Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN KURIKULUM

NAMA KELOMPOK 1. NAMA NIM KELAS 2. NAMA NIM KELAS : Komang Wisnu Baskara Putra : 1215051073 : III C : Made Hendra Yudha Saputra : 1215051076 : III C

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2013
i

PRAKATA
Atas asung kerta waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa maka dalam waktu singkat dengan kemampuan yang terbatas dan berkat bantuan dari semua pihak maka makalah tentang Perkembangan Kurikulum ini dapat saya selesaikan. Untuk itu lewat kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada :

1. Kepada dosen pengajar Kurikulum kami ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya atas kesempatan dan juga bimbingannya yang telah diberikan kepada saya dalam menyusun tulisan yang berjudul tentang Perkembangan Kurikulum ini. 2. Kepada semua teman jurusan pendidikan teknik informatika atas dorongan dan juga motivasinya saya ucapkan terima kasih. 3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu yang juga telah banyak membantu saya memberi informasi seperlunya tentang makalah ini.

Akhirnya atas segala bantuan dan partisipasinya baik berupa materiil maupun moril selaku penulis atas segala budi baik tersebut yang sudah tentu tidak bisa saya balas, untuk itu semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas budi baik yang ibu,bapak,saudara,dan teman-teman yang telah lakukan.

Penulis

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........... ii DAFTAR ISI. ... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 Latar Belakang....... 1 Rumusan Masalah ................................................................................... 2 Tujuan ..................................................................................................... 2 Apa Itu Kurikulum . 3 Perkembangan Kurikulum ..................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP 4.1 4.2 Simpulan ............................................................................................... 11 Saran ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) selalu sejalan dengan segala aspek kehidupan manusia. Tanpa terlecuali pengaruhnya yang berdampak pada dunia pendidikan. Dunia pendidikan memiliki tujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai pengayom harus lebih memperhatikan hal ini agar dunia pendidikan tidak keluar jalur dan terkesan ketinggalan jaman. Untuk mengantisipasi hal ini diperlukan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pendidikan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan kurikulum pendidikan yang berkualitas sebagai faktor yang paling menentukan. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Setelah itu adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, salah satunya memuat standar isi yang didalamnya mengatur tentang pengembangan kurikulum. Dalam 5 dasawarsa terakhir, atau sejak berakhirnya era Presiden Soekarno yang disebut masa Orde Lama, bangsa Indonesia telah melakukan 6 kali penggantian kurikulum. Bahkan dalam 10 tahun terakhir, sudah 2 kali terjadi penggantian kurikulum tersebut. Pada dasarnya, kurikulum-kurikulum tersebut memiliki tujuan yang sama, namun dalam pelaksanaannya ada sedikit perbedaan. Dalam beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan. Seperti yang telah disebutkan di atas, beberapa kurikulum pernah diterapkan pada sistem pendidikan di Indonesia. Diantaranya, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, KBK, dan KTSP. Dalam makalah ini akan disampaikan penjelasan tentang perjalanan kurikulum-kurikulum tersebut dalam pendidikan di Indonesia untuk menambah wawasan kita tentang perkembangan kurikulum di negeri ini.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu : 1.2.1Apa Yang Dimaksud Dengan Kurikulum? 1.2.2Apa Saja Kurikulum Yang Pernah Berlaku Di Indonesia? 1.2.3 Bagaimana Perkembangan Kurikulum Dari Tahun ke Tahun? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disebutkan beberapa tujuan seperti dibawah ini. 1.3.1 Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Kurikulum. 1.3.2 Untuk Mengetahui Kurikulum Yang Pernah Berlaku Di Indonesia. 1.3.3 Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Kurikulum.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Apa Itu Kurikulum Kurikulum merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, dimana kurikulum digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Dahulu kala untuk mendapatkan rumusan tentang kurikulum, para ahli mengemukakan pengertian dan pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaranpelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : A Curriculun is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school. Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu: 1. Kurikulum Sebagai Suatu Ide :yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan. 2. Kurikulum Sebagai Suatu Rencana Tertulis :sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alatalat, dan waktu. 3. Kurikulum Sebagai Suatu Kegiatan :yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis dalam bentuk praktek pembelajaran. 4. Kurikulum Sebagai Suatu Hasil : yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2.2 Perkembangan Kurikulum Di zaman globalisasi ini kurikulum telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan, seiring dengan berjalannya waktu terdapat 6 kurikulum yang berlaku di Indonesia yang terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun diantaranya yaitu : a. Kurikulum 1947 b. Kurikulum 1952-1964 c. Kurikulum 1968 d. Kurikulum 1975 e. Kurikulum 1984 f. Kurikulum 1994 g. Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004) h. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP (2006) i. Kurikulum 2013 A. Kurikulum 1947 Merupakan kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa Belanda leer planartinya rencana pelajaran. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan, asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rencana Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Pada masa tersebut siswa lebih diarahkan bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat. Proses pendidikan sangat kental dengan kehidupan sehari-hari. Aspek afektif dan psikomotorik lebih ditekankan dengan pengadaan pelajaran kesenian dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu, yang lebih penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bela negara. Kemungkinan model ini masih terkontamninasi dengan model pendidikan yang diterapkan oleh Jepang sebelumnya. B. Kurikulum 1952-1964 Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Pada masa ini memang kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan lebih diperhatikan, dan satuan mata pelajaran lebih dirincikan. Namun, dalam kurikulum ini siswa masih diposisikan sebagai objek karena guru menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru yang menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula yang menentukan standar-standar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan. Sistem pendidikan masa ini dikenal dengan Sistem Panca Wardana atau sistem lima aspek perkembangan yaitu perkembangan moral, perkembangan
4

