Anda di halaman 1dari 42

BAHAN AJAR

DASAR-DASAR PEMETAAN, PENGINDERAAN JAUH, DAN SISTEM


INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

A. Identitas Sekolah

Satuan Pendidikan : SMA


Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester :X/1
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Materi Pokok : Dasar-Dasar Pemetaan, Penginderaan Jauh,
Dan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Alokasi Waktu : 12x45menit (4 PT)

B. Kompetensi Inti :

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


Kompetensi Dasar Dari KI-3 Kompetensi Dasar Dari KI-4
3.2. Memahami dasar-dasar pemetaan, 4.2. Membuat peta tematik wiayah
penginderaan jauh, dan sistem informasi peta provinsi dan / atau salah satu
geografis (SIG) pulau di indonesia berdasarkan
peta rupa bumi
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Indikator Pencapaian Kompetensi

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 1
(IPK)
3.2.1 Menjelaskan konsep dasar peta (pengertian, 4.2.1 Merancang peta tematik
unsur-unsur peta) wilayah provinsi dan/atau salah
3.2.2 Menjelaskan jenis-jenis peta berdasarkan satu pulau di Indonesia
isi dan skala berdasarkan peta rupa Bumi.
3.2.3 Menjelaskan penggunaan peta 4.2.2 Membuat peta tematik wilayah
3.2.4 Menjelaskan konsep dasar penginderaan provinsi dan/atau salah satu
jauh (defenisi dan komponen) pulau di Indonesia berdasarkan
3.2.5 Membedakan jenis citra dalam peta rupa bumi.
penginderaan jauh 4.2.3 Menyajikan peta tematik
3.2.6 Menjelaskan aspek interpretasi citra wilayah propinsi dan atau salah
3.2.7 Menjelaskan konsep dasar sistem informasi satu pulau di indonesia
geografis (SIG) berdasarkan peta rupa bumi
3.2.8 Menjelaskan teori pengolahan data dalam
SIG
3.2.9 Menguraikan kelebihan dan kekurangan
SIG

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Discovery Learning dengan menggali
informasi dari berbagai sumber belajar, penyelidikan sederhana dan mengolah
informasi, diharapkan siswa terlibat aktif selama proses belajar mengajar
berlangsung, memiliki sikap ingin tahu, teliti dalam melakukan pengamatan dan
bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan,
memberi saran dan kritikserta dapat mendeskripsikan dasar-dasar pemetaan,
penginderaan jauh, dan sistem informasi geografis (SIG) serta dapat Membuat
peta tematik wiayah peta provinsi dan / atau salah satu pulau di indonesia
berdasarkan peta rupa bumi.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 2
PERTEMUAN 1

Indikator Pencapaian KD :

3.2.1 Menjelaskan konsep dasar peta (pengertian, unsur-unsur peta)


3.2.2 Menjelaskan jenis-jenis peta berdasarkan isi dan skala
3.2.3 Menjelaskan penggunaan peta.

KONSEP DASAR PETA


A. MENJELASKAN KONSEP DASAR PETA ( Pengertian, Unsur-Unsur
Peta)
1. Pengertian Peta
Peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang
diperkecil sesuai kenampakkannya dari atas. Peta umumnya digambarkan
dalam bidang datar dan dilengkapi dengan skala, orientasi, dan simbol-
simbol. Dengan kata lain, peta adalah gambaran permukaan bumi yang
diperkecil sesuai dengan skala. Supaya dapat dipahami oleh pengguna
atau pembaca, peta harus diberi tulisan dan simbol-simbol.
Menurut RM. Soetardjo Soerjonosoemarno peta merupakan suatu
lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagian permukaan bumi yang
diperkecil dengan perbandingan ukuran yang disebut skala. Sedangkan
Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL 2005) Peta merupakan wahana bagi penyimpanan
dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi
para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan
pembangunan.
2. Unsur – unsur Peta

