Anda di halaman 1dari 16

Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021

PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

IMPLEMENTASI PARADIGMA PENDIDIKAN


KONSERVATIF DI MTs PAB 2 SAMPALI KELAS VII
B KAB. DELI SERDANG
Ishak Hasibuan (0331203012)
Magister S2 Pendidikan Agama Islam Reguler, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Semester I
Mata Kuliah: Filsafat dan Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Afrahul Fadhilah Daulay, MA
e-mail: ishakhasibuan3@gmail.com

A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasaranya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju


kearah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena
itu, pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu; ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok
sekolah dan juga sempitnya waktu belajar dikelas. Pendidikan berlangsung sepanjang
hayat dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu
melakukan proses pendidikan.1
Seiring berkembangnya pendidikan di era ini, maka banyak bermunculan ideologi-
ideologi tentang pendidikan, dimana dalam ideologi tersebut tidak luput dari pandangan
filosfis yang berkembang sampai saat ini.
Perkembangan pendidikan telah membuka arah baru pendidikan kemasyarakatan
yang berbasis pada karakter manusia dan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, sepanjang
sejarah, paham mengenai pendidikan di masyarakat tidak terlepas dari beberapa
pemetaan aliran ideologi, yang mana hal ini mewarnai dunia pendidikan sehingga
pendidikan yang dilakukan ditengah masyarakat memiliki karakteristik tertentu yang
identik dengan ideologi tertentu pula. Terdapat dua ideologi besar dalam pendidikan
yaitu, ideologi konservatif dan ideologi liberal. Ideologi pendidikan ini merupakan dasar
untuk melakukan perubahan yang mengutamakan peserta didik sebagai manusia bebas
yang berpotensi menjadi manusia berkemampuan dan berwatak menciptakan tatanan
sosialnya sendiri, hal ini tercantum dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 “ mengusung
perubahan yang sifatnya prinsipal”.

1
Moh. Roqib. Ilmu Pensisikan Islam. (Yogyakata: LkiS. 2009)., hlm. 5
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

Berdasarkan pemikiran tersebut maka peneliti melakukan sebuah mini riset tentang
“Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs PAB 2 Sampali Kelas
VII B Kab. Deli Serdang”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di rumuskan masalah dalam
penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana implementasi pendidikan konservatif di MTs PAB 2 Sampali Kelas VII B?


b. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan pendidikan konservatif di
MTs PAB 2 Sampali Kelas VII B?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian
ini yaitu :

a. Untuk mengetahui implementasi pendidikan konservatif di MTs PAB 2 Sampali Kelas


VII B
b. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi guru dalam menerapkan
pendidikan konservatif di MTs PAB 2 Sampali Kelas VII B

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat, yakni :

a. Sebagai bahan evaluasi bagi pihak sekolah tentang implementasi pendidikan


konservatif
b. Sebagai bahan referensi dan menjadi pengalaman untuk penelitian selanjutnya
c. Menambah pengalaman dan wawasan secara langsung selama pengerjaan laporan ini

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Konservatisme Dalam Pendidikan


Pendidikan juga merupakan pembinaan anak bangsa. Semua warga Negara berhak
memperoleh pendidikan. Pendidikan yang berdasarkan pada prinsip demokrasi
pancasila mengajarkan prinsip-prinsip, yaitu:
1. Persamaan;
2. Keseimbangan antara hak dan kewajiban;
3. Kebebasan yang bertanggung jawab;
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

