Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Banyak sekali bentuk dan cara penulisan karya ilmiah yang kita temui.
Bentuk luasnya bisa berbeda, namun jiwa dan penalarannya adalah sama.
Atas dasar itu yang paling penting adalah bukan mengetahui teknik-teknik
pelaksanaannya, melainkan memahami dasar pikiran yang melandasinya.
Pemilihan bentuk dan penulisan merupakan masalah selera dan preferensi
perorangan maupun lembaga dengan memperhatikan berbagai factor
lainnya, seperti masalah apa yang sedang dikaji, siapakah pembaca tulisan
ini dan dalam rangka kegiatan ilmiah apa akan disampaikan. Berdasarkan
pemikiran di atas, maka untuk menyeragamkan tata cara penulisan
tersebut, maka perlu diterbitkan pedoman penyusunan usulan penelitian
maupun Skripsi. Hal ini dilakukan supaya pembaca mempunyai
persamaan persepsi terhadap istilah atau terminologi yang berkaitan
dengan penulisan skripsi.
Suatu penelitian ilmiah dapat menggunakan pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan alat uji statistik,
maupun matematik yang sering disebut sebagai analisis deskriptif
kuantitatif, sedangkan pendekatan kualitatif lebih mendasarkan pada
penalaran logis (logical reasoning), pemahaman interpretasi terhadap
obyek penelitian Bahkan pada saat ini sesuai dengan perkembangannya
pendekatan kuantitatif ini tidak ada artinya sama sekali bila tanpa
menggunakan pendekatan analisis kualitatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif?
2. Apa yang dimaksud dengan penelitian kuantittatif ?
3. Apa yang dimaksud dengan penelitian gabungan?

1
4. Apa- apa saja instrumen penelitian kualitatif?
5. Apa- apa saja instrumen penelitian kuantitatif?
6. Apa- apa saja instrumen penelitian gabungan?
7. Bagaimana pengumpulan data dan analisis data penelitian kualitatif?
8. Bagaimana pengumpulan data dan analisis data penelitian kuantitatif?
9. Bagaimana pengumpulan data dan analisis data penelitian gabungan?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami maksud dari penelitian kualitatif
2. Memahami maksud dari penelitian kuantitatif
3. Memahami maksud dari penelitian gabungan
4. Memahami instrumen penelitian kualitatif
5. Memahami instrumen penelitian kuantitatif
6. Memahami instrumen penelitian gabungan
7. Memahami pengumpulan data penelitian kualitatif
8. Memahami pengumpulan data penelitian kuantitatif
9. Memahami pengumpulan data penelitian gabungan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENELITIAN KUALITATIF
1. Pengertian Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif atau qualitative research merupakan jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan
cara kuantitatif lainnya. Menurut Strauss dan Corbin (2007:1), penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang dapat digunakan untuk meneliti
kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,
gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan. Sementara itu, menurut
Bogdan danTaylor (1992:21), bahwa penelitian kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang mampu menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan, tulisan, dan perilaku dari orang-orang yang diamati. Melalui
penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek,merasakan apa yang
dialami subjek dalam kehidupan sehari-hari (Basrowi & Suwandi,
2008:2).
Dalam penelitian kualitatif, peneliti terlibat dalam konteks, dengan
situasi dan setting fenomena alami sesuai yang sedang diteliti. Setiap
fenomena merupakan sesuatu yang unik, yang berbeda dengan lainnya
karena berbeda konteksnya. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah
untuk memahami kondisi suatu konteks dengan mengarahkan pada
pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi
dalam suatu konteks yang alami (natural setting), tentang apa yang
sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studi.Dasar penelitian
kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu
berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial
yang diinterpretasikan oleh setiap individu (Sukmadinata, 2005).
Ada lima ciri pokok sebagai karakteristik penelitian kualitatif
yaitu:

3
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
2. Memiliki sifat deskriptif analitik
3. Tekanan pada proses bukan hasil
4. Bersifat induktif
5. Mengutamakan makna
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai
sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi
sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke
lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan
pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti
mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat
hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang
diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati
pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah
laku berlangsung. Misalnya peneliti ingin mengetahui peran kepala
sekolah dalam pembinaan guru. Peneliti harus mendatangi suatu
sekolah kemudian mengali informasi yang terkait dengan peran kepala
sekolah dalam pembinaan guru baik itu dari kepala sekolah, guru,
maupun dokumen sekolah.

Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang


diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil
pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di
lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka.
Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya
informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas
dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil
analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang
disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada
umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana
suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan
menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan
justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data.

4
Misalnya ketika peneliti ingin mengetahui peran kepala sekolah dalam
pembinaan guru, berdasarkan data/informasi yang ada peneliti harus
mampu menguraikan tujuan kepala sekolah dalam pembinaan guru,
langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalam pembinaan
guru, serta bagaimana respon guru terhadap pembinaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah.

Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil.


Data dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan
apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil
suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan
bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses
mengenai fenomena tidak dapat dilakukan dengan ukuran
frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata
tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi
dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu
berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi
peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data
menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah
diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk
membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil
penelitian tersebut. Misalnya ketika meneliti peran kepala sekolah
dalam pembinaan guru, peneliti tidak mengukur frekuensi pembinaan
yang dilakukan akan tetapi mengamati untuk apa pembinaan
dilakukan serta bagaimana cara pembinaan dilaksanakan.

Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak


dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta
empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau
penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis,
menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan
dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas

5
tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan
tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain
baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep,
prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan
bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data
yang terpisah namun saling berkaitan. Misalnya ketika meneliti peran
kepala sekolah dalam membina guru, peneliti harus berusaha
menemukan prinsip dan konsep-konsep atas dasar fakta. Peneliti tidak
berupaya menerapkan teori/konsep yang terkait dengan pembinaan,
akan tetapi berusaha menemukan konsep berdasarkan fakta dari
lapangan.

Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap


berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya
penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru,
peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang
guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari kepala sekolah
dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina guru.
Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina,
dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti
mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan
pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah.
Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru)
diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian
secara sahih dan tepat.

Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian


kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi
dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan
informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui
pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab
lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi
yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan

6
interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas yang
kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup lama berada di
lapangan.

2. Waktu dan Tujuan Penggunaan Penelitian Kualitatif

Sebaiknya pendekatan kualitatif digunakan:

1) Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau


mungkin malah masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti
dengan pendekatan kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung
masuk pada situasi, melakukan eksplorasi, sehingga masalah
ditemukan dengan jelas.
2) Bila peneliti ingin memahami makna di balik data yang tampak.
Gejala sosial sering tidak dapat dipahami berdasarkan apa yang
diucapkan dan dilakukan orang. Misalnya persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah akan berbeda dengan persepsi kepala
sekolah. Data untuk mencari makna kepemimpinan kepala sekolah
tersebut hanya cocok diteliti dengan metode kualitatif misalnya
melalui wawancara mendalam, observasi, dan juga pencermatan
dokumen.
3) Bila peneliti ingin memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang
kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian
kualitatif dengan cara berperan serta, wawancara mendalam terhadap
interaksi sosial tersebut. Misalnya pemahaman terhadap
kepemimpinan kepala sekolah hanya dapat dilakukan melalui kajian
mendalam bukan hanya pengukuran sepintas. Dengan demikian dapat
ditemukan pola hubungan yang jelas sehingga dapat ditemukan
hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Bila hipotesis terbukti,
maka akan menjadi tesis atau menjadi teori.
4) Bila peneliti ingin memastikan kebenaran data. Data sosial sering
sulit dipastikan kebenarannya. Melalui berbagai teknik pengumpulan
data kualitatif, kepastian data akan lebih terjainin. Melalui pendekatan
kualitatif data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, penelitian berakhir

7
setelah data itu jenuh sehingga kepastian data dapat diperoleh.
Misalnya untuk mencari gaya kepemimpinan seperti apa yang
sebaiknya diterapkan kepala sekolah dalam membina guru, sebelum
ditemukan gaya yang tepat maka penelitian belum dinyatakan selesai.
5) Bila ingin meneliti tentang sejarah atau perkembangan. Sejarah
atau perkembangan kehidupan seseorang atau kelompok orang dapat
dilacak melalui pendekatan kualitatif. Misalnya sejarah perkembangan
sekolah sehingga sekolah tersebut menjadi sekolah favorit dalam
padangan masyarakat dan orang tua siswa.

