Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ACARA VII

MEMBACA DAN MENAFSIRKAN PETA

Disusun oleh :

RENDY PRAYOGI

1601010001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

DESEMBER 2017

1
ISI
A. Acara : Acara VII, 8 Jum’at Desember 2017
B. Tema : Membaca dan Menafsirkan Peta
C. Tujuan :
1. Mahasiswa dapat memahami dan terampil menggambar bentuk relief
yang di ploting.
2. Mahasiswa dapat belajar teknik penggambaran sebuah daerah yang telah
di plotng pada peta rupa bumi.
3. Mahasiswa dapat memahami dan penggambaran pada simbol-simbol
yang digunakan peta umum dan peta tematik yang berdasarkan standar
SNI dan KKNI.
4. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan menurut pengklasifikasian simbol
peta dengan disertai kenampakan yang di sertai pada peta.
5. Mahasiswa dapat membandingkan tingkat kerincian luas wilayah pada
daerah yang telah di ploting pada peta rupa bumi dengan peta geologi.
6. Mahasiswa dapat secara detail lebih tahu tentang penghitungan koordinat
suatu wilayah pada daerah yang telah di ploting.
7. Mahasiswa dapat menyajikan data dalam betuk suat uraian berdasarkan
perhitungan suatu wilayah yang di ploting serta memberikan suatu sajian
informasi pada daerah tersebut. .
8. Mahasiswa dapat menghitung tingkatan kerapatan volume pada obyek
suatu daerah yang telah di ploting.
D. Alat dan Bahan :
a) Peta Rupa Bumi
b) Peta Geologi
c) Kertas kalkir
d) Kertas HVS A4
e) Alat tulis kantor

E. Langkah Kerja
1. Mahasiswa mencari sebuah bahan yaitu peta rupa bumi dan peta geologi yang
akan dilakukan di klasifikasikan atau di lakukan sebuah metode penafsiran
pada peta.
2. Berdasarkan kedua peta tersebut amati dengan cermat

2
3. Lalu setalah dilakukan pengamatan mahasiswa mengklasifikasikan simbol
dengan disertai contoh kenampakan sesuai yang terdapat pada peta yang akan
di ploting.
4. Dengan pengklasifikasian peta tersebut dapat secara jelas mengtahui
perbedaan adari peta rupa bumi dan peta geologi dan kemudian mahasiswa
dapat menguraikan nya pada bab pembahasan dengan memperhatikan tingkat
kerincian pada kedua peta tersebut dalam memberikan suatu informasi.
5. Mahasiswa menetukan titik koordinat pada peta pertama yaitu peta rupa bumi
yang telah di ploting
6. Langkah yang terakhir mahasiswa dapat menguraikan wilayah peta tersebut
dengan menghitung tingkat volume kerapatan pada daerah tersebut.
7. Lalu secara detail mahasiswa dapat menarik kesimpulan dalam keterkaitan
daerah tersebut serta perbedaan pemberian informasi pada peta rupa bumi
dengan peta geologi.

F. Kajian Pustaka atau Teori


Dalam penggambaran variable geografis yang mempunyai sifat, jumlah,
besar, banyaknya yang berbeda-beda maka untuk memudahkan dapat dilakukan
dengan menggunakan lambang atau simbol. Setiap peta mempunyai
perbedaandalam suatu isi yang di sajikan. Oleh karena itu simbol yang
digunakan dalam peta juga menyesuaikan dengan tujuan informasi yang
disampaikan. Penggunaan simbol yang terstandar dalam peta akan lebih
memudahkan penggunaan peta. Simbol sendiri merupakan suatu gambar yang
dipergunakan yang berfungsi sebagai gambaran konvensional dari pola

3
permukaan bumi yang letaknya di dalam peta atau menggambarkan keadaan
bumi yang letaknya di dalam peta.

