PENDIDIKAN INKLUSI
SEJARAH, TUJUAN, PRINSIP, KESAMAAN DAN SISI POSITIF
PENDIDIKAN INKLUSI
OLEH :
KELOMPOK 1
SEKSI :
2019
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh
pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pendidikan inklusif
2. Apa tujuan pendidikan inklusif
3. Bagaimana prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif
4. Bagaimana kesamaan dan sisi positif pendidikan inklusif
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah pendidikan inklusif
2. Untuk mengetahui apa tujuan pendidikan inklusif
3. Untuk mengetahui bagaimana prinsip penyelenggaraan pendidikan
inklusif
4. Untuk mengetahui bagaimana kesamaan dan sisi positif pendidikan
inklusif
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Pendidikan inklusif telah menjadi perhatian masyarakat dunia.
Beberapa pertemuan internasional mendasari pergerakan menuju
pendidikan yang berkualitas bagi semua anak melalui pendidikan inklusi.
Landasan hukum dan landasan konseptual menjadi landasan bagi gerakan
menuju pendidikan inklusif. Termasuk Indonesia, diantaranya adalah
7
- Hak semua anak untuk ikut serta dalam pendidikan yang berpusat pada
anak yang memenuhi kebutuhan individual.
- Pengayaan dan manfaat bagi mereka semua yang terlibat akan
diperoleh melalui pelaksanaan pendidikan inklusif.
- Hak semua anak untuk ikut serta dalam pendidikan berkualitas yang
bermakan bagi setiap individu.
- Keyakinan bahwa pendidikan inklusif akan mengarah pada sebuah
masyarakat inklusif dan akhirnya pada keefektifan biaya.
1948 : Deklarasi Hak Asasi Manusia – termasuk hak atas pendidikan dan
partisipasi penuh di masyarakat untuk semua orang – PBB
8
dengan dukungan organisasi para tunanetra sebagai satu kelompok
penekan. Pada masa itu SLB untuk tunanetra hanya memberikan layanan
pendidikan hingga tingkat SLTP. Sesudah itu para pemuda tunanetra diberi
latihan kejuruan dalam bidang kerajinan tangan atau pijat. Sejumlah
pemuda tunanetra bersikeras untuk memperolah tingkat pendidikan lebih
tinggi dengan mencoba masuk ke SMA biasa meskipun ada upaya
penolakan dari pihak SMA itu. Lambat laun terjadi perubahan sikap
masyarakat terhadap kecacatan dan beberapa sekolah umum bersedia
menerima siswa tunanetra.
9
program pendidikan integrasi yang nyaris mati, perhatian diberikan pada
sustainabilitas program pengimplementasian pendidikan inklusif dan
pemerintah memberikan perhatiannya dengan mengeluarkan UU No. 4
Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menekankan hak setiap warga
negara untuk memperolah pendidikan sesuai dengan jenjang, jalur, satuan,
bakat, minat, dan kemampuannya tanpa diskriminasi. Dengan kata lain,
dalam sektor pendidikan formal seharusnya tidak ada lagi sekat sosial yang
membedakan para difabel dengan masyarakat umum. Orang tua bisa
mendaftarkan anak difabel mereka ke sekolah umum. UU No. 4 Tahun
1997 pasal 12 mewajibkan lembaga-lembaga pendidikan umum menerima
para difabel sebagai siswa. Kewajiban seperti inilah yang disebut sebagai
model inklusi.
10
1. Diseminasi ideolgi pendidikan inklusif melalui berbagai seminar dan
lokakarya.
2. Mengubah peranan SLB yang ada agar menjadi pusat sumber untuk
mendukung sekolah inklusif ( dengan alat bantu mengajar, materi ajar,
metodologi, dsb ); Penataran/pelatihan bagi guru – guru SLB maypan
guru – guru reguler untuk memungkinkan mereka memberikan layanan
yang lebih baik kepada anak berkebutuhan khusus dalam setting
inklusi.
3. Reorientasi pendidikan guru di LPTK dan keterlibatan universitas
dalam program tersebut.
