Anda di halaman 1dari 26

KLASIFIKASI PENELITIAN

DAN MASALAH PENELITIAN


Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu :
Prof. Rusmin Tumanggor, M.A dan Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd

DISUSUN OLEH :
HAIKAL ADRIANSYAH 21210181000002
SISKA KOMALATARI 21210181000019
SYIFA NURDA MUAFFAH 21210181000037

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan nikmat iman, islam, dan kekuatan serta kelancaran sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
dengan judul “Klasifikasi dan Masalah Penelitian” dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad Saw., beserta keluarga serta para sahabatnya hingga
akhir zaman. Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Rusmin
Tumanggor, M.A., dan Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku Dosen mata
kuliah Metodologi Pendidikan yang telah membimbing kami untuk
menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai perilaku
kepemimpinan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan dan sangat teramat jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami berharap kritik dan saran demi perbaikan penulisan
makalah di masa yang akan datang. Kami juga berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pada para pembaca.

Ciputat, 20 September 2021

(Tim Penulis)

2
PEMBAHASAN
Dalam mengelompokkan pendekatan maupun jenis penelitian, para pakar
memiliki persepsi yang berbeda-beda. Sesuai dengan bagaimana cara memandang
(sudut pandang) masing-masing. Dapat diumpamakan, seseorang yang ingin
memberikan definisi pada sebuah mobil, ada yang melihat dari sisi dimana/siapa
(perusahaan apa) yang memproduksinya; Toyota, Honda, Suzuki, dan lain-lain.
Adapula yang melihat dari sisi strukturnya, ada; Sedan, Mini Bus, Mini Fun,
Truk dan lain-lain. Sama halnya dengan pendekatan penelitian dikelompokkan
dalam berbagai macam maupun jenis yang berbeda-beda, namun pendekatan
utama dalam penelitian ada dua; kuantitatif dan kualitatif.

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan utama (major approach) dalam penelitian adalah kuantitatif dan
kualitatif. Dua pendekatan ini mempunyai asumsi dan pijakan-pijakan filosofis
dan konsep yang berbeda. Perbedaan antara kedua pendekatan tersebut tidak
absolute. Para peneliti berpengalaman dapat memadukan kedua pendekatan
tersebut untuk meneliti suatu masalah.

1. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif didasarkan pada filsafat positivisme yang
menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif.
Maksimalisasi objektivitas dari penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan angka-angka pengolahan statistik, struktur dan percobaan
terkontrol. Penelitian kuantitatif ada yang bersifat eksperimental dan non
eksperimental. Penelitian kuantitatif menghasilkan Statistik melalui skala-
besar penelitian survey.

2. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

3
kelompok (Sukmadinata, 2006). Sedangkan menurut Dawson penelitian
kualitatif mengeksplorasi sikap-sikap, perilaku dan pengalaman-
pengalaman. (Dawson, 2010).
Penelitian kualitatif tidaklah seketat kuantitatif. Sebagai contoh,
keberadaan hipotesis dalam penelitian kulitatif tidaklah menjadi keharusan.
Sebab, penelitian kualitatif tidak berangkat dari asumsi-asumsi tentang suatu
masalah secara eksplorasi. Sehingga, proses penyelesaian masalah dapat
berkembang sesuai dengan kondisi penelitian. (Subana & Sudrajat, 2005).
Empat dasar filosofis yang berpengaruh terhadap penelitian kualitatif:

a) Fenomenologis, kebenaran sesuatu dapat diperoleh dengan cara


menangkap fenomena.
b) Interaksi simbolik, merupakan dasar kajian sosial. Prinsip interaksi simbol
John Dewey dan Bulmer ; dasar manusia bertindak adalah untuk
memenuhi kebutuhannya, proses bertindak seseorang merupakan produk
dari proses sosial, dan manusia bertindak dipengaruhi oleh fenomena lain
yang ada lebih dulu. Kebudayaan, hasil budi daya manusia. Ini akan
berpengaruh terhadap perilaku dan tindakan manusia.
c) Antropologi, dasar filosofis yang fokus pembahasannya berkaitan dengan
kegiatan manusia, normatif maupun historis. (Arikunto, 2002).

Perbedaan Kuantitatif dan Kualitatif


Telah di jelaskan di atas, bahwa secara filosofis penelitian kuantitatif
dan kualitatif memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dalam beberapa poin utama (karakteristik) sebagai berikut:

No. Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


1. Kejelasan unsur: tujuan, pendekatan, Kejelasan unsur: subjek sampel,
subjek, sampel,sumber data sudah sumber data tidak mantap dan rinci,
mantap, dan rinci sejak awal. masih fleksibel, timbul dan
berkembangnya sambel jalan

4
(emergent)
2. Langkah penelitian: segala sesuatu Langkah penelitian: baru diketahui
direncankan sampai matang ketika dengan mantap dan jelas setelah
persiapan disusun. penelitian selesai.

3. Hipotesis: (jika memang perlu) Hipotesis: Tidak mengemukakan


Mengajukan hipotesis yang akan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat
diuji dalam penelitian Hipotesis lahir selama penelitian
menentukan hasil yang diramalkan— berlangsung-tentatif. Hasil
a priori. penelitian terbuka.
4. Desain: dalam desain jelas langkah- Desain: desain penelitiannya adalah
langkah fleksibel dengan langkah dan hasil
penelitian dan hasil yang diharapkan. yang tidak dapat dipastikan
sebelumnya.