Membaca peta dapat diartikan sebagai usaha mempelajari atau mengetahui


kenampakan-kenampakan dipermukaan bumi dengan melalui peta. Terutama
melalui simbol-simbol dan juga legenda yang ada pada peta. Membaca peta
biasanya selalu diikuti dengan menafsir peta, yang merupakan kegiatan yang
berurutan setelah membaca peta.
Menafsir peta merupakan usaha lebih lanjut dari membaca peta, yaitu
berdasarkan kemampuan-kemampuan yang dibaca pada peta, dianalisa satu
persatu maupun dalam hubungannya dengan yang lain untuk kemudian digali
kenampakan-kenampakan yang mungkin atau yang paling mungkin.

Untuk dapat membaca dan menafsir peta dengan baik maka yang harus
dimiliki adalah :
1) Kemampuan membayangkan (imagination).
2) Ketajaman menganalisa (a keen sence of analysis), dapat menganalisa setiap
kenampakan yang ada pada peta baik secara sendiri-sendiri maupun secara
keseluruhan.
3) Latihan yang teratur (reguler training) kecuali latihan dalam ruangan
(laboratorium) juga harus berani keluar (lapangan) untuk mengecek kebenaran
pembaca atau interpretasi.
4) Pengetahuan secara umum, karena peta memuat berbagai kemampuan dan
pembacaan peta harus sesuai dengan maksud tertentu. Maka kita harus sering
memperlihatkan berbagai ilmu terutama dalam kaitannya dengan peta dan
pengetahuan umum.

Kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul dalam membaca dan menafsir


peta antara lain :
a) Kurang mengenal proyeksi peta.

4
b) Pembaca peta berbuat adalah dalam pembacaannya.
c) Kurangnya pengertian mengenai persoalan dan salah satu menggunakan metode
pembacaan.
d) Peta yang dibaca dapat dipercaya atau peta tersebut sudah tidak sesuai lagi.
e) Jarak yang mendatar yang dikira jarak sebenarnya.

Sebelum membaca suatu peta kita harus memperhatikan faktor-faktor yang


terdapat dalam suatu petayaitu :
1. Judul Peta
Judul peta ini menunjukkan daerah mana yang digambarkan oleh peta itu.
Diperhatikan pula induk petanya, misalnya : induk peta Jawa dan Madura.
2. Tipe peta
Dibuat atas dasar kepentingan dan penunjukkan peta, misalnya: peta geologi,
topografi dan lain-lain.
3. Indeks Peta
Menunjukkan system pemberian nomer pada tiap lembaran peta, sehingga
dengan demikian dapat diketahui lokasi peta yang kita amati terhadap daerah
sekitarnya.

4. Sumber Peta
Perlu dilihat apkah pembuat peta itu merupakan lembaga atau yang lain yang
mempunyai kompetensi dalam hal perpetaan. Dari mana sumber diperoleh
(dalam melakukan pengukuran-pengukuran ditambah dari pemotretan dari
udara).
5. Tahun Pembuatan Peta
Peta menggambarkan keadaan medan, baik yang alami maupun yang buatan
manusia, yang keduanya banyak mengalami perubahan.
6. Proyeksi Peta

5
Cara-cara penggambaran dengan kesalahan yang sekecil-kecilnya dari
permukaan bumi yang berbentuk bola ke dalam bidang datar, yang meliputi
kesalahan arah, luas jarak maupun bentuk.
7. Skala Peta
Erat berhubungan dengan maksud pembacaan, yaitu peta yang berskala besar
akan menyajikan keterangan yang detail, sedangkan peta yang berskala kecil
akan mempu menyajikan keterangan secara menyeluruh (umum) sesuai dengan
maksud tertentu sehingga hanya penting saja yang dicantumkan (kurang
mendetail).
8. Orientasi
Tidak selamanya peta berorientasi atau (utara disebelah atas), sesuai dengan
kepentingannya kadang peta juga bisa berorientasi kearah yang lain.
9. Administrative Indeks
Untuk mengetahui pembagian daerah administrative daerah yang kita amati,
perlu dilihat administrative indeknya dibagian kiri luar bagian bawah.
10. Legenda
Legenda harus dipelajari, sebelum membaca peta dan isinya, agar diketahui

keterangan mengenai simbo-simbol yang dipergunakan.