4. Kebebasan berkumpul dan berserikat;


5. Kebebasan mengekuarkan pikiran dan pendapat;
6. Kemanusiaan-keadilan sosial; dan
7. Cita-cita pendidikan nasional.
Oleh karena itu, sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevasi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntunan perubahan kehidupan
lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaruan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.2 Jika dilihat secara lebih detail, UU tersebut
memilki pemikiran yang sejalan dengan pemikiran pendidikan konservatif.
Bagi kaum konservatif, tujuan atau sasaran pendidikan adalah sebagai pelestarian
dan penerusan pola-pola kemapanan sosial serta tradisi-tradisi. Berciri “orientasi
kemasa kini”, para pendidikan konservatif sangat menghormati masa silam, namun ia
terutama memusatkan perhatiannya pada keuangan dan penerapan pola belajar-
mengajar didalam konteks sosial yang ada sekarang. Ia ingin mempromosikan
perkembangan masyarakat kontemporer yang seutuhnya dengan cara memastikan
terjadinya perubahan yang perlahan-lahan dan bersifat organis yang sesuai dengan
keperluan-keperluan legal serta kelembagaan yang sudah mapan. Dalam arti serupa,
selagi kaum konservatif sekular sangat memperhatikan pelatihan watak serta disiplin
intelektual sekaligus, kaum konservatif sekular itu terutama membaktikan diri pada
sejenis persekolahan yang dirancang untuk menjamin adanya rasa hornat serta
penghargaan (apresiasi) terhadap lembaga-lembaga dan praktik sosial yang ada.
Berlawanan dengan penekanan kaum intelektualis terhadap masalah kajian filosofi dan
ilmu-ilmu kemanusiaan (humanitas), kaum konservatif cenderung memusatkan
parhatian kepada disiplin ilmu yang lebih praktis dan lebih baru: sejarah, biologi, fisika;
yang dianggap sebagai bidang-bidang yang secara langsung relefan dengan berbagai
problema masyarakat kontemporer yang paling mendesak dan harus segera
diselesaikan.
Pemahaman teori kenservatif didukung oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 5 yang berbunyi:
1) Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu.
2
Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

2) Warga negar yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,


dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
3) Warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpenci berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
4) Warga Negara yang memilki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
5) Setiap warga Negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat.
Demikian pula, pada pasal 6 yang menyebutkan sebagai berikut:
1) Setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar.
2) Setiap warga Negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.

2. Macam-Macam Konservatif Pendidikan


Pendidikan konservatif terdiri dari tiga tradisi pokok: fundamentalisme
pendidikan, intelektualisme pendidikan, dan konservatisme pendidikan.

a) Fundamentalisme pendidikan
Fundamentalisme meliputi semua corak konservatisme politik yang pada
dasarnya anti intelektual dalam arti bahwa mereka ingin meminimalkan
pertimbangan filosofis dan atau intelektual, serta cenderung untuk
mendasarkan diri mereka pada penerimaan yang relative tanpa kritik terhadap
kebenaran yang di wahyukan atau consensus social yang sudah mapan (yang
biasanya di absahkan sebagai akal sehat).3 Dalam ungkapan politisnya,
konservatisme reaksioner gagasan untuk kembali kepada kebijaksanaan atau
kebijakan pada masa silam, baik yang benar-benar ada atau yang sekedar di
khayalkan, ada dua reaksioner secular, yang pertama diberi istilah
konservatisme reaksioner non filosofis (anti intelektual), yang kedua dapat
diberi istilah konservatisme reaksioner filosofis, yang umumnya di hubungkan
dengan gagasan-gagasan. Terdapat dua macam variasi dalam koncservatif
tersebut, pertama fundamentalisme pendidikan religius, yang tampak dalam
3
William F.O’neill, Ideology-ideologi Pendidikan, ( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2002 ), hal. 105
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

gereja Kristen tertentu yang lebih bersifat fundamentalis,yang memiliki


komitmen sanhgat kuat terhadap pandangan atas kenyataan yang cukup
kaku.kedua fundamentalisme pendidikan secular berciri mengembangkan
komitmen yang sama tidak luwesnya di banding yang religious, terhadap cara
pandang dunia melalui “akal sehat”yang disepakati yang umumnya menjadi
pandangan dunia”orang biasa”.