5. Pengumpulan data: kegiatan dalam Pengumpulan data: kegiatan


pengumpulan data memungkinkan pengumpulan data selalu harus
untuk diwakilkan. dilakukan sendiri oleh peneliti.
6. Analisis data: dilakukan sesudah Analisis data:dilakukan bersamaan
data terkumpul. dengan pengumpulan data.
Sumber: Suharsimi Arikunto, 2002:11

B. Jenis Penelitian
Jenis maupun pendekatan penelitian pada dasarnya terbentuk dari sudut
mana seseorang memandang. Frankel dan Wallen (1993) misalnya, membagi tipe
(jenis) penelitian kedalam; Eksperimental research, Correlational research,
Causal-comparative research, Survey research, Qualitative reseach, dan
Historical research.

5
Tidak terlalu berbeda dengan Frankel, Azwar (2004) membagi jenis
penelitian berdasarkan:

1. Pendekatan Analisisnya
a) Penelitian Kuantitatif
Pendekatan ini menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah
dengan metoda statistik. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada
penelitian inferensial (dalam rangka menguji hipotesis) dan menyandarkan kesi
mpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.
Pada umumnya penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar.

b) Pendekatan Kualitatif
Pendekatan ini menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif
dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena
yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Penekanan pendekatan
kualitatif bukan pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab
pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif
(Azwar, 2004).

2. Kedalaman Analisisnya
a) Penelitian Deskriptif
Penelitian ini menlakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih
mudah dipahami dan disimpulkan.

b) Penelitian Inferensial
Penelitian ini melakukan analisis hubungan antar variabel dengan pengujian
hipotesis (Azwar, 2004). Sehingga dapat dikatakan lebih komprehensif
(mendalam) dibandingkan penelitian deskriptif.
3. Karakteristik Masalah
a) Penelitian Deskriptif

6
Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara sistemik dan akurat fakta
dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu (Azwar, 2004).

b) Penelitian Perkembangan
Penelitian perkembangan bertujuan mempelajari pola dan urutan
perkembangan dan/ atau perubahan, sejalan dengan perubahan waktu (Azwar,
2004). Dapat dilakukan secara longitudinal atau cross-sectional.

c) Studi Kasus dan Penelitian Lapangan


Studi kasus dan penelitian lapangan mempelajari secara intensif latar
belakang, status terakhir dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu
satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas. Studi kasus
merupakan penyelidikan mendalam (in-depth study) mengenai suatu unit sosial
sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan
dengan baik dan lengkap (Azwar, 2004).

d) Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada
suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain,
berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2004).

e) Penelitian Kausal-Komparatif
Melihat hubungan sebab akibat diselidiki melalui pengamatan terhadap
konsekuensi yang sudah terjadi dan menengok ulang data yang ada untuk
menemukan factor-faktor penyebab yang mungkin terdapat disana. Pada
hakekatnya penelitian kausal-komparatif adalah ex post facto, artinya data
dikumpulkan setelah semua peristiwa yang diperhatikan terjadi.

f) Penelitian Eksperimental Murni

7
Penelitian eksperimental murni dilakukan untuk meneliti kemungkinan
adanya hubungan sebab akibat di antara variabel-variabel dengan cara
menghadapkan kelompok eksperimental pada beberapa macam kondisi
perlakuan dan membandingkan akibat hasilnya dengan suatu kelompok kontrol
yang tidak dikenai perlakuan.

g) Penelitian Eksperimental Semu


Penelitian ini meniru kondisi penelitian eksperimental murni semirip
mungkin akan tetapi tidak semua variabel yang relevan dapat dikendalikan dan
dimanipulasi (Azwar,2004). Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002)
mengelompokkan jenis atau ragam penelitian dalam empat dasar yang berbeda,
yaitu:
1. Berdasarkan tujuan : Eksploratif; Operation research (research and
developmend atau mendekati dengan action research); dan Verifikatif
2. Berdasarkan pendekatan: Pendekatan longitudinal (bujur); Pendekatan
cross-sectional (silang).
3. Berdasarkan bidang ilmu : Pendidikan, teknik, ekonomi, hukum,
pertanian dll.
4. Berdasarkan Tempat : Laboratorium ; Perpustakaan; dan Kancah
(lapangan) (Arikunto, 2002)

Sedangkan menurut Prof. Rusmin Tumanggor, klasifikasi penelitian


dikategorikan sebagai berikut :

a) Bidang fakta, data, konsep, teori, dan filsafat Alam makhluk


(Ciptaan/macro/general/umum)
b) Bidang fakta, data, konsep, teori, dan filsafat Alam Pencipta
(Khaliq/macro/ general/umum).
c) Bidang fakta, data, konsep, teori, dan filsafat Alam Makhluk
(Micro/parsial/khusus)

