Anda di halaman 1dari 9

Volume 1, Nomor 2 Oktober 2019

ISSN : 2656-9639 (Cetak)


ISSN : 2684-9046 (Online)

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI PENDIDIKAN KRITIS DAN HOLISTIK
DI INDONESIA

I Wayan Budiarta
Program Studi PPKn
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
Universitas Pendidikan Ganesha
Email : iwayan.budiarta0@gmail.com

Abstrak
Tidak banyak yang menyadari bahwa sebuah praktik pendidikan dalam kelompok
masyarakat sesungguhnya merupakan perwujudan dari orientasi ideologis yang dianut
oleh masyarakat tersebut. Ideologi sebagai pandangan filosofis memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang pendidikan, baik tentang hakikat dan eksistensi
pendidikan hingga praktek-paktek pendidikan. Idiologi pendidikan juga dapat
menjelaskan tentang bagaimana peranan pendidikan untuk melegitimasi atau
melanggengkan sistem dan struktur sosial masyarakat yang ada dan berperan kritis dalam
melakukan proses pembaharuan masyarakat dan transformasi budaya menuju dunia yang
lebih baik dan lebih adil. Namun dari hal-hal yang ideal tadi ternyata bangsas kita masih
memiliki sekelumit persoalan dalam bidang implentasi Idiologi dalam dunia pendidikan.
Kegagalan sistem pendidikan kita bukan terletak pada masalah lemahnya pendidikan
mencerdaskan rakyat, akan tetapi terletak pada masalah ketidakmampuan pendidikan kita
dalam menyadarkan rakyat terhadap permasalahan hidup yang nyata. Tujuan dari kajian
ini adalah dalam rangka mengoptimalkan fungsi pendidikan dalam proses memanusiakan
manusia (humanisasi) sehingga peserta didik dan masyarakat memiliki kesadaran kritis
secara personal maupun kolektif; dalam pandangan pendidikan yang membebaskan
masyarakat dari dominasi ideology tertentu yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsanya yakni dengan pembangunan pendidikan kritis di Indonesia berlandaskan nilai-
nilai ideologi Pancasila.

Kata Kunci: Ideologi, Pedidikan Kritis, Pancasila

Abstract
Not many people realize that an educational practice in a community group is actually
an embodiment of the ideological orientation adopted by the community. Ideology as a
philosophical point of view provides answers to fundamental questions about education,
both about the nature and existence of education to educational practices. The ideology
of education can also explain the role of education to legitimize or perpetuate the existing
social systems and structures of society and play a critical role in carrying out the process
of community renewal and cultural transformation towards a better and fairer world. But
from the ideal things, it turns out that our nation still has a few problems in the field of
implementation of Idiology in the world of education. The failure of our education system
lies not in the problem of weak education educating the people, but it lies in the problem
of our educational inability to sensitize the people to real life problems. The purpose of
this study is in order to optimize the function of education in the process of humanizing
humans (humanization) so that students and the public have a critical awareness both
personally and collectively; in the view of education that frees people from the dominance

Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 73



Volume 1, Nomor 2 Oktober 2019
ISSN : 2656-9639 (Cetak)
ISSN : 2684-9046 (Online)

of certain ideologies that are not in accordance with the nation's personality, namely the
development of critical education in Indonesia based on the values of the Pancasila
ideology.