Atas dasar penggunaanya, dapat dikemukakan bahwa penelitian


kualitatif dalam bidang pendidikan bertujuan untuk :

1) Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan


apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk
menemukenali kekurangan dan kelemahan pendidikan sehingga dapat
ditentukan upaya penyempurnaannya.
2) Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa
pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam
konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan secara
alami.
3) Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip
pendidikan berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan
(induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut melalui
pendekatan kuantitatif.

Bidang kajian penelitian kualitatif dalam pendidikan antara lain


berkaitan dengan proses pengajaran, bimbingan,
pengelolaan/manajemen kelas, kepemimpinan dan pengawasan
pendidikan, penilaian pendidikan, hubungan sekolah dan masyarakat,
upaya pengembangan tugas profesi guru, dan lain-lain.

3. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif

8
Kegiatan penelitian yang terpenting adalah pengumpulan data.
Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah
penelitian, tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama
jika peneliti menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya
unsur subjektif peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen
pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil
yang sesuai dengan kegunaannya yaitu pengumpulan variabel yang
tepat. Pengumpulan data dalam penelitian perlu dipantau agar data
yang diperoleh dapat terjaga tingkat pvaliditas dan reliabilitas.
Walaupun telah menggunakan instrumen yang valid dan reliabel tetapi
jika dalam proses penelitian tidak diperhatikan bisa jadi data yang
terkumpul hanya onggokkan sampah. Untuk menentukan bentuk
teknik pengumpulan data yang dibutuhkan, peneliti hendaknya
mengidentifikasi pertanyaan-prtanyaan yang dirumuskan dalam fokus
penelitian. Setiap rumusan pertanyaan yang ada dalam fokus
penelitian, boleh jadi membutuhkan teknik pengumpulan data yang
berbeda- beda pula. Misalnya rumusan pertanyaan nomor satu hanya
membutuhkan teknik wawancara, rumusan pertanyaan nomor dua
selain membutuhkan teknik wawancara juga membutuhkan teknik
observasi dan dokumentasi.

Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah peneliti bertindak


sebagai instrumen sekaligus pengumpil data. Instrumen selain
manusia (seperti; angket, pedoman wawancara, pedoman observasi
dan sebagainya) dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas
sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen kunci. Oleh
karena itu dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti adalah mutlak,
karena peneliti harus berinteraksi dengan lingkungan baik manusia
dan non manusia yang ada dalam kancah penelitian. Kehadirannya di
lapangan eneliti harus dijelaskan, apakah kehadirannya diketahui atau
tidak diketahui oleh subyek penelitian. Ini berkaitan dengan
keterlibatan peneliti dalam kancah penelitian, apakah terlibat aktif
atau pasif (Murni, 2017).

9
Menurut Gulo, Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis
tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar prtanyaan, yang
dipersiapkan untuk mendapatkan informasi. Instrumen itu disebut
pedoman pengamatan atau pedoman wawancara atau kuesioner atau
pedoman dokumenter, sesuai denganmetode yang dipergunakan
(Gulo, 2000). Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan
penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006).
Instrumen pengumpul data menurut sumadi suryabrata adalah alat
yanng digunkan untuk merekam pada umumnya secara kuantitatif
keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikolog. Atribut-atribut
psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut
kognitif dan atribut non kognitif (Suryabrata, 2008) . Ibnu hadjar
berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik
variabel secara objektif (Ibnu Hadjar, 1996)

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk


mengukur data yang hendak dikumpulkan. Instrumen pengumpulan
data ini pada dasarnya tidak terlepas dari metode pengumpulan data.
Bila metode pengumpulan datanya adalah depth interview
(wawancara mendalam), instrumennya adalah pedoman wawancara
terbuka/tidak terstruktur. Bila metode pengumpulan datanya
observasi/pengamatan, instrumennya adalah pedoman observasi atau
pedoman pengamatan terbuka/tidak terstruktur. Begitupun bila metode
pengumpulan datanya adalah dokumentasi, instrumennya adalah
format pustaka atau format dokumen (Ardianto, 2010). Secara
operasional, pengukuran merupakan suatu prosedur perbandingan
antar atribut yang hendak diuur dengan alat ukurnya (Firdaos, 2006).

10
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau
dipergunakan untuk mengumpulkan data. Ini berarti, dengan
menggunakan alat-alat tersebut data dikumpulkan. Ada perbedaan
antara alat-alat penelitian dalam metode kualitatif dengan yang dalam
metode penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, atau
instrumen utama dalam pengumpulan data adalah manusia yaitu,
peneliti sendiri atau orang lain yang membantu peneliti. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti sendiri yang mengumpulkan data dengan
cara bertanya, meminta, mendengar, dan mengambil. Peneliti dapat
meminta bantuan dari orang lain untuk mengumpulkan data, disebut
pewawancara. Dalam hal ini, seorang pewawancara yang langsung
mengumpulkan data dengan cara bertanya, meminta, mendengar, dan
mengambil. Berbeda dari penelitian kualitatif, dalam penelitian
kuantitatif alat pengumpulan data mengacu pada satu hal yang
dipergunakan peneliti untuk mengumpulkan data, biasanya dipakai
untuk menyebut kuisioner. Hal pokok dari perbedaan tersebut adalah
dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri yang harus mengumpulkan
data dari sumber, sedangkan dalam penelitian kuantitatif orang yang
diteliti (responden) dapat mengisi sendiri kuisioner tanpa kehadiran
peneliti, umpamanya survei electronik atau kuesioner yang dikirimkan
(Afrizal, 2014).

Untuk mengumpulkan data dari sumber informasi (informan),


peneliti sebagai instrument utama penelitian memerlukan instrumen
bantuan. Ada dua macam instrument bantuan yang lazim digunakan
yaitu:

1) panduan atau pedoman wawancara mendalam. Ini adalah suatu


tulisan singkat yang berisikan daftar informasi yang perlu
dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan lazimnya bersifat umum yang
memerlukan jawaban panjang, bukan jawaban ya atau tidak.
2) alat rekaman. Peneliti dapat menggunakan alat rekaman seperti,
tape recorder, telepon seluler, kamera fot, dan kamera video untuk

11
merekam hasil wawancara. Alat rekaman dapat dipergunakan apabila
peneliti mengalami kesulitan untuk mencatat hasil wawancara
(Afrizal, 2014).
Instrumen penting dalam penelitian kualitatif adalah penelitian
sendiri. keikutsertaan peneliti dalam penjaringan data menentukan
keabsahan data yang dikumpulkan dalam penelitian.

Sebelum menyusun instrument penelitian, penting untuk diketahui


pula bentuk-bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian (Gulo,
2000), sebagai berikut :

1. Bentuk Instrumen Tes


Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya
yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,
bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen
berupa tes ini berisi soal-soal ter terdiri atas butir-butir soal. Setiap
butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur. Berdasarkan
sasaran dan objek yang diteliti, terdapatt beberapa macam tes, yaitu :

a. Tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk


mengungkap kepribadian seseoranng yang menyangkut konsep
pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan
sebagainya
b. Tes bakat atau aptitude test, tes ini digunkan untuk mengetahui
bakat seseorang.
c. Tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk
memperkirakan tingkat intelektual seseorang.
d. Tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur
berbagai sikap oranng dalam menghadapi suatu kondisi.
e. Tes minat atau measures of interest, ditunjukan untuk
menggali minat seseorang terhadap sesuatu

12
f. Tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk
mengetahui pencapaian sesorang setelah dia mempelajari
sesuatu.

Bentuk instrumen ini dapat dipergunkan salah satunya dalam


mengevaluasi kemampuan hasil belajar siswa disekolah dasar, tentu
dengan memperhatikan aspek aspek mendasar seperti kemampuan
dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik
setelah mennyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi
yang telah disampaikan.

