada dasarnya adalah posisi yang mendukung ketaatan
terhadap lembaga dan proses budaya yang sudah teruji oleh waktu (sudah
cukup tua atau mapan), didampingi dengan rasa hormat mendalam terhadap
hukum dan tatanan, sebagai landasan perubahan social yang konstruktif.
Dalam dunia pendidikan seorang konservatif beranggapan bahwa sasaran
utama sekolah adalah pelestarian dan penerusan pola social serta tradisi yang
sudah mapan.ada dua ungkapan : konservatisme pendidikan religious, yang
menekankan pada sentral pelatihan rohaniah sebagai landasan pembangunan
karakter moral yang tepat. konservatisme pendidikan secular, yang
memusatkan perhatiannya pada perlunya melestarikan dan meneruskan
keyakinan dan praktik yang sudah ada, sebagai cara untuk menjamin
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang
pertahanan hidup secara social serta efektivitas secara kuat oleh orientasi
pendidikan yang bersifat lebih Al-kitabiah dan Evangelis (mendakwahkan
agama).4
5
Ibid, hlm. 335-336
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang
tuhan yang lain di bumi tidak memiliki daya upaya untuk mengubah tatanan semesta
kosmis itu. Termasuk dalam konteks ini adalah masalah nasib dan kebebasan hidup
manusia .seluruh nasib manusia merupakan suatu suratan takdir yang tidak bias di
ganggu gugat.12
Dalam pelajaran selanjutnya,paradigm konservatif cenderung lebih menyalahkan
subjeknya.bagi kaum konservatif,mereka yang menderita karena kesalahan mereka
sendiri.hal ini karena banyak orang lain yang ternyata bisa bekerja keras dan berhasil
meraih sesuatu. Banyak orang kesekolah dan belajar untuk berperilaku baik dan
karenanya tidak masuk penjara. kaum miskin harus bersabar dan belajar untuk
menunggu sampai giliran mereka datang karena pada akhirnya semua orang akan
mencapai kebebasan dan kebahagiaan. Kaum konservatif sangat mementingkan
harmoni dalam masyarakat serta menghindarkan konflik dan kontradiksi.13
C. METODOLOGI PENELITIAN
pada mini riset ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Yaitu
pendekatan yang mencakup masalah deskripsi tentang program atau pengalaman orang di
lingkungan penelitian. Yang tujuan nya adalah untuk membuat pencandraan secara
12
Mu’arif, Op.Cit., hal. 68-71
13
Anas Salahuddin, Filsafat Pendidikan, ( Bandung: CV Pustaka Setia. 2011), hal. 162
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Mini riset ini di laksanakan di MTs PAB 2 Sampali Kelas VII B yang berlokasi di Desa
Sampali Kec. Percut Seituan Kab. Deli Serdang. pada hari Rabu 17 Februari 2021.
hingga membuat sebuah kesimpulan yang tujuannya agar mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. Adapun data yang terkumpul secara kualitatif maka akan dianalisis
dengan menggunakan tiga tahapan, yaitu :
a. Reduksi data, merupakan catatan atau rangkuman yang dilakukan secara teliti dan
rinci terhadap data yang diperoleh di lapangan, mengingat jumlah data yang diperoleh
cukup banyak sehingga perlu dilakukannya analisis data melalui reduksi data tersebut.
b. Penyajian data, setelah dilakukannya reduksi data, maka langkah selanjutnya ialah
adanya penyajian data. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
hubungan antar kategori dan sejenisya dengan tujuan agar memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi serta dapat merencanakan kerja selanjutnya terhadap apa
yang telah dipahami tersebut.
c. Kesimpulan data, tahapan ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, dikarenakan seperti yang telah
dikemukakan bahwasannya masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
b. Hasil wawancara
Pertanyaan ke 1: saya memasukkan pendidikan karakter dalam pembelajaran caranya dengan
mengintegrasikannya dari mulai tahap perencanaan, kemudian pada saat pelaksanaan lalu
ketika evaluasi. Selain itu juga sistem pendidikan di sekolah ini memang merapkan nilai
karakter tersebut seperti mengadakan sholat dhuha berjama’ah, wirid pagi serta mengaji
sebelum memulai pelajaran, juga menerapkan sistem 3S (senyum,sapa,salam).
Pertanyaan ke 2: ya kalau untuk keterlambatan satu dua orang masih ada yang telat datang
dan untuk jenis kenakalan lain saya rasa tidak ada.
Pertanyaan ke 3: kalau apresiasi yang saya lakukan untuk siswa itu biasanya selain tepuk
tangan dan pujian terkadang saya membuat sebuah tulisan di kertas misalnya hari ini dia
sudah menyelesaikan hafalan surah tertentu, nah nanti saya tulis di kertas ucapan selamat atas
nama peserta didik tersebut lalu saya serahkan ke siswa tersebut untuk memegang nya lalu
saya foto dan foto nya saya kirim ke grup Whatshapp guru dan wali murid, hal ini dilakukan
guna mengeapresiasi siswa tersebut atas kepercayaan diri dan tanggung jawabnya dan hal ini
juga harapkan mampu memotivasi siswa lain.
Pertanyaan ke 4: paling saya pakai media gambar atau menampilkan vidio kisah-kisah teladan
dan di buku siswa juga sudah ada gambar-gambar yang mendukung kok
Petanyaan ke 5 :menurut saya ya setiap hal baik yang di terapkan pasti ada kendalanya dan
lumayan sulit juga sih, lebih-lebih di waktu pelaksanaan nya dikarenakan harus ada trik
khusus supaya siswa bisa menerima dan menyerap dengan baik materi maupun nilai karakter
yang akan ditanamkan.
Siswa sekolah dasar adalah mereka yang dimana pada usianya dapat belajar dengan cepat
hanya dengan melihat dan mendengar. Hal tersebut merupakan kesempatan emas bagi guru
untuk mengembangkan karakter siswa, pendidikan karakter pada siswa ini sangatlah penting
agar kelak siswa tetap teguh saat berhadapan pada arus globalisasi dan pengaruh buruk yang
dapat menyerang kapan saja.
Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengembangkan karakter
siswa, salah satunya yakni dengan cara mengiplementasikan pendidikan karakter di setiap
mata pelajaran.
Dalam penelitian ini peneliti memiliki analisis saat melakukan observasi di MTs PAB 2
Sampali yakni adanya proses panjang dan berkelanjutan dalam pelaksanaan
pengimplementasian paradigma pendidikan konservatif di sekolah, hal ini terlihat
pengimplementasian ini tidak terlepas dari peran kepala yayasan serta kepala sekolah juga
para staf dewan guru dalam membimbing siswa siswi untuk meumbuhkan nilai-nilai karakter
tersebut.
Tidak hanya itu untuk menerapkan karakter tersebut MTs PAB 2 Sampali juga
menerapkan beberapa kebijakan untuk dapat membentuk pribadi siswa menjadi yang lebih
berkarakter, dan di samping itu terdapat reward yang diberikan untuk setiap siswa yang
memiliki karakter yang baik dan juga berprestasi guna memotivasi semua siswa.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang ada di MTs PAB 2 Sampali ini daharapkan para
siswa dan siswi menjadi sosok yang berbudi luhur yang membanggakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mahmud. 2008. Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LKiS.
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang