Anda di halaman 1dari 8

KRITIK NOVEL SANG PEMIMIPI

Disusun oleh :
3F
Prito Windiarto
Intan Nur Pratiwi
Chaerunisa
Daryanto
M. Bahaudin Toqota

1. Identitas Buku

Judul : Sang Pemimpi


Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Halaman : x + 292 Halaman
Cetakan : ke-14, januari 2008
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi(L x P) : 130×205mm
Kategori : Petualangan
Harga : Rp 40.000
Text : Bahasa Indonesia
ISBN : 979-3062-92-4

2. Sinopsis Sang Pemimpi

Novel ini bercerita tentang tiga orang pemimpi, Ikal, Arai dan Jimbron. Setelah tamat SMP mereka
melanjutkan ke SMA Bukan Main, di sinilah perjuangan mereka dimulai. Ikal adalah salah satu dari anggota
Laskar Pelangi. Sementara Arai yang merupakan saudara sepupu Ikal yang sudah yatim piatu sejak SD tinggal di
rumah Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah dan Ibu Ikal. Kemudian Jimbron, anak angkat
seorang pendeta karena yatim piatu juga sejak kecil. Namun, pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan
keyakinan Jimbron, malah mengantarkan Jimbron menjadi muslim yang taat.
Arai dan Ikal begitu pintar di sekolahnya, sedangkan Jimbron, si penggemar kuda ini biasa-biasa saja.
Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arai selalu menjadi lima dan tiga besar. Mimpi
mereka sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi.
Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan belajar ke Sorbonne Perancis. Mereka terpukau
dengan cerita Pak Balia, kepala sekolahnya, yang selalu meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi
kuli ngambat mulai pukul dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan ketiga
pemuda itu. Mati-matian menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun kalau dilogika, tabungan mereka
tidak akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa optimisme Arai tak terbantahkan.
Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, Bogor tepatnya. Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk
menjadi pekerja ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi
tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan Ikal sampai di Perancis, maka jiwa
Jimbron pun akan selalu bersama mereka. Berbula-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk
bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, Ikal
diterima menjadi tukang sortir (tukang Pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun
berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. Dan setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan
biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya sampailah pada pertandingan
untuk memperebutkan 15 besar.
Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujinya begitu terpukau dengan proposal riset yang
diajukan Ikal, meskipun hanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang sortir,
tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selesai, siapa yang menyangka, kejutan yang luar biasa.
Arai pun ikut dalam wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua dipertemukan
dalam suatu forum yang begitu indah dan terhormat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini
sudah direncanaknnya bertahun-tahun. Ternyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan
Biologi. Tidak kalah dengan Ikal, proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat untuk menghasilkan teori
baru.
Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika ada surat datang, mereka berdebar-
debar membuka isinya. Pengumuman penerima Beasiswa ke Eropa. Arai begitu sedih karena dia sangat
merindukan kedua orang tuanya. Arai sangat ingin membuka kabar itu bersama orang yang sangat dia rindukan.
Kegelisahan dimulai. Baik Arai maupun Ikal, keduanya tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu. Setelah dibuka,
hasilnya adalah Ikal diterima di Universitas Sorbone, Prancis. Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai,
inilah jawaban dari mimpi-mimpi mereka. Keduanya sama-sama lulus beasiswa kuliah di Prancis.

Kritik Novel Sang Pemimpi

Protagonis

Tritagonis

Pak Mustar

Pak Balia

Ibu

Ayah

Z. Nurmala
Bang Zaitun

Laksmi

T. Hamim

Jimbron

Arai

Ikal

P. Geovani

Nurmi

Maryamah
Analisis Unsur Intrinsik

1) Tema
Tema Novel ini adalah persahabatan, kerja keras dan perwujudan mimpi.

2) Latar
Kecamatan Magai dan Gantong Provinsi Bangka Belitung
SMA Bukan Main
Sungai lenggang
Pelabuhan
Gedung bioskop
Kosan dekat IPB Bogor
Kantor Pos Bogor

3) Penokohan dan perwatakan


Ikal : Bersemangat, pekerja keras, penyayang, setia kawan.
Arai : Pintar, pemimpi besar, pantang menyerah, pekerja keras, rela berkorban,
setia kawan.
Jimbron : Polos, jenaka, gagap, terobsesi pada kuda, setia kawan.
Ayah : Pendiam, berwibawa, penyayang, bikaksana.
Ibu
: Suka menolong, baik hati, cerewet, penyayang.
Pak Balia : Berwibawa, bijaksana, teguh pendirian.
Pak Mustar : Galak, tegas, keras.
Laksmi :Pendiam, pemurung, pekerja keras.
Taikong hamim : Tegas, bijak.
Zakiyah N : Pintar, tak acuh.
Bang Zaitun : Ceria, ramah.
Pendeta Geovani : Toleran.
Maryamah : Pasrah.
Nurmi : Pendiam, sedikit pemurung.