Keywords: Ideology, Critical Education, Pancasila

Pendahuluan individual, sosial, moral, kultural, dan


Praktik pendidikan di masyarakat religius.
tidaklah faqum dari pemikiran- Membincangkan pendidikan
pemikiran besar masyarakatnya atau dari dewasa ini, tidak dapat dilepaskan oleh
para pemikir-pemikir besar pendidikan beberapa pengaruh ideologi dunia yang
dunia yang dengan generalisasi- begitu luar biasa menyebar bagaikan
generalisasinya memungkinkan virus yang menggerogoti setiap sendi
pendidikan itu dikaji esensi-esensinya, kehidupan social masyrakat dan bangsa,
diarahkan sasaran-sasaran dan tujuan- tak terkecuali di negara Indonesia
tujuannya, dimantapkan fungsi-fungsi sendiri. Salah satunya liberalisasi
dan peranannya di dalam masyarakat, pendidikan yang menjadi sebuah sistem
dikembangkan kriteria-kriteria mutlak yang digunakan elite penguasa
keberhasilannya, diuji validitas dalam menjalankan dan membentuk
pemikirannya, serta dikritisi dan karkater pendidikan di negeri ini. Pasca
direfleksikan asumsi-asumsi, premis- reformasi, system liberalisasi pendidikan
premis, proposisi-proposisi, dan konsep- begitu luar biasa mendarah daging dalam
konsep yang melandasinya secara karakter bangsa ini. Akan tetapi,
koheren, sistematis, logis dan rasional pendidikan kita bukannya membaik
(O’neil, 2001). Dari penjelasan di atas malah makin melemah. Alih-alih
dapat pula diketahui bahwa pemikiran- memperkuat identitas dan karakter
pemikiran filosofis pendidikan pendidikan, malah yang terjadi adalah
memunculkan berbagai ideologi kita seakan semakin jauh dari landasan
pendidikan. Di sini pemikiran filisofis filosofi pendidikan itu sendiri dan malah
pendidikan memberikan kepada semakin menjauh dari identitas dan
seseorang kemampuan mengkaji karakter bangsa ini. Lihat saja orientasi
masalah-masalah yang muncul dari pembelajaran disekolah tidak lebih
fenomena pendidikan secara hanya dinilai pada keunggulan diatas
keseluruhan dengan mendalam, tuntas, selembar kertas. Padahal kita punya
komprehensif, sampai tingkat eksistensi problem serius dan mendesak pada
dan esensinya, antara lain berkenaan mentalitas dan moral bangsa, hingga
dengan konsep-konsep dan argumen yang diacu pendidikan kita seharusnya
pendidikan dan nilai-nilai yang adalah nation state character building
bermakna yang muncul dari sasaran, bukan pada pencapaian kecerdasan
tujuan, dan objektif-objektif pendidikan. intelektual.
Pemikiran filosofi, dengan demikian, Ironis memang ketika melihat
diaplikasikan dalam dunia pendidikan realitas negeri ini dalam memahami arti
dimaksudkan untuk menjelaskan sebuah pendidikan, di mana sebagian
konteks, proses, dan produk pendidikan elite bangsa melihat permasalahan dan
sebagai suatu sistem yang utuh dan menggeneralisirkannya pada satu sudut
komprehensif, begitu pula dimensi- pandang saja. Menurut hemat penulis,
dimensi usaha pendidikan baik secara pemahaman akan pendidikan elite
bangsa terlalu positivistic yang hanya di

Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 74



Volume 1, Nomor 2 Oktober 2019
ISSN : 2656-9639 (Cetak)
ISSN : 2684-9046 (Online)

