Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IDEOLOGI KRITIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas


Mata Kuliah: Sosial dan Politik Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Fatchurrahman, S.Ag. M.Pd

Disusun oleh:

Titis Sekar Ningrum, S. Pd. (12010220035)


Salsabila Assyifa Putri, S. Sos. (12010220040)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SALATIGA
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ide dan pendidikan tidak dapat dipisahkan. Para pendukung pedagogi kritis
telah lama menyadari hal ini dalam sebagian besar penelitian mereka. Ideologi dan
kurikulum sebenarnya saling terkait karena ideologi mempengaruhi praktik ekonomi
sekolah dan reproduksi sosial, salah satunya adalah bentuk kurikulum tersembunyi.
(Michel Apple, 2004). Dengan cara ini, ideologi tertentu yang diwujudkan dalam
pandangan dunia tertentu, serta nilai, tradisi, dan bahkan sikap politik tertentu
diwariskan melalui kurikulum untuk dipelajari dan dipahami siswa di sekolah. 
Nampaknya baru sedikit sarjana yang mengkajinya secara detail dalam
konteks praktik pendidikan di Indonesia. Salah satunya (H.A.R Tilaar, 2009)
menjelaskan bagaimana perubahan kekuatan global dan arah politik nasional pasca
reformasi politik seperti desentralisasi dan otonomi daerah pada tahun 1998
mempengaruhi arah pembangunan pendidikan nasional di Indonesia. Catatan Tilar
menunjukkan bahwa kekuatan global yang mempengaruhi perubahan sosial, termasuk
pendidikan, tidak hanya ekonomi, politik dan militer, tetapi juga ideologi dan budaya.
Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari seluruh rangkaian kehidupan manusia.
Kebanyakan orang memandang pendidikan sebagai kegiatan mulia yang akan
mengantarkan manusia pada nilai-nilai kemanusiaan. Gagasan bahwa pendidikan
adalah kegiatan yang sakral dan mulia telah lama dianut oleh umat manusia, misalnya
pada tahun 70-an ketika tokoh Paulo Freire melakukan kritik yang sangat mendasar
yang menyadarkannya bahwa pendidikan selama ini dianggap mengandung
kebajikan, tetapi sebenarnya mengandung penindasan. (Mansour Fakih, 2002).
Ideologi memang penting dikaji karena berkaitan dengan Pendidikan dan sangat
banyak pengaruhnya. Ideologi pada hakikatnya mewujud dalam kepentingan politik
dan kekuasaan rezim. Pada artikel ini akan dibahas lebih lengkap mengenai
bagaimana ideologi kritis dan pengaruhnya terhadap sisitem Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam Ideologi Pendidikan?
2. Bagaimana pengaruhnya Ideologi Kritis dalam Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ideologi Pendidikan
Ideologi berasal dari bahasa Yunani ideo dan logos (ilmu ilmu). Dalam arti
sebenarnya, ideologi dalam metafisika klasik adalah ideologi, studi tentang asal mula
ide. Akhirnya, ideologi adalah ilmu atau studi yang berhubungan dengan keyakinan
atau ide tertentu (Mohammad Hatta, 2000). Ideologi dalam pengertian sekarang
memiliki makna negatif sebagai teori dogmatis atau spekulatif dan fantasi kosong
yang tidak realistis bahkan menyembunyikan realitas yang sebenarnya. Namun secara
umum, ideologi adalah sistem pemikiran yang mengkaji keyakinan dan cita-cita
filosofis, ekonomi, politik dan sosial. (Lorens, 2000).
Ideologi memiliki tiga kunci, yaitu: Ideologi menggambarkan sifat-sifat alam,
masyarakat dan keduanya dan hanya dapat dikaji melalui kajian empiris, dihitung dari
hubungan antara apa yang dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan. Ideologi
tidak hanya diyakini oleh kelompok tertentu, tetapi juga mungkin merupakan bagian
dari keberadaan mereka (eksistensi sosial) dan keyakinan yang mencerminkan
kehidupan sosial tertentu. (Munawir, 2016).
Menurut O'Neil dalam Nasution (2022), ada enam bentuk ideologi yang
mempengaruhi pendidikan. Ideologi yang terkandung dalam pendidikan membentuk
ideologi pendidikan, yaitu; (1)ideologi fundamentalisme, (2) ideologi intelektualisme,
(3) ideologi konservatisme, (4) ideologi liberalisme (liberal ideology), (5) ideologi
liberiganisme (ideologi pembebasan) dan (6) ideologi kritisme.
1. Ideologi fundamentalis.
Ideologi fundamentalis dalam pendidikan berkaitan langsung dengan moralitas
sebagai sesuatu yang harus tampak dan hadir dalam pendidikan. Ideologi
fundamentalis menjadikan moralitas sebagai sumber utama penyelenggaraan
pendidikan, oleh karena itu segala bentuk pendidikan yang dilakukan sebagai
proses pendidikan dan pengajaran moral tertanam di dalamnya. Moralitas, yang
muncul sebagai ideologi, berawal dari sistem nilai yang diasuh dan didukung oleh
masyarakat. Oleh karena itu, ideologi fundamentalis menjadikan pendidikan
sebagai arena pendidikan moral. Implementasi moralitas melalui pendidikan
membentuk pendidikan sebagai sistem pengajaran dan penerapan moralitas itu