Gambar 1.1 : unsur-unsur peta

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 3
1) Judul peta : berguna untuk menggambarkan isi dan jenis peta yang
ditulis dengan huruf kapital
2) Garis astronomis : berguna untuk menentukan lokasi suatu tempat yang
terdapat pada tepi peta berbentuk angka – angka koordinat dalam satuan
derajat, menit dan detik
Contoh astronomis Indonesia 60LU – 110LS dan 950BT – 1410BT
3) Inset : menunjukan kedudukan daerah yang dipetakan terhadap daerah
sekitarnya yang berfungsi untuk menjelaskan antara wilayah pada peta
utama dengan wilayah lain di sekelilingnya. Misalnya : Peta Pulau
Sumatera sebagai peta utama, sehinga untuk melihat posisi pulau
sumatera dengan pulau-pulau lainnya di buat peta Indonesia sebagai
insetnya
Indeks : peta diperlukan untuk mengetahui lokasi daerah yang
tergambar terhadap daerah sekitarnya, khususnya peta berseri atau peta
yang bersambung, misalnya peta topografi, peta pertanahan, peta
saluran pengairan
4) Garis tepi peta : berguna untuk membantu dalam pembuatan peta agar
terlihat lebih rapi
5) Skala peta : menunjukan perbandingan jarak di peta dengn jarak
sesungguhnya
Macam – macam skala, yaitu :
a) Skala verbal adalah skala yang menunjukkan perbandingan jarak
pada peta dalam suatu kalimat langsung yang tegas. Contohnya,
pada sebuah peta dituliskan Skala 1 cm untuk 1 km. Ini berarti
bahwa setiap jarak 1 cm dalam peta setara dengan jarak 1 km pada
jarak sesungguhnya.
b) Skala angka menunjukkan perbandingan jarak pada peta dalam
perhitungan angka. Skala ini paling lazim ditemui dalam kompilasi
peta. Contohnya, pada sebuah peta dituliskan Skala 1 : 1.000.000.
Ini berarti bahwa setiap jarak 1 satuan jarak dalam peta setara
dengan jarak 1.000.000 satuan yang sama pada jarak sesungguhnya
c) Skala batang menggunakan batang garis lurus yang memiliki
beberapa ruas dengan jarak yang sama di antara ruas-ruas tersebut,
seperti halnya garis bilangan. Skala tersebut dapat pula berbentuk
grafis (gambar) yang menunjukkan jarak antar bagian.

Gambar 1.2: Skala garis

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 4
Cara menghitung skala
𝑗𝑝
1. Perhitungan skala peta: skala =
𝑗𝑠
Kota A dan kota B berjarak 50 km, sedangkan jarak pada peta
20 cm. Berapakah skala peta?

Skala = Jarak pada peta : Jarak sebenarnya


= 20 cm : 5.000.000 cm
= 1:1250.000
1
2. Perhitungan skala berdasarkan garis kontur Ci = 𝑥𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎
2.000
Kota A dan kota B berjarak 50 km, sedangkan jarak pada peta
20 cm. Berapakah skala peta?

Skala = Jarak pada peta : Jarak sebenarnya


= 20 cm : 5.000.000 cm
= 1:1250.000
3. Perhitungan skala berdasarkan derajat lintang dan bunjur 1 o=60
menit = 111 km
Jarak kota A ke kota B pada peta adalah 20 cm, astronomis kota
A 40030’ astronomis kota B 40040’ berapakah skla peta
tersebut?
Selisih derajat kota A – B adalah 40030’ - 40040’ = 10’
10
10′ + 𝑥111𝑘𝑚 = 18,5
60
1.850.000
20
= 1: 92.500
6) Sumber peta : berguna untuk mengetahui sumber data yang digunakan
dalam pembuatan peta
7) Tahun pembuatan : berguan untuk mengetahui waktu pembuatan peta
8) Orientasi peta : menunjukan arah peta

Gambar 1.3: Orientasi peta

9) Simbol peta : tanda – tanda konvesional yang digunakan untuk


mewakili benda yang sebenarnya.
Berdasarkan ciri - cirinya, simbol peta dapat diklasifikasikan menjadi
simbol titik, garis dan area.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 5
1) Simbol titik pada peta terdiri atas bermacam macam ukuran dan
bentuk, ada yang berbentuk kotak, segitiga, lingkaran, dan bentuk
lainya.

Gambar 1.4: Contoh Simbol Titik

2) Simbol garis adalah simbol yang digunakan untuk menyajikan data


geografis seperti simbol sungai, batas wilayah, jalan, dsb.

Gambar 1.5: Contoh Simbol Garis


Simbol luasan (area) digunakan untuk menunjukkan kenampakan
area seperti: padang pasir, rawa, hutan.