4) Alur
Novel ini beralur gabungan. Perpaduan alur maju (straight) dan alur mundur (flash back).
Cerita dimulai dengan adegan kejar-kejaran Pak Mustar dengan Arai, Ikal dan Jimbron,
kemudian mundur (flash back) ke kisah kehidupan Arai waktu kecil, setelah itu alur maju.

5) Gaya Bahasa
Novel ini banyak menggunakan kata-kata puitis. Gaya bahasa realis bertabur metafor.
Penyampaian cerita yang menyentuh, penuh inspirasi. Kita seakan-akan masuk dalam cerita
tersebut.

6) Sudut Pandang
Sang Pemimpi mengunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama (Aku-an)

7) Amanat
Bermimpilah, karena Tuhan kan memeluk mimpi-mimpimu itu. Kita harus punya impian
agar hidup kita lebih terarah.
Begitu berharganya sebuah persahabatan.

4. Unsur Ekstrinsik
1) Nilai Moral
Novel Sang Pemimpi mengandung nilai moral yang tinggi. Perihal rasa hormat terhadap
orang tua, kerja keras pantang menyerah menjalani hidup. Juga persahabatan, kebersamaan
mewujudkan mimpi.

2) Nilai Sosial
Nilai sosial dalam novel ini terekam dalam adegan ketika Arai dan Ikal memecahkan
celengannnya untuk membantu Mak Cik Maryamah. Juga ketika Ibu Ikal memberikan
pinjaman beras untuk maryamah.

3) Nilai Adat-istiadat
Potret nilai adat-istiadat tergambar pada julukan “simpai keramat” untuk Arai. Juga terlihat
bgaimana adat Belitong yang menganggap anak saudara seperti anak kandung sendiri.

4) Nilai Agama
Nilai ini terlihat ketika Arai, Ikal dan Jimbron kecil belajar mengaji di masjid bersama
Taikong Hamim. Juga pesan Ayah-Ibu Ikal agar mereka selalu dekat dengan masjid.

5. Penafsiran

Penafsiran kami terhadap novel Sang Pemimpi diantaranya sebagai berikut :


a. Segi Bahasa
Dalam novel ini terdapat cukup banyak majas. Diantaranya majas paradoks, salah satu
kutipannya, “aku ingin tertawa sekeras-kerasnya, tapi aku juga ingin menangis sekeras-
kerasnya” (Andrea Hirata: 30)

b. Segi Isi
Dalam novel ini, penulis tidak sekedar merangkai cerita tapi juga berusaha
menyuntikan inspirasi kepada kembaca lewat kisah-kisah menyentuh. Juga motivasi untuk
bangkit. Simak kutipan berikut, “Arai melangkah menuju depan bak truk. Ia berdiri tegak di
sana serupa orang yang berdiri di hidung haluan kapal. Pelan-pelan ia melapangkan kedua
lengannya dan membiarkan angin menerpa wajahnya. Ia tersenyum penuh semangat.
Agaknya ia juga bertekad memerdekakan dirinya dari duka mengharu biru yang
membelenggunya seumur hidup. Ia telah berdamai dengan kepedihan dan siap menantang
nasibnya.” (Andrea Hirata, 2008:29)
Selain itu dalam novel ini kita diajak bersemangat menjalani hidup. Dibuktikan
dengan kutipan berikut, “Seperti ucapannya padaku : Tanpa mimpi dan semangat orang
seperti kita akan mati.” (Andrea Hirata, 2008:185). Atau kutipan berikut, “Pak Balia
mengakhiri session sore dengan menyentak semangat kami. ‘Bangkitkah, wahai Para
Pelopor!! Pekikkan padaku kata-kata yang menerangi gelap gulita rongga dadamu! Kata-kata
yang memberimu inspirasi!!’” (Andrea Hirata, 2008:74).
Pada sisi lainya juga pembaca disuguhkan pemahaman pentingnya kerja keras, “setiap
pukul dua pagi, berbekal sebatang bamboo, kami sempoyongan memikul berbagai jenis
makhluk laut yang sudah harus tersaji di meja pualam stanplat pada pukul lima, sehingga
pukul enam sudah bisa diserbu ibu-ibu.” (Andrea Hirata, 2008:70).

6. Kritik
Kritik yang kami gunakan untuk membedah Novel Sang Pemimpi adalah kritik
Pragmatik. Abrams (1981) menyatakan kritik pragmatik yaitu suatu kritik yang disusun
berdasarkan pandangan bahwa sebuah karya sastra disusun untuk mencapai efek-efek tertentu
kepada pembacanya, seperti efek kesenangan, estetik, pendidikan (edukatif) dan sebagainya.
Kritik pragmatik ini berkecendrungan untuk memberi penilaian terhadap suatu karya
berdasarkan ukuran keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut. (dalam Semi, 1989 : 2)
Berikut pembahasan kami selengkapnya :
1. Novel Ini Mengandung Banyak Sekali Nilai Edukatif (Pendidikan) diantaranya ;
a. Kedisiplinan.
Dibuktikan dengan kutipan berikut :
“Disiplin yang keras! Itulah yang diperlukan anak-anak muda melayu zaman sekarang.”
(Andera Hirata, 2008:10)

b. Kepedulian.
Dibuktikan dengan kutipan berikut :
“Ibu Ikal memberi beras kepada Mak Cik, karena Mak Cik orang miskin, ia tak berdaya
karena tak lagi dipedulikan suaminya. (Andrea Hirata, 2008:39)
Juga kutipan berikut :
“Mulai sekarang, Mak Cik akan punya penghasilan dengan menjual kue basah.” ( Andrea
Hirata, 2008:51)

c. Religius.
Dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Setiap habis magrib Arai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di bawah temaram lampu
minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering ranggas yang menusuk-
nusuk malam.” (Andre Hirata, 2008:29)

2. Novel Ini Mengandung Nilai Hiburan (Kesenangan)


a. Unsur Kejenakaan.
Dibuktikan dengan kutipan berikut :
“Tak membuang tempo, segera kami keluarkan segenap daya pesona yang kami miliki secara
habis-habisan untuk menarik perhatian putrid-putri kecil semenanjung itu. Jimbron
menyembunyikan kliningan sepedanya dan menyiul-nyiulkan lagu sumbang yang tak jelas.”
(Andrea Hirata, 2008:11)
Juga kutipan berikut :
“Di dekat para siswi tadi, aku berpura-pura menunduk untuk membetulkan tali sepatu, yang
sebenarnya tidak apa-apa, sehingga ketika bangkit aku mendapat kesempatan menyibakan
jambulku seperti gaya pembantu membilas cucian. Ah, elegan, elegan sekali. Sangat Melayu!
(Andrea Hirata, 2008:11)

b. Kekonyolan
“Aku bertekad menghayati peranku. Aku melenggak-lenggok dengan gaya seksi seperti sang
pembantu semlohai di film murahan itu. Ekspresiku, gerak-gerikku, suaraku, semuanya
meniru seorang wanita.”(Andrea Hirata, 2008:123)

3. Novel Ini Juga Menunjukan Aspek Estetik (Keindahan)


a. Romantisme. Tampak pada penggalan berikut ;
“Adinda, sudikah membawakan sebuah lagu untuk Abang?” Nurmi tersenyum.
“Juwita Malam”. Abang ingin lagu. “Juwita Malam.” (Andrea Hirata, 2008:52 )
b. Bahasa Puitis
“Cerita kuda Jimbron adalah tetesan air yang terus-menerus menghujam batu karang
kesabaranku.” (Andrea Hirata, 2008:132 )

Kelebihan dan Kekurangan Novel


a. Kelebihan
Novel ini memberikan inspirasi dan motivasi kepada para pembaca. Jalan ceritanya
menarik dan terhias apik.
b. Kekurangan
Banyak menggunakan bahasa kiasan, sehingga bagi pembaca awam cukup kesulitan
memahaminya.

Simpulan

Hasil analisis kami berdasarkan kritik pragmatik, kami menyimpulkan novel ini baik
karena berhasil mencapai tujuan berupa efek-efek tertentu yakni efek edukatif, kesenangan
(hiburan), estetik (keindahan) dan lain sebagainya.

<

Anda mungkin juga menyukai