sendiri sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang dipraktikkan merupakan
bentuk proses perwujudan moralitas dalam kerangka pendidikan dan
lingkungannya.
2. Ideologi intelektual
Ideologi intelektual sebagai representasi pendidikan yang memanifestasikan
dirinya sebagai institusi yang berurusan dengan intelektual. Ideologi intelektual
menuntut agar pendidikan dapat menjadi tempat pembentukan kecerdasan pada
individu atau kelompok yang terlibat. Inti gagasan atau pemikiran ideologi
intelektualis adalah memantapkan diri sebagai pribadi yang terbuka dan universal
terhadap segala bentuk kebenaran yang ada. Kaum intelektual menekankan bahwa
kebenaran adalah sesuatu yang harus dihormati dan dicapai dengan menerima
adanya keragaman dalam kandungan nilai-nilai yang dikandungnya.
Ideologi pendidikan intelektualis bertujuan untuk menyikapi identitas dan
kesadaran akan potensi masing-masing. Ideologi ini menganggap bahwa semua
orang memiliki potensi yang berbeda-beda. Itulah sebabnya pendidikan harus
menggali dan menemukan potensi setiap individu. Sehingga potensi yang ada
dimanfaatkan dan dihayati sebagai karunia rohani dalam prosesnya. Ideologi
intelektualis juga merupakan bagian darinya dan menemukan potensi yang
dimiliki setiap orang. Sehingga potensi yang ada dimanfaatkan dan dihayati
sebagai karunia rohani dalam prosesnya. Ideologi intelektual juga merupakan
bagian penting dari proses pembentukan kecerdasan dan kelangsungan hidup
negara. Ideologi ini dapat dijadikan instrumen atau sarana bagi negara untuk
menghadirkan individu atau kelompok yang membawa kebaikan bagi negara
melalui seluruh potensi kecerdasannya.
3. Ideologi konservatif
Ideologi konservatif adalah suatu bentuk gagasan atau konsep yang berusaha
mempertahankan dan melestarikan unsur-unsur idealis masa lalu. Konservatis
adalah cara berpikir yang meyakini bahwa kebaikan hidup dapat diwujudkan
dengan menggunakan sistem nilai masa lalu sebagai acuan dalam pembentukan
nilai. Ideologi konservatis cenderung lebih menitikberatkan pada upaya untuk
meneguhkan dan memelihara tradisi yang ada, dengan fokus utama pada masa lalu
dan masa kini. Masa lalu itu sendiri sebagai bentuk sistem nilai yang diidealkan
yang berlaku hingga saat ini, oleh karena itu ideologi dalam pendidikan selalu
berusaha mengacu pada masa lalu ketika membentuk cita-cita dan standar dalam
pendidikan.
Pendidikan yang berlandaskan ideologi konservatif muncul sebagai upaya
menghidupkan kembali tradisi masa lalu dalam konteks kekinian berupa proses
pendidikan yang sulit menerima perubahan masyarakat. Dalam praktiknya,
ideologi konservatif itu terbagi dalam dua bentuk: konservatisme agama, yang
menitikberatkan pada upaya melestarikan tradisi turunan agama untuk diterapkan
dalam kehidupan, dan konservatif sekuler, yang menekankan sikap harus
memisahkan kehidupan dari unsur-unsur agama.
4. Ideologi liberal
Ideologi liberal dalam pendidikan sebagai konsep atau bentuk gagasan yang
bertujuan untuk merepresentasikan ruang pendidikan yang terbuka dan setara.
Keterbukaan sebagai prasyarat terselenggaranya pendidikan yang sama dalam
semua komponennya. Ideologi liberal mengajarkan sikap egaliter, yang
membutuhkan penerimaan dan penghormatan dari semua pihak. Ideologi liberal
menekankan keharusan. Ideologi liberal menggaris bawahi perlunya mengubah
tatanan sosial masyarakat, karena upaya reformasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari ideologi ini. Ideologi liberal menjadikan reformasi sebagai
komponen penting dalam pencarian tatanan sosial yang merespon perkembangan
dan perubahan masyarakat.
Ideologi liberal menjadikan lembaga pendidikan sebagai alat untuk mengubah
kehidupan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, ideologi liberal juga
mempersiapkan peserta didik menjadi kelompok yang mau bersaing dan meraih
masa depan kehidupan dengan menitikberatkan pada latihan berpikir kritis dalam
segala bentuk. Ideologi liberal juga menekankan bahwa pendidikan merupakan
“laboratorium hidup” yang terintegrasi dengan kehidupan nyata, sehingga segala
komponennya mampu menciptakan kehidupan yang canggih dan modern. yang
bertujuan untuk menghidupkan kembali kesadaran umat manusia, menjadikan
manusia benar-benar sehat. Kemanusiaan yang tidak dapat diganggu gugat
menjadi nilai universal humanisme sebagai landasan ideologi yang menempatkan
kemanusiaan sebagai pusat pemikiran. Ideologi liberalisme mampu memberikan
ruang seluas-luasnya bagi upaya memberikan kebebasan kepada semua komponen
yang terlibat di dalamnya untuk berkembang melalui landasan normatif
kemanusiaan. Humanisme menjadi penting bagi teologi ini karena pendidikan
melalui nilai-nilai tersebut benar-benar menjadikan manusia sebagai makhluk
