Anda di halaman 1dari 19

TUGAS FILSAFAT SAINS Filosofi dan Pendidikan Liberal

Oleh :
1. 2. 3. 4.

Alifah Rossy Afidah (093654202) Risa Widya Nur H. Ratna Lestari Rica Rishfah (093654208) (093654224) (093654231)

PRODI PENDIDIKAN SAINS


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2011


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan seseorang. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang nantinya menjadi bekal dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan juga tidak bisa lepas dari ideologi yang berkembang di tengahtengah masyarakat. Ideologi ini turut mewarnai pendidikan sehingga pendidikan yang dilakukan di tengah masyarakat memiliki karakteristik tertentu yang identik dengan ideologi tertentu pula. Setidaknya ada tiga ideologi yang berkembang dalam dunia pendidikan, yaitu konservatif, liberal, dan kapitalis. Perbedaan dari ketiga ideologi tersebut terkait dengan bagaimana pandangan manusia terkait dengan apa yang menimpanya. Hal ini akan berdampak pada metode dan cara pembelajaran yang diberikan oleh pendidikan dengan ideologi tertentu. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai filosofi pendidikan liberal yang akan menelaah mengenai fenomena pendidikan liberal di Indonesia. B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian filosofi dan pendidikan liberal?

2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendidikan formal dan pendidikan progresif ? 3. Bagaimana fungsi filosofi dalam penerapan pendidikan liberal ? 4. Bagaimana proses pendidikan diterapkan di Indonesia ? C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian filosofi dan pendidikan.liberal. 2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendidikan formal dan

pendidikan progresif.
3. Untuk mengetahui fungsi filosofi dalam penerapan pendidikan liberal.

4. Untuk mengetahui proses pendidikan diterapkan di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Filosofi dan Pendidikan Liberal

1. Filosofi Filosofi = bicara soal pola pikir, prilaku manusia untuk dirinya sendiri, Lingkungan (masyarakat, alam sekitar) maupun unsur lain, tentu saja existensi terhadap apa yang kita anggap membentuk, menciptakan, menjaga, dan yang mengurus kita. Filsafat adalah suatu usaha untuk mencoba memahami segala yang dating ke dalam pengalaman manusia yang dimaksudkan untuk memperoleh suatu pandanganyang komprehensif tentang alam semesta, termasuk manusia, serta untuk mendapatkan suatu penjelasan yang universal mengenai sifat dasar dari berbagai hal mengenai tempat dan nasib manusia. 2. Pendidikan Liberal Liberal atau liberalisme adalah suatu pandangan yang menekankan pengembangan kemampuan, melindungi hak dan kebebasan (freedom), serta mengidentifikasi problem dan upaya perubahan sosial demi menjaga stabilitas jangka panjang Pendidikan liberal ialah pendidikan yang tidak menjadikan siswa sebagai objek keinginan guru. Mereka diberikan pelajaran sesuai dengan keinginan dan diberikan kebebasan untuk mengembangkannya sendiri. Jadi, ideologi pendidikan liberal adalah suatu keyakinan dimana pendidikan yang terbaik adalah yang ada untuk melatih anak agar berfikir secara kritis dan objektif, mengikuti bentuk dasar proses ilmiah, dan melatih anak untuk meyakini hal-hal tersebut berdasarkan pengetahuan ilmiah.

a.

Corak-Corak Pendidikan Liberal

Dalam intisarinya, ada 3 corak utama pendidikan liberal, yaitu: 1. Metodis Kaum metodis adalah mereka yang mengambil sikap bahwa selagi metode-metode pengajaran harus disesuaikan dengan zaman supaya mencakup renungan-renungan psikologis baru dalam hakikat belajar oleh manusia. Kelemahan metodis adalah Tidak bersikap kritis terhadap tujuan dan isi pendidikan yang sudah ada. Kelebihan metodis adalah metode pengajarannya disesuaikan dengan zaman. Mencakup haikat belajar manusia yang sesuai dengan psikologis. Contoh : Seseorang yang berpegang teguh menganut agama islam. Metodis Islam Liberal Setelah para pemikir Islam Progresif mengeritik secara tajam fatwa MUI tentang pengharaman pluralisme, liberalisme, dan sekularisme, dan isu- isu besar di sekitar tiga konsep tersebut. Pluralisme adalah paham yang menganggap seluruh agama adalah sama, semuanya bertujuan pada kebaikan walapun caranya berbeda. Paham ini sudah melanda seluruh agama yang ada, hingga menyebabkan seseorang yang mengikuti paham ini tidak serius dalam menjalankan agama yang dianutnya. 2. Direktif Direktif yang mencakup aliran utama pendidikan liberal di Amerika Serikat. Pada dasarnya, kaum liberalis direktif menginginkan pembaharuan mendasar dalam hal tujuan sekaligus dalam hal cara kerja sekolah-sekolah sebagaimana adanya sekarang. Kelemahan direktif adalah Seseorang merasa kesulitan dalam menyelesaikan suatu masalah karena adanya perombakan kebiasaan tradisional ke metode yang baru. Kelebihan direktif adalah adanya perubahan dari langkah tradisionl kearah yang lebih maju. Contoh :