b) Intelektualisme pendidikan
Intelektualisme pendidikan lahir dari ungkapan konservatisme politik
yang didasarkan pada system pemikiran filosofis atau religious yang pada
dasarnya otoritarian. secara umum, konservatisme filosofis ingin mengubah
praktik-praktik politik yang ada (termasuk praktik pendidikan), demi
menyesuaikan secara lebih sempurna dengan cita-cita intelektual atau rohaniah
yang sudah mapan dan tidak bervariasi. ada dua variasi mendasar
intelektualisme pendidikan, intelektualisme pendidikan, yang pada intinya
bersifat secular dan dapat diamati dalam pemikiran beberapa orang teoritisi
pendidikan kontemporer seperti Robert Maynard hutchins dan Mortimer.
intelektualisme teologis yang memiliki orientasi sebagaimana terpantul dalam
tulisan para filosof pendidikan katolik roma kontemporer.

c) Konservatisme Pendidikan
Konservatisme pada dasarnya adalah posisi yang mendukung ketaatan
terhadap lembaga dan proses budaya yang sudah teruji oleh waktu (sudah
cukup tua atau mapan), didampingi dengan rasa hormat mendalam terhadap
hukum dan tatanan, sebagai landasan perubahan social yang konstruktif.
Dalam dunia pendidikan seorang konservatif beranggapan bahwa sasaran
utama sekolah adalah pelestarian dan penerusan pola social serta tradisi yang
sudah mapan.ada dua ungkapan : konservatisme pendidikan religious, yang
menekankan pada sentral pelatihan rohaniah sebagai landasan pembangunan
karakter moral yang tepat. konservatisme pendidikan secular, yang
memusatkan perhatiannya pada perlunya melestarikan dan meneruskan
keyakinan dan praktik yang sudah ada, sebagai cara untuk menjamin
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

pertahanan hidup secara social serta efektivitas secara kuat oleh orientasi
pendidikan yang bersifat lebih Al-kitabiah dan Evangelis (mendakwahkan
agama).4

1. Konservatif Pendidikan Sekular


Kaum konservatif sekular barang kali paling terwakili oleh para teoritis
pendidikan kontemporer serta para kritis pendidikan masa kini seperti
Arthur dan Hyman Rickover. Mereka tidak mesti menolak aspek-aspek
rohaniah dalam pendidikan, namun mereka cenderung untuk lebih memakai
pendekatan utilitarian dan pendekatan praktis dalam soal persekolahan, jika
dibanding dengan mereka yang lebih condong kearah agama.
Kepedulian utama kaum konservatif sekular adalah terhadap peran
sekolah dalam melestarikan dan menyalurkan lembaga-lembaga serta
proses-proses sosial yang mapan, dan mereka ingin menumbuh-
kembangkan jenis informasi serta keterampilan yang diperlukan agar
menjamin keberhasilan individu dalam hidupnya di masyarakat sekular
yang ada sekarang.

2. Konservatisme Pendidikan Religius.


Kaum konservatisme religius kuarang kaku dan kurang moralitas
ketimbang kaum fundamentalis religius. Mereka juga kurang begitu peduli
pada pengabsahan/pembenaran dan pemahaman dasar-dasar intelektual dari
agama. Jikan dibandingkan dengan kaum intelektualistis yang condong ke
sifat teologis.
Yang diperhatikannya terutama penyaluran keyakinan-keyakinan dan
praktik-praktik yang sudah mapan yakni ortodoksi moral dan keagamaan
yang sudah teruji oleh waktu yang dimilikioleh gerejanya sendiri atau aliran
protestan terlembaga dari ‘jalur utama’ yang lebih berorientasi pada
kemapanan, misalnya kaum Lutheran, Presbyterian, atau Metodis. Ia juga
menjadi salah satu anggota gereja Katholik Roma yang condong kearah
teologi yang lebih Liberalbjika di bandingkan dengan tradisi utama
Thomisme.
4
Ibid, hal. 106
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

Kaum konservatif religius setuju dengan pandangan konservatif sekular


dalam segala hal. Tapi mereka meyakini pula bahwa pelatihan rohaniah
merupakan aspek mendasar dalam tradisi-tradisi sosial yang mapan, dan
bahwa sebagian bentuk pelajaran keagamaan dengan demikian merupakan
aspek yang layak dan penting dalam pendidikan dasar seorang anak.5
Dengan mengesampingkan sejenak perbedaan-perbedaan antara berbagai
sudut pandang duniawi dan keagamaan dalam tradisi konservatisme sosial,
ideologi mendasar kaum konservatif bertujuan melestarikan dan
menyalurkan pola-pola perilaku sosial konvensional.