yang menghargai dan menghargai nilai kemanusiaan
Ideologi liberalisme memanusiakan proses pendidikan manusia sebagai
tingkatan tertinggi karena pendidikan hanya dapat dilaksanakan dan
dikembangkan dari orang itu sendiri. Ideologi liberalisme mendukung kebebasan
berekspresi, sehingga lembaga pendidikan juga merupakan tempat ekspresif
semua komponen yang bertujuan untuk menemukan nilai-nilai kemanusiaan
sebagai dasar setiap sikap dan langkah. Ideologi liberalisme juga menjadikan
rasionalisme sebagai bagian sentral dari kegiatan pendidikan, karena rasionalisme
dapat digunakan untuk mengembangkan pendidikan. Karena melalui rasionalisme,
pendidikan dapat lebih terbuka dan nilai ilmu yang dihasilkan dan diajarkan dapat
tercapai.
5. Ideologi anarkis
Ideologi anarkisme menampilkan masyarakat sebagai elemen utamanya,
sehingga individu dianggap berharga dalam bergabung dengan kelompok
masyarakat. Ideologi anarkisme dalam pendidikan menekankan pada pengalaman
sosial sebagai bagian inti dari pendidikan, sehingga pendidikan tidak hanya
terbatas pada lembaga pendidikan formal, tetapi seluruh aktivitas kehidupan
merupakan bagian dari pendidikan itu sendiri. Ideologi anarkisme menjadikan
masyarakat sebagai elemen penting karena pendidikan yang baik menciptakan
masyarakat yang baik, yaitu dalam proses pendidikan yang layak. Mendisiplinkan
dan membentuk moralitas seluruh unsur pendidikan, sehingga melalui upaya
keterbukaan masyarakat, pendidikan dipandang berhasil, dan semua produksi ilmu
pengetahuan juga harus mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan
masyarakat.
6. Ideologi Kritis
Sistem Pendidikan merupakan arena perjuangan politik. Ideologi kritis
menuntut pendidikan sebagai alat untuk perubahan struktural dan sistemik
mendasar dalam politik, ekonomi, dan gender. Bagi penganjur pendidikan kritis,
diskriminasi kelas dan gender dalam masyarakat juga dapat dilihat dalam dunia
pendidikan. Sehingga pengkritik memiliki kemauan yang berbeda dengan
pembela pendidikan gratis. Pendukung pendidikan liberal harus menjauhkan diri
dari masalah kelas dan gender dalam masyarakat, tetapi penting untuk tetap
bersama mereka. Pokok utama pemahaman ideologi kritis adalah pelaksanaan
refleksi kritis terhadap perubahan sosial. Tugas utama pendidikan adalah
menciptakan ruang berpikir dan bertindak, agar selalu dapat mengkritisi sistem
dan struktur yang tidak adil dan menindas.
Merentek juga menyebutkan adanya ideologi kritis radikal di mana politisi
berjuang untuk mendidik orang-orang penting ini. Ideologi kritis ini menyerukan
pendidikan sebagai kendaraan untuk perubahan struktural mendasar dalam politik,
ekonomi dan gender, jika pendidikan ingin mempertahankan status quo bagi kaum
konservatif dan mencapai perubahan moderat bagi kaum liberal. Berikut argumen
para kritikus (Merentek, n.d.):
1. Diskriminasi rasial dan gender terjadi baik dalam masyarakat maupun
pendidikan. Akibatnya, kelompok kritis-radikal dan liberal berselisih karena
pendidikan dianggap tidak relevan dengan isu-isu sosial seperti kelas dan gender. 
2. Refleksi kritis terhadap ideologi dominan perubahan sosial merupakan inti dari
pendidikan.
3. Pendidikan tidak bisa netral, objektif dan terlepas dari masyarakat (seperti yang
disarankan positivisme). Tugas utama pendidikan adalah menciptakan lingkungan
di mana siswa dapat selalu berpikir dan bertindak kritis terhadap sistem dan
struktur yang menindas. Untuk membuat adanya desakan secara sadar
membudayakan ideologi Pancasila untuk mencegah radikalisme ini. Ini termasuk
menyuntikkan "proses reproduksi". Diharapkan penerapan pada level ini dapat
berbentuk pedagogik (edukatif). Bertolak dari pedagogi ini, ideologi Pancasila
harus diterapkan, yang juga diharapkan dapat diwujudkan sebagai acuan analisis
dalam pembentukan pengetahuan, nilai, keinginan, dan relasi sosial. Pedagogi ini
disebut pedagogi kritis, suatu aplikasi yang dapat dilihat dari perspektif
mempelajari pedagogi kritis itu sendiri. Dalam ideologi kritis penting agar
pendidikan berpikir kritis terhadap ideologi yang dominan, yaitu ke arah
perubahan sosial. Transformasi sosial yang secara praktis menekankan
pembelajaran sebagai proses yang melibatkan pemahaman, kritik, produksi, dan
penggunaan informasi sebagai alat untuk memahami dan mengubah realitas.
Di antara berbagai ideologi pendidikan tersebut di atas, terlihat bahwa
pendidikan sebagai tempat terwujudnya pembelajaran tidak memiliki “warna
tertentu”, tetapi memiliki warna yang berbeda dan unik serta saling melengkapi.
Bentuk-bentuk ideologi pendidikan juga menunjukkan subyektifitas lembaga
pendidikan, oleh karena itu pemilihan ideologi sangat berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses mewujudkan pembentukan kelompok. Jika dikaitkan dengan