Rusia menggunakan landasan pengembangan nilai individu sesuai dengan nilai humanitas, dengan mengembangkan kurikulum nilai dan iptek yang dikelolah dalam sistem desentralistik. Rumpun ideologinya menganut libral dengan model libralisme dan bersifat direktif. Jepang menggunakan landasan pengembangan kemampuan dasar sesuai perkembangan iptek dan nilai humanitas, dengan mengembangkan kurikulum iptek dan nilai yang dikelolah dengan sistem sentralistik. Rumpun ideologinya adalah liberal dengan model liberalisme dan bersifat direktif. 3. Non-Direktif Kaum non-direktif akan sepakat dengan pandangan bahwa tujuan dan cara-cara pelaksanaan pendidikan perlu diarahkan kembali secara radikal dari orientasi otoritariannya yang tradisional ke arah sasaran pendidikan yang mengajar siswa untuk memecahkan masalahmasalahnya sendiri secara efektif. Kelemahan non direktif adalah menekankan pada kebebasan anak untuk memilih sehingga mengurangi seluruh batasan yaitu melenyapkan hal hal seperti wajib belajar dan pengajaran mata pelajaran wajib Kelebihan non direktif adalah siswa dilatih untuk memecahakan masahnya sendiri secara efektif dan bebas mengembangkan retifitasnya sendiri. Contoh : Amerika Serikat menggunakan landasan perubahan tatanan sosial dan pengembangan potensi individu, dengan mengadopsi kurikulum iptek dan nilai yang dikelolah dalam sistem desentralistik. Rumpun ideologi menganut liberal dengan model liberalisme dan bersifat nondirektif.

b.

Ciri-ciri Umum Pendidikan Liberal

1) Menganggap bahwa pengetahuan terutama berfungsi sebagai sebuah alat untuk digunakan dalam pemecahan masalah secara praktis. 2) Menekankan kepribadian unik dalam diri tiap individu. 3) Menekankan pemikiran efektif (kecerdasan praktis) 4) Memandang pendidikan sebagai perkembangan dari keefektifan personal. 5) Memusatkan perhatian kepada tata cara pemecahan masalah secara individual maupun berkelompok. 6) Menekankan perubahan sosial secara tak langsung, melalui perkembangan kemampuan tiap orang berprilaku praktis dan efektif. 7) Berdasarkan kepada sebuah sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka. 8) Didirikan di atas tata cara pembuktian secara ilmiah rasional. 9) Menganggap bahwa wewenang intelektual tertinggi terletak pada pengetahuan yang diperoleh dari pembuktian eksperimental.
c. Landasan Pendidikan Liberal

Berikut ini landasan pendidikan liberal, diantaranya sebagai berikut: 1) Seluruh kegiatan belajar bersifat relatif terhadap sifat-sifat dan isi pengalaman personal. 2) muncul dari proses-proses perkembangan personal, dan seluruh tindakan belajar yang punya arti penting cenderung untuk bersifat subjektif. 3) Seluruh kegiatan belajar pada puncaknya mengakar pada keterlibatan dalam pengertian inderawi yang aktif. 4) Seluruh kegiatan belajar pada dasarnya merupakan proses pengujian gagasan-gagasan, dalam situasi-situasi pemecahan masalah secara praktis. 5) cara terbaik untuk mempelajari sesuatu dan sebagai implikasinya, juga cara terbaik untuk hidup. 6) Pengalaman kejiwaan yang paling dini merupakan pengalaman yang dialami oleh orang yang belajar pada waktu ia masih kanakkanak, termasuk latihan-latihan emosional dan kognitif.