3. Ciri-ciri Umum Konservatisme Pendidikan


Dari konsevatif pendidikan ini terdapat 9 ciri-ciri umum, yang mana Ciri-ciri ini
sebagian besar memiliki konsep yang hampir sama dengan pemikiran dan ciri filsafat
secara umum.
1. Menganggap bahwa nilai dasar pengetahuan ada pada kegunaan sosialnya,
bahwa pengetahuan adalah sebuah cara untuk mengajukan nilai-nilai sosial
yang mapan;
2. Menekannkan manusia sebagai warganegara; manusia dalam perannya sebagai
anggota sebuah negara yang mapan;
3. Menekankan penyesuaian diri yang bernalar; menyandarkan diri pada jawaban-
jawaban terbaik dari masa silam sebagai tuntunan yang paling bisa dipercaya
untuk memadukan tindakan dimasa kini;
4. Memandang penddidikan sebagai sebuah pembelajaran (sosialisasi) nilai
sistem-sistem yang mapan;
5. Memusatkan perhatian kepada tradisi-tradisi dan lembaga-lembaga sosial yang
ada, menekankan situasi sekarang (yang dipandang melalui sudut pandang
kesejarahan yang relatif dangkal dan berpusat pada etnisnya sendiri
(etnosentris);
6. Menekankan stabilitas budaya melebihi kebutuhan akan pembaharuan /
perombakan budaya, hanya menerima perubahan-perubahan yang pada dasarya
cocok dengan tatanan sosial yang sudah mapan;

5
Ibid, hlm. 335-336
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

7. Berdasarkan sebuah sistem budaya tertutup (etnosentrisme), menekankan


tradisi-tradisi sosial yang dominan, dan menekankan perubahan secara bertahap
didalam situasi sosial yang secara umum stabil;
8. Mengakar pada kepastian-kepastian yang telah teruji oleh waktu, dan
meyakinka bahwa gagasan-gagasan serta praktik-praktik yang lahir dari
spekulasi yang relatif tak terkendalikan;
9. Menganggap bahwa wewenang intelektual tertinggi adalah budaya dominan
dengan segenap sistem keyakinan dan perilakunya yang mapan.6

4. Perkembangan Pendidikan Konservatif


Konservatif tidak secara tegas diwujudkan dalam seperangkat doktrin.
Konservatif lebih merupakan sikap politik daripada filsafat. Istilah tersebut secara
tidak langsung menyatakan ketakutan terhadap perubahan yang tiba-tiba dan dahsyat.7
Dengan kata lain konservatif dapat dikatakan sebagai rekasi dari perkembangan social
yang cepat dan tidak mampu dihadapi sehingga perasaan akan pentingnya nilai-nilai
tradisional bangkit kembali.8 Paradigma pendidikan konservatif bermula dari suatu
konstruksi filosofis yang lebih banyak berkiblat pada aliran filsafat pendidikan
perenialisme dan esensialisme. Konsep dasar tentang berbagai unsur pendidikan
cenderung bersifat statis serta kurang mampu mengakomodir pandangan-pandangan
baru (eksklusif).9 Pada dasarnya kaum konservatif sangat percaya pada stabilitas
sosial, sangat menentang persebaran komunisme diseluruh dunia.
Pendidikan konservatif selain bermuara pada aliran filosofi esensialisme,
sebenarnya juga berawal dari melihat hasil pendidikan liberal, mereka bersimpati
terhadap kebutuhan pendidikan individual anak.10 Aliran esensialisme sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan perenialisme, dua aliran filsafat pendidikan ini sebenarnya
memiliki orientasi yang sama, yakni lebih meyakini nilai keabadian sebagai tujuan
akhir. Jika perenialisme langsung memahami orientasi akhir dari pendidikan sebagai
pengakuan terhadap nilai transentral, sedanghkan esensialisme lebih meyakini nilai
kemanusiaan yang paling fundamental, yaitu dimensi moralitas yang bersumber dari
6
Ibid, hlm. 336-337
7
Michael A Riff, Kamus Ideologi Politik Modern, ( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1995), hal. 166
8
Nuraini Soyomukti, Teori-teori Pendidikan, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hal. 155
9
Mua’rif, Liberalisme Pendidikan. ( Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2008), hal. 67
10
Naomi intan, menggugat pendidikan fundamentalis konservatif,liberal, (Yogyakarta: pustaka pelajar.
2006), hal. 152
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

ajaran agama. Pendidikan konservatif kemudian lebih banyak memproduksi kesadaran


semu karena memiliki kecenderungan kearah nilai-nilai transcendental, karena
sesungguhnya nilai tersebut lebih dekat maknanya dengan mistik. Dimana nilai-nilai itu
mempengaruhi pola kesadaran manusia yang kemudian disebut (magic consiousness).
Proses transformasi nilai lebih disandarkan pada aspek dogmatis yang bersifat supra
natural, sehingga manusia hanyalah sebatas menjadi objek dari perintah-perintah
(dogma) magis itu.
Dalam mengkonstruksi konsep hakikat manusia,misalnya,pendidikan konservatif
menempatkan posisi manusia sebagai objek dogma-dogma, sehungga dengan
pemahaman yang seperti itu melahirkan kesadaran magis yang cenderung
menempatkan posisi manusia sebagai objek tak berdaya. Dalam strateginya, pendidikan
konservatif lebih mempertentangkan antara pihak pendidik dan peserta didik dalam
pola hubungan srtuktural. Paulo freire sering mengasossialisasikan pola pemahaman
pendidikan konservatif sebagai model pendidikan “gaya bank” (banking concept of
education). Akibatnya, pendidikan tidak dinamis dan hanya memberikan kontribusi
dogma-dogma magis yang tidak mampu mengubah nasib hidup manusia. Proses
pendidikan itu seakan-akan seperti proses transfer ilmu pengetahuan dari guru ke
muridnya.
Konservatifisme pendidikan sebenarnya berkembang kertika filsafat skolastik
berjaya. Skolastik adalah sifatnya yang terlalu menekankan pada keselamatan diri yang
didasarkan pada kebaikan hubungan antara seorang individu dangan Tuhannya, dan
kurang member tekanan yang baik pada hubungan diri-individu dengan individu
sesamanya.11 Aliran filsafat skolastik telah mendominasi konsertuksi pengetahuan di
barat, tepatnya ketika filosof tomas aguinas (1225-1274) berjaya dengan seluruh
pandangan filosofisnya. Konservatisme pendidikan itu sebenarnya tercermin dari suatu
model pembelajaran di barat yang menggunakan istilah scool dan kemudian menjadi
popular sebagai abad skolastik. Jika mengkaji lebih jauh seputar pandangan-pandangan
filosofi aguinas, sebenarnya dia banayak mengadopsi pandangan-pandangan al-ghazali
(1058-1111) yang lebih memenkankan pada aspek filsafat perenialisme (keabadian).
Pandangan konservativisme pendidikan sebenarnya bermuara pada suatu prinsip
fundamental, bahwa sebenarnya realitas kosmis ini merupakan suatu tatanan statis dan
baku yang dating dari sang penciptanya. Manusia dengan segenap makhluk ciptaan
11
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, ( Yogyakarta: LKiS, 2008 ), hal. 116
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