Gambar 6: Contoh Simbol Area

Berdasarkan wujudnya simbol dibagi atas 3 yaitu:


1) Simbol viktorial: Piktorial atau gambar sering disebut sebagai simbol
yang sama dengan keadaan sesungguhnya atau yang sudah
disederhanakan .

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 6
Gambar 1.7: contoh symbol titik

2) Simbol geometrik: simbol-simbol dengan bentuk yang teratur,


seperti : lingkaran, bujur sangkar, segitiga, segienam dan lain
sebagainya sama halnya dengan simbol titik
3) Simbol huruf dan angka: suatu simbol yang disusun atau dibentuk
oleh huruf atau angka, biasanya digunakan untuk menyatakan
unsur tertentu yang sangat khas. Seringkali simbol ini diambilkan
dari singkatan atau huruf depan dari nama unsur yang diwakilinya

10) Warna peta: selain memperindah dan mempercantik peta, warna


dalam peta juga berfungsi mengambarkan kondisi peta seperti contoh
gambar hijau menampakan daratan biru menampakan lautan

11) Legenda : keterangan dari simbol – simbol pada peta agar mudah
dipahami

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 7
12) Lettering : berfungsi mempertegas arti dari simbol – simbol yang
ada.
3. Proyeksi Peta
Permukaan bumi yang melengkung jika digambarkan pada bidang
datar, maka sulit untuk melakukan perhitungan dari hasil ukuran, dan juga akan
menghasilkan kesalahan. Untuk menghindari atau memperkecil kesalahan,
dipilihlah cara menggambarkan peta dengan proyeksi. Proyeksi peta adalah
cara memindahkan permukaan bumi yang melengkung ke bidang datar.
a. Jenis – jenis proyeksi peta dibedakan atas 3 jenis yaitu:
1. Proyeksi zenital (azimutal), adalah proyeksi pada bidang proyeksi
berupa bidang datar yang menyinggung bola bumi.
Berdasarkan arah sinar, proyeksi zenital dibagi atas :
a) Proyeksi Gnomonik
Pada proyeksi ini, titik pusat seolah berada di pusat
lingkaran (digambarkan seperti sinar matahari yang bersumber di
pusat lingkaran). Menggunakan proyeksi ini lingkaran paralel
makin keluar makin mengalami pembesaran hingga wilayah
ekuator.

Gambar 1.7. Proyeksi Azimuthal gnomonik

b) Proyeksi Azimuthal Stereografik


Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar berasal dari
arah kutub berlawanan dengan titik singgung proyeksi. Akibatnya
jarak antarlingkaran paralel semakin membesar ke arah luar.

Gambar 1.8. Proyeksi Azimuthal Stereografik

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 8
c) Proyeksi Azimuthal Orthografik
Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar matahari
berasal dari titik jauh tidak terhingga. Akibatnya sinar proyeksi
sejajar dengan sumbu Bumi. Jarak antarlingkaran akan makin
mengecil apabila semakin jauh dari pusat.

Gambar 1.9. Proyeksi Azimuthal Orthografi

Berdasarkan kedudukan garis karakteristiknya (sumbu simetri) dibedakan


Atas:
a. Proyeksi zenital normal (polar): bidang proyeksinya bersinggung
langsung dengan kutub
b. Proyeksi zenital miring (oblique): bidang proyeksi menyinggung
salah satu tempat kutub dan ekuator
c. Proyeksi zenital transversal: bidang proyeksi tegak lurus dengan
ekuator

Gambar 2.0. Proyeksi Azimuthal

2. Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder adalah keadaan ketika semua paralel berupa garis
horizontal dan semua meridian berupa garis lurus vertikal. Proyeksi ini paling
tepat untuk menggambarkan daerah ekuator sebab di arah kutub terjadi
pemajangan garis (pemekaran). Keuntungan proyeksi silinder adalah tempat-
tempat yang paralelnya sama terletak pada satu garis lurus. Paralel dan
meridian dapat dihapus dan hanya diberi angka pada tepi bingkai gambar hasil
proyeksi.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 9
3. Proyeksi Kerucut
Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan bola bumi pada
kerucut yang menyinggung bola bumi. Bidang kerucut ini kemudian dibuka
sehingga bentangannya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling
tepat untuk menggambar daerah-daerah di lintang 450.
Secara garis besar, proyeksi ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Proyeksi Kerucut Normal atau Standar: Proyeksi ini menggunakan
kerucut dengan garis singgung dengan bola Bumi terletak pada
suatu paralel (paralel standar).
b. Proyeksi Kerucut Transversal: Pada proyeksi ini sumbu kerucut
berada tegak lurus terhadap sumbu Bumi.
c. Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)
Pada proyeksi ini sumbu kerucut membentuk garis miring terhadap
sumbu Bumi.