2. Bentuk Instrume Interview


Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau interview
guide. Dalam pelaksanaannya, interview dapat dilakukan secara
terstruktur dan tidak terstruktur (bebas). Secara bebas artinya
pewawancara bebas menanakan apa saja kepada terwawancara tanpa
harus membawa lembar pedomannya. Syarat interview seperti ini
adalah pewawancara harus tetap mengingat data yang harus
terkumpul. Lain halnya dengan interview yang bersifat terpimpin,
pewawancara berpedoman pada pertanyaan lengkap dan terperinci,
layaknya sebuah kuesioner. Selain itu ada juga interview yang bebas
terpimpin, dimana pewawancara bebas melakuakan interview dengan
hanya menggunakan pedoman yang memuat garis besarnya saja.
Penelitian kualitatif umumnya menggunakan wawancara tidak
berstruktur atau semi berstruktur (Rachmawati, 2007).

a. Wawancara tidak berstruktur, tidak berstandard, informal, atau


berfokus dimulai dari ertanyaan umum dalam area yang luas pada
penelitian. Wawancara ini biasanya diikuti oleh suatu kata kunci,
agenda atau daftar topik yang akan mencakup dalam wawancara.
Namun tidak ada pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya kecuali
dalam wawancara yang awal sekali.

13
b. Wawancara semi berstuktur, wawancara ini dimulai dari isu yang
mencakup dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara
bukanlah jadwal seperti dalam penelitian kuantitatif. Sekuensi
pertanyaan tidaklah sama ada tiap partisipan bergantung pada
proses wawancara dan jawaban tiap individu. Namun pedoman
wawancara menjamin peneliti dapat mengumpulkan jenis data
yang sama dari partisipan.

c. Wawancara berstruktur atau berstandard. Beberapa keterbatasan


pada wawancara jenis ini membuat data yang diperoleh tidak kaya.
Jadwal wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang telah
direncanakan sebelumnya. Tiap partisipan ditanyakan pertanyaan
yang sama dengan urutan yang sama pula. Jenis wawancara ini
menyerupai kuesioner survei tertulis.

d. Wawancara kelompok. Wawancara kelompok merupakan


instrumen yang berharga untuk peneliti yang berfokus pada
normalitas kelompok atau dinamika seputar isyu yang ingin diteliti.

e. Faktor prosedural/ struktural, dimensi prosedural bersandar pada


wawancara yang bersifat natural antara peneliti dan partisipan atau
disebut juga wawancara tidak berstruktur.

f. Faktor konstekstual. Dimensi konsektual mencakupi jumlah isyu.


Pertama, terminologi yang di dalam wawancara dianggap penting.
Kedua, konteks wawancara yang berdampak pada penilaian
respon.

Instrumen wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif karena


dapat mengungkap informasi lintas waktu, yaitu berkaitan dengan
dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Dan data yang dihasilkan dari wawancara bersifat terbuka,

14
menyeluruh, dan tidak terbatas, sehingga mampu membentuk
informasi yang utuh dan menyuluruh dalam mengungkap penelian
kualitatif (Ulfatin, 2014).

Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses


memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya
jawab sambil bertatap muka antar pewanwancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara terlibat dalam
kehidupan sosial informan (Rahmat, 2009). Ada beberapa faktor yang
dapat memengaruhi kualitas wawancara mendalam yang perlu
dikontrol oleh peneliti (Afrizal, 2014), yaitu:

1) Jenis kelamin pewawancara. Perbedaan jenis kelamin


pewawancara dengan orang yang diwawancarai dapat
memengaruhi kualitas data. Pewawancara perempuan mungkin
mendapatkan informasi yang berbeda dari pewawancara laki-
laki dari seorang informan, bukan Karena kualitas
pertanyaannya atau karena cara mereka bertanya, tetapi lebih
karena jenis kelaminnya.

2) Perilaku pewawancara. Perilaku pewawancara ketika proses


wawancara mendalam dapat pula memengaruhi kualitas
informasi yang diperoleh dari para informan. Pewawancara
perlu sensitif terhadap perbuatannya yang dapat menyinggung
informannya.

3) Situasi wawancara. Situasi wawancara seperti apakah


wawancara dilakukan secara santai atau tegang, apakah para
informan dalam situasi yang terburu-terburu karena ada

15
pekerjaan yang ahrus diselesaikan segera, apakah wawancara
dilakukan dikantor atau dirumah dan sebagainya juga dapat
memengaruhi kualitas wawancara.

FGD (Focus Group Discussion)

FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data dalam penelitian


kualitatif. Karena FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data, maka
FGD dilakukan untuk mengumpulkan data tertentu bukan untuk
disiminasi informasi dan bukan pula untuk membuat keputusan.
Sehubungan dengan itu, ketika akan memilih untuk menggunakannya
setiap penyelenggara FGD harus merumuskan atau menetapkan data
yang akan dikumpulkan dengan melakukan GGD. Pada dasarnya,
FGD adalah suatu wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti
dengan sekelompok orang dalam waktu. Sekelompok orang tersebut
tidak diwawancarai terpisah, melainkan bersamaan dalam suatu
pertemuan (Afrizal, 2014).

Menurut Kriyantono dalam (Ardianto, 2010), terdapat beberapa hal


yang perlu diketahui oleh peneliti dalam melaksanakan FGD, yaitu:

a. Tidak ada jawaban benar atau salah dari responden. Setipa


orang (peserta FGD) harus merasa bebas dalam menjawab,
berkomentar atau berpendapat (positif atau negatif) asal
sesuai dengan permasalahan diskusi.
b. Selain interaksi dan perbincangan harus terekam dengan
baik.
c. Diskusi harus berjalan dalam suasana informal, tidak ada
peserta yang menolak menjawab. Meskipun tidak ditanya,
peserta dapat memberikan komentar sehingga terjadi tukar
pendapat secarat erus-menerus.

16
d. Moderator harus mampu membangkitkan suasana diskusi
agar tidak ada yang mendominasi pembicaraan dan tidak
ada yang jarang berkomentar (diam saja).

3. Bentuk Instrumen Observasi


Observasi merupakan pengamatan langsunng dengan
menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau
kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam
observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman
gambar, dan rekaman suara. Instrumen observasi digunakan dalam
penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari teknik wawancara yang
telah dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatis digunakan
untuk melihat dan mengamati secara langsung objek penelitian,
sehingga peneliti mampu mencatat dan menghimpun data yang
diperlukan untuk mengungkap penelitian yang dilakukan. Observasi
dalam penelitian kualitatif peneliti harus memahami terlebih dahulu
variasi pengamatan dan peran-peran yang dilakukan peneliti (Ulfatin,
2014).
Menurut Bungin yang dikutip oleh Rahrdjo mengemukakan
beberapa bentuk observasi, yaitu:
1) Observasi partisipasi (participant observation)
adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di
mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.
2) Observasi tidak terstruktur
ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman
observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya
berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
3) Observasi kelompo

17
,ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti
terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian
(Rahardjo, 2011).

4. Bentuk Instrumen Dokumentasi


Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu
pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori
yang akan dicari datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel
yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan anatar kedua bentuk
instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada
pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda centang
dalam kolom gejala, sedangkan check-list, peneliti memberikan tally
pada setiap pemunculan gejala (N. Cooper dkk, 2002). Dokumen
dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai penyempurna dari data
wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Dokumen dalam
penelitian kualitatif dapat berupa tulisan, gambar, atau karya
monumental dari obyek yang diteliti (Ulfatin, 2014).

Kriteria Instrumen Yang Baik


Alat ukur atau instrumen kualitatif yang baik harus memenuhi dua
syarat yaitu kredibilitas dan relibilitas. Suatu alat ukur yang tidak
reliabel atau tidak valid akan menghasilakn kesimpulan yang bias,
kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan akam memberikan
informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau individu yang
dikenal tes itu.
1. Kredibilitas
Suatu penelitian kualitatif dinyatakan kredibel jika ia menjelaskan
uraian yang benar atau tafsiran tentang pengalaman manusia dengan
benar, di mana orang lain yang mengalami pengalaman yang sama
akan mempunyai tafsiran yang sama. Suatu penelitian kualitatif itu
kredibel jika orang lain setuju bahwa mereka akan mempunyai
pengalaman tersebut walaupun mereka hanya membaca laporan

