Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IDEOLOGI KRITIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas


Mata Kuliah: Sosial dan Politik Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Fatchurrahman, S.Ag. M.Pd

Disusun oleh:

Titis Sekar Ningrum, S. Pd. (12010220035)


Salsabila Assyifa Putri, S. Sos. (12010220040)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SALATIGA
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ideologi dan pendidikan sejatinya adalah hal yang tidak terpisahkan. Para
eksponen pedagogi kritis (critical pedagogy) sejak lama menyadari hal ini dalam
banyak kajian mereka. Ideologi dan kurikulum sebenarnya saling berkaitan, karena
ideologi memperngaruhi praktik reproduksi ekonomi dan sosial di sekolah-sekolah,
salah satunya dalam wujud kurikulum tersebunyi (Michel Apple, 2004). Dengan itu
melalui kurikulum, ideologi tertentu yang mewujud dalam pandangan dunia tertentu
dan juga nilai-nilai, tradisi bahkan sikap politik tertentu diwariskan untuk dipelajari
dan dipahami siswa-siswi di sekolah.
Dalam konteks praksis pendidikan di Indonesia, tampak hanya beberapa
akademisi yang pernah mengulasnya secara rinci. Di antaranya adalah (H.A.R Tilaar,
2009) yang menjelaskan bagaimana kekuatan-kekuatan global dan perubahan arah
politik nasional setelah reformasi politik 1998 seperti desentralisasi dan otonomi
daerah, mempengaruhi arah pembangunan pendidikan nasional Indonesia. Uraian
Tilaar menunjukkan bahwa kekuatan global yang memiliki pengaruh besar terhadap
perubahan sosial termasuk pada dunia pendidikan bukan hanya berupa ekonomi,
politik, dan militer melainkan juga ideologi dan budaya. Masalah Pendidikan
merupakan masalah yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari selurung
rangkaian kehidupan manusia.
Kebanyakan manusia memandang pendidikan sebagai sebuah kegiatan mulia
yang akan mengarahkan manusia pada nilai-nilai yang memanusiakan. Pandangan
bahwa penidikan sebagai kegiatan yang sakral dan mulia telah lama diyakini oleh
manusia seperti tokoh dekade 70 an, Paulo Freire melontarkan kritikan yang sangat
mendasar dan menyadarkan bahwa Pendidikan selama ini diyakini dan disakralkan
mengandung nilai-nilai kebajikan-kebajikan tetapi ternyata mengandung penindasan
(Mansour Fakih, 2002). Ideologi memang penting dikaji karena berkaitan dengan
Pendidikan dan sangat banyak pengaruhnya. Ideologi pada hakikatnya mewujud
dalam kepentingan politik dan kekuasaan rezim. Pada artikel ini akan dibahas lebih
lengkap mengenai bagaimana ideologi kritis dan pengaruhnya terhadap sisitem
Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam Ideologi Pendidikan?
2. Bagaimana pengaruhnya Ideologi Kritis dalam Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ideologi Pendidikan
Ideologi berasal dari Bahasa Yunani idea dan logos (studi tentang ilmu
pengetahuan). Secara harifah, dalam metafisika klasik ideologi merupakan ilmu
pengetahuan tentang ide-ide, studi tentang asal susul ide. Jadi secara simpulan
ideologi merupakan ilmu atau kajian yang membahas suatu keyakinan atau gagasan
tertentu (Mohammad Hatta, 2000). Dalam pengertian modern ideologi mempunyai
arti negative sebagai teorisasi atau spekulasi dogmatic dan khayalan kosong yang
tidak realistis, bahkan menutup-nutupi realitas yang sebenarnya. Tetapi dalam
pengertian secara umum, ideologi merupakan sistem gagasan yang mempelajari
keyakinan-keyakinan dan hal-hal ideal filosofis, ekonomis, politis, dan sosial (Lorens,
2000).
Ideologi memiliki tiga kunci yaitu: ideologi menggambarkan karakteristik
alam, masyarakat maupun keduanya dan hanya bisa dikaji melalui pengkajian secara
empiris, adanya perhitungan hubungan antara apa yang dilakukan dengan apa yang
seharusnya dilakukan, ideologi tidak hanya dipercayai oleh kelompok tertentu
melainkan diyakini sedemikian rupa sehingga merumuskan sebagian keberadaan