ukur pada permasalahan penilaian secara dan kapitalisme. Maka sebagaimana oleh
normative dan menafikan pada wilayah banyak pakar dan pengamat pendidikan
kemanusiaan yang seharusnya di junjung tawarkan dipandang perlu sebuah upaya
tinggi sebagai sebuah proses humanisasi reorientasi atas paradigma pendidikan
kemanusiaan. Proses memanusiakan tersebut. Di antara banyak paradigma
manusia seakan hilang dalam sistem yang ditawarkan, tersebut dan sesuai
pendidikan yang ada pada bangsa ini. dengan hakekat pendidikan yang harus
Malah yang terjadi sebaliknya, hakekat mendidik anak secara paripurna, maka
kita sebagai manusia yang bebas untuk paradigma yang diperlukan adalah
berfikir kritis malah hilang akibat dari paradigma pendidikan 'holistik' yang
system pendidikan liberal tadi. Mansour berasal dari “Falsafah dan Idiologi
Fakih (2001); mengutif kritikan Paulo Pancasila”.
Freire, bahwa, pendidikan yang selama Lahirnya pendidikan holistik
ini dianggap sakral, penuh kebajikan sejatinya adalah merupakan suatu respon
ternyata mengandung juga penindasan yang bijaksana atas ekologi, budaya, dan
Bagi penganut paham kritis “hakikat tantangan moral pada abad ini, yang
pendidikan pada dasarnya adalah untuk bertujuan untuk mendorong para kaum
memanusiakan manusia”. muda sebagai generasi penerus untuk
dapat hidup dengan bijaksana dan
Pembahasan bertanggung jawab dalam suatu
Harapan Besar Pendidiakan masyarakat yang saling pengertian dan
Indonesia secara berkelanjutan ikut serta berperan
Perubahan paradigma pendidikan di dalam pembangunan masyarakat.
Indonesia yang berorientasi pada Persoalan ekologi, budaya, dan
pendidikan berbasis masyarakat luas tantangan moral pada abad ini itu tentu
(broad-based education). Harapan ini tidak bisa dipisahkan dari persoalan dan
menekankan perlunya materi-materi kegagalan paradigma Cartesian-
pendidikan berbagai kecakapan hidup Newtonian dalam menjawab berbagai
(life skills) diberdayakan kepada tantangan dan perkembangan ilmu
generasi muda agar mereka memiliki pengetahuan dan teknologi dewasa ini
standar kompetensi yang tinggi dan tidak serta berbagai problema krusial yang
tercabut dari akar kehidupan sosial diakibatkannya.
budaya mereka sendiri (Suryadi, 2002 Dari sudut pandang filosofis
dalam Sukadi 2006). Dalam paparan di pendidikan holistik adalah merupakan
atas telah tergambar berbagai dampak suatu filsafat pendidikan yang berangkat
dan pengaruh dari hegemoni dan dari pemikiran bahwa pada dasarnya
penerapan paradigma Caetesian- seorang individu dapat menemukan
Newtonian yang bercirikan dualisme, identitas, makna dan tujuan hidup
mekanistik-deterministik, melalui hubungannya dengan
reduksionisme-atomistik, masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-
instrumentalisme, materialisme- nilai spiritual. Dalam konteks ini,
sainstisme dalam dunia pendidikan. meminjam formulasi Heriyanto (2003)
Begitu juga berbagai persoalan dan tentang paradigma 'holistik-dialogis'nya,
kelemahan dunia pendidikan sebagai bahwa setidaknya ada dua karateristik
dampak dari penerapan paradigma pendidikan holistik yang harus
tersebut, berupa pendidikan yang diperhatikan, yaitu: Pertama, paradigma
berdasarkan rasionalisme, empirisme, pendidikan holistik berkaitan dengan
positivism, liberalisme, materialisme, pandangan antropologisnya bahwa

Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 75



Volume 1, Nomor 2 Oktober 2019
ISSN : 2656-9639 (Cetak)
ISSN : 2684-9046 (Online)