4. Desentralisasi pembuatan keputusan untuk memberikan lebih banyak
peran kepada pemerintah daerah dalam implementasi pendidikan
inklusif.
5. Mendorong dan memfasilitasi pembentukan kelompok – kelompok
kerja untuk mempromosikan implementasi pendidikan inklusif.
6. Keterlibatan LSM dan organisasi internasional dalam program ini.
7. Menjalin jejaring antar berbagai pihak terkait.
8. Mengembangkan sekolah inklusif perintis.
9. Pembukaan program magister dalam bidang inklusi dan pendidikan
kebutuhan khusus.
Hasil yang paling dapat teramati dari program tersebut adalah sebagai
berikut.
11
Centre in West Sumatra are the three most functional among the nine
resource centres. In addition a number of other special schools have
been designed to function as supportive centres.
3. Beberapa universitas sudah mulai memperkenalkan pendidikan inklusif
sebagai satu maya kuliah atau sebagai satu topik dalam mata kuliah
terkait kepada mahasiswanya.
12
1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak
(termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan pendidikan yang layak
sesuai dengan kebutuhannya.
2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar
3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan
menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah.
4. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak
diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran.
5. Memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal. 32 ayat
1 yang berbunyi ’setiap warga negara negara berhak mendapat pendidikan,
dan ayat 2 yang berbunyi ’setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya’. UU no. 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Pasal. 5 ayat 1 yang
berbunyi ’setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu’. UU No. 23/2002 tentang
Perlindungan Anak, khususnya Pasal. 51 yang berbunyi ’anak yang
menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikana kesempatan yang sama
dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar
biasa.
A. Bagi siswa
13
1. Sejak dini siswa memiliki pemahamanyang baik terhadap
perbedaan dan keberagaman.
2. Munculnya sikap empati pada siswa secara alamiah
3. Munculnya budaya saling menghargai dan menghormati
antar siswa
4. Menurunkan terjadinya stigma dan labeling kepada semua
anak, khusunya pada anak berkebutuhan khusus dan
penyandang cacat
5. Timbulnya budaya kooperatif dan kolaboratif pada siswa
sehingga memungkinkan adanya saling bantu antar satu
dengan yang lainnya.
B. Bagi guru
1. Lebih tertantang untuk mengembangkan berbagai metode
pembelajaran.
2. Bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang
keberagaman siswa termasuk keunikan, karakteristik, dan sekaligus
kebutuhannya
3. Terjalinnya komunikasi dan kerja sama dalam kemitraan antar guru
dan guru ahli bidang lain
4. Menumbuh kembangkan sikap empati guru terhadap siswa
termasuk siswa penyandang cacat / siswa berkebutuhan khusus.
5. Meredam kejenuhan guru dalam mengajar.
C. Bagi sekolah
1. Memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program wajib
belajar
2. Memberikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan bagi semua
kelompok masyarakat
3. Menggunakan biaya yang relatif lebih efisien
4. Mengakomodasi kebutuhan masyarakat
14
5. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan
6. Menperoleh pengalaman untuk mengelola berbagai perbedaan
dalam satu kelas
7. Mengembangkan apresiasi bahwa setiap orang memiliki keunikan
dan kemampuan yang berbeda satu dengan yang lainnya
8. Meningkatakan kepekaan terhadap keterbatasan orang lain dan rasa
empati pada keterbatasan anak
D. Bagi masyarakat.
1. Meningkatkan kesetaraan sosial dan kedamaian dalam masyarakat.
2. Mengajarkan kerjasama dalam masyarakat dan mengajarkan setiap
anggota masyarakat tentang proses demokrasi.
3. Membangun rasa saling mendukung dan saling membutuhkan antar
anggota masyarakat.
C. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Penyelenggaraan pendidikan inklusif terdapat beberapa prinsip,
yaitu:
a. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu, pemerintah
mempunyai tanggung jawab untuk menyusun strategi upaya
pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan
peningkatan mutu. Pendidikan inklusif merupakan salah satu
strategi upaya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
karena lembaga pendidikan inklusi bisa menampung semua
anak yang belum terjangkau oleh layanan pendidikan lainnya.
