Anda di halaman 1dari 9

DAMPAK KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

BAGI SOSISAL BUDAYA DAN PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH
AHMAD DZAKY DAGNA
KEYSHA SALSABILA
LOUDYA FADHILLA INSANI
M. ARASY NUGRAHA SARAGIH
M. FARRAS AL-DJAZIL
MELANI HETIENI NAINGGOLAN
NABILA AZIZAH ANDIEN

KELOMPOK 2 SEJARAH INDONESIA


XI MIPA 2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan “Makalah Dampak
Kolonialisme dan Imperialisme Bagi Sosial Budaya dan Pendidikan”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Nopriadi Siswanto selaku Guru Sejarah
Indonesia yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Pekanbaru, 28 November 2021

(Kelompok 2)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Dampak Kolonialisme dan Imperialisme Terhadap Sosial.........................................5
2.2 Dampak Kolonialisme dan Imperialisme Terhadap Sosial Budaya............................5
2.3 Dampak Kolonialisme dan Imperialisme Terhadap Pendidikan.................................6
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................8
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................8
3.2 Saran............................................................................................................................8
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah VOC dibubarkan, terjadilah perubahan penting dalam sistem


pemerintahan di tanah Hindia Belanda. Pembaruan sistem pemerintahan ini terutama
dilakukan oleh Daendels. Namun sistem pemerintahan yang baru itu dapat
dilembagakan dan dilaksanakan secara nyata pada zaman pemerintahan Raffles. Sistem
pemerintahan yang baru itu bersifat dualistis, yakni ada pemerintahan Eropa dan ada
pemerintahan pribumi (sekalipun harus tunduk pada penguasa Eropa). Di samping itu,
sebenarnya ada kelompok Timur Asing yang kedudukannya setara dengan pribumi.
Dalam hal ini para pangreh praja direpresentasikan dalam pemerintahan pribumi.
Namun penguasa kolonial sangat menentukan sistem pergantian kekuasaan
pemerintahan pribumi.
Sementara itu sejak pemerintahan Daendels, pembaruan di bidang
pendidikan di Hindia Belanda juga mulai dilakukan. Awalnya hanya ditujukan untuk
kepentingan tertentu dan kalangan tertentu. Namun sejak Politik Etis bergulir, para
bumiputra Hindia Belanda pun turut mengenyam pendidikan ala barat. Pada masa
selanjutnya, hal ini menjadi bumerang bagi Belanda karena pendidikan tersebut justru
melahirkan elite lokal yang menaruh perhatian besar pada semangat nasionalisme.
Penjajahan Barat memiliki implikasi terhadap perkembangan kehidupan
bangsa Indonesia. Di samping perkembangan pendidikan persekolahan (pendidikan
modern) juga menggerakkan semangat nasionalisme. Munculnya semangat
nasionalisme dan cinta tanah air, sebenarnya sudah muncul setelah Indonesia ini dijajah
dan digerogoti oleh kekuatan kolonialisme dan imperialisme. Timbullah berbagai
bentuk perlawanan dan pergerakan kebangsaan. Hal ini terjadi karena kondisi sosial
ekonomi rakyat yang semakin memprihatinkan akibat dari penindasan kaum penjajah,
kekejaman kolonialisme dan imperialisme Eropa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa dampak kolonialisme dan imperialisme terhadap sosial?


2. Apa dampak kolonialisme dan imperialisme terhadap sosial budaya?
3. Apa dampak kolonialisme dan imperialisme terhadap Pendidikan?

1.3 Tujuan

Mengetahui dampak kolonialisme dan imperialisme terhadap sosial, sosial


budaya, dan Pendidikan.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Dampak Kolonialisme dan Imperialisme Terhadap Sosial

a. Eksploitasi SDM

Pada masa imperialisme terjadi eksploitasi SDM besar-besaran, dimana


pada masa itu rakyat pribumi dipekerjakan secara paksa. Karenanya rakyat
Indonesia hidup dengan sengsara dan menderita. Hal ini juga membuat bencana
kelaparan dan meninggikan angka kematian pada masa itu.