'subjek' merupakan pengertian yang Indonesia kini dalam masa transformasi,
berkorelasi dengan 'subjek-subjek' lain. era reformasi telah lahir dan masyarakat
Makna 'subjek' dalam paradigma ini jauh Indonesia ingin mewujudkan perubahan
berbeda dengan paradigma “Modern dalam semua aspek kehidupannya”. Di
Cartesian Newtonian”, yaitu tidak sini sektor pendidikan memiliki peran
terisolasi, tidak tertutup, dan tidak yang strategis dan fungsional dalam
terkungkung, melainkan berinterkoneksi upaya membangun masyarakat madani
dengan hal lain di alam raya. Kedua, di Indonesia. Pendidikan senantiasa
paradigma pendidikan holistik juga berusaha untuk menjawab kebutuhan
berkarakter realis-pluralis, kritis- dan tantangan yang muncul dikalangan
konstruktif, dan sintesis-dialogis. masyarakat sebagai konsekuensi
Pandangan holistik tidak mengambil perubahan. Melihat kondisi tersebut
pola pikir dikotomis atau binary logic layak dan tepat benar jika menghadirkan
yang memaksa harus memilih salah satu ideology pendidikan kritis sebagai
dan membuang yang lainnya, melainkan tandingan liberalisme pendidikan.
dapat menerima realitas secara plural Paradigma pendidikan kritis memaknai
sebagaimana kekayaan realitas itu pendidikan sebagai upaya refleksi kritis
sendiri. Dalam pendidikan holistik terhadap “the dominant ideology” ke
sangat menapikan adanya dikotomi arah transformasi sosial (Paulo Fraire,
dalam sebagai bentunya, seperti 1979). Pendidikan kritis bukan
dikotomi, dunia-akhirat, ilmu umum- pendidikan yang mengambil jarak
agama; keduanya harus ada dan dengan masyarakat, tetapi yang menyatu
diperhatikan serta dibangun dalam relasi dengan masyarakat dan tidak netral,
yang tidak terputus. Pendidikan holistik namun memihak rakyat tertindas yang
membantu mengembangkan potensi termarginalkan. Visinya adalah
individu dalam suasana pembelajaran melakukan kritik terhadap sistem
yang lebih menyenangkan dan dominan (terutama liberalisme) sebagai
menggairahkan, demokratis dan pemihakan terhadap rakyat kecil dan
humanis melalui pengalaman dalam yang tertindas untuk menciptakan sistem
berinteraksi dengan lingkungannya. sosial baru yang lebih adil. Sebagai
Melalui pendidikan holistik, peserta penentang utama liberalisme, maka
didik diharapkan dapat menjadi dirinya pendidikan kritis berupaya
sendiri. Dalam arti dapat memperoleh memanusiakan kembali manusia akibat
kebebasan psikologis, mengambil dehumanisasi sistem liberal yang tak adil
keputusan yang baik, belajar melalui (William F. O’neill, 2001).
cara yang sesuai dengan dirinya, Selaras dengan itu, apa yang
memperoleh kecakapan sosial, serta dikatakan Erich fromm (salah satu
dapat mengembangkan karakter dan pemikir dari mazhab Frankfurt)
emosionalnya (Heriyanto (2003). mengatakan bahwa pendidikan perlu
sekiranya mengedapankan nilai-nilai
Pembangunan Pendidikan Kritis Dan kemanusaiaan dalam proses transformasi
Holistik Di Indonesia Berlandaskan pendidikan (Humanism Education).
Nilai-Nilai Ideologi Pancasila Proses menjadikan manusia berfikir
Pada era reformasi ini, masyarakat kritis merupakan keharusan untuk
Indonesia ingin mewujudkan perubahan mengungkap sebuah kebenaran tentang
dalam semua aspek kehidupan terutama segala sesuatu yang ada di alam kosmos
dalam bidang pendidikan. Tilaar (2005) ini, tak terkecuali kritis terhadap segala
menyatakan bahwa “masyarakat bentuk sistem yang menafikan hakekat

Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 76



Volume 1, Nomor 2 Oktober 2019
ISSN : 2656-9639 (Cetak)
ISSN : 2684-9046 (Online)

Humansime yang jauh dari kolektif, sehinnga hakekat pendidikan
keberpihakan. dan kemanusiaan berjalan selaras,
Namun, Kita sering mengotak-atik meminjam istilah Erich Fromm
metode pembelajaran, fasilitas “Mencintai negara tanpa mencintai
pembelajaran, dan kurikulumnya, tapi kemanusiaan sama saja dengan
tidak pernah mengkaji secara serius menyembah berhala”.
determinan pendidikan utama, yaitu Pada dasarnya pendiri negara kita
filosofi dan ideologinya. Akhirnya yang telah mewariskan idiologi pendidikan
terjadi adalah mismatch antara realitas kritis yang gigali dari budaya kepibadian
empiris, ideologi yang diambil, bangsa yang menurut para pounding
kebijakan yang dirumuskan serta father negara kita disebut dengan
penerapannya. Kesadaran kritis kitalah falsafah bangsa “ideologi Pancasila”.
yang harusnya mampu menyingkapi Sesuatu" itu kami namakan
realita yang terjadi pada proses "Pancasila", ya "Pancasila" atau Lima
pendidikan di negeri ini. Dimana, Sendi Negara Kami. Lima Sendi Dasar
landasan filosofis pendidikan dan tidaklah langsung berpangkal pada
ideologi pendidikan harus di maknai Manifesto Komunis ataupun Declaration
lebih kontekstual dalam membangun of Independence. Declaration of
tatanan moral masyarakat yang lebih Independence memang, gagasan-
baik. Di samping, itu proses gagasan dan cita-cita itu mungkin sudah
kemanusiaan dalam sistem pendidikan ada sejak berabad-abad telah terkandung
harus menjadi sebuah kesadaran dalam bangsa kami.