8
d) Bidang fakta, data, konsep, teori, dan filsafat Alam Pencipta (Micro/
parsial/ khusus)
e) Bidang fakta, data, konsep, teori, dan filsafat alam makhluk secara
kasuistik (negative)
f) Bidang fakta, data, konsep, teori, dan filsafat alam khalik secara kasuistik
(negative)
g) Bidang fakta, data, konsep, teori, dan filsafat alam makhluk secara typical/
khas (positif)
h) Bidang fakta, data, konsep, teori, dan filsafat alam khalik secara typical
/khas (positif)
i) Meneliti bidang fakta, data, konsep, teori, dan filsafat alam khalik secara
inovatif yang dilakukan oleh orang lain atau lembaga lain (Development
Research)
j) Meneliti bidang fakta, data, konsep, teori, dan filsafat alam khalik secara
inovatif yang dilakukan oleh peneliti sendiri atau lembaga peneliti sendiri
dalam satu bidang keilmuan (Research Development)

Dalam penelitian pendidikan, banyak pembagian tipe penelitian pendidikan


sejalan dengan dari mana sudut pandangnya. Dapat dikategorikan pada topik
berdasarkan fenomena yang ingin diungkap. Contoh dari tipe penelitian
pendidikan; metode mengajar, administrasi sekolah, pembiayaan sekolah, iklim
kelas dll (Postlethwaite, 2005).
Penelitian sebagai sebuah kegiatan ilmiah memiliki langkah-langkah
maupun sistematika yang dapat dipertanggung jawabkan. Langkah-langkah pokok
dalam penelitian berbeda-beda menurut pandangan pakar yang ada. Misalnya
menurut Saifudin Azwar (2004):
1. Identifikasi masalah
2. Menyusun landasan teori dan merumuskan hipotesis
3. Menentukan variabel penelitian
4. Memilih instrumen penelitian
5. Menentukan subjek penelitian

9
6. Mengumpulkan data
7. Mengolah data
8. Menulis laporan

Sedangkan menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2002) langkah-langkah


penelitian dibagi dalam 10 langkah, yaitu:

1. Memilih masalah
2. Studi pendahuluan
3. Merumuskan masalah
4. Merumuskan anggapan dasar; merumuskan hipotesis
5. Memilih pendekatan
6. Menentukan variabel dan sumber data
7. Mengumpulkan data
8. Analisis data
9. Menarik kesimpulan
10. Menulis laporan (Arikunto, 2002)

Dari dua pandangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa didalam


melakukan penelitian, setiap peneliti diwajibkan untuk mencari masalah. Sebab,
penelitian itu sendiri berupaya untuk memberikan jawaban atau sebagian solusi
dari sekian banyak solusi yang anda untuk menyelesaikan masalah tersebut.

C. Masalah dalam Penelitian


Masalah merupakan kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang
seharusnya ada (das sollen) dengan kenyataan yang ada (das sein). Misalnya
kesenjangan antara luapan jumlah lulusan SMA (das sein) dengan kemampuan
perguruan tinggi menampung lulusan itu (das sollen). Menurut Sugiyono,
masalah merupakan dari apa yang seharusnya terjadi, penyimpangan antara
teori dan praktek, penyimpangan anatar aturan dan pelaksanaan, dan
penyimpangan masa lampau dengan yang terjadi sekarang.

10
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun
kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti
(ambiguity) adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar
kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yangakan ada.
Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah itu, atau sedikit
dikitnya menutup celag yang terjadi (Nazir, 2003).
Untuk memilih masalah penelitian (research problem) atau lebih tepat
disebut dengan fokus penelitian (research focus) tidak bisa ditentukan begitu
saja. Tidak dapat ditentukan berdasarkan pikiran, khayalan atau perasaan.
Artinya dalam mencari dan memilih masalahpenelitian atau fokus penelitian,
tidak boleh didasarkan atas perumpamaan, lamunan, dan coba-coba. Untuk
memilih dan menentukan fokus atau masalah penelitian hendaknya bertolak
dari bidang keahlian kita atau bidang keahlian peneliti. Setiap bidang keahlian
memiliki segi teoritis atau dasar keilmuannya, dan segi praktis dan aplikasi
teori-teori tersebut (Sukmadinata, 2006).
Pokok-pokok permasalahan yang hendak diteliti perlu dirumuskan dalam
bentuk kalimat-kalimat tanya yang hendak dicari jawabannya oleh penelitian.
Ciri-ciri rumusan masalah menurut pendapat Azwar:
1. Menanyakan hubungan paling tidak 2 variabel
2. Dinyatakan secara jelas dalam bentuk kalimat Tanya
3. Harus dapat diuji oleh metode empirik, yaitu data yang digunakan
untuk menjawabnya harus dapat diperoleh
4. Tidak boleh berisi pertanyaan mengenai moral atau etika (Azwar,
2004).

Dalam memilih masalah untuk diangkat dalam penelitian, seorang


peneliti perlu mempertimbangkan maupun menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut:
 Apakah masalah itu sesuatu yang baru, menarik serta menimbulkan rasa
ingin tahu pada peneliti?