7) tindakan belajar dikendalikan oleh konsekuensi-konsekuensi emosional dan perilaku personal. d. Komponen-Komponen Pendidikan Liberalisme Pengaruh liberalisme dalam pendidikan dapat melihat komponenkomponennya, diantaranya, sebagai berikut: 1) Komponen pertama, adalah komponen pengaruh filsafat barat tentang model menuju manusia universal yaitu manusia yang "rational liberal". Pengaruh liberal ini kelihatan dalam pendidikan yang mengutamakan prestasi melalui proses persaingan antar murid. Perangkingan untuk menentukan murid terbaik adalah implikasi dari paham pendidikan ini. 2) Komponen kedua adalah positivisme. Positivisme sebagai suatu paradigma ilmu sosial yang dominan ini juga menjadi dasar bagi model pendidikan liberal. Karena positivisme pada dasarnya adalah ilmu sosial yang dipinjam dari pandangan, metode dan teknik ilmu alam memahami realitas. Dengan kata lain, positivisme mensyaratkan pemisahan fakta dan nilai dalam rangka menuju pada pemahaman obyektif atas realitas sosial. B. Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Formal dan Progresif
1. Pengertian Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah- sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, sifatnya resmi, serta terikat dengan aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan. Pendidikan formal juga memegang peranan penting dalam proses mengembangkan Sumber Daya Manusia. Kelebihan pendidikan formal : a) institusi pendidikan formal yang diakui oleh lembaga pendidikan Negara

b) memiliki seorang mentor/guru yang dapat membimbing Anda

sehingga proses belajar menjadi lebih efektif.


c) Siswa lebih dapat belajar tentang konsep dan sejarah fotografi

dengan penguasaan yang baik dan terarah d) Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. e) Pendidikan diselengarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarki f) Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum. g) Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. h) Membentuk dasar atau pondasi cara-cara / pola berpikir yang sistematis dan konseptual secara konsisten dan terarah. i) Melatih dan menanamkan sikap mental dan emosional yang matang, dewasa dan mandiri. Sehingga biasanya seorang yang berpendidikan tinggi lebih dapat mengendalikan sikap dan emosinya secara baik. j) Menanamkan disiplin belajar yang sangat tinggi, sehingga seseorang yang berpendidikan akan lebih terbiasa untuk belajar dan belajar lagi. Kelemahan :
a) pendidikan formal biasanya memerlukan biaya cukup besar dan

waktu yang tidak fleksibel b) kemampuan teknologis yang diterima dari lembaga pendidikan formal tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada

c) proses pendidikan harus memiliki keterkaitan dan kesepadanan

secara mendasar serta berkesinambungan dengan proses yang berlangsung di dunia kerja.
2. Pengertian Pendidikan Progresif

Pendidikan progresif merupakan pendidikan yang harus didasarkan pada kehidupan nyata manusia yakni belajar dalam pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk sosial. Kelebihan pendidikan progresif :
a)

Gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan Melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara Mengikuti proses kegiatan-kegiatan anak belajar sendiri,

pendidikan di sekolah berpusat pada anak didik (child-centered) b) c) sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. sambil memberikan bantuan-bantuan tertentu apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya kegiatankegiatan belajar tersebut. Bantuan-bantuan yang diberikan sebagai campur tangan dari luar diusahakan sesedikit mungkin.
d)

Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama

antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat ter-ekspresi-kan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak. Upaya ini mendorong didirikannya sebuah organisasi guru dan orangtua murid e) Pendidikan progresif menganjurkan peranan baru sekolah, tidak lagi hanya tempat anak belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan baru pendidikan f) g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui perorangan (indivudually learning). pengalaman (learning experiencing).