Informasi tepi (marginal information) dibedakan atas :
a) Informasi wajib
Terdiri dari judul, nomer seri, nomer lembar, keterangan
penerbitan, panel dan identifikasi.
b) Informasi tambahan
Terdiri dari: diagram komplikasi dan daftar nama yang tercantum
dalam peta.
c) Informasi pada batas
Terdiri dari: koordinat geografis, harga graticul, dan keterangan
arah yang dituju.

6
Informasi tepi secara sistematis adalah:
8 2 9 10 1. garis tepi (neet line)
2. Tepi atas
3. Tepi bawah
4 4. Tepi kiri
1 5. Tepi kanan
5 6. Batas (bourde)
7.Garis batas luar
3 7 6 8. Garis batas
9. Judul peta
10. Nomer sheet peta

Didalam pembuatan peta perlu disertakan simbol-simbol agar peta dapat


dibaca. Symbol adalah alat yang berfunngsi untuk menggambarkan keadaan
medan dan letaknya dalam peta. Simbol yang baik adalah yang dikenal dengan
mudah dan juga mudah dibaca.

Menurut artinya symbol dapat dibedakan menjadi:


1. Simbol kualitatif
Menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, jadi
dihubungkan dengan kualitas unsur yang diwakilinya. Symbol ini tidak
menyajikan jumlah (besarnya), tetapi henya merupakan symbol yang
berhubungan dengan kualitas dari unsur yang diwakili, simbol ini dapat
berupa simbol titik, garis dan area.
2. Simbol kuantitatif
Menyatakan identitas keadaan asli dari daerah yang diwakilinya juga
menunjukkan berapa besar, jumlah atau banyaknya unsur tersebut,
symbol ini dapat berupa titik, garis ataupun area.

7
G. Hasil

1) Pengamatan pada sebuah peta rupa bumi Skala 1 : 25.000


2) Menafsirkan kedua perbedaan peta RBI Skala 1:25.000 dengan peta
Geologi Skala 1:50.000 (TERLAMPIR)
3) Penentuan titik koordinat d (TERLAMPIR)
4) Menguraikan potensi kewilayahan pada peta (TERLAMPIR)

8
H. Pembahasan
1) Pengamatan pada peta rupa bumi skala 1:25.000
Pertama yang saya lakukan adalah memahami bagaimana
cara menentukan lereng gunung. Memahami apa yang sudah
dosen katakana mengenai relief gunung mempunyai bentuk
lereng yang membulat. Perbukitan mempunyai bentuk lereng
dengan kontur yang rapat dan terjal. Relief dataran memiliki
bentuk lereng yang landai dengan kontur dan jarak pada
sebuah peta rupa bumi bersekala 1:25.000. Setelah saya
berhasil memahami apa yang dosen katakana tentang peta
rupa bumi bersekala 1:25.000 kemudian dari penjelasan dosen
yang saya tangkap lalu saya mengaplikasikan dengan mencari
info secara detail pada peta rupa bumi tersebut dari pokok
pembahasan mengenai judul, legenda, arah mata angin, tahun
pembuatan, serta sumber yang terlampir pada sebuah peta
rupa bumi tersebut.

2) Menafsirkan perbedaan peta RBI Skala 1:25.000 dengan peta Geologi Skala
1:50.000

peta RBI dan peta Geologi yang telah saya amati terdapat
perbedaan sebuah informasi yang terdapat pada kedua peta
masing-masing tersebut pada proses penyajian dan

9
pembacaan pada masing-masing peta yang menyajikan
sebuah informasi yang berbeda.

Dalam mempermudah proses penggambaran saya


meletakkan peta geologi kemudian di atas peta geologi saya
letakkan kalkir kemudian peta dan kalkir saya plaster di atas
meja agar menghindari kesalahan dalam penggambarannya.
Setelah selesai saya memilih salah satu dari relief dari
penggambaran relief yang telah di pisahkan secara satu
persatu. tadi yaitu saya memilih relief pegunungan untuk
dihitung volume pada tiap kerapatan sebuah konturnya dengan
menggunakan rumus yang telah ditentukan untuk lebih jelasnya
terdapat pada bab hasil.