18
penelitian. Bagi meningkatkan validitas dalam penelitian kualitatif,
pengkaji harus menguraikan informasi yang dikumpulkan secara
objektif tanpa pengaruh perasaan dirinya (M. Mustari & M.T Rahman
, 2012).
Menurut (M. Mustari & M.T Rahman , 2012) kredibilitas
penelitian kualitatif secara langsung ataupun tidak dipengaruh oleh
pengaruh-pengaruh berikut :
a) Lokasi.
Kajian mungkin di tempat-tempat yang berbeda. Jika ia dilakukan
di suatu lokasi di mana faktor-faktor yang dikaji tidak ada, interpretasi
hasil kajian menjadi kurang kredibel karena orang-orang yang berada
di lokasi lain tidak dapat memahami dan kurang setuju atas
interpretasi peneliti.
b) Fokus.
Keadaan ini terjadi apabila pengkaji hanya fokus dan melaporkan
hal atau tingkah laku yang konsisten dan mempunyai corak tertentu
saja. Pengkaji seharusnya juga melaporkan atau memfokuskan
kajiannya atas hal-hal yang tidak konsisten, jika ia memberi makna
dan implikasi tertentu. Kajian yang hanya melaporkan hal-hal yang
konsisten saja mungkin akan dipertanyakan kredibilitasnya.
c) Elit.
Bagi kajian yang melibatkan kelompok-kelompok elit tertentu,
informasi yang dikumpulkan mungkin akan dipengaruhi oleh
argumenargumen kelompok elit yang berkuasa. Bias dalam laporan
akan terjadi dan ini akan mengurangi kredibilitas kajian.
d) Situasi.
Pengkaji yang melakukan kajian pada suatu situasi tertentu
mungkin akan terpengaruh dengan situasi pengkaji sendiri. Perasaan
dan pengalaman pengkaji akan mempengaruhinya untuk membuat
laporan yang kurang tepat jika kajian dilakukan dalam beberapa
situasi yang berbeda.
e) Konsep.

19
Pemahaman mengenai konsep-konsep yang dikaji mungkin
berbeda antara pengkaji dengan subjek yang dikaji. Apakah yang
disebut oleh subjek kajian dalam wawancara mungkin diuraikan
sebagai konsep yang berlainan oleh pengkaji karena pemahaman
pengkaji dan subjek yang dikaji tentang suatu konsep itu berbeda.

Validitas data dapat diusahakan melalui informant review.


Sebelum data disajikan, didiskusikan terlebih dahulu dengan
informant sebagai sumber datanya. Dengan demikian terjadi
kesepahaman antara peneliti sebagai instrumen penganalisis data dan
informantsebagai sumber datanya, sehingga unit-unit laporan yang
disusun telah disetujui informant. Hal itu menunjukkan bahwa data
yang ditemukan tidak diragukan keabsahannya, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai dasar pijakan dalam menarik simpulan
penelitian (F Nugrahani & M Hum, 2014).

2. Transferabilitas
Transferabilitas merupakan istilah dapat menggantikan konsep
generalisasi data dalam penelitian kuantitatif, yaitu sejauh mana
temuan suatu penelitian yang dilakukan pada suatu kelompok tertentu
dapat diaplikasikan pada kelompok lain (Graneheim, U. & Lundman,
B, dalam Afiyanti, 2008). Dalam penelitian kuantitatif, istilah
transferabilitas merupakan modifikasi atau mendekati istilah yang
sama dengan validitas eksternal yang pada kenyataannya, hal ini sulit
dicapai. Transferabilitas penelitian kualitatif tidak dapat dinilai sendiri
oleh penelitiannya melainkan oleh para pembaca hasil penelitian
tersebut. Jika pembaca memperoleh gambaran dan pemahaman jelas
tentang laporan penelitian (konteks dan fokus penelitian), hasil
penelitian itu dapat dikatakan memiliki transferabilitas tinggi (Morse,
Barret, Mayan, Olson, & Spiers, 2002 dalam Bungin, 2003).

3. Dependabilitas

20
Istilah reliabilitas dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah
dependabilitas. Dalam kuantitatif, reliabilitas adalah derajat ketepatan,
ketelitian atau keakuratan yang ditunjukakan oleh instrumen
pengukuran. Pengujiannya dapat dilakukan secara internal, yaitu
pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada. Satu
lagi secara eksternal, yaitu dengan melakukan test-retest (Umar,
2005). Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang
artinya dapat dipercaya. Keterpercyaan berhubungan dengan
ketepatan dan konsistensi. Tes hasi belajar dikatakan dapat dipercaya
apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif tetap
secara konsisten (Sandu Siyoto & M. Ali Sodik, 2015). Tingkat
dependabilitas yang tinggi pada penelitian kualitatif dapat diperoleh
dengan melakukan suatu analisis data yang terstruktur dan berupaya
untuk menginterpretasikan hasil penelitian dengan baik sehingga
peneliti lain akan dapat membuat kesimpulan yang sama dalam
menggunakan perspektif, data mentah, dan dokumen analisis
penelitian yang sedang dilakukan (H.J Streubert & D.R. Carpenter,
2003).

4. Konfirmabilitas
Objektivitas/konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif lebih
diartikan sebagai konsep intersubjectibitas atau konsep transparansi,
yaitu kesediaan peneliti mengungkapkan secara terbuka tentang proses
dan elemen-elemen penelitiannya sehingga memungkinkan pihak
lain/peneliti lain melakukan penelitian tentang hasil-hasil
temuannya.Beberapa peneliti kualitatif lebih mengarahkan kriteria
konfirmabilitas mereka dalam kerangka kebersamaan pandangan dan
pendapat terhadap topik yang diteliti atau meneitikberatkan pada
pertanyaan sejauh mana dapat di peroleh persetujuan diantara
beberapa peneliti mengenai aspek yang sedang dipelajari (T. Long &
M. Johnson, 2000).

21
Tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif yaitu (Sugiyono, 2007):

1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti


mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti
baru mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.
2. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi
yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada
masalah tertentu.
3. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang
telah ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis
secara mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema
yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu
pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.

Secara spesifik, ketiga tahap di atas dapat djabarkan dalam tujuh


langkah penelitian kualitatif yaitu: identifikasi masalah, pembatasan
masalah, penetapan fokus masalah, pelaksanaan penelitian,
pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan teori, dan pelaporan
hasil penelitian (Sudjana, 2001). Keterkaitan antara tiga tahapan
proses dan tujuh langkah penelitian kualitatif :

Langkah pertama:

mengidentifikasi masalah. Suatu masalah merupakan suatu keadaan


yang menyebabkan seseorang bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya
menemukan kebenaran yang ada. Fenomena masalah tersebut terjadi
karena adanya sesuatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan tidak
sama dengan kenyataan, sehingga timbul “pertanyaan” yang
menantang untuk ditemukan “jawabannya”. Atas dasar prinsip
masalah tersebut, dalam mengidentifikasi masalah dapat muncul
pertanyaan yang terkait dengan apakah, mengapa, dan bagaimana.
Dari pertanyaan yang muncul tergambar substansi masalah yang
terkait dengan pendekatan atau jenis penelitian tertentu. Dengan kata
lain, jenis penelitian apa yang harus digunakan peneliti bergantung

22
pada masalah yang ada. Di dalam penelitian sebaiknya seorang
peneliti melakukan identifikasi masalah dengan mengungkapkan
semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan ditelitinya.

Langkah kedua:

pembatasan masalah yang dalam penelitian kualitatif sering disebut


fokus penelitian. Sejumlah masalah yang diidentifikasi dikaji dan
dipertimbangkan apakah perlu direduksi atau tidak. Pertimbangannya
antara lain atas dasar keluasan lingkup kajian. Kajian yang terlalu luas
memungkinkan adanya hambatan dan tantangan yang lebih banyak.
Kajian yang terlalu spesifik memerlukan kemampuan khusus untuk
dapat melakukan kajian secara mendalam. Pembatasan masalah
merupakan langkah penting dalam menentukan kegiatan penelitian.
Meski demikian, pembatasan masalah penelitian kualitatif tidaklah
bersifat kaku/ketat. Pembatasan masalah dapat dilakukan dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan antara lain:

1) Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?


2) Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk
menemukan jawaban atas masalah yang dipilih?
3) Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
4) Apakah masalah tersebut baru dan aktual?
5) Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah tersebut?
6) Apakah masalah tersebut layak diteliti dengan melihat kemampuan
peneliti, akses memperoleh informasi, serta ketersediaan dana dan
waktu?

Langkah ketiga:

penetapan fokus penelitian. Penetapan fokus berarti membatasi kajian.