tuhan yang lain di bumi tidak memiliki daya upaya untuk mengubah tatanan semesta
kosmis itu. Termasuk dalam konteks ini adalah masalah nasib dan kebebasan hidup
manusia .seluruh nasib manusia merupakan suatu suratan takdir yang tidak bias di
ganggu gugat.12
Dalam pelajaran selanjutnya,paradigm konservatif cenderung lebih menyalahkan
subjeknya.bagi kaum konservatif,mereka yang menderita karena kesalahan mereka
sendiri.hal ini karena banyak orang lain yang ternyata bisa bekerja keras dan berhasil
meraih sesuatu. Banyak orang kesekolah dan belajar untuk berperilaku baik dan
karenanya tidak masuk penjara. kaum miskin harus bersabar dan belajar untuk
menunggu sampai giliran mereka datang karena pada akhirnya semua orang akan
mencapai kebebasan dan kebahagiaan. Kaum konservatif sangat mementingkan
harmoni dalam masyarakat serta menghindarkan konflik dan kontradiksi.13

5. Peranan Pendidikan Konservatif


John Dewey berpendapat bahwa pendidikan konservatif merupakan suatu
pembentukan terhadap pribadi anak tanpa memperhatikan kekuatan atau kemampuan
IQ peserta didik yang ada di dalam dirinya. Pendidikan akan menentukan segalanya.
Dalam artian pendidikan merupakan suatu proses pembentukan jiwa dari luar.
Peranan pendidikan konservatif ialah salah satu tanggung jawab kurikulum untuk
mentranmisikan dan mentafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Maka
sekolah sebagai salah satu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah
laku para siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

C. METODOLOGI PENELITIAN
pada mini riset ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Yaitu
pendekatan yang mencakup masalah deskripsi tentang program atau pengalaman orang di
lingkungan penelitian. Yang tujuan nya adalah untuk membuat pencandraan secara

12
Mu’arif, Op.Cit., hal. 68-71
13
Anas Salahuddin, Filsafat Pendidikan, ( Bandung: CV Pustaka Setia. 2011), hal. 162
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Mini riset ini di laksanakan di MTs PAB 2 Sampali Kelas VII B yang berlokasi di Desa
Sampali Kec. Percut Seituan Kab. Deli Serdang. pada hari Rabu 17 Februari 2021.

3.2 Populasi dan Sampel


Di dalam mini riset ini peneliti mengumpulkan data melalui metode observasi dan
wawancara terhadap staf dewan guru yang ada di MTs PAB 2 Sampali Kelas VII B yang
tujuan nya untuk mendapatkan penjelasan mengenai implementasi paradigma pendidikan
konservatif di sekolah tersebut.

3.3 Tekhnik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan sebuah langkah yang paling awal dalam
melaksanakan sebuah penelitian, selaras dengan tujuan utamanya ialah untuk mendapatkan
sebuah data, adapun cara yang digunakan dalam memperoleh data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Metode observasi, merupakan sebuah tekhnik penelitian dengan cara mengamati
fenomena yang ada pada objek penelitian, pengamatan ini di lakukan di lokasi
kejadian atau berlangsungnya peristiwa.
b. Metode wawancara, tekhnik ini merupakan bertemu nya dua orang untuk saling
bertukar informasi melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Melalui wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang
terjadi.

3.4 Tekhnik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan sebuah proses dalam mencari dan menyusun data yang
diperoleh secara sistematis dari hasil wawancara dan catatan lapangan dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