11
 Apakah masalah itu sesuai dengan jurusan, kemampuan dan latar belakang
pendidikan peneliti?
 Apakah masalah memerlukan alat-alat khusus dan kondisi kerja yang
dapat dipenuhi oleh peneliti?
 Apakah dengan metode tertentu dapat dikumpulkan data yang diperlukan?
 Apakah peneliti dapat menanggung segala pembiayaannya?
 Apakah penelitian itu mengandung bahaya, ancaman atau resiko lainnya?
 Apakah peneliti dapat menyelesaikannya dalam waktu yang tersedia?
(Nasution, 2003)

Bagaimana cara masalah dipilih dan pertimbangan apa yang


digunakan oleh peneliti, sepenuhnya berdasarkan intuisi si peneliti sendiri.
Untuk selanjutnya, setelah masalah dipilih, yang perlu dipikirkan lebih
lanjut oleh seorang peneliti adalah hal-hal berikut:

1. Analisa Masalah
Suatu masalah perlu dianalisis dalam sejumlah bagian atau sub
masalah yang dapat dirumuskan
dalam kalimat tanya atau pernyataan. Analisis ini akan lebih
memperjelas tujuan dan runag lingkup masalah yang akan diteliti.
Selain itu, dapat pula memberikan petunjuk tentang metode penelitian
yang serasi untuk memperoleh data yang relevan.

2. Pembatasan Masalah
Analisis masalah juga membatasi ruang lingkup masalah. Disamping
itu masih perlu secara khusus batas-batas masalah sehingga penelitian
lebih terarah.

3. Kedudukan Masalah
Jika masalah itu telah ada dilakukan penelitian sebelumnya, peneliti
wajib mempelajarinya melalui bacaan. Melalui bacaan peneliti dapat

12
mengemukakan kedudukan penelitiannya. Peneliti dapat memberi
uraian singkat tentang hasil-hasil penelitian yang telah ada untuk
menunjukkan kedudukan penelitian yang ia lakukan.

4. Corak penelitian
Perlu diberikan penjelasan mengenai corak dari penelitian kita, apakah
bersifat deskriptif, survey, case study, eksperimen, atau kombinasi
dari berbagai jenis penelitian.

5. Asumsi-asumsi
Tiap penelitian memerlukan asumsi –asumsi, yang diterima sebagai
sesuatu yang benar tanpa pebuktian. Asumsi atau anggapan dasar
diperlukan dalam setiap tesis atau penelitia pendidikan, misalnya
pendidikan dipengaruhi oleh faktor sosial,ekonomi, moral, dan
politik,bahwa ada hubungannya antara hasil tes dengan tinggi
intelegensi, dan sebagainya. Namun, adakalanya kebenaran itu perlu
kita pertimbangkan masakmasak sebelum menentukan asumsi-asumsi
apa yang digunakan dalam penelitian.

6. Pentingnya penelitian
Penelitian dilakukan sebab dirasa penting dan ada maknanya, yang
bersifat teoritis maupun praktik. Perlu kita uraikan apa alasan-alasan
maka penelitian kita ini penting.

7. Istilah-istilah
Istilah-istilah, kata-kata atau pengertianpengertian yang penting atau
digunakan dengan makna tertentu harus diberikan batasannya agar
jangan timbul tafsiran yang bermacam-macam (Nasution, 2003).
Setelah masalah diidentifikasi, maka tibalah saatnya masalah tersebut
dirumuskan. Rumusan masalah dapat menghasilkan topik penelitian

13
atau judul dari penelitian. Umumnya rumusan masalah harus
dilakukandengan kondisi berikut:
a) Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
b) Rumusan hendaknya jelas dan padat
c) Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk
memecahkan masalah
d) Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat
hipotesis
e) Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian (Nazir,
2003).

Pembagian pendekatan penelitian maupun desain penelitian bertalian erat


dengan bentuk-bentuk permasalahan dalam penelitian itu sendiri. Selain itu, dalam
penelitian kuantitatif permasalahan (rumusan masalah) dijawab sementara dengan
hipotesis. Permasalahan dalam penelitian sendiri dapat dikelompokkan dalam
bentuk sebagai berikut:
a. Permasalahan deskriptif
a) Contoh: Sebarapa tinggi produktifitas pegawai pada Kanwil
Kementerian Agama di Provinsi A?
b) Seberapa tinggi jumlah lulusan MA yang memilih Perguruan
Tinggi Umum?

b. Permasalahan komparatif
a) Contoh : Adakah perbedaan gaya belajar mahasiswa engan
mahasiswi di perguruan tinggi A?
b) Adakah perbedaan kinerja dosen di Jurusan Manajemen dengan
dosen di Jurusan Akutansi.

c. Permasalahan asosiatif-korelasional
Permasalahan asosiatif-korelasional merupakan permasalahan penelitian
yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih. pada permasalahan

14
ini terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu hubungan simetris, kausal, dan
interaktif/resiprocal/ timbal balik.

d. Hubungan simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang
muncul bersama secara kebetulan. Contoh:
Adakah hubungan antara naiknya inflasi dengan biaya transportasi?

e. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Dalam


hubungan ini, terdapat variabel independen dan dependen. Contoh:
Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
Seberapa besar pengaruh toko yang diberi AC terhadap nilai penjualan?

f. Interaktif/resiprocal/ timbal balik adalah hubungan yang saling


mempengaruhi. Variabel independen dan dependen tidak diketahui dalam
hubungan ini.
Contoh:
Hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja. Disini, motivasi
dapat mempengaruhi prestasi atau sebaliknya, prestasi mempengaruhi
motivasi (Purwoto, 2007)

Masalah adalah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya


ada (das Sollen) dengan kenyataan yang ada (das sein).1 Selain itu masalah juga
merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, konkret, dan membutuhkan
pemecahan. Masalah juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang menghambat
ketercapaian suatu tujuan.2 Secara garis besar suatu masalah diartikan sebagai
adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara sesuatu yang ideal dan
kenyataan yang tidak atau kurang ideal.