Dengan menetapkan fokus masalah berarti peneliti telah melakukan
pembatasan bidang kajian, yang berarti pula membatasi bidang
temuan. Menetapkan fokus berarti menetapkan kriteria data penelitian.
Dengan pedoman fokus masalah seorang peneliti dapat menetapkan

23
data yang harus dicari. Data yang dikumpulkan hanyalah data yang
relevan dengan fokus penelitian. Peneliti dapat mereduksi data yang
tidak relevan dengan fokus penelitian. Sebagai catatan bahwa dalam
penelitian kualitatif dapat terjadi penetapan fokus penelitian baru
dilakukan dan dipastikan pada saat peneliti berada di lapangan. Hal itu
dapat terjadi bila fokus masalah yang telah dirumuskan secara baik,
namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan penelitian
sehingga diubah, diganti, disempurnakan atau dialihkan. Peneliti
memiliki peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau
menambah fokus penelitian.

Langkah keempat:

pengumpulan data. Pada tahap ini yang perlu dipenuhi antara lain
rancangan atau skenario penelitian, memilih dan menetapkan setting
(latar) penelitian, mengurus perijinan, memilih dan menetapkan
informan (sumber data), menetapkan strategi dan teknik pengumpulan
data, serta menyiapkan sarana dan prasarana penelitian. Pengumpulan
data dilakukan dengan menemui sumber data. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat melakukan pengumpulan data adalah menciptakan
hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal ini
terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan
misalnya observasi, wawancara atau pengamatan.

Langkah kelima:

pengolahan dan pemaknaan data. Pada penelitian yang lain pada


umumnya pengolahan data dan pemaknaan data dilakukan setelah data
terkumpul atau kegiatan pengumpulan di lapangan dinyatakan selesai.
Analisis data kualitatif yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data
dimulai sejak peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang sama
dilakukan secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir
kegiatan pengumpulan data secara berulang sampai data jenuh (tidak
diperoleh lagi informasi baru). Dalam hal ini, hasil analisis dan

24
pemaknaan data akan berkembang, berubah, dan bergeser sesuai
perkembangan dan perubahan data yang ditemukan di lapangan.

Langkah keenam:

pemunculan teori. Peran teori dalam penelitian kualitatif berbeda


dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif teori tidak
dimanfaatkan untuk membangun kerangka pikir dalam menyusun
hipotesis. Penelitian kualitatif bekerja secara induktif dalam rangka
menemukan hipotesis. Teori berfungsi sebagai alat dan berfungsi
sebagai fungsi tujuan. Teori sebagai alat dimaksudkan bahwa dengan
teori yang ada peneliti dapat melengkapi dan menyediakan keterangan
terhadap fenomena yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung
makna bahwa temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru.

Langkah ketujuh:

pelaporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian merupakan bentuk


pertanggungjawaban peneliti setelah melakukan kegiatan
pengumpulan data penelitian dinyatakan selesai.

Pentingnya penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan antara lain:

1. Pendidikan sebagai proses sosialisasi hakikatnya adalah interaksi


manusia dengan lingkungan yang membentuknya melalui proses
belajar dalam konteks lingkungan yang berubah-ubah.
2. Pendidikan senantiasa melibatkan komponen manusia yakni
pendidik dan tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, lingkungan,
waktu, serta sarana dan prasarana pendidikan. Setiap komponen
saling berinteraksi dalam satu proses pendidikan/pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan.
3. Pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada hasil
tetapi juga berorientasi pada proses agar memperoleh hasil optimal.

25
4. Pendidikan dalam arti luas, terjadi pada setiap manusia dan
berlangsung sepanjang hayat, dalam lingkungan keluarga, sekolah
dan lingkungan masyarakat, secara alami.
5. Tekanan utama pendidikan adalah pembinaan dan pengembangan
manusia mencakup aspek intelektual, moral, sosial dalam satu
kesatuan utuh, serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan
pengembangan tersebut melalui proses belajar agar diperoleh
perubahan-perubahan perilaku menyangkut pengetahuan, sikap dan
keterampilan.

4. Analisa Data Penelitian Kualitatif

Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti


mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang
sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya
mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus
penelitian. Di dalam penelitian lapangan (field research) bisa saja
terjadi karena memperoleh data yang sangat menarik, peneliti
mengubah fokus penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan
penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah
didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti
menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak
terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih
bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi
ini diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan
konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis
data kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut. Menurut
Prof. Dr. Sugiyono, analisis data terdiri dari Analisis Data Sebelum di
lapangan dan Analisis Data Selama di lapangan.

Dari pengalaman melakukan penelitian kualitatif beberapa kali,


model analisis data yang dikenalkan oleh Spradley (1980), dan Glaser
dan Strauss (1967) bisa dipakai sebagai pedoman. Kendati tidak baku,

26
artinya setiap peneliti kualitatif bisa mengembangkannya sendiri,
secara garis besar model analisis itu diuraikan sebagai berikut:

1) Analisis Domain (Domain analysis).

Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk


memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus
penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum
dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang
ada di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu
membaca dan memahami data secara rinci dan detail karena targetnya
hanya untuk memperolehdomain atau ranah. Hasil analisis ini masih
berupa pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai ranah
konseptual. Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari
kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir. Terdapat
3 elemen dasar domain yaitu Cover term, Included term dan Semantic
relationship. Ada enam tahap yang dilakukan dalam analisis domain
yaitu:

a) Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari


sembilan hubungan semantik yang tersedia;
b) Menyiapkan lembar analisis domain;
c) Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir,
untuk memulainya;
d) Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan
hubungan semantik dari catatan lapangan;
e) Mengulangi usaha pencarian domain sampai semua hubungan
semantik habis;
f) Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasikan).

2) Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis).

Taksonomi adalah himpunan kategori-katagori yang di organisasi


berdasarkan suatu semantic relationship. Jadi taksonomi merupakan

27
rincian dari domain cultural. Pada tahap analisis taksonomi, peneliti
berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah
atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara
mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-
domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi
hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap
analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain yang
penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk
memperoleh pemahaman lebih dalam. Tujuh langkah yang dilakukan
dalam analisis taksonomi yaitu:

a. Memilih salah satu domain untuk dianalisis;


b. Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang
digunakan untuk domain itu;
c. Mencari tambahan istilah bagian;
d. Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat
dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang
dianalisis;
e. Membentuk taksonomi sementara;
f. Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang
telah dilakukan;
g. Membangun taksonomi secara lengkap.

3) Analisis Komponensial (Componential Analysis).

Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur dalam


ranah yang diperoleh. Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah dan
selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Kedalaman pemahaman
tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci
anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang
berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami
kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari

28
suatu ranah, dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam
serta rinci mengenai pokok permasalahan.

Ada delapan langkah dalam analisi komponen ini yaitu:

a. Memilih domain yang akan dianalisis;


b. Mengidentifikasi seluruh kontral yang telah ditemukan;
c. Menyiapkan lembar paradigma;
d. Mengidentifikasi demensi kontras yang memiliki dua nilai;
e. Menggabungkan demensi kontras yang berkaitan erat
menjadi satu;
f. Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada;
g. Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data;
h. Menyiapkan paradigma lengkap.

4) Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes).

Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami gejala-


gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba
mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-
simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, analisis ini
berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain
yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan yang
holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan mana
yang kurang dominan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti
adalah:

1) membaca secara cermat keseluruhan catatan penting,


2) memberikan kode pada topik-topik penting,
3) menyusun tipologi,
4) membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks
penelitian.

Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi


dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi. Sekali lagi di sini

29
diperlukan kepekaan, kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti
untuk bisa menarik kesimpulan secara umum sesuai sasaran
penelitian. Tujuh cara untuk menemukan tema yaitu:

a) Melebur diri;
b) Melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan;
c) Menemukan perspektif yang lebih luas melelui pencarian
domain dalam pemandangan budaya;
d) Menguji demensi kontras seluruh domain yang telah
dianalisis;
e) Mengidentifikasi domain terorganisir;
f) Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan antar
domain;
g) Mencari tema universal, dipilih satu dari enam topik: konflik
sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan
sosial pribadi, memperoleh dan menjaga status dan
memecahkan masalah. Sesuai dengan topik penelitian maka
yang dipilih adalah memecahkan masalah.