Kelemahan pendidikan progresif : a) b) wajar. c) d) e) Progresivisme bergantung pada minat sewaktu dan spontan. Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak Guru perlu mempunyai pemahaman yang baiktentang Progresivisme terlampau menekankan pada pendidikan Kelas sekolah progresif artifisial / dibuat-buat dan tidak individu

bertanggung jawab terhadap hasil dari tugas-tugas yang dikerjakan. karakterisatik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat melaksanakan peranan-peranan dengan baik. 3. Hubungan Pendidikan Liberal dengan Pendidikan Formal dan Pendidikan Progresif Pendekatan liberal inilah yang mendominasi segenap pemikiran tentang pendidikan baik pendidikan formal seperti sekolah, maupun pendidikan non-formal seperti berbagai macam pelatihan. Akar dari pendidikan ini adalah Liberalisme, yakni suatu pandangan yang menekankan pengembangan kemampuan, melindungi hak, dan kebebasan (freedoms), serta mengidentifikasi problem dan upaya perubahan sosial secara inskrimental demi menjaga stabilitas jangka panjang. Pendidikan liberal juga erat kaitannya dengan pendidikan progresif. Pendidikan liberal sebagai penentu berlanjutnya pendidikan progresif karena pendidikan liberal lebih diarahkan pada penyesuaian atas system dan struktur sosial yang berjalan. Sedangkan pendidikan progresif memandang bahwa hidup selalu berubah dan berkembang, sehingga perubahan sosial pun akan berubah. C. Fungsi Filosofi dalam Pendidikan Liberal

Dalam berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan horisontal. Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat pendidikan liberal. Antara filsafat dan pendidikan liberal terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan liberal dan pengajaran. Filsafat pendidikan liberal dengan demikian merupakan polapola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran. Adapun filsafat pendidikan liberal menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis. Maka dari itu, filsafat pendidikan liberal sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan liberal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya. Dalam buku filsafat pendidikan karangan Prof. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan liberal sangat erat sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara bersama-sama. D. Proses Pendidikan yang Diterapkan di Indonesia. Alternatif solusi pendidikan di Indonesia ialah pendidikan yang membebaskan. Bukan berarti pendidikan a la Paulo Freire di Amerika

Selatan saja. Namun segala bentuk metode pengajaran yang membebaskan siswa untuk berfikir dan berkreasi. Bukan pendidikan yang menanamkan doktrin yang mengakibatkan siswa anti kritis. Sebab pendidikan yang membebaskan akan melahirkan out put yang menghargai perbedaan dan tidak merasa diri benar sendiri. Salah satu metode pendidikan pembebasan itu ialah pendidikan liberal. Akhir dari pendidikan liberal di Indonesia ialah terciptanya masyarakat yang demokratis dan mengedepankan pluraritas dalam mengambil keputusan. Salah satu elemen pendidikan bagi warga demokratis ialah pengetahuan tentang nilai-nilai kemanusiaan. Aristoteles membaginya menjadi dua bagian. Pertama, kebenaran moral (moral virtue). Dan kedua, kebenaran intelektual (intelectual virtue). Kebenaran moral yang lebih tepat disebut atau berkaitan dengan karakter, dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang menjadi baik dengan melakukan hal yang baik. Segala tindakan keadilan dan pengawasan diri (self-control) yang konstan akan dihasilkan oleh seseorang yang berlaku adil dan dapat mengendalikan diri sendiri, yang tidak hanya melakukan tindakantindakan semacam itu hanya bagi tindakan itu sendiri, tapi karena hal itu merupakan watak yang tidak tergoyahkan. Kebijakan pendidikan di Indonesia selama ini agaknya tidak pernah menjadikan manusia sebagai subjek yang mesti diperhatikan dan muliakan, manusia sekadar menjadi objek pendidikan. Pendidikan yang mestinya memanusiakan manusia, justru kebijakannya tak mampu menyelesaikan problem dalam dunia pendidikan dengan menempatkan manusia sebagai subjek utama pendidikan, ia menjadi kebijakan yang normatif dan kaku. Dalam hal ini kebijakan pendidikan progresif mesti dikedepankan agar dapat memberikan solusi yang lebih manusiawi dan progresif. Kebijakan pendidikan sekarang yang mati rasa dengan mengabaikan nurani dan telah menjadikan manusia sekadar objek belaka mesti didobrak dengan kebijakan pendidikan progresif. Problem dunia pendidikan yang semakin beragam membutuhkan pendekatan kebijakan progresif yang tak