1
Neni Hasnunidah, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Yogyakarta: Media Akademi,
2017) hal. 13
2
Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2018) hal.
62

15
Masalah yang dapat diselidiki sebenarnya tak terbatas jumlahnya, namun
seringkali peneliti mengalami kesulitan untuk menemukan masalah yang cocok
baginya. Masalah penelitian dapat dipandang sebagai variabel yang menjadi tema
pokok penelitian, sehingga ia pada mulanya dapat diidentifikasi melalui topik
yang umum.
Masalah penelitian dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain
dilihat dari sisi waktu, biaya, kemampuan si peneliti maupun kontribusi yang akan
diberikan oleh penelitian tersebut bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Masalah atau disebut juga problem adalah suatu penelitian. Proses
mencari jawaban dari permasalahan hanya bisa dilakukan melalui proses
penelitian. Dengan demikian suatu permasalahan muncul sebelum kegiatan
proses penelitian itu dilakukan. Sedangkan masalah atau permasalahan dalam
penelitian tak terlepas erat kaitanya denga kehidupan sehari-hari dan merupakan
suatu yang lumrah terjadi.
Masalah atau permasalahan ada jika terdapat kesenjangan antara das
Sollen dan das Sein. Kesenjangan tersebut meliputi dalam materi, pengetahuan,
pendidikan, teknologi pembelajaran, atau penerapan suatu model-model
pembelajaran di lapangan. Permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu
yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi karena suatu hal
target tidak dapat dicapai. Sesuatu hal yang menyebabkan tidak terjadinya target
disebut masalah. Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang
seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek,
antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan.3
Masalah atau disebut juga problem adalah suatu penelitian. Proses mencari
jawaban dari permasalahan hanya bisa dilakukan melalui proses penelitian.
Dengan demikian suatu permasalahan muncul sebelum kegiatan proses penelitian
itu dilakukan. Sedangkan masalah atau permasalahan dalam penelitian tak terlepas
erat kaitanya denga kehidupan sehari-hari dan merupakan suatu yang lumrah
terjadi.

3
Nikmatur Ridha, Proses Penelitian, Masalah, Variabel, dan Paradigma Penelitian.
(Medan: Jurnal Hikmah, Volume 14, No. 1, Januari – Juni 2017) hal. 64

16
Stoner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui
atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan,
antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan
kompetisi.
Menurut Agung Wijaya, Masalah merupakan suatu keadaan yang tidak
seimbang antara harapan/keinginan dengan kenyataan yang ada. Pendapat lain
dari Istijanto, masalah merupakan bagian yang paling penting dalam proses riset,
sebab masalah memberi pedoman jenis informasi yang nantinya akan dicari.4
Ada beberapa indicator dalam mengangkat sebuah masalah yang dapat
dijadikan sebagai bahan penelitian, antara lain:
1. Apabila sesuatu, peristiwa, atau fenomena yang terjadi menimbulkan
keraguan atau ketidakpastian.
2. Apabila terjadi kesenjangan antara harapan (das sallen) dengan kenyataan
(das sein).
3. Apabila cara-cara berpikir yang berbeda menghasilkan kesimpulan-
kesimpulan yang berlawanan.
4. Apabila terjadi peristiwa-peristiwa yang mengancam (seperti epidemic,
banjir, longsor, dekadensi moral, dsb).
Adapun masalah-masalah Pendidikan yang potensial dapat menjadi objek
penelitian adalah5:
1. Komponen raw input (karakteristik pribadi peserta didik, siswa,
mahasiswa) seperti: kecerdasan, motivasi belajar, kemampuan
berkonsentrasi dalam belajar, kebiasaan belajar, dan sikap belajar.
2. Komponen instrumental input (karakteristik pribadi guru, kurikulum dan
sumber belajar)
3. Komponen environmental input (iklim lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, kelompok teman sebaya, kehidupan beragama, fasilitas
pembelajaran, dan kondisi kehidupan social-ekonomi-politik).

4
Nikmatur Ridha, Proses Penelitian, Masalah, Variabel, dan Paradigma Penelitian.
(Medan: Jurnal Hikmah, Volume 14, No. 1, Januari – Juni 2017) hal. 64
5
Iwan Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, kualitatif, mixed
methiode, (Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan, 2019) hal. 6

17
4. Komponen proses (kualitas interaksi guru-siswa, penerapan metode-
metode pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi Pendidikan dalam
pembelajaran).
5. Komponen output (kualitas indek prestasi belajar, kualitas sikap dan
prilaku dan keterampilan/kecakapan).

Selain itu, masalah penelitian dapat bersumber dari hasil bacaan literature
(buku, majalah, makalah), hasil seminar, hasil penelitian orang lain (laporan
penelitian, skripsi, tesis atau disertasi), dan hasil pengamatan di lapangan (di
lingkungan keluarga, sekolah, kelas, dan lingkungan masyarakat.