5) Analisa Komparasi Konstan (Grounded Theory Research)

Dalam pendekatan teori grounded ini, peneliti mengkosentrasikan


dirinya pada deskripsi yang rinci tentang sifat/ ciri dari data yang
dikumpulkan, sebelum berusaha menghasilkan pernyataan-pernyataan
teoritis yang lebih umum. Di saat telah memadainya rekaman
cadangan deskripsi yang akurat tentang fenomena sosial yang relevan,
barulah peneliti dapat mulai menghipotesiskan jalinan hubungan di
antara fenomena-fenomena yang ada, dan kemudian mengujinya
dengan menggunakan porsi data yang lain. Tiga aspek kegiatan yang
penting untuk dilakukan, yaitu:

a. Menulis catatan atau note writing.


b. Mengidentifikasi konsep-konsep atau discovery or
identification of concepts.

30
c. Mengembangkan batasan konsep dan teori atau development
of concept definition and the elaboration of theory.

B. PENELITIAN KUANTITATIF
1. Pengertian Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas
nilai (value free).Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat
menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara
lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan
reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi
sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat
masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul
adanya bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah
teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35).
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7). Metode kuantitatif sering juga
disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode
discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi
sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme.
Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode
ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif,
terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery
karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai
iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

31
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data
adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data. Instumen sebagi alat bantu dalam menggunakan metode
pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda,
misalnya angket ,perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi,
skala dan sebaginya.
Menurut Suharmi Arikunto (2006:149) ada beberapa instrument yang
namanya sama dengan metodenya,antarlain adalah

1. Instrument untuk metode tes adalah tes atau soal tes


2. Instrument untuk metode angaket atau kuesioner adalah angket atau
kuesioner
3. Instrument untuk metode observasi adalah chek – list
4. Instrument untuk metode observasi adalah pedoman observasi atau
dapat juga chek – list

Pengumpulan Data dalam Penelitian Kuantitatif

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian,
yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas
instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen.
Kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Macam-macam teknik pengumpulan data antara lain:
(1) interview (wawancara); (2) kuesioner (angket); (3) observasi (pengamatan);
(4) dokumentasi; dan (5) Tes.

1. Interview (Wawancara)

Wawancara menurut Satori & Komariah (2011: 130) adalah suatu teknik
pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data
langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Sugiyono (2010: 194)

32
menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil/sedikit.

Teknik pengumpulan data mendasarkan diri pada laporan tentang diri


sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi. Dalam Sugiyono (2010: 194). Wawancara dibedakan menjadi
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

a) Wawancara Terstruktur
Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti
atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang
akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan. Setiap responden diberi pertanyaan sama, dan
pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat
bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

b) Wawancara Tidak Terstruktur


Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Jenis wawancara ini sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau
penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Dalam penelitian
pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu
atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan
secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Dalam wawancara

33
tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan
diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan ceritera responden.

2. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Kuesioner efisien bila peneliti tahu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari
responden. Kuesioner cocok digunakan apabila jumlah responden cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan
tertutup atau terbuka.

Dalam Arikunto (2006: 152) , kuesioner dapat dibedakan atas beberapa


jenis, tergantung pada sudut pandangan:

a) Dipandang dari cara menjawab


Dibedakan menjadi kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner
terbuka memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan
kalimatnya sendiri. Sedangkan kuesioner tertutup sudah disediakan jawabannya,
sehingga responden tinggal memilih.

b) Dipandang dari jawaban yang diberikan


Ada dua jenis kuesioner, yaitu kuesioner langsung dan kuesioner tidak
langsung. Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya.
Sedangkan kuesioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang
orang lain.

c) Dipandang dari bentuknya.


Menurut bentuknya, kuesioner dibedakan menjadi kuesioner pilihan
ganda, kuesioner isian, check list, dan rating-scale.

3. Observasi (pengamatan)

Pengertian observasi menurut Satori & Komariah (2011: 105) adalah


pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak

34
langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.
Secara langsung dengan terlibat ke lapangan dengan melibatkan seluruh
pancaindera. Sedangkan tidak langsung dengan dibantu mediavisual/audiovisual.

Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang
lain. Teknik observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar. Dalam penelitian kuantitatif biasanya menggunakan observasi
terstruktur

Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dapat dibedakan


menjadi:

a. Observasi Berperan serta

Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati


atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa
uang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi ini, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap,tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang nampak.

b. Observasi Nonpartisipan

Peneliti hanya sebagai pengamat independen. Data yang dikumpulkan


tidak mendalam, tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai
dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.

Berdasarkan instrumen yang digunakan, observasi dibedakan menjadi:

a. Observasi terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara


sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan di mana tempatnya. Observasi ini
dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang

35
diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen
penelitian yang yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.

b. Observasi tidak terstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan


secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti tidak tahu secara
pasti tentang apa yang akan diamati. Peneliti tidak menggunakan instrumen yang
telah baku, tetapi hanya rambu-rambu pengamatan.

Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara, peneliti belum
tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan
pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian
dibuat kesimpulan.

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa


berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen berbentuk gambar misalnya foto, sketsa,
dll. Dokumen berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,
patung, film, dll. Dalam penelitian kualitatif studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel jika
didukung sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di
masyarakat dan autobiografi. Penelitian juga semakin kredibel jika didukung oleh
foto-foto atau karya tulis akademik. Pada penelitian kuantitatif, dokumentasi
dapat menunjang latar belakang dan pentingnya penelitian.

5. Tes

Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya


kemampuan obyek yang diteliti (Arikunto, 2006: 223). Sumber yang dikenai tes

36
bukan hanya manusia. Misalnya binatang, mesin mobil, dll. Contoh: Jika seekor
anjing pelacak akan digunakan sebagai pembantu polisi untuk mendeteksi
narkoba, dia dites dulu apakah kiranya memiliki kecerdasan dan penciuman yang
tajam, sehingga ada kemungkinan untuk dilatih. Selama dan sesudah latihan
berlangsung, anjing tersebut dites lagi berkali-kali untuk diketahui seberapa tinggi
peningkatan kemampuannya.

Untuk manusia, instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes prestasi belajar
yang biasa digunakan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes buatan
guru dan tes terstandar. Tes buatan guru yang disusun oleh guru dengan prosedur
tertentu, tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui
ciri-ciri dan kebaikannya. Tes terstandar biasanya sudah tersedia di lembaga
testing, yang sudah terjamin keampuhannya.

6. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik


pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2010: 330). Bila
peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data. Triangulasi digunakan pada penelitian kualitatif.

Terdpat dua macam triangulasi, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi


sumber. Triangulasi teknik, berarti penelitian menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber, untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Analisis Data

37
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan Analisis data
dalam Sugiyono ( 2010: 207) adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan.

Teknik analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan statistik.


Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian
kuantitatif, yaitu statistik deskriptif dan dan statistik inferensial.

1. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis


data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010: 208). Analisis statistik ini
digunakan apabila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, tidak untuk
membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui


tabel, grafik, diagram lingkaran, piktogram, perhitungan modus, median, mean,
perhitugan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-
rata dn standar deviasi dan perhitungan persentase.

Analisis statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya


hubungan antara variabel melalui analisis, korelasi, melakukan prediksi dengan
analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata
data sampel atau populasi. Analisis ini tidak sampai pada pengujian
signifikansinya, karena dalam analisis deskriptif tidak membuat generalisasi.

2. Statistik Inferensial

38
Analisis statistik inferensial digunakan apabila peneliti ingin membuat suatu
kesimpulan yang berlaku untuk populasi. Statistik inferensial adalah teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi. Analisis statistik ini cocok digunakan bila sampel
diambil dari populasi yang jelas dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara
random.

C. PENELITIAN GABUNGAN

1. Pengertian Penelitian Metode Gabungan (Mix Methode)

Penelitian Campuran dikenal sejak Campbell dan Fiske (1950-an)


menggunakan metode multimethods dalam pengumpulan data dan penelitian
sehingga didapat kombinasi lebih baik pada masalah dan pertanyaan penelitian.
Penelitian campuran adalah penelitian yang menggunakan dua metode yaitu
metode kuantitatif dan metode kualitatid dalam studi tunggal (satu penelitian)

Pendekatan penelitian campuran melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi


pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, serta pencampuran kedua
pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Penggunaan metode campuran
sangatlah kompleks disamping mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data,
tetapi juga melibatkan fungsi dan dua pendekatan penelitan yang secara kolektif
saling memberikan kekuatan penelitian secara keseluruhan daripada penelitian
kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian metode campuran ini lebih sering digunakan dalam bidang


humaniora. Alasan secara umum penggunaan metode campuran dalam penelitian
yaitu:

a) Lebih memahami masalah penelitian dengan menggabungkan data


kuantitatif yang berupa angka-angka dan data kualitatif yang berupa
perincian-perincian deskriptif.

b) Mengeksplorasi pendapat dan pandangan partisipan (kualitatif) untuk


kemudian dianalisis berdasarkan sampel berupa data angka (kuantitatif).