Gambar 2.1. Proyeksi Kerucut

Ketiga proyeksi berdasarkan bidang ini (azimuthal, kerucut dan


silinder) termasuk kelompok proyeksi murni yang penggunaan dalam
kehidupan sehari-hari sangat terbatas karena dirasa sulit. Selanjutnya,
proyeksi berdasarkan bidang ini mengalami modifikasi hingga muncul
proyeksi gubahan

4. Syarat dalam pembuatan peta


Dalam pembuatan peta diperlukan proyeksi peta agar permukaan bumi
yang melengkung dapat digambarkan pada bidang datar. Untuk mendapatkan
hasil maksimal pembuat peta harus mempertimbangkan kategori jenis proyeksi
yang digunakan. Agar distorsi yang terjadi tidak begitu besar. Proyeksi peta harus
memenuhi persyaratan yaitu:
1. Conform : bentuk bidang daerah, pulau dan benua digambarkan pada peta
harus sesuai dengan bentuk aslinya
2. Equivalent : daerah yang digambarkan harus sesuai dengan luasnya
dengan aslinya
3. Equidistant : jarak yang dipetakan harus sama perbandingannya dengan
jarak sesungguhnya.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 10
B. Jenis-Jenis Peta Berdasarkan Isi dan Skala
1. Jenis-Jenis Peta dan Penggunaanya
a. Jenis peta berdasar skala
Berdasarkan skalanya, peta diklasifikasikan:
1) Peta kadester, berskala 1:100 – 1:5000 dipakai untuk membuat peta
dalam sertifikat pembuatan tanah
2) Peta skala besar : berskala 1:5000 – 1:250000 dipakai untuk
menggambarkan wilayah yang relatif sempit seperti peta kabupaten
3) Peta skala sedang : berskala 1: 250.000 – 1: 500000 digunakan untuk
menggambarkan wilayah yang agak luas seperti peta provinsi
4) Peta skala kecil : berskala 1:500000 – 1: 1000000 digunakan untuk
menggambarkan daerah yang cukup luas seperti Indonesia
5) Peta skala geografis berskala lebih besar dari 1:1000.0000
b. Jenis peta berdasarkan isi
1) Peta umum/peta ikhtisar : peta yang menggambarkan segala
sesuatu yang ada dalam suatu wilayah seperti sungai, danau, jalan
Peta umum dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Peta Topografi : peta yang menggambarkan bentuk permukaan
bumi
Contoh peta yang digolongkan sebagai peta topografi:
• Peta planimetrik, peta yang menyajikan beberapa jenis
unsur permukaan bumi tanpa penyajian informasi
ketinggian.
• Peta kadaster/pendaftaran tanah, peta yang menyajikan
data mengenai kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk
lahan serta beberapa informasi lainnya.
• Peta bathimetrik, peta yang menyajikan informasi
kedalaman dan bentuk dasar laut.
b) Peta Chorografi : peta yang menggambarkan seluruh atau
sebagian kenampakan permukaan bumi

Gambar 2.2. Peta topografi

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 11
a. Mencari kontur pada titik tertentu
rumus: 𝑑1 𝑋 Ci 𝑋 𝑡𝑐
𝑑2
keterangan : d1 = jarak B – C pada peta
d2 = jarak A – C pada peta
Ci = kontur interval/beda tinggi
Tc = angka kontur
b. Mencari beda tinggi dalam satuan persen (%)
𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
kemiringan lereng = 𝑥 100 %
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
2) Peta Khusus/ Tematik : peta yang menggambarkan kenampakan –
kenampakan tertentu seperti peta kepadatan penduduk, peta transportasi, peta
tanah dll
Contoh peta yang digolongkan sebagai peta tematik:
• Peta diagram, pada peta ini subyek tematik disajikan dalam bentuk
diagram yang proporsional.
• Peta distribusi, pada peta ini menggunakan simbol titik untuk
menyajikan suatu informasi yang spesifik dan memiliki kuantitas yang
pasti.
• Peta isoline, pada peta ini menyajikan harga numerik untuk distribusi
yang kontinu dalam bentuk garis yang terhubung pada suatu nilai yang
sama.