D. Kriteria Pemilihan Masalah.


Masalah dapat dipilih berdasarkan pertimbangan pribadi dan praktis.
Namun, ada pula kriteris yang bersifat ilmiah yang perlu diperhatikan agar
masalah penelitian itu memberikan sumbangan kepada perkembangan
pengetahuan.
Layak tidaknya masalah itu diteliti, pada umumnya ditinjau dari beberapa
kriteria, antara lain:
a) Bermanfaat bagi peningkatan mutu Pendidikan, khususnya proses dan
hasil pembelajaran;
b) Mengandung nilai-nilai keilmuan atau pengetahuan ilmiah;
c) Tersedianya data atau informasi di lapangan;
d) Datanya mudah diukur, diolah dan ditafsirkan; dan
e) Peneliti memiliki kemampuan untuk menelitinya.
Sementara Donald Ary menyatakan ada beberapa kriteria permasalahan
yang baik, yaitu6:
a) Masalah hendaknya merupakan masalah yang pemecahannya akan
memberikan sumbangan kepada bangunan pengetahuan dibidang
pendidikan.
6
Hardani, dkk, Metode Penelitian kualitatif dan kuantitatif. (Yogyakarta: Pustaka Ilmu,
2020) hal. 86

18
b) Masalah itu hendaknya merupakan masalah yang akan membawa kepada
persoalan-persoalan baru dan demikian juga kepada penelitian-penelitian
berikutnya.
c) Permasalahan hendaknya merupakan permasalahan yang dapat diteliti.
d) Permasalahan itu harus sesuai bagi si peneliti, menarik bagi si peneliti,
sesuai dengan bidang yang dikuasai dan waktu yang tersedia baginya.

Sehingga dalam memilih masalah yang akan diperoleh dari sumber-


sumber di atas, peneliti hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor berikut,
meliputi7:
1) Baru, untuk menghindari adanya duplikasi
2) Seorang peneliti sebaiknya menghindari mengangkat masalah yang sudah
ada informasi yang jelas dari penelitian lain. Untuk itu peneliti harus
mencari informasi tentang penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh
peneliti lain dari berbagai sumber, sehingga yakin bahwa masalah yang
diangkat untuk diteliti bukan sekedar pengulangan masalah yang sudah
pernah diteliti. Replikasi dari penelitian orang lain dapat diterima untuk
dilakukan hanya bila masalah penelitian tersebut belum menyajikan
informasi yang teruji dengan validitas internal (=validitas yang diperoleh
dengan mengkorelasikan pendapat para pakar dan diambil kesimpulan
oleh peneliti) dan validitas eksternal (=validitas yang diperoleh dengan
mengkorelasikan alat pengukur baru dengan alat ukur yang valid) secara
meyakinkan karena keterbatasan sampel ataupun keterbatasan teoritis.
3) Nilai manfaatnya bagi bidang kajian Pendidikan
4) Suatu penelitian harus dapat memberikan sumbangan yang berarti
terhadap pengembangan pengetahuan di bidang kependidikan; diperlukan
untuk menguji teori; dapat menghasikan kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan pada populasi atau praktek lain; dapat memperluas
pemahaman terhadap kenyataan pendidikan tertentu; dapat

7
Neni Hasnunidah, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Yogyakarta: Media Akademi,
2017) hal. 15

19
mengembangkan metodologi; dapat mengevaluasi praktek tertentu untuk
suasana tertentu.
5) Menarik dan menantang secara intelektual
6) Permasalahan yang diangkat harus didasarkan pada minat serta rasa ingin
tahu yang mendalam, sehingga peneliti melakukan penelitiannya dengan
senang hati dan sungguh-sungguh.
7) Latihan serta kualifikasi personal
8) Pemilihan masalah yang tidak sesuai dengan bidang yang dikuasai dapat
menimbulkan permasalahan dalam proses penelitiannya dan sulit
diharapkan untuk menghasilkan karya penelitian yang berarti.
9) Tersedianya data dan metode
10) Data yang dipertimbangkan harus memenuhi syarat-syarat ketelitian,
obyektif, dan dapat diuji. Disamping itu, peneliti harus memgenal dengan
baik beberapa prosedur penelitian yang dapat digunakan serta instrumen
atau alat pengumpul data bagi penelitiannya.
11) Alat khusus dan kondisi kerja
Agar proses penelitian dapat berjalan dengan baik, peneliti harus
mempertimbangkan ketersediaan peralatan dan kondisi yang diperlukan.
Misalnya bila tidak ada komputer untuk mengolah data statistik yang
memerlukan teknis analisis yang kompleks, peneliti hendaknya meninjau
kembali masalah yang memerlukan analisis yang rumit.
12) Tersedianya sponsor dan kerjasama administrative
Penelitian kependidikan seringkali harus melibatkan beberapa pihak yang
berkepentingan, misalnya sekolah, depdikbud, konsultan atau
pembimbing. Izin resmi dari pejabat yang berwenang diperlukan untuk
dilaksanakannya penelitian. Oleh karena itu, peneliti harus menghindari
mengangkat masalah yang kemungkinan besar sulit untuk mendapatkan
dukungan dari pihak-pihak yang terkait, misalnya mengoreksi
kebijaksanaan pemerintah.