39
c) Memperoleh hasil-hasil statistik kuantitatif dari suatu sampel, kemudian
menindaklanjuti dengan mewawancari atau mengobservasi sejumlah
individu untuk membantu menjelaskan lebih jauh hasil statistik yang
sudah diperoleh (O’Chathain, Murphy dan Nicholl, 2007)

d) Mengungkap kecenderungan-kecenderungan dan hak-hak dari kelompok


atau individu yang diperlakukan tidak sebagaimana mestinya.

Creswell (2009) menyatakan bahwa “ Mixed Methods Research is an


approach to inquiry that combines or associated both qualitative quantitative form
of research”. Metode kombinasi adalah merupakan pendekatan penelitian yang
menggabungkan atau menghubungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
(Sugiyono, 2013: 19)

Menurut Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 20), metode penelitian kombinasi


akan berguna bila metode kuantitatif atau metode kualitatif secara sendiri-sendiri
tidak cukup akurat digunakan untuk memahami permasalahan penelitian, atau
dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara kombinasi akan
dapat memperoleh pemahaman yang paling baik (bila dibandingkan dengan satu
metode).

2. Desain Penelitian Metode Gabungan (Mix Methode)

Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 407) mengklasifikasikan model utama


metode kombinasi menjadi dua, yaitu model sequential (kombinasi berurutan),
dan model concurrent (kombinasi campuran). Model sequential (kombinasi
berurutan) ada tiga macam, yaitu sequential explanatory strategy (model urutan
pembuktian), sequential exploratory strategy (model urutan penemuan), dan
sequential transformative strategy. Sementara itu, model concurrent (kombinasi
campuran) terdapat dua macam, yaitu concurrent triangulation strategy (campuran
kualitatif dan kuantitatif secara berimbang), concurrent embedded strategy
(campuran penguatan/metode kedua memperkuat metode pertama), dan
concurrent transformative strategy.

a) Model Sequential (Kombinasi Berurutan)

40
Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 408) menyatakan bahwa model kombinasi
berurutan merupakanprosedur penelitian dimana peneliti mengembangkan hasil
penelitian dari satu metode ke metode yang lain. Model kombinasi berurutan
terdapat tiga macam, yaitu:

b) Sequential Explanatory Design (Model Urutan Pembuktian)

Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 409) menyatakan bahwa sequential


explanatory strategy dicirikan dengan pengumpulan data dan analisis data
kuantitatif pada tahap pertama, dan diikuti dengan pengumpulan dan analisis data
kualitatif pada tahap kedua guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang
dilakukan pada tahap pertama.

c) Sequential Exploratory Strategy (Model Urutan Penemuan)

Sequential Exploratory Strategy sama dengan Sequential Explanatory Design,


hanya saja cara kerjanya dibalik. Pada model ini, tahap awal menggunakan
metode kualitatif dan tahap kedua menggunakan metode kuantitatif. Bobot
metode lebih berat pada metode kualitatif dan selanjutnya dilengkapi dengan
metode kuantitatif. Kelemahan dari Sequential Exploratory Strategy adalah
peneitian memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar. (Sugiyono,
2013: 410)

d) Sequential Transformative Strategy

Model ini dilakukan dengan dua tahap dengan dipandu oleh teori lensa
(gender, ras, ilmu social) pada setiap prosedur penelitiannya. Tahap pertama bisa
menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif dan dilanjutkan pada tahap
berikutnya dengan metode kualitatif atau kuantitatif. Teori lensa dikemukakan
pada bagian pendahuluan proposal penelitian untuk memandu dirumuskannya
pertanyaan penelitian untuk menggali masalah. (Sugiyono, 2013: 411)

e) Model Concurrent (Kombinasi Campuran)

Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 411) menyatakan bahwa model Concurrent


merupakan prosedur penelitian dimana peneliti menggabungkan data kuantitatif

41
dan kualitatif agar diperoleh analisis yang komprehensif guna menjawab masalah
penelitian. Model kombinasi campuran ada tiga macam, yaitu:

f) Concurrent Triangulation Strategy (Campuran Kualitatif dan Kuantitatif


secara Berimbang)

Model ini merupakan model yang paling familiar diantara enam model dalam
mixed methods. Dalam model concurrent triangulation ini peneliti menggunakan
metode kuantitatif dan kualitatif secara bersam-sama, baik dalam pengumpulan
data maupun analisis data. Kemudian membandingkan data yang diperoleh, untuk
selanjutnya dapat ditemukan mana data yang dapat digabungkan dan dibedakan
(Sugiyono, 2013: 411).

Sugiyono (2013: 412) menyatakan bahwa dalam model ini penelitian


dilakukan dalam satu tahap tetapi dengan menggunakan metode kuantitatif dan
kualitatif secara bersama-sama. Idealnya bobot antara metode kuantitatif dan
kualitatif yang dilakukan dalam penelian adalah seimbang, namun dalam
prakteknya metode yang satu bobotnya lebih tinggi atau lebih rendah dari metode
yang lain. Penggabungan data dilakukan pada penyajian data, interpretasi, dan
pembahasan.

g) Concurrent Embedded Strategy (Campuran Penguatan/Metode Kedua


Memperkuat Metode Pertama)

Model Concurrent Embedded merupakan metode penelitian yang


mengkombinasikan penggunaan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara
simultan/bersama-sama (atau sebaliknya), tetapi bobot metodenya berbeda. Pada
model ini ada metode primer dan metode sekunder. Metode primer digunakan
untuk memperoleh data yang utama, dan metode sekunder digunakan untuk
memperoleh data guna mendukung data yang diperoleh dari metode primer.
(Creswell dalam Sugiyono, 2013: 412)

h) Concurrent Transformative Strategy

Seperti halnya dalam model sequential transformative, pada model concurrent


transformative ini peneliti juga dipandu dengan menggunakan teori perspektif

42
baik teori kuantitatif maupun kualitatif. Teori perspektif ni seperti: critical theory,
advocacy, participatory research or a conceptual or theoretical framework. Model
ini merupakan gabungan antara model triangulation dan embedded. Dua metode
pengumpulan data dilakukan pada satu tahap penelitian dan pada waktu yang
sama. Bobot metode bisa sama dan bisa tidak sama. Penggabungan data dapat
dilakukan dengan merging, connecting atau embedding (mencampur dengan
bobot sama, menyambung, dan mencampur dengan bobot tidak sama). (Creswell
dalam Sugiyono, 2013: 412-413)

3. Pengumpulan Data dan Analisis Data

a) Sequential Explanatory Design (Model Urutan Pembuktian)

Tahap awal adalah dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan pada populasi atau sampel tertentu menggunakan
instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Selanjutnya dilakukan
analisis data kuantitatif. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah
deskriptif dan menguji hipotesis yang telah diajukan. Tahap selanjutnya adalah
pengumpulan data dan analisis data kualitatif. Setelah data dari metode kualitatif
sudah terkumpul dan kemudian dianalisis.

Setelah pengumpulan data dan analisis data pada metode kuantitatif dan
kualitatif selesai, tahap selanjutnya adalah membandingkan data kuantitatif dan
kualitatif, dimana data kuantitatif hasil penelitian kuantitatif dilakukan pada tahap
pertama dan data kualitatif hasil penelitian kualitatif dilakukan pada tahap kedua.
Melalui analisis data ini akan dapat diperoleh informasi apakah kedua data saling
melengkapi, memperluas, memperdalam atau malah bertentangan. (Sugiyono,
2013: 449).

b) Sequential Exploratory Strategy (Model Urutan Penemuan)

Tahap awal adalah dilakukan pengumpulan data dan analisis data kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan pengumpulan data lebih banyak
dilaksanakan secara bersamaan. Jadi peneliti melakukan pengumpulan data,
analisis data, sekaligus melakukan pengujian kredinilitas data dengan teknik

43
trianggulasi. Proses pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian kualitatif
dapat menggunakan model yang dikembangkan oleh Spradley atu Miles and
Huberman. Analisis data yang dikembangkan Spradley adalah analisis domain,
taksonomi, komponensial, dan tema kulturan. Sedangkan analisis menurut Miles
and Huberman bersifat interaktif yaitu, data collection, data reduction, data
display, conclutions (Sugiyono, 2013: 478).