Gambar 2.3. Peta rencana sistem transportasi kota padang

c. Jenis peta berdasarkan bentuknya yaitu:


1) Peta timbul, peta jenis ini menggambarkan bentuk permukaan bumi
yang sebenarnya, misalnya peta relief.
2) Peta datar (peta biasa), peta umumnya yang dibuat pada bidang datar,
misalnya kertas, kain atau kanvas.
3) Peta digital, peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada suatu
pita magnetik atau disket, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya
menggunakan komputer. Peta digital dapat ditayangkan melalui

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 12
monitor komputer atau layar televisi. Peta digital ini hadir seiring
perkembangan teknologi komputer dan perlatan digital lainnya.
d. Jenis peta berdasarkan sumber data
1) Peta Induk (Basic Map)
Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.
Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta
topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic
map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan
peta-peta lainnya.
2) Peta Turunan (Derived Map)
Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang
sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.
Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.
C. Penggunaan Peta
Fungsi dan tujuan pembuatan peta adalah:
1. Menunjukkan posisi atau lokasi relatif suatu tempat di permukaan bumi
2. Memperlihatkan ukuran, luas daerah, dan jarak di permukaan bumi
3. Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk pada permukaan
bumi (misalnya bentuk benua, negara, atau gunung)
4. Menyajikan data tentang potensi suatu daerah
5. Mengomunikasikan informasi keruangan
6. Menyimpan informasi keruangan
7. Membantu pekerjaan teknis, misalnya konstruksi jalan, navigasi, atau
perencanaan
8. Membantu pembuatan desain, misalnya desain jalan dan bahan analisis
spasial.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 13
PERTEMUAN II

Indikator Pencapaian KD :

3.2.4 Menjelaskan konsep dasar penginderaan jauh (defenisi dan komponen)

3.2.5 Membedakan jenis citra dalam penginderaan jauh

KONSEP DASAR PENGINDERAAN JAUH


A. MENJELASKAN KONSEP DASAR PENGINDERAAN JAUH
1. Pengertian Penginderaan Jauh dari beberapa tokoh
Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk penginderaan jauh,
diantaranya remote sensing (Inggris), teledection (Prancis), furnekundung
(Jerman), distantsionaya (Rusia), dan sensoriamento remota (Portugis)

Gambar 2.4: Penginderaan jauh dengan menggunakan satelit dan pesawat

Berikut ini beberapa defenisi dari penginderaan jauh yang


dikemukakan oleh para ahli:
1) Pengideraan jauh ( remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena
dengan jalan analisis data yang diperoleh melalui alat perekam
(sensor) yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai
media perantaranya tanpa menyentuh objek tersebut (Lillesand dan
Kiefer, 1979)
2) Penginderaan Jauh merupakan upaya untuk memperoleh,
menemutunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan
sensor pada posisi pengamatandaerah kajian (Avery, 1985).
3) Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk
memperoleh dan menganalisis informasi tentang bumi. Informasi itu
berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan
dari permukaan bumi (Lindgren, 1985).

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 14
Dari beberapa defenisi diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa
Penginderaan jauh adalah suatu teknik dan seni untuk memperoleh
informasi objek dari jarak jauh tanpa kontak langsung dengan objek, gejala
atau daerah yang akan dikaji dengan menggunakan sensor.

2. Sistem Pengindraan Jauh


a. Sumber Tenaga
Penginderaan jauh harus memiliki sumber tenaga, baik secara alami
maupun buatan. Tenaga ini mengenai objek dipermukaan bumi, kemudian
dipantulkan ke sensor.
a) Tenaga Aktif (Dengan Flash / cahaya buatan)
Yang dimaksud dengan sumber tenaga aktif adalah sumber tenaga yang
berasal dari radar yang aktif pada saat pengambilan objek. Biasanya
wujud dari cahaya ini adalah berbentuk kilatan yang cepat dan
berbentuk gelombang elektromaknetik.
b) Tenaga Pasif (Matahari)
Tenaga pasif ini bersumber dari sinar matahari yang masuk
kepermukaan bumi. Jumlah tenaga matahari yang mencapai bumi
dipengarui oleh waktu, lokasi dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang
diterima siang hari lebih banyak dibandingkan dengan pagi atau sore
hari.