dapat dipenuhi dengan cara memegang secara kaku kebijakan yang telah ada. Sebuah produk kebijakan sebagai sebuah teks mati tak akan dapat memenuhi kebutuhan riil itu, terlebih beberapa kebijakan pendidikan sekarang justru tak manusiawi, menafikan nurani, tidak tanggap dan gagal merespon problem secara cepat. Dengan kebijakan pendidikan progresif sebagaimana hukum progresif maka ia akan berani melawan produk kebijakan yang justru menafikan nurani dan kemanusiaan seperti kasus guru dan ujian nasional di depan. Betapa banyak kebijakan yang mestinya segera dipenuhi di level praksis tapi mesti menunggu keputusan dari atas terlebih dulu, dengan kebijakan pendidikan progresif maka ia akan berani memangkas birokrasi yang berbelit, tak manusiawi, dan menafikan nurani itu untuk mengatasi masalah yang mestidiselesaikan secepatnya. Pertanyaannya, beranikah dunia pendidikan menerapkan kebijakan pendidikan progresif seperti itu ketika hukum progresif dalam penegakan hukum pun masih sekadar wacana. E. Penerapan pendidikan liberal di Indonesia Pendidikan liberal di indonesia pendidikan yang tidak menjadikan siswa sebagai objek keinginan guru. Mereka diberikan pelajaran sesuai dengan keinginan dan diberikan kebebasan untuk mengembangkannya sendiri. Akhir dari pendidikan liberal ialah terciptanya masyarakat yang demokratis dan mengedepankan pluraritas dalam mengambil keputusan. Penerapan pendidikan liberal di Indonesia misalnya pada pembelajaran model kooperatif, Anak dilatih untuk aktif dan kebebasan untuk mengembangkan idenya sendiri sehingga pembelajaran tidak berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa.

BAB III PENUTUP A. Simpulan 1. Filosofi berarti segala sesuatu tentang pola pikir, prilaku manusia untuk dirinya sendiri, Lingkungan (masyarakat, alam sekitar) maupun unsur lain. Pengertian Pendidikan liberal ialah pendidikan yang tidak menjadikan siswa sebagai objek keinginan guru. Mereka diberikan pelajaran sesuai dengan keinginan dan diberikan kebebasan untuk mengembangkannya sendiri.
2. Kelebihan pendidikan formal bukan sekadar mengajari anak-anak supaya

menjadi lebih baik, menjadi pintar, atau sekadar berkomunikasi dengan mereka yang isinya memberi nasehat supaya mereka berperilaku baik. Tetapi Kekurangannya Pendidikan formal saat ini yang mengandalkan teknologi informasi menyebabkan akses terbatas terhadap fasilitas yang ada. Beban biaya yang cukup besar dalam pengadaan, karena kebutuhannya secara massal. Sedangkan kelebihan pendidikan progresif menekankan orientasi pendidikan pada anak didik, sehingga minat anat didik dapat tersalurkan dengan baik. Kekurangannya guru sulit memahami tentang karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa. Sehingga perlu pengenalan yang mendalam bagi guru kepada siswa agar bisa menyampaikan informasi secara benar. liberal sebagai penentu berlanjutnya Hubungan antara pendidikan liberal dengan pendidikan formal dan progresif yaitu pendidikan pendidikan progresif karena pendidikan liberal lebih diarahkan pada penyesuaian atas system dan struktur sosial yang berjalan. Sedangkan pendidikan progresif memandang bahwa hidup selalu berubah dan berkembang, sehingga perubahan sosial pun akan berubah.

3. Antara filsafat dan pendidikan liberal terdapat hubungan horisontal yaitu

Filsafat pendidikan liberal dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran. Adapun filsafat pendidikan liberal menunjukkan hubungan vertikal filsafat pendidikan liberal sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan liberal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.
4. Alternatif

solusi pendidikan di Indonesia ialah pendidikan yang

membebaskan. segala bentuk metode pengajaran yang membebaskan siswa untuk berfikir dan berkreasi. Sehingga akhir dari pendidikan liberal di Indonesia ialah terciptanya masyarakat yang demokratis dan mengedepankan pluraritas dalam mengambil keputusan.