pendidikan Islam, maka dapat dikemukakan tentang ideologi pendidikan yaitu
pendidikan Islam. juga merupakan proses pendidikan di bawah pengaruh unsur-unsur
ideologis. Lebih khusus lagi, beberapa sarjana ideologi pendidikan Islam telah
berupaya menciptakan tipologi ideologis berdasarkan tren dan praktik pendidikan
yang dipraktikkan selama ini.  
B. Pengaruh Ideologi Kritis Terhadap Pendidikan
Tugas utama pendidikan itu sendiri adalah menciptakan ruang bagi sikap kritis
terhadap sistem dan struktur yang tidak adil serta membongkar dan melestarikan
sistem sosial yang lebih adil. Akhirnya ia menyentuh dan mempelajari Pancasila dan
menyadari bahwa semua hubungan sosial berdasarkan nilai, budaya dan tradisi selalu
memiliki konsekuensi politik bagi mereka yang berkuasa. Oleh karena itu, ia harus
membedakan antara pengaruh politik dan proses pendidikan yang berdasarkan
pluralisme. Kebiasaan mengkomunikasikan perbedaan secara benar dan cerdas dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena konstelasi politik berpengaruh
secara tidak langsung terhadap kondisi kehidupan penduduk Indonesia. Melalui
penerapan pedagogi kritis ini, diharapkan Pancasila berkembang menjadi ideologi
yang mempersatukan suku, budaya, dan agama. Meski pluralisme masih menjadi
ancaman, setidaknya sekolah adalah salah satu institusinya.  (Wisarja, 2017).
Nilai kesadaran dalam berpikir dan dalam pengambilan keputusan
membutuhkan kondisi khusus untuk masuk ke ranah pembentukan pikiran karena
adanya dialektika pikiran. Satu hal yang disepakati di sini adalah tingkat kesadaran
nilai yang telah terbelenggu melalui pendidikan melalui berbagai “kepentingan”.
Seseorang dapat meramalkan tahap berikutnya di mana pendidikan, jika tidak gudang
pengetahuan dan informasi, digunakan sebagai arena "ideologi hegemonik" yang
membatasi semua bentuk pemikiran bebas dan kritis. Gagasan tentang model
pendidikan seperti itu sangat berbahaya bagi generasi yang cara berpikirnya secara
tidak sadar diselaraskan dengan kepentingan kelompok tertentu. Terlepas dari jalur
wacana mana yang diambil, apakah di luar paradigma pendidikan konservatif dengan
hasil sekresi yang berbeda, itu tidak dapat menawarkan kesempatan kepada individu
untuk mengarah pada pemikiran yang tercerahkan. Bahkan tidak menutup
kemungkinan bahwa masalah paradigmatik ini jelas dapat menciptakan kebutuhan
modal yang berlebihan untuk bertahan hidup melalui penyebaran model-model yang
mempersulit individu untuk berperan sebagai subjek dan memperoleh pengetahuan
melalui pendidikan.
Jika pendidikan adalah bentuk kesadaran, maka dapat dikatakan penuh dengan
kebajikan dan perbaikan hidup untuk mengatasi tantangan hidup. Paradigma kedua
menekankan pada kata “liberal”, yang secara umum merepresentasikan kebebasan
dalam segala bentuk pemikiran, namun tetap mengacu pada koridor-koridor yang
telah dibuat sebelumnya dan tidak serta merta berani meninggalkan tatanan
kesadaran, meskipun ada upaya untuk menutupnya, demi melestarikannya. .
Paradigma pendidikan kritis di Indonesia; Dilihat dari pembukaan UUD 1945
yang berbunyi: "…berkonstribusi dala pembentukan kehidupan rakyat dan
berkontribusi dalam mewujudkan ketertiban dunia...". Jelas bahwa ada kesepakatan
mulia yang harus dijadikan sebagai dasar dan acuan utama dalam menetapkan
kebijakan di segala bidang pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia. Kemajuan
suatu bangsa dapat diukur dari kualitas pendidikannya. Artinya, semakin tinggi
tingkat pendidikan suatu bangsa, maka secara tidak langsung semakin maju pula
negara tersebut. Mengapa? Peningkatan kualitas pendidikan juga mempengaruhi
kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu tidak sulit menjadikan manusia cerdas
dan berwawasan tinggi. Namun ternyata hal tersebut tidak semudah yang
dibayangkan, karena berbagai aspek internal seperti pengambil keputusan dan aktor
(birokrasi administratif) menentukan nilai kebijakan pendidikan. Belum lagi masalah
“isi” pendidikan itu sendiri, sarat akan nilai-nilai penting dan dimana pendidikan itu
sendiri tidak lepas dari ideologi dan paradigma apa yang digunakan dan dicapai dalam
keteladanan.
Sebuah solusi tujuan ganda yang baru adalah memasukkan kritik nilai, yang
terdiri dari pengabaian rutinitas, ke dalam kelas. Pembagian ini bukanlah tugas yang
mudah karena budaya pelanggan-pelanggan masih kuat. Konservatisme dan
liberalisme merupakan keunggulan dalam arti keberadaannya selama ini tidak
mempengaruhi arah dan perkembangan pemahaman tentang eksistensi pendidikan.
Pada saat yang sama, identifikasi ideologi itu sendiri juga merupakan proyek
spekulatif yang mendorong munculnya ketegangan-ketegangan baru yang dapat
diperkuat
KESIMPULAN