intelegensia, perkembangan emosional/artistik, perkembangan keprigelan dan perkembangan jasmaniah. Sistem panca wardana ini dapat diuraikan menjadi beberapa mata pelajaran yaitu : 1. Perkembangan moral : pendidikan kemasyarakatan dan pendidikan agama/budi pekerti. 2. Perkembangan intelegensia :bahasa Indonesia, bahasa daerah, berhitung dan pengetahuan alamiah. 3. Perkembangan emosional/artistik : seni sastra/musik, seni lukis/rupa, seni tari, seni drama. 4. Perkembangan keprigelan : pertanian/peternakan, industry kecil/pekerjaan tangan, koperasi/tabungan dan keprigelankeprigelan lain. 5. Perkembangan jasmaniah : pendidikan jasmaniah dan pendidikan kesehatan. Fokus kurikulum 1964 ini lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah pendidikan mulai merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang diajarkan disekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional praksis siswa dalam masyarakat. Kurikulum masa ini dapat pula dikategorikan sebagai Correlated Curriculum. C. Kurikulum 1968 Kurikulum 1968 merupakan tonggak awal pendidikan masa orde baru. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dengan suatu pertimbangan untuk tujuan pada pembentukan manusia Pancasila sejati.Dasar pendidikan masa ini adalah Falsafah Negara Pancasila sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XXVI/MPRS/1966. Sedangkan Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia pancasila sejati berdasarkan ketentuan ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi UndangUndang Dasar 1945 ( Tap. MPRS No. XXVII/MPRS/1966).Sementara isi pendidikan nasionalnya adalah memperingati mental budi pekerti dan memperkuat keyakinan agama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, membina dan mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat ( Tap. MPRS No. XXVII/MPRS/1966). Kurikulum pada tingkatan SD 1968 dibagi menjadi tiga kelompok besar. Pertama, Kelompok pembinaan Pancasila : Pendidikan agama Pendidikan kwarganegaraan Pendidikan bahasa Indonesia Bahasa daerah dan olahraga Kedua, Kelompok pembinaan pengetahuan dasar :
5

Berhitung Ilmu pengetahuan alam Pendidikan kesenian Pendidikan kesejahteraan keluarga (termasuk ilmu kesehatan). Ketiga, Kelompok kecakapan khusus : Kejuruan agragia (pertanian, peternakan, perikanan), Kejuruan teknik (pekerjaan tangan/perbekalan) Kejuruan ketatalaksanaan/jasa (koperasi, tabungan).

Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang pasif, dengan hanya menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis, kurikulum ini hanya menekankan pembentukkan peserta didik hanya dari segi intelektualnya saja. D. Kurikulum 1975 Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-mengajar berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah diatur dan dijadwalkan sedari awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi sistematis dan bertahap. Dasar pendidikan masa ini adalah KTPD, MPR-RI No. IV/MPR/1973, yaitu pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Sementara tujuan pendidikan dan pengajaran terbagi pada tujuan pendidikan umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. E. Kurikulum 1984 Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Proses menjadi lebih penting dalam pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
6

Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi ditemukan dalam kurikulum ini. Pada kurikulum ini siswa diposisikan sebagai subjek dalam proses belajar mengajar. Siswa juga diperankan dalam pembentukkan suatu pengetahuan dengan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan mendiskusikan sesuatu. Sementara dasar dan tujuan pendidikan sama dengan kurikulum 1975 F. Kurikulum 1994 Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulumkurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Dalam ranah pendidikan dasar, isi kurikulum sekurang-kurangnya wajib memuat bahan kajian dan pelajaran pendidikan pancasila, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika, pengantar sains dan teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar, bahasa Inggris.(PP. No. 28 tahun 1990. Pasal 14:2). Sementara materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Dalam kurikulum pendidikan kelas dasar (SD/MI/SMP/MTS) ini, pengantar Sains dan Tekhnologi menempati peran penting untuk dipelajari anak didik meskipun tidak mengabaikan aspek yang lain. Hal ini dimungkinkan sebagai upaya mempersiapkan anak didik memasuki era industrialisasi abad ke-21 dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Sementara berkaitan dengan isi kurikulum tingkat pendidikan menengah, maka setidaknya wajib memuat tiga aspek kajian dan pelajaran yaitu Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan. Disamping itu, kurikulum sekolah menengah dapat menjabarkan dan menambahkan mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas sekolah menengah yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional (Pasal 15:5). Atas dasar inilah berbagai kepentingan kelompokkelompok masyarakat mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Siswa dihadapkan dengan banyaknya beban belajar yang harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak memiliki pilihan untuk menerima atau tidak terhadap banyaknya beban belajar yang harus mereka hadapi. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut: 1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan. 2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukuppadat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi). Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran
7

sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut: 1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran. 2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. G. Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004) Pada pelaksanaan kurikulum ini, posisi siswa kembali ditempatkan sebagai subjek dalam proses pendidikan dengan terbukanya ruang diskusi untuk memperoleh suatu pengetahuan. Siswa justru dituntut untuk aktif dalam memperoleh informasi. Peran guru diposisikan kembali sebagai fasilitator dalam perolehan suatu informasi. KBK berupaya untuk menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Hal ini mutlak diperlukan mengingat KBK juga memiliki visi untuk memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik siswa sebagai subjek pendidikan. KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab. Karakteristik Utama KBK, yaitu: 1. Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi. 2. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi siswa (normal, sedang, dan tinggi). 3. Berpusat pada siswa. 4. Orientasi pada proses dan hasil.
8

5. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual. 6. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. 7. Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar. 8. Belajar sepanjang hayat. 9. Belajar mengetahui (learning how to know), 10. Belajar melakukan (learning how to do), 11. Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be), 12. Belajar hidup dalam keberagaman (learning how to live together).

Meski demikian, kurikulum 2004 merupakan kurikulum eksperimen yang diterapkan secara terbatas di beberapa sekolah/madrasah. Ketentuan ini belum mendapatkan payung hukum dari peraturan pemerintah. Namun demikian, pemerintah tetap menghargai terhadap sekolah/madrasah yang menerapkan kurikulum KBK tersebut. Setidaknya ini tercermin dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 20/2005 tentang ujian nasional tahun ajaran 2005/2006 yang menyatakan bahwa bahan ujian nasional disusun berdasarkan kurikulum 1994 atau standar kompetensi lulusan kurikulum 2004. H. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP (2006) Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (sekolah/madrasah). Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum. Jadi pada kurikulum ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak untuk menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan siswa dan kepentingan lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas pendidikan. Karena KTSP berdasar pada pelaksanaan KBK, maka siswa juga diberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan secara terbuka berdasarkan sistem ataupun silabus yang telah ditetapkan oleh masing-masing sekolah. Dalam kurikulum ini, unsur pendidikan dikembalikan kepada tempatnya semula yaitu unsur teoritis dan praksis. Namun, dalam kurikulum ini unsur praksis lebih ditekankan daripada unsur teoritis. Setiap kebijakan yang dibuat oleh satuan terkecil pendidikan dalam menentukan metode pembelajaran dan jenis mata ajar disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan sekitar.

I. Kurikulum 2013 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh, DEA menegaskan bahwa kurikukulum terbaru 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemapuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyakbanyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integrative memberi kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran. Pelajaran IPA ndan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Ada empat aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013. 1. Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi guru (UKG) baru mencapai rata-rata 44,46 2. Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa. 3. Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asocial kepada siswa dan teman sejawat lainnya. 4. Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan dipercayai dan ditiru siswa. Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran.

10

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut. 1. Kurikulum dapat didefenisikan menjadi 2 pandangan yakni klasik dan modern. Dimana dari kedua pandangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum adalah rencana pembelajaran disekolah yang bersifat nyata untuk meningkatkan proses belajar mengajar agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 2. Secara umum perkembangan kurikulum di Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut : a) Kurikulum 1947 b) Kurikulum 1952-1964 c) Kurikulum 1968 d) Kurikulum 1975 e) Kurikulum 1984 f) Kurikulum 1994 g) Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004) h) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP (2006) i) Kurikulum 2013 3. Dari perkembangan kurikulum-kurikulum tersebut dapat dilihat bahwa kurikulum tersebut sangat berkembang dari masa ke masa. Hal ini tidak lepas dari lajur perkembangan teknologi serta arus globalisasi yang sangat pesat 3.2 Saran Sebagai mahasiswa yang kelak selalu berkecimpung didunia pendidikan agar nantinya terus mengembangkan kurikulum yang tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Apabila kurikulum yang kita hendaki tidak sesuai dengan arus globalisasi maka itulah awal dari kehancuran pendidikan kita. Untuk itu, kita perlu lebih terbuka dan berinovasi agar kelak tidak tertinggal dari Negara yang lebih maju dari kita yang memiliki kurikulum terbaik.

11

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum/ http://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-diindonesia/ http://tulisanpendidikan.wordpress.com/2013/03/05/perkembangan-kurikulumdi-indonesia/

12

Anda mungkin juga menyukai