Menghitung luas administrasi suatu wilayah menggunakan 3 metode, yaitu


metode square, metode stripped, metode triangel. Masing masong metode
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Metode square merupakan caara yang paling sering digunakan apabila
peralatan yaang diperlukan kurang memadai. Dengan menggunakan kotak-kotak
(grid) yang mempunyai panjang tertentu pada daerah yang akan dihitung
luasnya. Tingkat ketelitian dari metode square tergantung pada besar dan kecil
ukuran grid, semakin besar grid maka ketelitian akan semakin menurun dan
berkurangnya keakuratan perhitungannya.

Luas total = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 +...,


Luas = Luas Total X (penyebut skala) ²
Rumus:

10
Metode Stripped merupakan metode yang dilakukan apabila peralatan dalam
menghitung luas administrasi kurang memadai. Metode ini menggunakan garis-
garis sejajar yang dibuat dengan sedemikian rupa, sehingga seluruh daerah yang
akan diukur terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan gari sejajar. Metode
stripped memiliki keakuratan yang tinggi dibandingkan dengan metode yang lain
karena dengan stripped maka hampir seluruh wilayah administrasi dapat
dihitung.

Rumus:
Luas total = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 +...,
Luas = Luas Total X
(penyebut skala) ²

I. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Berdasarkan peta geologi untuk daerah gunung mempunyai


bentuk kontur yang membulat. Pada daerah puncak gunung

11
memiliki kontur yang relatif rapat dan pada daerah di
bawahnya memiliki kontur yang jarang sampai pada daerah
kaki gunung. Kontur pada daerah gunung memiliki kontur yang
stabil dan membentuk gunung sampai bagian atasnya. Untuk
daerah dataran pada peta geologi terdapat kontur yang sangat
jarang dan bahkan tidak ada kontur. Dari garis kontur di peta
gologi saya bisa mengetahui informasi yang ada pada peta
tersebut dengan menghitung volume pada kerapatan tiap
konturnya. Dalam penjelasan secara keseluruhan pada teknik
penggambaranya sebagai berikut :
1) Menghitung luas daerah dengan menggunakan dua metode sederhana.
2) Metode square, metode yang menggunakan kotak atau grid sehingga
daerah administrasi akan terbagi sedeikian rupa.
3) Semakin kecil kotak atau grid, maka ketelitian dan keakuratanya akan
semakin tinggi.
4) Metode stripped, metode yang menggunakan garis sejajar yang membagi
daerah administrasi menjadi beberapa bagian.
5) Metode striped merupakan metode dengan tingkat keakuratan yang lebih
baik, karena hampir seluruh wilayah administrasi dapat dihitung.
6) Metode tiangel, metode dengan menggunakan segitiga yang membagi
daerah administrasi menjadi bagian bagian tertentu.
7) Kedua metode tersebut dapat dilakukan apabila peralatan yang digunakan
untuk mengitung luas administrasi kurang memadai

Saran

Dalam penjiplakan kontur membutuhkan kesabaran dan


ketelitian untuk itu diharapkan dapat memiliki sifat sabar.
Dalam menghitung kemiringan pun membutuhan kecermatan
dalam menghitung. Kontur yang terdapat pada peta biasanya
terpotong tidak menyambung untuk itu dibutuhkan pemahaman
yang lebih dan untuk memahami kontur yang terpotong
membutuhkan peta yang lain agar dapat terhubung sehingga
informasi yang diterima menjadi lengkap.

12
J. DAFTAR PUSTAKA
Sarjanti, Esti. 2014. Kartografi. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Purnomo, Agus. 2016. Pengertian relief muka bumi. Diambil
dari : https://ilmugeografi.com/ilmu-
bumi/geomorfologi/pengertian-relief-muka-bumi
Annisa. 2014. Cara Menghitung Kemiringan Lereng dalam
Satuan Derajat dan Persen. Diambil
dari : http://www.gispedia.com/2016/05/cara-menghitung-
kemiringan-lereng-dalam-satuan-derajat-dan-
persen.html#ixzz4zAKkOxIB

13

Anda mungkin juga menyukai