Pengumpulan data kuantitatif ditujukan untuk membuktikan hipotesis, maka


diperlukan instrument penelitian. Instrumen tersebut harus terlebih dahulu diuji
validitas dan reliabilitasnya. Setelah terbukti valid dan reliable, maka instrument
tersebut selanjutnya digunakan untuk pengumpulan data. Langkah selanjutnya
adalah analisis data kuantitatif. Analisis tersebut ditujukan untuk membuktikan
hipotesis yang ditemukan dari penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013: 487).

Setelah pengumpulan data dan analisis data pada metode kualitatif dan
kuantitatif selesai, tahap selanjutnya adalah membandingkan data kualitatif dan
kuantitatif, dimana data kualitatif hasil penelitian kualitatif dilakukan pada tahap
pertama dan data kuantitatif hasil penelitian kuantitatif dilakukan pada tahap
kedua. Melalui analisis data ini akan dapat diperoleh informasi apakah kedua data
saling melengkapi, memperluas, memperdalam atau malah bertentangan.

c) Sequential Transformative Strategy

Model ini dilakukan dengan dipandu oleh teori lensa (gender, ras, ilmu social)
pada setiap prosedur penelitiannya. Teori lensa dikemukakan pada bagian
pendahuluan proposal penelitian untuk memandu dirumuskannya pertanyaan
penelitian untuk menggali masalah. Tahap pertama adalah pengumpulan data dan
analisis data metode kuantitatif atau kualitatif dan dilanjutkan pada tahap
berikutnya dengan pengumpulan data dan analisis data dengan metode kualitatif
atau kuantitatif. (Sugiyono, 2013: 411)

d) Concurrent Triangulation Strategy (Campuran Kualitatif dan Kuantitatif


secara Berimbang)
Metode kombinasi model concurrent triangulation merupakan metode
penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif

44
secara seimbang. Fokus penggabungan lebih pada teknik pengumpulan data dan
analisis data.

Dalam model ini pengumpulan data dan analisis dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah dengan menggunakan dua metode sekaligus. Setelah data
terkumpul dan telah dianalisis menggunakan dua metode tersebut, selanjutnya
dapat dibuat kesimpulan apakah kedua data (kuantitatif dan kualitatif) saling
memperkuat, memperlemah, atau bertentangan (Sugiyono, 2013: 499).

e) Concurrent Embedded Strategy (Campuran Penguatan/Metode Kedua


Memperkuat Metode Pertama)
Dalam model Concurrent Embedded ini terdapat dua model penggabungan
metode. Pertama, kualitatif dan kuantitatif, dimana kualitatif menjadi metode
primer dan kuantitatif menjadi metode sekunder. Kedua, kualitatif dan kuantitatif,
dimana yang menjadi metode primer adalah kuantitatif dan metode sekundernya
adalah kualitatif.

Pada medel ini, peneliti dapat mengumpulkan data dua macam yaitu
kuantitatif dan kualitatif , atau sebaliknya. Pengumpulan data dilakukan dalam
waktu yang bersamaan, dan bergantian dalam selang waktu yang tidak terlalu
lama.Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara memberikan
instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya kepada sampel penelitian.
Untuk melengkapi data kuantitatif tersebut, agar lebih luas, mendalam, dan
bermakna, maka peneliti melakukan pengumpulan data kualitatif (Sugiyono,
2013: 558).

Setelah pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis


data yang digunakan untuk metode kuantitatif adalah dengan statistic, sedangkan
untuk metode kualitatif adalah analisis kualitatif. Sementara itu untuk data yang
dikombinasikan dengan analisis statistic dan analisis kualitatif.

f) Concurrent Transformative Strategy

Pada model concurrent transformative, peneliti juga dipandu dengan


menggunakan teori perspektif. Pengumpulan data dan analisis data dilakukan pada

45
satu tahap penelitian dan pada waktu yang sama untuk dua metode sekaligus.
Penggabungan data dapat dilakukan dengan mencampur dengan bobot sama,
menyambung, dan mencampur dengan bobot tidak sama.

4. Instrumen Penelitian Gabungan

a) Penelitian Kuantitatif

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel dalam


ilmu alam. Instrumen ini harus teruji validitas dan reliabilitasnya. Variabel dalam
ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel suhu
maka instrumennya adalah thermometer, variabel panjang maka instrumennya
mistar (meteran) dll. Instrumen-instrumen tersebut mudah didapat dan teruji
reliabilitasnya, kecuali yang rusak dan palsu.

Instrumen dalam penelitian pendidikan memang ada yang sudah tersedia dan
telah teruji validitas dan reliabilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif
berprestasi, (n-nach) untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan
lain-lain.

Instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah teruji validitas


analisis reliabilitasnya, tetapi bila digunakan utuk tempat tertentu belum tentu
tepat dan mungkin tidak valid dan reliabel lagi. Hal ini perlu dimaklumi karena
gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Untuk itu
maka peneliti-peneliti dalam bidang pendidikan instrumen penelitian yang
digunakan sering disusun sendiri termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya.

Contoh Judul penelitian dan instrumen yang dikembangkan:

“GAYA DAN SITUASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA


PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM KERJA ORGANISASI SEKOLAH”

Judul tersebut terdiri atas dua variabel independen dan satu dependen.
Masing masing instrumennya adalah:

1) Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan


2) Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan

46
3) Instrumen untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi

b) Penelitian Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti uneuk memasuki obyek
penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus


penelitian, memilih informan sebagai sumer data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya.

Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen penelitian t=serasi untuk


penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan

2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek


keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3) Tiap situasi merupakan keseluruhan

4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami


dengan pengetahhuan semata.

5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh

6) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan


berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera seagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, dan
perbaikan atau pelakuan.

47
7) Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang anaeh, yang menyimpang
justru diberi perhatian.

48
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jenis Metode Penelitian kuantitatif banyak menggunakan hitungan, statistik, dan
tabel, dengan kaidah-kaidah tertentu. Penelitian kuantitatif ini menggunakan teknik
pengumpulan data dengan quesioner. Penelitian kuantitatif sering digunakan dalam
berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu sosial seperti biologi, fisika,
kimia, matematika, sosiologi, jurnalisme, ekonomi, dan lain sebagainya. Metode
penelitian ini berbeda dengan metode penelitian kualitatif karena menggunakan
hitungan-hitungan, sedangkan metode penelitian kualitatif menggunakan kata-kata atau
deskripsi.
. Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berfikir induktif. Dalam
penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan setting fenomenanya yang diteliti.
Peneliti diharapkan selalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam
konteks yang diteliti. Setiap kejadian merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dengan
yang lain karena ada perbedaan konteks.
Pendekatan penelitian campuran melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi
pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, serta pencampuran kedua pendekatan
tersebut dalam satu penelitian. Penggunaan metode campuran sangatlah kompleks
disamping mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data, tetapi juga melibatkan
fungsi dan dua pendekatan penelitan yang secara kolektif saling memberikan kekuatan
penelitian secara keseluruhan daripada penelitian kuantitatif dan kualitatif.

B. SARAN
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Kami tetap
berharap makalah ini tetap memeberikan manfaat bagi pembaca. Namun, saran dan
kritik yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami terima demi
kesempurnaan makalah dimasa yang akan datang.

49
DAFTAR PUSTAKA

Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada

Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1), 46-62.

Hamidi.( 2004).Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan

Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.

Mulyadi, M. (2011). Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar

Menggabungkannya. Jurnal studi komunikasi dan media, 15(1), 128-137.

Nugrahani, F., & Hum, M. (2014). Metode Penelitian Kualitatif . Solo: Cakra

Books.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Fatkhan.2017.Teknik Pengumpulan Data dan Analisa dalam Penelitian.dalam


http://fatkhan.web.id/teknik-pengumpulan-data-dan-analisis-dalam-penelitian/

50

Anda mungkin juga menyukai