Penggunaan ideologi dalam pendidikan diperlukan dari konsep cita-cita dan nilai-
nilai yang secara konkrit membentuk apa yang kita yakini dan kita pertahankan. Ideologi
pendidikan intelektual bertujuan untuk mengatasi identitas dan kesadaran akan kemungkinan
lain. Ideologi ini menganggap bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang berbeda. Itulah
sebabnya pendidikan harus menggali dan menemukan potensi setiap individu. Bentuk-bentuk
ideologis yang mempengaruhi pendidikan dibagi menjadi enam bentuk: Ideologi
fundamentalisme, ideologi intelektualisme, ideologi konservatisme, ideologi liberalisme
(ideologi liberal), ideologi liberalisme (ideologi pembebasan) dan ideologi kritik.

Pengaruh ideologi kritis terhadap pendidikan, karena tugas utama pendidikan itu
sendiri adalah menciptakan ruang sikap kritis terhadap sistem dan struktur yang tidak adil
serta membongkar dan mempertahankan sistem sosial yang lebih adil. tingkat berikutnya, di
mana pendidikan, sebaliknya gudang pengetahuan dan informasi, digunakan sebagai situs
"ideologi hegemonik" yang membatasi semua bentuk pemikiran bebas dan kritis. Paradigma
kedua menekankan pada kata “liberal”, yang secara umum merepresentasikan kebebasan
dalam segala bentuk pemikiran, namun tetap mengacu pada koridor-koridor yang telah dibuat
sebelumnya dan tidak serta merta berani meninggalkan tatanan kesadaran, meskipun ada
upaya untuk menutupnya, demi melestarikannya.
DAFTAR PUSAKA

Apple, M. (2004). Ideology and Curriculum. 3 rd Edition. New York & London:
RoutledeFalmer.

Al-Farisi, Muhammad Riswar. (1982). Manusia Dalam Prespektif Islam. Surabaya: Hikamah
semesta

Bagus, Lorens. (2002). Kamus Filsafat. Jakarta: OT Gramedia

Budiarta, I Wayan. (2019). Pancasila Sebagai Ideolog Pendidikan Kritis Dan Holistik Di
Indonesia. Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasial dan Kewarganegaraan.
Vol 1.

Fakih, Mansour, Ideologi dalam Pendidikan, dalam pengantar buku William. F O’neil,

Hatta, Mohammad. (2000). Sosialisme religious: Suatu Jalan Keempat. Yogyakatya: Kreasi
wacana.

Merentek, Theo Chanra. n.d. Kebijakan Pendidikan. UKIT Press.

Nasution, Hasnah, dkk. (2022). Berdamai Dengan Pemerintah : Sejarah Dan Ideologi PTKIS
Salafi Di Indonesia. Medan: Merdeka Kreasi Group.

O’Neil, William F. (2001). Ideologi-ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tilaar, H.A.R. (2009). Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan Nasional dalam
Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta

Tilaar, H.A. R. (2012). Perubahan sosial dan Pendidikan: pengantar pendagogik


transformative untuk Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Wisarja, Ketut. (2017). Refleksi Kritis Ideologi Pendidikan Konservatisme Dan Libralisme
Menuju Paradigma Baru Pendidikan.” Journal Of Education Research And
Evaluation 1: 4.

Anda mungkin juga menyukai