20
13) Biaya dan hasil
Sumber biaya yang diperlukan untuk kebutuhan penelitian harus
diperhatikan. Bila biaya terbatas, masalah yang diangkat sebaiknya tidak
terlalu luas sehingga dapat mencukupi untuk penyelesaiannya. Selain itu,
hasil yang akan diperoleh dari penelitian tersebut juga harus
dipertimbangkan apakah sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.
14) Bahaya
Bahaya yang mungkin timbul bisa dari perorangan, kelompok, maupun
profesi, baik bahaya fisik maupun sosial. Oleh karena itu, bila masalah
yang akan diajukan kemungkinan akan membahayakan, hendaknya
peneliti meninjau kembali.
15) Waktu
Beberapa penelitian naturalistik, historis, eksperimen, dan longitudinal
seringkali memerlukan waktu yang cukup panjang untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu, dalam memilih permasalahan peneliti
harus mempertimbangkan waktu yang tersedia.

E. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah mengklasifikasikan informasi yang
mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita, bila ada hasil-
hasil yang bertentangan, bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud
menjelaskan melalui penelitian.8 Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian
cukup banyak dan bervariasi, misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja
dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas,
pemerataan, relevansi dan efisiensi Pendidikan.
Dari masalah-masalah yang ada, peneliti perlu mengidentifikasi, memilih
dan merumuskannya. Beberapa hal yang dapat dijadikan sumber masalah adalah 9:
(1) Bacaan, terutama bacaan yang bersumber dari jurnal-jurnal penelitian; (2)

8
Neni Hasnunidah, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Yogyakarta: Media Akademi,
2017) hal. 13
9
Hardani, dkk, Metode Penelitian kualitatif dan kuantitatif. (Yogyakarta: Pustaka Ilmu,
2020) hal. 78

21
Pertemuan ilmiah, misalnya, seminar, diskusi, dan sebagainya; (3) Pernyataan
pemegang kekuasaan (otoritas); (4) Observasi (pengamatan); (5) Wawancara dan
penyebaran angket; (6) Pengalaman; dan (7) Instuisi.

1. Bacaan
Jurnal-jurnal penelitian merupakan laporan hasil-hasil penelitian yang
dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik
tentunya mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, yang
berkaitan dengan penelitian tersebut. Suatu penelitian sering tidak mampu
memecahkan semua masalah yang ada, karena keterbatasan penelitian, hal
ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat masalah-
masalah yang belum terjawab.
Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat
dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku
bacaan yang mendiskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang
menyangkut dimensi IPOLEKSOSBUDHANKAM atau bacaan yang
berupa tulisan yang dimuat di media cetak.

2. Pertemuan Ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti
seminar, diskusi, lokakarya, konferensi dan sebagainya.Dengan pertemuan
ilmiah dapat muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban
melalui penelitian.

3. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)


Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi
figur yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang
diungkapkan oleh pemegang otoritas tesebut dapat dijadikan sumber
masalah. Pemegang otoritas disini dapat bersifat formal dan non formal.
Misalnya, pendapat Mendiknas tentang rendahnya kualitas lulusan SMA,
rendahnya angka lulusan sekolah kejuruan yang tidak terserap oleh

22
lapangan pekerjaan dan sebagainya. Ini merupakan contoh pernyataan
yang disampaikan oleh pemegang otoritas formal yang dapat dijadikan
sumber masalah. Sedangkan yang non formal misalnya pernyataan yang
diungkap oleh tokoh masyarakat pedesaan tentang rendahnya para orang
tua untuk menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi.

4. Pengamatan (observasi)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang
direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas
ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat melahirkan suatu
masalah (sumber masalah). Misalnya: seorang pendidik menemukan
masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku siswanya dalam
PBM. Seorang ahli pertanian, menemukan masalahnya melalui
pengamatan terhadap keadaan tanaman padi di sawah yang sedang
kekeringan.

5. Wawancara dan penyebaran kuesioner


Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi
aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi
masyarakat tersebut. Demikian juga menyebarkan angket kepada
masyarakat akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang
dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai
studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada
dilapangan dan juga untuk meyakinkan adanya permasalahan-
permasalahan di masyarakat.

6. Pengalaman
Pengalaman memang dapat dikatakan sebagai guru yang paling
baik.Tetapi tidak semua pengalaman yang dimiliki seseorang itu selalu
positif, tetapi kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang
diperolehnya sendiri maupun dari orang lain, dapat dijadikan sumber

23
masalah yang dapat dijawab melalui penelitian. Misalnya pengalaman
seorang mahasiswa semasa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
pedesaan. Mereka menemukan beberapa masalah di daerah miskin,
misalnya masalah rendahnya tingkat pendidikan atau banyak anak lulusan
SD tidak melanjutkan ke SLTP atau masalah lain seperti rendahnya
produktifitas pertanian di daerah terpencil.

7. Intuisi
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah.Masalah
penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang
tidak terencanakan. Misalnya pada saat mau tidur, pada saat habis
sembahyang, pada saat di kamar kecil dan sebagainya.

Ketujuh faktor di atas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan


suatu masalah penelitian, dapat juga berdiri sendiri dalam menelorkan
suatu masalah. Jadi untuk mengidentifikasi masalah dapat melaui
sumbersumber masalah di atas. Sumber-sumber masalah tersebut dapat
saling berinteraksi dalam masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu
sumber saja.