(eksistensi sosial) mereka serta keyakinan-keyakinan yang mencerminkan kehidupan
sosial tertentu (Munawir, 2016).
Menurut O'Neil dalam Nasution (2022), ada enam bentuk ideologi yang
mempengaruhi pendidikan. Ideologi yang terkandung dalam pendidikan membentuk
ideologi pendidikan, yaitu; (1)ideologi fundamentalisme, (2) ideologi intelektualisme,
(3) ideologi konservatisme, (4) ideologi liberalisme (liberal ideology), (5) ideologi
liberiganisme (ideologi pembebasan) dan (6) ideologi kritisme.
1. Ideologi fundamentalis.
Ideologi fundamentalis dalam pendidikan berkaitan langsung dengan moralitas
sebagai sesuatu yang harus tampak dan hadir dalam pendidikan. Ideologi
fundamentalis menjadikan moralitas sebagai sumber utama penyelenggaraan
pendidikan, oleh karena itu segala bentuk pendidikan yang dilakukan sebagai
proses pendidikan dan pengajaran moral tertanam di dalamnya. Moralitas, yang
muncul sebagai ideologi, berawal dari sistem nilai yang diasuh dan didukung oleh
masyarakat. Oleh karena itu, ideologi fundamentalis menjadikan pendidikan
sebagai arena pendidikan moral. Implementasi moralitas melalui pendidikan
membentuk pendidikan sebagai sistem pengajaran dan penerapan moralitas itu
sendiri sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang dipraktikkan merupakan
bentuk proses perwujudan moralitas dalam kerangka pendidikan dan
lingkungannya.
2. Ideologi intelektual
Ideologi intelektual sebagai representasi pendidikan yang memanifestasikan
dirinya sebagai institusi yang berurusan dengan intelektual. Ideologi intelektual
menuntut agar pendidikan dapat menjadi tempat pembentukan kecerdasan pada
individu atau kelompok yang terlibat. Inti gagasan atau pemikiran ideologi
intelektualis adalah memantapkan diri sebagai pribadi yang terbuka dan universal
terhadap segala bentuk kebenaran yang ada. Kaum intelektual menekankan bahwa
kebenaran adalah sesuatu yang harus dihormati dan dicapai dengan menerima
adanya keragaman dalam kandungan nilai-nilai yang dikandungnya.
Ideologi pendidikan intelektualis bertujuan untuk menyikapi identitas dan
kesadaran akan potensi masing-masing. Ideologi ini menganggap bahwa semua
orang memiliki potensi yang berbeda-beda. Itulah sebabnya pendidikan harus
menggali dan menemukan potensi setiap individu. Sehingga potensi yang ada
dimanfaatkan dan dihayati sebagai karunia rohani dalam prosesnya. Ideologi
intelektualis juga merupakan bagian darinya dan menemukan potensi yang
dimiliki setiap orang. Sehingga potensi yang ada dimanfaatkan dan dihayati
sebagai karunia rohani dalam prosesnya. Ideologi intelektual juga merupakan
bagian penting dari proses pembentukan kecerdasan dan kelangsungan hidup
negara. Ideologi ini dapat dijadikan instrumen atau sarana bagi negara untuk
menghadirkan individu atau kelompok yang membawa kebaikan bagi negara
melalui seluruh potensi kecerdasannya.
3. Ideologi konservatif
Ideologi konservatif adalah suatu bentuk gagasan atau konsep yang berusaha
mempertahankan dan melestarikan unsur-unsur idealis masa lalu. Konservatis
adalah cara berpikir yang meyakini bahwa kebaikan hidup dapat diwujudkan
dengan menggunakan sistem nilai masa lalu sebagai acuan dalam pembentukan
nilai. Ideologi konservatis cenderung lebih menitikberatkan pada upaya untuk
meneguhkan dan memelihara tradisi yang ada, dengan fokus utama pada masa lalu
dan masa kini. Masa lalu itu sendiri sebagai bentuk sistem nilai yang diidealkan
yang berlaku hingga saat ini, oleh karena itu ideologi dalam pendidikan selalu
berusaha mengacu pada masa lalu ketika membentuk cita-cita dan standar dalam
pendidikan.
Pendidikan yang berlandaskan ideologi konservatif muncul sebagai upaya
menghidupkan kembali tradisi masa lalu dalam konteks kekinian berupa proses
pendidikan yang sulit menerima perubahan masyarakat. Dalam praktiknya,
ideologi konservatif itu terbagi dalam dua bentuk: konservatisme agama, yang
menitikberatkan pada upaya melestarikan tradisi turunan agama untuk diterapkan