b. Perubahan Stratifikasi Sosial

Sebelum Belanda menjajah Indonesia, terdapat 3 stratifikasi sosial, yaitu


golongan bangsawan, birokrat menengah, dan rakyat biasa. Penggolongan ini
didasarkan pada faktor kekuasaan dan faktor keturunan. Setelah Belanda datang
tingkat stratifikasi sosial tertinggi adalah pihak Belanda dan rakyat Indonesia
mengalami diskriminasi dan intimidasi dari pihak Belanda.

c. Diskriminasi Ras dan Intimidasi

Pada masa itu, pihak Belanda melakukan diskriminasi dan intimidasi


kepada penduduk pribumi. Semua penduduk pribumi dibebani oleh banyak
kewajiban yang harus di penuhi. Sedangkan pihak Belanda memiliki hak yang
khusus seperti pendidikan, makanan,dan kekuasaan
2.2 Dampak Kolonialisme dan Imperialisme Terhadap Sosial Budaya

a. Runtuhnya Kewibawaan Tradisional Penguasa Pribumi

Belanda menghapus kedudukan mereka adat dan menjadikan mereka


sebagai pegawai pemerintah. Beberapa kerajaan juga berhasil ditaklukkan oleh
Belanda. Pada tahun 1602, VOC baru berdiri dan baru berdiri dan baru tahun 1621
mampu menaklukkan Jayakarta. Inilah tempat pertama yang direbut dari sebuah
kerajaan di Nusantara.

Tahun 1605, memang VOC bisa bercokol di Ambon tapi itu bukan dengan
merebut wilayah itu (sebagai kerajaan bawahan kesultanan Ternate di pulau
Ambon) tapi dengan merebut benteng Portugis yang didirikan di wilayah kosong di
seberang benteng hitu di teluk Ambon.

Kadang kemenangan VOC/Belanda adalah karena kemampuan


mengeksploitasi kesempatan bagaimanapun kecilnya. Setelah itu, banyak kerajaan
yang berhasil dikalahkan. Itulah yang membuat runtuhnya kewibawaan tradisional
pengusaha pribumi.

b. Melemahnya Ikatan Tradisi dalam Kehidupan Pribumi

Ikatan tradisi melemah akibat beberapa upacara adat yang disederhanakan.


Hilangnya kekuasaan tradisional akibat dihilangkannya status raja oleh Belanda dan
digantikan sebagai pegawai pemerintahannya.

Derasnya arus informasi yang datang ke Indonesia juga mempengaruhi


terkikisnya budaya Indonesia. Banyak budaya asing, khususnya budaya luar telah
datang dan tumbuh di Indonesia.

c. Merosotnya Pengaruh dan Peran Politik Penguasa Pribumi

Merosotnya pengaruh dan peran politik penguasa pribumi, menyebabkan


mereka mengalihkan perhatiannya ke bidang seni budaya.

Contohnya Pakubuwono V memerintahkan disusunnya serat Centhini, yaitu


tentang pengetahuan mistik Jawa. Kemudian pujangga keraton Surakarta, Raden
ngabehi Ronggowarsito menulis karya-karya berbentuk prosa. Karyanya yang
cukup terkenal berjudul Pustaka Raja Purwa (buku tentang raja-raja pada zaman
kuno). Selain itu, Mangkunegara IV menulis kitab wedatama. Pakualam dan
Hamengkubuwono V mendorong dan melindungi budaya di istana kerajaan.

2.3 Dampak Kolonialisme dan Imperialisme Terhadap Pendidikan

a. Munculnya Sistem Pendidikan Kolonial

Pendidikan pada masa penjajahan Belanda pada awalnya hanya digunakan


untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di Indonesia. Pada perkembangan
selanjutnya pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk mencetak tenaga
kerja murah atau pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-
perusahaan belanda.

Tujuan dan kebijakan politik pendidikan yang dibuat dan diterapkan oleh
Belanda semata-mata hanya kepentingan pemerintah kolonial Belanda.