DAFTAR PUSTAKA Arbi, Sutan Zanti. 1988. Pengantar Kepada filsafat Pendidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/ideologi-pendidikan-liberal.html diakses pada tanggal 18 Februari 2011 pukul 11:25. http://www.forumsains.com/agama-dan-filosofi/apa-fungsi-dari-filosofi/ diakses pada tanggal 18 Februari 2011 pukul 11:00. http://www.anakciremai.com/2008/08/analisis-filsafat-dan-teori-pendidikan.html diakses pada tanggal 18 Februari 2011 pukul 11:50. http://djokoawcollection.blogspot.com/2008/02/pendidikan-liberal.html diakses pada tanggal 18 Februari 2011 pukul 12:10. http://aristhu03.files.wordpress.com/2006/10/pendidikanliberal.pdf diakses pada tanggal 19 Februari 2011 pukul 10:30. http://blog.uin-malang.ac.id/mujtahid/2010/04/30/menalar-pendidikan-progresifjohn-dewey-2/ diakses pada tanggal 19 Februari 2011 pukul 11:00.

Hasil Diskusi (Notulen)


1. Nani Dwi Lestari (093654227) Jelaskan tentang kebanaran moral dan intelektual? Perbedaan pendidikan progresif, formal, dan liberalism? Mengapa nonformal tidak dimasukkan kedalam liberalisme? Jawab : Kebenaran moral yaitu kebenaran yang berkaitan dengan karakter, dibentuk melalui kebiasaan. Jadi, kebenaran kebenaran ini dibentuk melalui kebiassan seseorang. Individu memiliki karakter yang berbeda beda. Kebenaran intelektual diperoleh melalui pengetahuan yang diserap oleh seseorang bukan melalui kebiasaan. Pendidikan liberal merupakan dasar dari pendidikan formal dan progresif. Pendidikan formal didirikan oleh lembaga lembaga resmi seperti sekolah, sedangkan pendidikan progresif yaitu pendidikan yang didasarkan pada kehidupan nyata, anak didik mampu mengembangkan minat dan bakat seperti ekstrakurikuler. Pendidikan liberal mampu membebaskan, melindungi hak dan kebebasan (freedom). Pendidikan nonformal tidak dimasukkan ke pendidikan liberal karena cakupannya terlalu luas. Sebenarnya pendidikan nonformal bisa saja masuk dalam pendidikan liberal tetapi ia berdiri sendiri dan tidak sama dengan pendidikan formal. 2. Kharisma Eka Putri (093654211) Ada 3 corak pendidikan liberalism yaitu liberalisme metodis, direktif dan nondirektif. Manakah dari ketiga corak liberalism tersebut yang paling baik ?

Jawab : Kami setuju dengan liberalisme metodis karena dilihat dari sisi cara melaksanakan, tujuan dan siapa yang melaksanakan. Kaum liberalisme metodis bersikap bahwa metode pengajaran harus disesuaikan dengan zaman yaitu mengusulkan tentang cara mengajar yang baru tetapi tujuan dan sasaran (isi) pendidikan tetap dipertahankan. Jadi liberalism metodis adalah seseorang yang mengusulkan sebuah cara baru dalam mengajar tetapi ia tidak bersikap kritis terhadap tujuan dan isi pendidikan yang sudaha ada. Sedangkan liberalisme direktif menginginkan perubahan yang mendasar dalam hal tujuan dan cara kerja sekolah sekolah dan liberalisme direktif ini perlu sehingga memerlukan peromabakan secara radikal dari awal sampai akhir (keseluruhan). Liberalisme nondirektif berusaha melenyapkan wajib belajar dan mata pelajaran wajib dengan mengganti wewenang lembaga dengan kebebasan siswa untuk memilih apa mereka ingin belajar atau tidak / apa yang ingin mereka. Jadi sangat tidak tepat liberalisme direktif maupun nondirektif. 3. Wahyu Sulaiman Setujukah anda dengan adanya liberalisme di Indonesia ? Jawab : Menurut kelompok kami tidak setuju dengan liberalisme pendidikan tetapi setuju akan adanya pendidikan liberal. Karena liberalism pendidikan itu sangatlah bebas Karena tidak ada campuran dari pemerintah dan tidak ada aturan yang mengikatnya. Setujukah anda diadakan BHP di Indonesia ? Jawab : Untuk BHP sendiri merupakan pilihan dari universitas itu sendiri dimana universitas menginginkan berdiri sendiri tanpa ada campur tangan pemerintah. Sehingga itu merupakan liberalisme dari pendidikan di universitas dan kebebasan dari universitas untuk memilih berdiri sendiri atau tidak. Menurut kami tinggal memilih masuk universitas mana

berdasarkan materi atau pembelajaran yang diberikan tiap tiap universitas.

Anda mungkin juga menyukai