hingga membuat sebuah kesimpulan yang tujuannya agar mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. Adapun data yang terkumpul secara kualitatif maka akan dianalisis
dengan menggunakan tiga tahapan, yaitu :
a. Reduksi data, merupakan catatan atau rangkuman yang dilakukan secara teliti dan
rinci terhadap data yang diperoleh di lapangan, mengingat jumlah data yang diperoleh
cukup banyak sehingga perlu dilakukannya analisis data melalui reduksi data tersebut.
b. Penyajian data, setelah dilakukannya reduksi data, maka langkah selanjutnya ialah
adanya penyajian data. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
hubungan antar kategori dan sejenisya dengan tujuan agar memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi serta dapat merencanakan kerja selanjutnya terhadap apa
yang telah dipahami tersebut.
c. Kesimpulan data, tahapan ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, dikarenakan seperti yang telah
dikemukakan bahwasannya masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui implementasi paradigma pendidikan
konservatif yang ada di MTs PAB 2 Sampali Kelas VII B serta mengetahui apakah ada
kendala saat mengimplementasikan paradigma pendidikan konservatif dii sekolah tersebut.
a. Pertanyaan wawancara
 Pertanyaan ke 1: usaha apa yang ibu lakukan untuk menumbuhkan nilai karakter dari dalam
diri siswa?
 Pertanyaan ke 2 : adakah siswa yang berperilaku tidak sesuai, misalnya sering telambat atau
mungkin kenakalan lain buk?
 Pertanyaan ke 3 : adakah apresiasi untuk siswa yang memiliki karakter baik yang menonjol
dari teman-temannya?
 Pertanyaan ke 4 : untuk media pembelajaran, media apa yang sering ibu gunakan dalam
mengiplementasikan paradigma pendidikan konservatif
 Pertanyaan ke 5 : adakah kendala atau kesulitan saat mengimplentasikan paradigma
pendidikan konservatif?
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

b. Hasil wawancara
 Pertanyaan ke 1: saya memasukkan pendidikan karakter dalam pembelajaran caranya dengan
mengintegrasikannya dari mulai tahap perencanaan, kemudian pada saat pelaksanaan lalu
ketika evaluasi. Selain itu juga sistem pendidikan di sekolah ini memang merapkan nilai
karakter tersebut seperti mengadakan sholat dhuha berjama’ah, wirid pagi serta mengaji
sebelum memulai pelajaran, juga menerapkan sistem 3S (senyum,sapa,salam).

 Pertanyaan ke 2: ya kalau untuk keterlambatan satu dua orang masih ada yang telat datang
dan untuk jenis kenakalan lain saya rasa tidak ada.

 Pertanyaan ke 3: kalau apresiasi yang saya lakukan untuk siswa itu biasanya selain tepuk
tangan dan pujian terkadang saya membuat sebuah tulisan di kertas misalnya hari ini dia
sudah menyelesaikan hafalan surah tertentu, nah nanti saya tulis di kertas ucapan selamat atas
nama peserta didik tersebut lalu saya serahkan ke siswa tersebut untuk memegang nya lalu
saya foto dan foto nya saya kirim ke grup Whatshapp guru dan wali murid, hal ini dilakukan
guna mengeapresiasi siswa tersebut atas kepercayaan diri dan tanggung jawabnya dan hal ini
juga harapkan mampu memotivasi siswa lain.

 Pertanyaan ke 4: paling saya pakai media gambar atau menampilkan vidio kisah-kisah teladan
dan di buku siswa juga sudah ada gambar-gambar yang mendukung kok

 Petanyaan ke 5 :menurut saya ya setiap hal baik yang di terapkan pasti ada kendalanya dan
lumayan sulit juga sih, lebih-lebih di waktu pelaksanaan nya dikarenakan harus ada trik
khusus supaya siswa bisa menerima dan menyerap dengan baik materi maupun nilai karakter
yang akan ditanamkan.

4.2 Pembahasan Penelitian


Sebagai calon pemimpin dan the agent of change sudah sepatutnya siswa sekolah dasar
dididik sedemikian rupa agar menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki karakter yang
baik, yang dapat berguna bagi bangsa maupun negara. Selain aspek kognitif, aspek afektif
juga seyogya nya perlu di pertimbangkan guna menciptakan generasi penerus bangsa yang
tidak hanya cerdas melainkan juga harus berbudi luhur dan kreatif. Maka dari itu perlunya
penanaman nilai-nilai karakter sejak dini.
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