Gambar 2.5: Diagram kerja sensor sistem aktif

b. Atmosfer

Energi yang masuk ke permukaan bumi tidak seluruhnya


sampai,tapi hanya sebagian kecil masuk ke permukaan bumi. Energi
tersebut dihambat oleh atmosfer melalui serapan, dipantulkan dan
diteruskan. Tidak semua spektrumgelombang elektromagnetik dapat
sampai di permukaan bumi, karena dalam atmosferada proses
pembauran dan penyerapan. Penyerapan dilakukan oleh molekul
atmosfer,sedangkan spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat
mencapai bumi disebutdengan jendela atmosfer.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 15
c. Interaksi Antar Tenaga dan Objek
Dalam perekaman objek diperlukan wahana, tenaga alami, atau
buatan, objek yang direkam, alat sensor, dan deteksi (detector). Tenaga
yang memancar ke permukaan bumi (objek) akan memantul
dandirekam oleh alat (sensor). Pada sensor terdapat alat untuk
mendeteksi (detector), di mana detector yang ada pada alat dipasang
pada wahana (seperti balon udara, pesawat, dan satelit). Tiap objek
mempunyai karakteristik tertentu dalam memancarkan atau
memantulkan tenaga ke sensor. Pada dasarnya, pengenalan objek
dilakukan dengan menyidik karakter spektral objek yang tergambar
pada citra. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga
tampak cerah dalam citra, sedangkan objek pantulan atau pancarannya
sedikit akan tampak gelap. Namun, dalam kenyataannya tidak
sesederhana itu. Ada objek yang berlainan, tetapi mempunyai
karakteristik spektral sama atau serupa sehingga menyulitkan
pembedaan dan pengenalannya pada citra. Hal itu dapat diatasi dengan
menyidik karakteristik lain, seperti ukuran, dan pola.
d. Wahana dan Sensor
a) Wahana
Adalah kendaraan yang berfungsi untuk meletakkan sensor saat
dilakukan proses perekaman. Merekam objek permukaan bumi bisa
dilakukandi angkasa maupun di luar angkasa. Wahana yang
digunakandi penginderaan jauh di antaranya balon udara,
pesawatterbang, pesawat ulang-alik, dan satelit. Setiap jenis
kendaraanmemiliki kerincian objek yang berbeda. Pesawat
terbangmemiliki kerincian objek yang dapat terus ditingkatkan
karenapesawat dapat terbang pada ketinggian yang
berbeda,sedangkan satelit memiliki kerincian objek yang
bergantung pada pixel karena ketinggian wahana satelit sudah
ditentukan.
Wahana di angkasa dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
1. Pesawat terbang rendah sampai medium (Low to medium
altitude aircraft), dengan ketinggian antara 1000 meter sampai
9000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah
citra foto (foto udara).
2. Pesawat terbang tinggi (high altitude aircraft), dengan
ketinggian sekitar 18.000 meter dari permukaan bumi. Citra
yang dihasilkan yaitu foto udara dan multispectral scanners
data.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 16
3. Satelit, dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari
permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah citra satelit.

Gambar 2.6: Wahana penginderaan jauh


beradasrkan ketinggian

b) Sensor
1. Fotografik
Sensor yang digunakan sistem fotografik adalah kamera.
Cara kerja sensor ini berdasarkan pantulan tenaga dari objek.
Sedangkan detektornya adalah film sehingga sensor fotografik
menghasilkan foto. Sensor fotografik yang dipasang pada
pesawat udara menghasilkan citra yang disebut foto udara,
sedangkan sensor fotografik yang dipasang di satelit sering
disebut citra satelit.
2. Non fotografik
Sensor elektromaknetik / elektronik ini digunakan pada
sistem penginderaan jauh nonfotografik karena proses
perekaman objek tidak berdasarkan pembakaran, tetapi
berdasarkan sinyal elektronik yang dipantulkan atau
dipancarkan dan direkam oleh detektor. Detektor untuk sensor
ini adalah pita magnetik dan proses perekamannya didasarkan
pada energi yang dipantulkan atau dipancarkan. Sensor
elektronik yang direkam pada pita magnetik selanjutnya
diproses menjadi data visual (citra) dan data digital dengan
menggunakan computer