F. Perumusan Masalah
Dalam pemilihan masalah peneliti harus mempertimbangkan beberapa
kriteria agar penelitiannya memberikan sumbangan yang berarti dan dapat
dikelola dengan baik. Selanjutnya, masalah yang sudah pilih atau ditentukan
tersebut perlu dirumuskan secara jelas dan kongkrit. Rumusan masalah yang
jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. Misalnya,
masalah ” Pengaruh metode mengajar terhadap sikap anak” masih terlalu
umum dan karena itu samar-samar. Masalah itu akan lebih jelas misalnya
dirumuskan sebagai ”Pengaruh metode pembelajaran dengan modul terhadap
sikap kerjasama siswa”. Di sini kita perhatikan sikap tertentu yaitu sikap

24
kerjasama antara siswasiswa. Jadi kita ingin menyelidiki antara dua variabel
yaitu kerjasama dan metode mengajar tertentu. Variabel adalah konsep yang
mempunyai variasi nilai, atau mempunyai lebih dari satu nilai, keadaan,
kategori atau kondisi. Masalah penelitian kuantitatif seringkali mengandung
dua variabel atau lebih, akan tetapi tidak selalu dapat ditentukan mana yang
variabel bebas dan mana yang terikat. Sifat operasional dari rumusan masalah
akan dapat memungkinkan peneliti memahami variabel-variabel yang ada
dalam penelitian dan bagaimana mengukurnya.
Suatu masalah perlu dianalisis dalam sejumlah bagian atau sub-masalah
yang dapat dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan atau pernyataan.
Analisis ini akan lebih memperjelas tujuan dan ruang lingkup masalah yang
akan diteliti. Seorang peneliti misalnya, tertarik untuk mengetahui variasi
konsep diri dan kemungkinan pengaruhnya terhadap prestasi akademik. Dari
topik ini peneliti merumuskan masalah dengan mengajukan pertanyaan ”
Adakah konsep diri (variabel bebas) siswa SMA (subyek) berpengaruh
terhadap prestasi akademiknya (variabel terikat)? Pertanyaan ini telah
difokuskan sehingga populasi dan kedua variabelnya dapat diidentifikasi dan
logikanya jelas. Dengan pernyataan rumusan masalah ini, peneliti lebih mudah
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
Masalah penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan,
pernyataan tujuan, atau hipotesis dengan singkat dan bermakna. Dalam
penelitian deskriptif (survey), rumusan masalah lebih cocok dalam bentuk
pernyataan tujuan daripada bentuk lain. Pertanyaan digunakan bila peneliti
kurang mempunyai landasan yang memadai untuk membuat dugaan sementara
tentang hasil penelitiannya. Bentuk ini juga lebih mudah bagi peneliti yang
kurang berpengalaman karena secra spesifik pertanyaan tersebut akan dijawab
melalui penelitian. Pernyataan dalam bentuk hipotesis digunakan bila peneliti
mempunyai landasan teori maupun hasil penelitian yang cukup untuk membuat
dugaan tentang hasil penelitian yang direncanakan.

25
a. Dalam perumusan masalah sering terdapat kesalahan antara lain10:
b) Masalah terlalu luas, misalnya praktik mengajar, pengajaran bahasa
Inggris, Pendidikan Moral, Ekonomi Indonesia, Bimbingan dan
Penyuluhan, dsb. Topik ini terlampau luas karena masingmasing meliputi
bahan suatu bidang studi. Pengajaran bahasa Inggris misalnya, meliputi
segala aspek pengajaran seperti membaca, mengarang, bercakap-cakap,
mendengarkan, ejaan, tata bahasa, kesusasteraan, dan sebagainya. Juga
meliputi pengajaran bahasa pada tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Itu
sebabnya topik itu harus dibatasi misalnya menjadi ”Kesulitan dalam
pengajaran Bahasa Inggris berhubungan dengan perbedaan struktur
kalimat dengan Bahasa Indonesia”.
c) Masalah terlampau sempit, sehingga kurang layak menjadi pokok
penelitian bagi suatu skripsi, tesis, atau disertasi. Tentu ada kesukaran
untuk menentukan batas yang tegas antara topik yang terlalu luas atau
terlalu sempit. Mempersempit atau memperluas suatu topik merupakan
suatu masalah yang harus diputuskan dengan dosen pembimbing.
Mempersempit suatu topik bukan sekedar mempersempit lokasinya.
Misalnya topik ”Pengajaran Bahasa Inggris” bila dibatasi menjadi
”Pengajaran Bahasa Inggris di kelas II SMPN I Bandung” mempesempit
lokasi, akan tetapi tidak membatasi masalah Pengajaran Bahasa Inggris itu
sendiri.
d) Masalah mengandung emosi, prasangka, atau unsur-unsur yang tak ilmiah.
Misalnya, Pengalaman-pengalaman saya yang menarik sebagai guru SD di
pedalaman Kalimantan” atau ”Suka duka mahasiswa ITB selama KKN di
Jawa Barat”. Skripsi adalah penelitian ilmiah yang mencari kebenaran
berdasarkan data yang obyektif, bebas dari prasangka atau keinginan
peneliti tentang hasilnya.

10
Neni Hasnunidah, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Yogyakarta: Media Akademi,
2017) hal. 18

26

Anda mungkin juga menyukai