Pendidikan inklusif juga merupakan strategi peningkatan mutu,
karena model pembelajaran inklusif menggunakan metodologi
pembelajaran bervariasi yang bisa menyentuh pada semua anak
dan menghargai perbedaan.
b. Prinsip kebutuhan individual, setiap anak memiliki kemampuan
dan kebutuhan yang berbeda-beda oleh karena itu pendidikan
harus diusahakan untuk menyesuaikan dengan kondisi anak.
15
c. Prinsip kebermaknaan, pendidikan inklusif harus menciptakan
dan menjaga komunitas kelas yang ramah, menerima
keanekaragaman dan menghargai perbedaan.
d. Prinsip keberlanjutan, pendidikan inklusif diselenggarakan
secara berlanjut pada semua jenjang pendidikan.
e. Prinsip keterlibatan, penyelenggaraan pendidikan inklusif harus
melibatkan seluruh komponen pendidikan terkait. Menurut
Mohammad Takdir Ilahi 2013: prinsip dasar penyelenggaraan
pendidikan inklusif adalah “Semua anak mendapatkan
kesempatan yang sama untuk bersekolah tanpa memandang
perbedaan latar belakang kehidupannya”. Adanya pendidikan
inklusif diharapkan semua anak baik anak normal maupun anak
yang memiliki kebutuhan khusus mendapatkan kesempatan
yang sama untuk mengenyam pendidikan di sekolah.
Lay Kekeh Marthan 2007: 176-178 mengemukakan bahwa
“Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan maksud
mencapai tujuan pembelajaran”
D. Kesamaan dan Sisi Positif Pendidikan Inklusif
Pentingnya pendidikan inklusif terus- menerus dikembangkan karena
memiliki kelebihan dan manfaat. Menurut Staub dan Peck (1994/ 1995)
ada lima manfaat atau kelebihan program inklusif yaitu :
1. Berdasarkan hasil wawancara dengan anak non ABK di sekolah
menengah, hilangnya rasa takut pada anak berkebutuhan khusus akibat
sering berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus.
2. Anak non ABK menjadi semakin toleran pada orang lain setelah
memahami kebutuhan individu teman ABK.
3. Banyak anak non ABK yang mengakui peningkatan selfesteem sebagai
akibat pergaulannya dengan ABK yaitu dapat meningkatkan status
mereka di kelas dan sekolah
4. Anak non ABK mengalami perkembangan dan komitmen pada moral
pribadi dan prinsip-prinsip etika.
16
5. Anak non ABK yang tidak menolak ABK mengatakan bahwa mereka
merasa bahagia bersahabat dengan anak ABK
17
memahami dan bagaimana bersikap serta berteman dengan orang
difabel. Kemampuan dan pengalaman seperti ini sulit didapatkan oleh
siswa yang bersekolah reguler yang tidak mengembangkan pendidikan
inklusi. Selain itu dapat mengembangkan keterampilan sosial. Siswa
yang normal akan mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya
bersekolah bersama difabel dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan
sekolah yang inklusif secara langsung maupun tidak langsung
memberikan pendidikan kepada siswa bagaimana ia berinteraksi,
bersikap dan bertingkah laku dengan masyarakat yang sangat
heterogen.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah perkembangan pendidikan inklusif di dunia pada mulanya
diprakarsai dan diawali dari negara-negara Scandinavia (Denmark,
Norwegia, Swedia). Di Amerika Serikat pada tahun1960-an oleh Presiden
Kennedy mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar Biasa ke Scandinavia
untuk mempelajari mainstreaming dan Least restrictive environment, yang
ternyata cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat. Tujuan pendidikan
inklusi adalah :
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari
kekurangan, jadi kami sangaht mengharapkan kritikan,masukan dan saran
dari pembaca agar bisa melengkapi kekurangan darin makalah inI.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19510601197903-
DIDI_TARSIDI/Makalah%26Artikel_Tarsidi_PLB/Pendidikan_Inklusif_Indonesi
a.pdf
(http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/27/13204772/Masih.Ada.Kesenjangan.
Pendidikan.Inklusif).
20
21