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 17
Gambar 2.7: sensor pada satelit

e. Perolehan data
1. Perolehan data manual
Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna
melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu
bernama Stereoskop. Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek
dalam bentuk tiga dimensi
2. Perolehan data digital atau numerik
Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus
penginderaan jauh yang diterapkan pada Foto udara biasanya
diinterpretasi secara manual.
f. Pengguna data
Pengguna data adalah orang atau lembaga yang memakai
datapenginderaan jauh. Data penginderaan jauh dapat dimanfaatkan
dalamberbagai bidang. Data penginderaan jauh yang memiliki kerincian
dan keandalan sangat dibutuhkan oleh pengguna data.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 18
Dari beberapa komponen
penginderaan jauh yang
telah diterangkan diatas,
jika dianalisis pola sistem
kerjanya adalah seperti
gambar disamping.

Gambar 2.8 : Pola Sistem Kerja

2. Perbandingan Peta dengan Pengindraan Jauh.


Kemajuan teknologi dewasa ini berpengaruh besar dalam perpetaan.
Banyak. modul-modul permukaan bumi yang mirip sekali dengan peta yang
dihasilkan dari perekaman jarak jauh yang dikenal dengan citra penginderaan
jauh. Citra penginderaan jauh, antara lain foto udara, citra Landsat, citra
SPOT, citra Radar dan citra IKANOS.
Walaupun citra penginderaan jauh mirip dengan peta, namun pada
dasarnya ada beberapa perbedaan penting yaitu :

Peta Citra Pengindraan Jauh

1. Penyajian peta yang selektif 1. Penyajian citra penginderaan jauh


tidak selektif
a. Kenampakan penting yang dipilih (unselective). Apa saja yang dapat
akan ditonjolkan direkam oleh sensor akan terlihat atau
secara jelas, sesuai dengan tujuan tampak, ketidakselektifan ini
pemetaannya. membawa beberapa konsekuensi,
b. Informasi yang diperlukan telah antara lain:
disadap oleh a. Kenampakan-kenampakan
pembuat peta, misalnya peta penting sulit dilihat.
geologi, peta jaringan jalan. b. Mungkin menonjol pada
c. Pengguna peta harus memiliki kenampakan yang tidak
ketrampilan dalam diperlukan bagi suatu penelitian,
membaca peta contoh vegetasi yang tampak
menonjol bagi kepentingan
geologi atau lainnya.
c. Pengguna harus mempunyai
ketrampilan dalam hal menyadap

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 19
2. Peta merupakan hasil dari proses informasi yang diperlukan.
generalisasi. Proses ini merupakan 2. Citra penginderaan jauh
hal yang fundamental dalam merupakan gambar kenampakan yang
Kartografi, misalnya pada skala 1 : tidak tergeneralisasi (not
50.000, terdapat kenampakkan lebar generalised).
jalan 5 m. Apabila kenampakkan Misalnya pada skala 1 : 50.000, jalan
jalan tersebut dianggap penting maka dengan lebar 10 m digambarkan
tetap akan digambarkan dengan dengan ukuran 0,2 mm. Sekalipun
pembesaran (exageration). ukurannya sangat kecil, kenampakan
jalan tersebut masih terlihat pada
citra penginderaan jauh. Pada peta
skala 1 : 50.000, kenampakan jalan
dengan lebar 10 m seharusnya
berukuran 0,2 mm. Apabila jalan
tersebut merupakan kenampakkan
yang penting maka kenampakan jalan
3. Peta secara planimetrik mempunyai akan tetap ditonjolkan. Misalnya
ketelitian tinggi, karena sifat digambarkan dengan ukuran 1 mm.
proyeksinya yang ortogonal. 3. Citra penginderaan jauh
Ortogonal artinya skala di berbagai mengandung ketidaktelitian dalam
bagian pada peta tetap sama, hal ukuran planimetriknya, terutama
terutama pada skala besar. Sistem foto udara yang mempunyai proyeksi
proyeksi peta yang digunakan sentral. Walaupun hal ini tidak
mempunyai karakteristik yang sudah mengganggu interoretasi, namun
diketahui terutama kesalahan dalam memplotkan hasil interpretasi
(distorsi) skalanya dan pada peta akan mengalami kesulitan.
faktor kesalahan bentuk. Hal ini karena skalas di berbagai
bagian tidak sama. Teknik-teknik
memindahkan hasil interpretasi ke
dalam peta memerlukan alat yang
mahal, seperti rectifier, zoom
transfercope, camera, stereo, plotter
4. Meskipun telah dilakukan analytical. Analog, dan optical
pengelompokkan data atau photograph.
penggunaan simbol tertentu yang 4. Warna (tone) dikandung dalam
dapat membedakan obyek yang satu citra penginderaan jauh tergantung
dengan obyek lain, masing-masing pada jenis spektral dan keadaan
obyek masih dapat dibedakan masing-masing obyek. Adakalanya
warnanya sesuai dengan keinginan refleksi rumah dan jalan yang
pembuat petai. ditangkap sensor menghasilkan rona