dalam kehidupan, dan konservatif sekuler, yang menekankan sikap harus
memisahkan kehidupan dari unsur-unsur agama.
4. Ideologi liberal
Ideologi liberal dalam pendidikan sebagai konsep atau bentuk gagasan yang
bertujuan untuk merepresentasikan ruang pendidikan yang terbuka dan setara.
Keterbukaan sebagai prasyarat terselenggaranya pendidikan yang sama dalam
semua komponennya. Ideologi liberal mengajarkan sikap egaliter, yang
membutuhkan penerimaan dan penghormatan dari semua pihak. Ideologi liberal
menekankan keharusan. Ideologi liberal menggaris bawahi perlunya mengubah
tatanan sosial masyarakat, karena upaya reformasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari ideologi ini. Ideologi liberal menjadikan reformasi sebagai
komponen penting dalam pencarian tatanan sosial yang merespon perkembangan
dan perubahan masyarakat.
Ideologi liberal menjadikan lembaga pendidikan sebagai alat untuk mengubah
kehidupan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, ideologi liberal juga
mempersiapkan peserta didik menjadi kelompok yang mau bersaing dan meraih
masa depan kehidupan dengan menitikberatkan pada latihan berpikir kritis dalam
segala bentuk. Ideologi liberal juga menekankan bahwa pendidikan merupakan
“laboratorium hidup” yang terintegrasi dengan kehidupan nyata, sehingga segala
komponennya mampu menciptakan kehidupan yang canggih dan modern. yang
bertujuan untuk menghidupkan kembali kesadaran umat manusia, menjadikan
manusia benar-benar sehat. Kemanusiaan yang tidak dapat diganggu gugat
menjadi nilai universal humanisme sebagai landasan ideologi yang menempatkan
kemanusiaan sebagai pusat pemikiran. Ideologi liberalisme mampu memberikan
ruang seluas-luasnya bagi upaya memberikan kebebasan kepada semua komponen
yang terlibat di dalamnya untuk berkembang melalui landasan normatif
kemanusiaan. Humanisme menjadi penting bagi teologi ini karena pendidikan
melalui nilai-nilai tersebut benar-benar menjadikan manusia sebagai makhluk
yang menghargai dan menghargai nilai kemanusiaan
Ideologi liberalisme memanusiakan proses pendidikan manusia sebagai
tingkatan tertinggi karena pendidikan hanya dapat dilaksanakan dan
dikembangkan dari orang itu sendiri. Ideologi liberalisme mendukung kebebasan
berekspresi, sehingga lembaga pendidikan juga merupakan tempat ekspresif
semua komponen yang bertujuan untuk menemukan nilai-nilai kemanusiaan
sebagai dasar setiap sikap dan langkah. Ideologi liberalisme juga menjadikan
rasionalisme sebagai bagian sentral dari kegiatan pendidikan, karena rasionalisme
dapat digunakan untuk mengembangkan pendidikan. Karena melalui rasionalisme,
pendidikan dapat lebih terbuka dan nilai ilmu yang dihasilkan dan diajarkan dapat
tercapai.
5. Ideologi anarkis
Ideologi anarkisme menampilkan masyarakat sebagai elemen utamanya,
sehingga individu dianggap berharga dalam bergabung dengan kelompok
masyarakat. Ideologi anarkisme dalam pendidikan menekankan pada pengalaman
sosial sebagai bagian inti dari pendidikan, sehingga pendidikan tidak hanya
terbatas pada lembaga pendidikan formal, tetapi seluruh aktivitas kehidupan
merupakan bagian dari pendidikan itu sendiri. Ideologi anarkisme menjadikan
masyarakat sebagai elemen penting karena pendidikan yang baik menciptakan
masyarakat yang baik, yaitu dalam proses pendidikan yang layak. Mendisiplinkan
dan membentuk moralitas seluruh unsur pendidikan, sehingga melalui upaya
keterbukaan masyarakat, pendidikan dipandang berhasil, dan semua produksi ilmu
pengetahuan juga harus mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan
masyarakat.
6. Ideologi Kritis
Sistem Pendidikan merupakan arena perjuangan politik. Ideologi kritis
menghendaki Pendidikan sebagai sarana perubahan struktural dan sistem secara
fundamental dalam politik, ekonomi, serta gender. Bagi penganut paham
Pendidikan kritis, diskriminasi kelas serta gender dalam masyarakat tercermin
pula dalam dunia pendidikan. Sehingga kaum kritis mempunyai kehendak berbeda
dengan penganut paham pendidikan liberal. Penganut paham liberal Pendidikan
harus terlepas dari persolan kelas dan gender dalam masyarakat, namun kritis
menghendaki melekat denganya. Utama dari paham ideologi kritis adalah
melakukan refleksi kritis kearah transformasi sosial. Tugas utama pendidikan
yaitu menciptakan ruang berfikir serta bertindak untuk selalu kritis terhadap
keadaan system serta struktur yang tidak adil dan menindas.
Merentek juga menyebutkan adanya ideologi kritis radikal di mana politisi
berjuang untuk mendidik orang-orang penting ini. Ideologi kritis ini menyerukan
pendidikan sebagai kendaraan untuk perubahan struktural mendasar dalam politik,
ekonomi dan gender, jika pendidikan ingin mempertahankan status quo bagi kaum
konservatif dan mencapai perubahan moderat bagi kaum liberal. Berikut argumen
para kritikus (Merentek, n.d.):
1. Diskriminasi rasial dan gender terjadi baik dalam masyarakat maupun
pendidikan. Akibatnya, kelompok kritis-radikal dan liberal berselisih karena
pendidikan dianggap tidak relevan dengan isu-isu sosial seperti kelas dan gender. 
2. Refleksi kritis terhadap ideologi dominan perubahan sosial merupakan inti dari
pendidikan.
3. Pendidikan tidak bisa netral, objektif dan terlepas dari masyarakat (seperti yang
disarankan positivisme). Tugas utama pendidikan adalah menciptakan lingkungan
di mana siswa dapat selalu berpikir dan bertindak kritis terhadap sistem dan
struktur yang menindas. Untuk membuat adanya desakan secara sadar
membudayakan ideologi Pancasila untuk mencegah radikalisme ini. Ini termasuk
menyuntikkan "proses reproduksi". Diharapkan penerapan pada level ini dapat
berbentuk pedagogik (edukatif). Bertolak dari pedagogi ini, ideologi Pancasila
harus diterapkan, yang juga diharapkan dapat diwujudkan sebagai acuan analisis
dalam pembentukan pengetahuan, nilai, keinginan, dan relasi sosial. Pedagogi ini
disebut pedagogi kritis, suatu aplikasi yang dapat dilihat dari perspektif
mempelajari pedagogi kritis itu sendiri. Dalam ideologi kritis penting agar
pendidikan berpikir kritis terhadap ideologi yang dominan, yaitu ke arah
perubahan sosial. Transformasi sosial yang secara praktis menekankan
pembelajaran sebagai proses yang melibatkan pemahaman, kritik, produksi, dan
penggunaan informasi sebagai alat untuk memahami dan mengubah realitas.
Di antara berbagai ideologi pendidikan tersebut di atas, terlihat bahwa
pendidikan sebagai tempat terwujudnya pembelajaran tidak memiliki “warna
tertentu”, tetapi memiliki warna yang berbeda dan unik serta saling melengkapi.
Bentuk-bentuk ideologi pendidikan juga menunjukkan subyektifitas lembaga
pendidikan, oleh karena itu pemilihan ideologi sangat berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses mewujudkan pembentukan kelompok. Jika dikaitkan dengan
pendidikan Islam, maka dapat dikemukakan tentang ideologi pendidikan yaitu
pendidikan Islam. juga merupakan proses pendidikan di bawah pengaruh unsur-unsur
ideologis. Lebih khusus lagi, beberapa sarjana ideologi pendidikan Islam telah
berupaya menciptakan tipologi ideologis berdasarkan tren dan praktik pendidikan
yang dipraktikkan selama ini.  
B. Pengaruh Ideologi Kritis Terhadap Pendidikan
Tugas utama pendidikan itu sendiri adalah menciptakan ruang bagi sikap kritis
terhadap sistem dan struktur yang tidak adil serta membongkar dan mempertahankan
sistem sosial yang lebih adil. Pada akhirnya, menyentuh dan mempelajari Pancasila, ia
dapat memahami bahwa semua hubungan sosial yang didasarkan pada nilai, budaya,
dan tradisi selalu memiliki konsekuensi politik bagi mereka yang berkuasa. Oleh
karena itu, ia wajib membedakan antara pengaruh politik dan proses pendidikan
dengan dasar kemajemukan. Sebagai cara mengkomunikasikan perbedaan secara
benar dan cerdas dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena
konstelasi politik berpengaruh secara tidak langsung terhadap kondisi kehidupan
penduduk Indonesia. Melalui penerapan pedagogi kritis ini diharapkan dapat
mengembangkan Pancasila menjadi ideologi yang memadukan suku, budaya dan
agama. Meski pluralisme masih menjadi ancaman, setidaknya sekolah adalah salah
satu institusinya Siapa yang harus peduli dengan pendidikan karakter karena
pendidikan adalah bagian dari perjalanan injeksi virus anti teroris (Wisarja, 2017).
Nilai kesadaran dalam berpikir dan mengambil keputusan membutuhkan
kondisi khusus untuk memasuki ruang lingkup hasil konstruksi pikiran sebagai hasil
dari dialektika pikiran yang sudah ada. Satu hal yang harus disepakati di sini adalah
keadaan kesadaran nilai yang sampai saat ini terbelenggu oleh pendidikan melalui
berbagai “kepentingan”. Bisa dibayangkan fase selanjutnya di mana pendidikan yang
notabene gudangnya ilmu pengetahuan dan informasi dijadikan sebagai tempat
“ideologi hegemonik” yang membatasi segala bentuk pemikiran bebas dan kritis.
Persepsi pola pendidikan seperti itu sangat berbahaya bagi generasi yang pola
pikirnya tanpa disadari dibentuk untuk melayani kepentingan kelompok tertentu. Jalan
wacana apa pun yang dibuat, apakah itu keluar dari paradigma pengajaran konservatif
dengan hasil sekresi yang berbeda, tidak dapat memberikan kesempatan kepada
individu untuk mengarah pada pemikiran yang tercerahkan. Bahkan tidak menutup
kemungkinan bahwa persoalan paradigmatik ini dapat menciptakan kebutuhan modal
yang jelas berlebihan untuk bertahan hidup melalui menjamurnya model-model yang
mempersulit individu untuk berfungsi sebagai subjek melalui pendidikan dalam
menerima informasi. Jika pendidikan adalah bentuk kesadaran, maka bisa dikatakan
penuh dengan kebajikan dan meningkatkan kehidupan manusia dalam menghadapi
tantangan hidup. Paradigma kedua menekankan pada kata “liberal”, yang secara
umum merepresentasikan kebebasan dalam segala bentuk pemikiran, namun tetap
terhubung dengan koridor yang telah dibuat sebelumnya dan tidak berani langsung
meninggalkan tatanan kesadaran tersebut, bahkan berusaha untuk melestarikannya.
Paradigma Kritis Pendidikan di Indonesia; Dilihat dari Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, yang berbunyi: "...berkontribusi dalam pembentukan kehidupan
rakyat dan berkontribusi dalam mewujudkan ketertiban dunia...". Jelaslah bahwa ada
kesepakatan mulia yang harus dijadikan sebagai dasar dan acuan utama untuk
menetapkan kebijakan dalam segala bidang pendidikan, khususnya pendidikan di
Indonesia.
Ukuran kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas pendidikan suatu
bangsa. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan suatu bangsa, maka secara tidak
langsung semakin maju pula negara tersebut. Mengapa? Peningkatan kualitas
pendidikan juga berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu tidak
sulit menjadikan manusia cerdas dan berwawasan tinggi. Namun ternyata hal tersebut
tidak semudah yang dibayangkan, karena berbagai aspek internal seperti pengambil
keputusan dan aktor (birokrasi administratif) menentukan nilai kebijakan pendidikan.
Belum lagi masalah “isi” pendidikan itu sendiri, sarat akan nilai-nilai penting dan
dimana pendidikan itu sendiri tidak lepas dari ideologi dan paradigma apa yang
digunakan dan dicapai dalam keteladanan.
Sebuah solusi baru dengan dua tujuan adalah mengintegrasikan nilai kritik,
yang terdiri dari pengabaian rutinitas, ke dalam suasana kelas. Pembagian ini
bukanlah tugas yang mudah mengingat budaya customer-to-customer masih kental.
Konservatisme dan liberalisme merupakan keunggulan dalam arti keberadaannya
selama ini belum mempengaruhi arah dan perkembangan pemahaman tentang
eksistensi pendidikan. Pada saat yang sama, pengakuan ideologi salah satunya juga
merupakan proyek spekulatif yang mendukung munculnya ketegangan baru yang
dapat diperparah oleh konflik dalam desain pelatihan. 
Kesimpulan

Penggunaan ideologi dalam pendidikan merupakan keharusan dari adanya konsep


cita-cita dan nilai-nilai secara ekplisit dirumuskan, dipercayai, dan diperjuangkan. Ideologi
pendidikan intelektualis bertujuan untuk menyikapi identitas dan kesadaran akan potensi
masing-masing. Ideologi ini menganggap bahwa semua orang memiliki potensi yang
berbeda-beda. Itulah sebabnya pendidikan harus menggali dan menemukan potensi setiap
individu. Bentuk ideologi yang mempengaruhi pendidikan dibagi 6 yaitu: ideologi
fundamentalisme, ideologi intelektualisme, ideologi konservatisme, ideologi liberalisme
(liberal ideology), ideologi liberiganisme (ideologi pembebasan) dan ideologi kritisme.

Pengaruh ideologi kritis dalam Pendidikan karena Tugas utama pendidikan itu sendiri
adalah menciptakan ruang bagi sikap kritis terhadap sistem dan struktur yang tidak adil serta
membongkar dan mempertahankan sistem sosial yang lebih adil. fase selanjutnya di mana
pendidikan yang notabene gudangnya ilmu pengetahuan dan informasi dijadikan sebagai
tempat “ideologi hegemonik” yang membatasi segala bentuk pemikiran bebas dan kritis.
Paradigma kedua menekankan pada kata “liberal”, yang secara umum merepresentasikan
kebebasan dalam segala bentuk pemikiran, namun tetap terhubung dengan koridor yang telah
dibuat sebelumnya dan tidak berani langsung meninggalkan tatanan kesadaran tersebut,
bahkan berusaha untuk melestarikann.
DAFTAR PUSAKA

Apple, M. (2004). Ideology and Curriculum. 3 rd Edition. New York & London:
RoutledeFalmer.

Al-Farisi, Muhammad Riswar. (1982). Manusia Dalam Prespektif Islam. Surabaya: Hikamah
semesta

Bagus, Lorens. (2002). Kamus Filsafat. Jakarta: OT Gramedia

Budiarta, I Wayan. (2019). Pancasila Sebagai Ideolog Pendidikan Kritis Dan Holistik Di
Indonesia. Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasial dan Kewarganegaraan.
Vol 1.

Fakih, Mansour, Ideologi dalam Pendidikan, dalam pengantar buku William. F O’neil,

Hatta, Mohammad. (2000). Sosialisme religious: Suatu Jalan Keempat. Yogyakatya: Kreasi
wacana.

Merentek, Theo Chanra. n.d. Kebijakan Pendidikan. UKIT Press.

Nasution, Hasnah, dkk. (2022). Berdamai Dengan Pemerintah : Sejarah Dan Ideologi PTKIS
Salafi Di Indonesia. Medan: Merdeka Kreasi Group.

O’Neil, William F. (2001). Ideologi-ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tilaar, H.A.R. (2009). Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan Nasional dalam
Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta

Tilaar, H.A. R. (2012). Perubahan sosial dan Pendidikan: pengantar pendagogik


transformative untuk Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Wisarja, Ketut. (2017). Refleksi Kritis Ideologi Pendidikan Konservatisme Dan Libralisme
Menuju Paradigma Baru Pendidikan.” Journal Of Education Research And
Evaluation 1: 4.

Anda mungkin juga menyukai