Pendidikan kolonial tidak hanya berakibat negatif bagi masyarakat


Indonesia, tetapi juga memberikan dampak positif karena setelah penjajah Belanda
di Indonesia berakhir dan Indonesia mencapai kemerdekaan sebagian penduduk di
Indonesia khususnya di Jawa sudah tidak menderita tuna aksara atau buta huruf
lagi. Karena penduduk Indonesia telah lama mengenal pendidikan atau sekolah.
Pendidikan kolonial juga melahirkan tokoh-tokoh pergerakan nasional dan
tokoh-tokoh pendidikan yang berjiwa nasionalis dan patriotis untuk
memperjuangkan nasib bangsa Indonesia.
b. Munculnya Tingkatan Sekolah

 Sekolah Tingkat Dasar


 Europeesche Lagere School (ELS)
 Hollandsch-Inlandsche School (HIS)

 Sekolah Tingkat Menengah


 Meer Uitgebreid Lager School Onderwijs (MULO)
 Algemeene Middelbare School (AMS)
 Kweekschoolen (sekolah guru)

 Sekolah Tingkat Tinggi


 Technische Hooge School (THS)
 School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA)
 Rechts Hoogere School (RHS)
 Nederland-Indische Artsen School (NIAS)

c. Semakin Majunya Pendidikan di Indonesia

Sejak datangnya Bangsa Barat ke Indonesia, pendidikan semakin


berkembang ke arah yang lebih maju. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya
politik balas budi atau Politik Etis yang dilakukan oleh Bangsa Barat, khususnya
Pemerintahan Kolonial Belanda. Sistem ini muncul sebagai bentuk dari protes
kaum liberal Belanda yang mengecam Pemerintahan Kolonial Belanda yang dinilai
menindas rakyat

Tersebarnya keadaan Rakyat Indonesia yang tertindas itu tidak lepas dari
tokoh yang bernama Multatuli yang menerbitkan buku megenai keadaan
masyarakat kala itu dengan judul Max Havelaar.

Pada era ini muncul simbol baru yaitu kemajuan. Untuk mendukung
kemajuan itu, maka dalam Politik Etis ini dikembangkan program pendidikan.

Meskipun penduduk pribumi yang dapat bersekolah sangat sedikit, namun


keberadaan sekolah ini menumbuhkan kesadaran di kalangan pribumi akan
pentingnya pendidikan. Hal ini mempercepat proses modernisasi dan munculnya
kaum terpelajar yang membawa kesadaran akan nasionalisme. Dengan munculnya
kaum terpelajar itu, mendorong munculnya surat kabar seperti Perwira Priyayi
yang dikelola oleh R. M Tjokroadikoesoemo.

Berkat informasi yang berkembang inilah kaum terpelajar terus melakukan


dialog dan berdebat tentang masa depan tanah kelahirannya sehingga kesadaran
pentingnya kemerdekaan terus berkembang dari waktu ke waktu hingga puncaknya
adalah adanya kesadaran untuk menjadi satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa
pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kebijakan penjajah yang cenderung menindas dan intervensi politik di


lingkungan istana kerajaan, telah menempatkan penguasa lokal menjadi bawahan
Belanda. Rakyat menjadi rendah diri. Rakyat hidup semakin menderita bahkan timbul
kemiskinan akibat dari kebijakan monopoli, tanam paksa, beban pajak dan kerja rodi.
Penguasa lokal menjadi bawahan kolonial sehingga banyak yang tidak memperhatikan
rakyatnya.
Kebijakan penjajah Belanda cenderung diskriminatif, sehingga terjadi
perbedaan kelas dalam masyarakat, ada kelas atau golongan pertama orang kulit putih,
golongan kedua orang timur asing, golongan ketiga orang Indonesia (kulit sawo
matang). Dalam mengendalikan rakyat dan mendapatkan keuntungan. Penguasa
Belanda memanfaatkan kultur feodal yang sudah ada.
Pada masa Raffles, ilmu pengetahuan, sejarah dan budaya terutama Jawa
mendapat perhatian khusus. Setelah diterapkan Politik Etis pendidikan di tanah Hindia
Belanda berkembang, termasuk kaum bumiputera mendapat kesempatan bersekolah.
Berkembangnya pendidikan yang diikuti kaum bumiputera telah melahirkan kaum
terpelajar yang kemudian mendorong gerakan nasionalisme di Indonesia yang
kemudian ikut mendorong lahirnya Sumpah Pemuda.

3.2 Saran

Mempelajari sejarah perkembangan kolonialisme dan imperialisme di


Indonesia akan memberikan penyadaran dan memberikan pelajaran dan sekaligus
peringatan.

Anda mungkin juga menyukai