Siswa sekolah dasar adalah mereka yang dimana pada usianya dapat belajar dengan cepat
hanya dengan melihat dan mendengar. Hal tersebut merupakan kesempatan emas bagi guru
untuk mengembangkan karakter siswa, pendidikan karakter pada siswa ini sangatlah penting
agar kelak siswa tetap teguh saat berhadapan pada arus globalisasi dan pengaruh buruk yang
dapat menyerang kapan saja.
Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengembangkan karakter
siswa, salah satunya yakni dengan cara mengiplementasikan pendidikan karakter di setiap
mata pelajaran.
Dalam penelitian ini peneliti memiliki analisis saat melakukan observasi di MTs PAB 2
Sampali yakni adanya proses panjang dan berkelanjutan dalam pelaksanaan
pengimplementasian paradigma pendidikan konservatif di sekolah, hal ini terlihat
pengimplementasian ini tidak terlepas dari peran kepala yayasan serta kepala sekolah juga
para staf dewan guru dalam membimbing siswa siswi untuk meumbuhkan nilai-nilai karakter
tersebut.
Tidak hanya itu untuk menerapkan karakter tersebut MTs PAB 2 Sampali juga
menerapkan beberapa kebijakan untuk dapat membentuk pribadi siswa menjadi yang lebih
berkarakter, dan di samping itu terdapat reward yang diberikan untuk setiap siswa yang
memiliki karakter yang baik dan juga berprestasi guna memotivasi semua siswa.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang ada di MTs PAB 2 Sampali ini daharapkan para
siswa dan siswi menjadi sosok yang berbudi luhur yang membanggakan.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Penelitian ini telah dilaksanakan di MTs PAB 2 Sampali Kelas VII B dan memeperoleh
data mengenai implementasi paradigma pendidikan konservatif serta kendala-kendala yang di
hadapi oleh guru dalam mengimplementasikan paradigma pendidikan konservatif.
a. Hasil analisis tentang implementasi paradigma pendidikan konservatif menunjukkan
bahwasannya perencanaan yang dilakukan oleh guru terdapat adanya modifikasi
dalam mengembangkan karakter siswa
b. Hasil analisis tentang implementasi paradigma pendidikan konservatif menunjukkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran, guru sudah menanamkan nilai karakter dengan
baik, seperti guru mengajak siswa berdiskusi kelompok, memberi contoh yang baik
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

serta menasehati siswa dengan metode ceramah untuk menanamkan pendidikan


karakter terhadap para siswa, adapun karakter yang telah di implementasikan ialah
relegius, disiplin, percaya diri, peduli, tanggung jawab, kerja sama, toleransi,
persatuan serta nasionalis.
c. Kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan paradigma pendidikan
konservatif ialah kurangnya motivasi dari dalam diri siswa, minat, perhatian serta
tidak adanya dukungan dari orang terdekat dan terlalu banyak tekanan, yang mana hal
tersebut mempengaruhi siswa sehingga membuat guru kesulitan dalam proses belajar
mengajar.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah peneliti paparkan, maka peneliti mengemukakan saran
untuk memperdalam tata cara pengintegrasian pendidikan konservatif serta bagi kepala
sekolah agar dapat melakukan sosialisasi terhadap orang tua siswa untuk saling bekerjasama
dalam menumbuhkan karakter siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mahmud. 2008. Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LKiS.
Implementasi Paradigma Pendidikan Konservatif di MTs 2021
PAB 2 Sampali Kelas VII B Kab. Deli Serdang

Intan, Naomi. 2006. Menggugat pendidikan fundamentalis konservatif , liberal, Anarkis.


Yogyakarta: pustaka pelajar.
Mu’arif, 2008. Liberalisme Pendidikan. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
O’Neill, William F. 2002. Ideologi-ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Riff, Michael A. 1995. Kamus Ideologi Politik Modern. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Roqib. Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakata: LkiS.
Salahudin, Anas. 2011. Filsafat Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Soyomukti, Nurani. Teori-teori Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2010
Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai