Anda di halaman 1dari 2

Nama : Bekti Amprillah

NIM : 21210181000008
Matkul : Desain dan Pengembangan Kurikulum
Semester : 1 Magister Manajemen Pendidikan Islam

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM FRIERE HUMANISTIK DAN PENDIDIKAN KRITIS

Kurikulum seharusnya disusun tidak hanya aspek pengetahuan saja yang ditekankan akan
tetapi semua aspek seperti keterampilan dan sikap peserta didik. kurikulum yang mengutamakan
ilmu pengetahuan saja atau mengutamakan sains dan teknologi disebut kurikulum neoliberalisme
yang bertujuan agar lulusan (individu dan bangsa) mampu bersaing di pasar bebas. Kurikulum
harusnya bermuara pada kepentingan individu/ humanisasi dimana perubahan sikap dan
keterampilan juga diatur dalam kurikulum seperti yang telah dijelaskan oleh Freire bahwa
kurikulum bukan sekedar menghasilkan pekerja yang professional namun lebih ke humanisasi/
individu seseorang tersebut. Kurikulum neoliberalisme ini mendidik peserta didik untuk mengamati
fenomena tanpa pertimbangan, memahami dunia berdasarkan konsesus resmi, melaksanakan
perintah tanpa mempertanyakannya, seakan-akan masyarakat yang terbentuk sudah baik-baik saja
tanpa adanya perubahan. Pelajarannya lebih menekankan pada techniques, bukan kontak kritis
dengan realitas. Kurikulum yang seperti ini bisa menjerumuskan pola pemikiran individu yang
salah, jika isi pendidikan hanya berisi iptek dan teknologi saja maka hal tersebut dapat membius
orang dan orang cenderung tidak akan menyadari konteks yang ada, mereka hanya menjadi
operator dari system yang telah ada tanpa bertanya apakah system tersebut sudah baik dan benar.
Peranan pendidik dalam model pembelajaran Paulo Freire ini sangat penting, pendidik dalam
hal ini berperan sebagai rekan kerja peserta didik, mereka berinteraksi dan membangun
pengetahuan bersama melalui dialog, bersama menamai dan merubah dunia. Pendidik juga berperan
memacu semangat peserta didik dalam menumbuhkan rasa ingin tahu dengan bertujuan mereka
sama-sama dapat berfikir secara kritis. Peranan pendidik menurut Freire dijelaskan sebagai berikut:1
1. Mempelajari objek
2. Menghargai manusia
3. Mengajar mengembangkan berpikir kritis
4. Mengahrgai pengetahuan peserta didik
Dalam hal ini pendidik bersama peserta didik mengembangkan pemikiran mereka secara
kritis, pendidik tidak hanya mengajar dan peserta didik pun bukan hanya pendengar yang semata-
mata patuh akan tetapi juga sebagai penyelidik yang kritis. Pendidikan yang memberi kebebasan
kepada peserta didik justru akan memberikan ruang agar peserta didik lebih bebas dalam
berekspresi, berfikir dan berperan aktif dalam pembelajaran. Apabila pendidik yang berperan aktif
maka akan terjadi pembelajaran yang tidak timbal balik dimana peserta didik berperan pasif dalam
pembelajaran. Hal ini seperti dijelaskan oleh Freire dalam bukunya Pedagogy Of The Oppressed
(Paulo Freire, 2006:72) bahwa konsep pendidikan “gaya bank” adalah model pembelajaran yang
pengaplikasiannya hanya satu arah yang biasa disebut monologis. Asumsinya bahwa pengetahuan
merupakan anugrah yang dihibahkan oleh mereka (guru) yang menganggap dirinya berpengetahuan
1
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314121110122.pdf
kepada mereka (peserta didik) yang dianggap tidak memiliki pengetahuan apa-apa. Menganggap
bodoh secara mutlak pada orang lain. Hal itu menunjukan ciri dari ideologi penindasan, yang
berarti mengingkari pendidikan dan pengetahuan sebagai pencarian jati diri manusia seutuhnya.
Konsep Pendidikan Kritis (pedagogik kritis) atau pedagogik pembebasan merupakan suatu
bentuk penyadaran dengan tujuan pembebasan peserta didik terhadap ketertindasan saat proses
pencarian pengetahuan. Ketertindasan ini muncul akibat konsep pendidikan gaya bank tersebut.
Konsep pendidikan gaya bank inilah yang akhirnya membebaskan peserta didiknya dan mendorong
agar mereka dapat berfikir kritis, hal ini memunculkan seorang tokoh bernama Paulo Freire sebagai
pencetus/ tokoh perintis pendidikan kritis.2
Paulo Freire menjelaskan ide-ide pendidikan kritis yang ia cetuskan mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Pedagogik yang ia kemukakan haruslah bersifat pendidikan yang membebaskan
2. Pedagogik yang otentik adalah tindakan kultural yang politis
3. Pendidikan tradisional menerapkan metode bank
4. Pendidikan dialogis adalah pendidikan yang menantang masalah-masalah
Karakteristik pendidikan humanis/ pembebasan dalam konteks pembelajaran bisa diartikan
bahwa posisi antara kepala sekolah, guru dan peserta didik menjadi sederajat, tidak ada diskriminasi
dan mempunyai tanggung jawab yang sama dalam dialog dan saling menghargai sebagai manusia
merdeka. Interaksi edukasi yang terjadi dalam learning community semestinya peserta didik aktif
melakukan investigasi ke pihak lain, guru, teman atau orang lain yang mungkin dapat membantu
menemukan jawaban dari keingintahuan tentang suatu hal. 3 Metode komunikasi yang seperti ini
dinamakan dengan metode dialogis.
Metode dialogis merupakan upaya yang dilakukan terhadap pendidikan gaya bank proses
yang disebut dialogis ini tidak bersifat teoritis. Proses ini tidak melibatkan dua orang untuk
mengamati dunia. Dalam hal ini tugas pendidik adalah mengajukan pertanyaan, menghadapkan
siswa pada dunia, bukan menyediakan jawaban atau mendefinisikan dunia

2
Alfina Mabruroh, Analisis Pendidikan Kritis Paulo Freire Pada Pemanfaatan Ekstrakurikuler Teater Di Sekolah,
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3
Aulia Rahma, Pendidikan Humanis Paulo Freire Dalam Perspektif Islam, Lampung : Skrispi IAIN Raden Intan, 2017

Anda mungkin juga menyukai