“Dan memang tidak mengherankan bahwa paham-paham mengenai


kekuatan yang besar dan kejantanan itu telah timbul dalam bangsa
kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad-abad
kejayaan bangsa sebelum Imperialisme menenggelamkan kami pada
suatu saat kelemahan Nasional”. Ir. Soekarno Membangun Dunia
Kembali To Build The World a New: Kumpulan Kata Mutiara Bung-
Karno; 30 September 1960

Dilihat dari kajian sosio-historis, lupa bahwa kita memiliki kepribadian


bahwa bangsa ini memiliki serangkaian bangsa dan kita sering terhanyut oleh
nilai yang tak pernah usang oleh derasnya arus dan gemerlap pengaruh
dinamika jaman; kapanpun-dimanapun dari ideologi lain yang kasat mata lebih
nilai-nilai Pancasila tetaplah ada. The mengairahkan bagi kehidupan duniawi
Founding Fathers negara kita (rasio-empiris) kita.
menyebutnya sebagai rangkaian nilai-
nilai atau sistem nilai yang terkristalisasi Implentasi Pendidikan Nasional
ke dalam nilai-nilai luhur kepribadian Berdasarkan Idiologi Pancasila
bangsa dengan sebutan “PANCASILA” Pancasila sebagai system filsafat
(Kaelan, 2003; Yudi Latif, 2011). Jika telah menggariskan secara jelas;
kita ibaratkan hidup ini seperti sekeping menjelaskan karakteristik dari
mata uang logam maka: di satu sisi pengetahuan yang dimiliki oleh bangsa
adalah Pancasila dan di satu sisinya lagi Indonesia. Pancasila yang berobjekkan
adalah manusia Nusantara itu sendiri. manusia Indonesia secara hakiki sebagai
Tetapi sayangnya tidaklah semua dari mahluk mono-dualisme; memiliki
kita menyadari hal ini, terkadang kita system pengetahuan dan system nilai

Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 77



Volume 1, Nomor 2 Oktober 2019
ISSN : 2656-9639 (Cetak)
ISSN : 2684-9046 (Online)

yang holistic-humanis dan religius (humanis-holistik-religius); tanpa
sebagai kristalisasi nilai-nilai harus mengabaikan nilai-nilai
kepribadian bangsa. Tetapi Pancasila rasionalistik-empirik.
sebagai system nilai-nilai luhur Sangat jelas dalam Undang-Undang
kepribadian bangsa yang kita sebut Dasar 1945 (dalam pembukaan dan
“Filsafat Pancasila” bukanlah hanya batang tubuh) disebutkan; dalam alinia
sekedar hasil dari pemikiran atau hasil ke-4 pembukaan UUD 1945
repleksi semata, atau bukanlah hanya menyatakan; Kemudian dari pada itu
sebuah produk belaka. Namun pada untuk membentuk suatu Pemerintah
dasarnya nilai-nilai luhur kepribadian Negara Indonesia yang melindungi
bangsa yang holistic-humanis-religius segenap bangsa Indonesia dan seluruh
ini adalah juga untuk diimplementasikan tumpah darah Indonesia dan untuk
dan direalisasikan. Dalam konteks ini, memajukan kesejahteraan umum,
nilai luhur kepribadian bangsa ini adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
juga sebuah proses manusia pada hakikat ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
mono-pluraslistiknya di dalam berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
menjalankan setiap tuntutan hidupnya abadi dan keadilan sosial, maka
sebagai bagian dari masyarakat, bangsa disusunlah Kemerdekaan Kebagsaan
dan negara. Indonesia itu dalam suatu Undang-
Dalam kehidupan bermasyarakat, Undang Dasar Negara Indonesia, yang
berbangsa dan bernagara Pancasila terbentuk dalam suatu susunan Negara
sebagai filsafat bangsa juga tidak bisa Republik Indonesia, yang berkedaulatan
dilepaskan dalam masalah pendidikan. rakyat dengan berdasar kepada:
Secara hakiki secara yuridis formal dan Ketuhanan Yang Maha Esa,
visi-misi, serta tujuan pendidikan Kemanusiaan yang adil dan beradab,
nasionalnya diarahkan dan untuk Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
mewujudkan tujuan nasional bangsa yang dipimpin oleh hikmat
Indonesia yang tertuang dalam Pancasila kebijaksanaan dalam
dan UUD 1945. Jika kita analisis lebih permusyawaratan/perwakilan, serta
dalam, maka Pancasila sebagai falsafah dengan mewujudkan suatu Keadilan
bangsa (system filsafat) adalah sebagai sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
dasar serta segaligus sebagai tujuan dari
system pendidikan nasional. Maksudnya Pasal 31 ayat 3 UUD 1945;
di sini adalah di dalam proses Pemerintah mengusahakan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional menyelenggarakan satu sistem
nilai-nilai filosofis dari Pancasila pendidikan nasional, yang meningkatkan
dijabarkan dan diimplementasikan untuk keimanan dan ketakwaan serta akhlak
menwujudkan tujuan pendidikan mulia dalam rangka mencerdaskan
nasionalnya segaligus mewujudkan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
tujuan Nasional bangsa Indonesia. Hal undang-undang. Dalam aspek yuridis ini
ini sangatlah memberi pengertian kepada kita pahami bahwa pendidikan nasional
kita, bahwa, jika pendidikan tidak ingin bangsa Indonesia secara prosedural telah
mencabut generasi muda dari akar ditetapkan dalam dasar negara yang
budaya bangsanya yang cenderung menegaskan kepada kita bahwa
Humanis-Holistik-Religius, maka Pancasila adalah dasar negara dan
praktik pendidikan materialistik perlu falsafah bangsa di dalam
ditransformasikan ke arah yang lebih penyelenggaraan pendidikan nasional.
menuju kepada ideologi Pancasila Kemudian secara lebih tegas dan

Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 78



Volume 1, Nomor 2 Oktober 2019
ISSN : 2656-9639 (Cetak)
ISSN : 2684-9046 (Online)

oprasional telah tersurat dengan jelas Kedua, Pendidikan nasional melalui
dalam Undang-Undang Sisetem Pancasila (education trhought
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, Pancasila) maknanya adalah bahwa
bahwa pendidikan nasional Indonesia proses pendidikan nasional yang
adalah berdasarkan Pancasila. Pasal 2, bersubstansikan nilai-nilai pengethuan
Pendidikan nasional berdasarkan berdasarkan Pancasila (ontologism,
Pancasila dan Undang-Undang Dasar epistemology, aksiologi) tadi haruslah
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. dilaksanakan dengan jalan, prosedur,
Pasal 3, Pendidikan nasional berfungsi cara-cara yang sejalan dengan nilai-nilai
mengembangkan kemampuan dan Pancasila dengan menciptakan iklim
membentuk watak serta peradaban pembelajaran yang Pancasilais pula.
bangsa yang bermartabat dalam rangka Artinya proses pendidikan secara makro
mencerdaskan kehidupan bangsa, maupun mikro di sekekolah maupun di
bertujuan untuk berkembangnya potensi kelas menggunakan cara-cara dan
peserta didik agar menjadi manusia yang prosedur yang terdapat dalam nilai-nilai
beriman dan bertakwa kepada Tuhan filosofis Pancasila. Ketiga, Pendidikan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, nasional untuk Pancasila (education for
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Pancasila) maknanya adalah bidang
menjadi warga negara yang demokratis kajian pendidikan nasional, penetapan
serta bertanggung jawab. tujuannya, dan proses pendidikan
Yang harus dilakukan saat ini nasional, substansi pendidikan nasional,
ditataran praktis adalah melakukan, kesemuanya itu diarahkan utuk tujuan
karena apa, “Pendidikan Nasional yang terakhir yakni untuk mewujudkan
Berdasarkan Pancasila” bukanlah hanya pendidikan berkarakter bangsa sesuai
sebuah selogan semata, tetapi dengan nilai-nilai filosofis Pncasila yang
pendidikan nasional yang proses “Humanis-Holistik-Religius”.
pewujudannya mengunakan prinsip Kemudian pendidikan nasional
pendidikan nasional tentang Pancasila, berdasarkan falsafah Pancasila yang
melalui Pancasila, dan untuk Pancasila diwujudkan degan visi sosio-pedagogis,
(Education about, Trhought, and for sosio akademeis, dan sosio-kultural ini
Pancasila) dalam rangka mewujudkan memeberikan pengertian kepada kita,
tujuan pendidikan nasional bangsa bahwa proses pendidikan nasional
Indonesia. Kemudian secara Indonesia haruslah dilaksanakan secara
komprehensip pendidikan nasional holistic-humanis-dan religius jika
Indonesia bersadasarkan nilai-nilai pendidikan nasional berkaraketer
filosfis Pancasila dijalankan dengan misi bangasa ingin diwujudkan. Melalui misi
sosio-pedagogis, sosio-akademi, dan sosio-pedagogis pendidikan nasional
sosio-kultural di dalam mewujudkan adalah mengimplementasikan nilai-nila
tujuan nasional pendidikannya. filosofis Pancasila (humanis-holistik-
Pertama, Pendidikan nasional religius) didalam praktik-praktik
tentang Pancasila (education about pendidikan dalam kontek mikro
Pancasila) memberikan pemahaman pendidikan (sekolah atupun di kelas)
kepada kita, bahwa di dalam pada setiap mata pelajaran yang
penyelenggaraan pendidikan nasional, terimplentasikan didalam kurikulum,
kita haruslah mengajarkan peserta didik materi, metode, strategi, media, dan alat
untuk dapat menguasai kecakapan- evaluasinya. Melalui misi sosio-
kecakapan, pengetahuan, nilai-nilai yang akademis pendidikan nasional
ada dalam nilai-nilai filosofis Pancasila. megimplemtasikan nilai-nilai filosofis

Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 79



Volume 1, Nomor 2 Oktober 2019
ISSN : 2656-9639 (Cetak)
ISSN : 2684-9046 (Online)

Pancasila diimplementasikan dalam nilai Pancasila. Dalam pengembangan
setiap kegiatan akademis yang arah domain-domain Pendidikan
proses dan tujuannya adalah untuk Kewarganegraan untuk
mengetahui, memahami, menyikapi, dan mengimplementasikan nilai-nilai
mengimplemntasikan nilai-nilai luhur Pancasila, dipergunakan dan
kepribadian bangsa. Kemudian misi memanfaatkan secara selektif prinsif dan
yang terakhir adalah sosio-kultural, hal teknis perumusan tujuan pendidikan
ini menggambarkan kepada kita bahwa berdasarkan kerangka Taksonomi
kontek pendidikan nasional berdasarkan Bloom (dalam Winataputra, 2001).
Pancasila adalah untuk kehidupan riil Sebagai alhasilnya yaitu Pendidikan
sehari-hari manusia Indonesia sebagai Kewarganegaraan yang mewujudkan
mahluk mono-pluralis didalam visi, misi dan tujuan Pendidikan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, Kewarganegaraan bermuatan nuilai-nilai
dan bernegara. Jadi berdasarkan hal ini Pancasila dengan tujuan akhirnya adalah
pendidikan nasional Indonesia yang warganegara yang baik (smart and good
secara substansi berisikan “Pengetahuan citizens) yakni warganegara yang
berdasarkan nilai-nilai filosofis memiliki kecerdasan (Civic Intelegence)
Pncasila” sebagai refleksi manusia baik intelektual, emosional, sosial,
dalam hakikatnya sebagai mahluk mono- maupun spiritual; memiliki rasa bangga
pluralis (Humanis-Holistik-religius) dan tanggung jawab (Civic
diimplemtasikan dalam kontek Responsibility; dan mampu
kehidupan sosial sehari-harinya dalam berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara. bermasyarakat dan bernegara (Civic
Apabila pada kurikulum-kurikulum Participation) agar tumbuh rasa
sebelumnya secara eksplisit diatur kebangsaan dan cinta tanah air, hal ini
mengenai Pendidikan Pancasila yang yang dinamakan sebagai warga negara
memberi peluang diimplementasikan Indonesia yang Pancasilais.
oleh pada siswa dalam setiap jenjang
pendidikan seperti pada pada mata Kesimpulan
pelajaran PMP (kurikulum 1975); mata Perubahan paradigma pendidikan di
pelajaran PPKn (kurikulum 1994 Indonesia yang berorientasi pada
suplemen 1999), maka pada saat ini kita pendidikan berbasis masyarakat luas
akan mengimplentasikan pula nilai-nilai (broad-based education). Harapan ini
Pancasila dalam mata pelajaran menekankan perlunya materi-materi
Pendidikan Kewarganegaraan. Namun pendidikan berbagai kecakapan hidup
nilai-nilai Pancasila yang diajarkan dan (life skills) diberdayakan kepada
diimplentasikan pada jenjang pendidikan generasi muda agar mereka memiliki
tidak terlepas dari hakekat dasar standar kompetensi yang tinggi dan tidak
Pendidikan kewarganegaraan, yang tercabut dari akar kehidupan sosial
kenyataannya antara pendidikan budaya mereka sendiri.
Kewarganegaraan dengan Pancasila jika Mengoptimalkan fungsi pendidikan
dilihat dari visi, missi dan tujuan dalam proses memanusiakan manusia
Pendidikan Kewarganegaraan tidaklah (humanisasi) sehingga peserta didik dan
menyimpang. masyarakat memiliki kesadaran kritis
Sebagai seorang guru dapat secara personal maupun kolektif;
mengembangkan domain-domain pendidikan yang membebaskan
pendidikan kewarganegaraan sebagi masyarakat dari dominasi ideology
pencerminan pengimplementasian nilai- tertentu yang tidak sesuai dengan

Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 80



Volume 1, Nomor 2 Oktober 2019
ISSN : 2656-9639 (Cetak)
ISSN : 2684-9046 (Online)

kepribadian bangsanya yakni dengan Berbasis Ideologi Tri Hitha
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN Karana (Studi Etnografi tentang
KRITIS DI INDONESIA Pengaruh Masyarakat terhadap
BERLANDASKAN NILAI-NILAI Program Pendidikan IPS pada
IDEOLOGI PANCASILA. SMU Negeri 1 Ubud-Bali).
IMPLENTASI “Pendidikan Desertasi. Bandug: Universitas
Nasional Berdasarkan Pancasila” Pendidikan Indonesia.
bukanlah hanya sebuah selogan semata, Sukadi. dkk 2010. Rekonstruksi
tetapi pendidikan nasional yang proses Pemikiran Belajar dan
pewujudannya mengunakan prinsip Pembelajaran PKN SD Sebagai
pendidikan nasional tentang Pancasila, Yadnya dalam Rangka
melalui Pancasila, dan untuk Pancasila Perwujudan Dharma Agama dan
(Education about, Trhought, and for Dharma Negara Berbasis
Pancasila) dalam rangka mewujudkan Konstruktivisme. Laporan
tujuan pendidikan nasional bangsa Penelitian Hibah Bersaing Tahap
Indonesia. Kemudian secara II. Singaraja: Universitas
komprehensip pendidikan nasional Pendidikan Ganesha.
Indonesia bersadasarkan nilai-nilai William F. O`neil .2002. Idiologi-
filosfis Pancasila dijalankan dengan misi Idiologi Pendidikan; Pengantar
sosio-pedagogis, sosio-akademi, dan oleh Mansour Fakih. Yogyakarta:
sosio-kultural di dalam mewujudkan Pustaka Pelajar
tujuan nasional pendidikannya. Widja, I G. 2009. Pendidikan Sebagai
Ideologi Budaya; Suatu Pengantar
Daftar Pustaka ke Arah Pendidikan Kritis.
CCE. (2004). Kami Bangsa Indonesia. Program Magister dan Doktor
California: Centre for Civic Kajian Budaya. Unoversitas
Education. Udayana
Fritjof Capra. 1997. The Turning Poin Yudi Latif. 2011. Negara Paripurna
(Titik Balik Peradaban; Sains, Historisitas, Rasionalitas, dan
Masyarakat, Dan Kebangkitan Aktualitas Pancasila. Jakarta:
Kebudayaan). Yogyakarta: Jejak Gramedia Pustaka Utama.
H.A.R Tilaar. 2005. Manifesto …………… Undang-Undang Dasar
Pendidikan Nasional, Tinjauan Negara Republik Indonesia Tahun
Dari Perspektif ostmodernisme 1945.
dan Studi Kultural. Jakarta: PT …………… Undang-Undang
Kompas Media Nusantara Republik Indonesia Nomor 20
Giroux. H. A. (1981). Ideology, Culture, Tahun 2003 tentang Sistem
and the Process of Schooling. Pendidikan Nasional.
Philadelphia: Temple University
Press.
Kaelan, H. (2003). Pendidikan
Pancasila. Yogyakarta;
Paradigma.
Pai, Young. 1990. Cultural Foundations
of Education. New York:
Macmillan Publishing Company.
Sukadi. 2006. Pendidikan IPS Sebagai
Rekonstruksi Pengalaman Budaya

Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 81

Anda mungkin juga menyukai