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 20
yang sama, walaupun dapat
dibedakan bentuknya. Untuk itu,
perlu dilakukan pengujian kebenaran
interpretasinya

B. Membedakan jenis citra dalam Penginderaan jauh


1. Jenis Citra dalam Penginderaan Jauh
a. Pengertian Citra
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu
objek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat
pemantau dapat berupa perekaman satelit maupun pemotretan udara.
Citra sebagai keluaran dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat :
1) Optik, berupa foto
2) Analog, berupa sinyal video seperti gambar pada monitor
televisi
3) Digital, yang dapat langsung disimpan pada media
penyimpan magnetik
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu
objek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat
pemantau dapat berupa perekaman satelit maupun pemotretan udara.
Citra sebagai keluaran dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat :
1) Optik, berupa foto
2) Analog, berupa sinyal video seperti gambar pada monitor
televisi
3) Digital, yang dapat langsung disimpan pada media
penyimpan magnetic
b. Jenis Citra
Dalam penginderaan jauh didapat masukan data atau hasil
observasi yang disebut citra. Hasil proses rekaman data penginderaan
jauh tersebut berupa data citra dan data non citra untuk dianalisis dengan
cara manual. Data citra berupa gambaran mirip aslinya, sedangkan data
non citra berupa garis atau grafik. Citra dapat dibedakan atas citra foto
(photographic image) atau foto udara dan citra non foto (non
photographic image). Perbedaan pokok keduanya disajikan pada tabel 1
Tabel 1. Perbedaan Citra Foto dan Citra Non Foto

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 21
a) Citra Foto

Gambar 2.9: Citra Foto Universitas Negeri Padang Tanggal 24 Maret 2015
Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan kamera
sebagai sensor dan wahana berada di udara ketika melakukan perekaman. Citra
yang dihasilkan disebut dengan foto udara. Citra foto dapat dibedakan
berdasarkan :
1) Spektrum Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto
dapat dibedakan atas:
a) Foto ultra violet
Foto Ultra Violet yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang
gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya adalah mudah untuk
mengenali beberapa objek karena perbedaan warna yang sangat
kontras. Kelemahan dari citra foto ini adalah tidak banyak
informasi yang dapat disadap. Foto ini sangat baik untuk
mendeteksi tumpahan minyak di laut, membedakan atap logam
yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan kapur juga untuk
mengetahui, mendeteksi, dan memantau sumber daya air

Gambar 3.0: foto ultraviolet untuk mendeteksi tumpahan


minyak di laut

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 22
b) Foto ortokromatik
Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
spectrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 -
0,56 mikrometer). Cirinya banyak objek yang bisa tampak jelas.
Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka
terhadap objek di bawah permukaan air hingga kedalaman
kurang lebih 20 meter.

Gambar 3.1: Contoh penggunaan foto ortokromatik pada studi


pantai

c) Foto Pankromatik
Foto udara pankromatrik adalah foto udara yang
menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai dari warna
merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan
kepekaan mata manusia. Pada umumnya digunakan film sebagai
negatif dan kertas sebagai positifnya. Wujudnya seperti pada
foto, tetapi bersifat tembus cahaya. Foto pankromatik dibedakan
menjadi 2 yaitu pankromatik hitam putih dan foto udara
pankromatik berwarna.
1. Foto Pankromatrik Hitam Putih

Gambar 3.1: Foto Pankromatik Hitam Putih Citra Satelit


WorldView-1 Waropen Tahun 2011
1) Foto udara pankromatik hitam putih dibuat
dengan saluran lebar (0,4 – 0,7 mikrometer).
2) resolusi spasialnya tinggi, 🖝 resolusi spasial :
ketajaman pengambilan objek.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 23
3) rona objek sangat dipengaruhi oleh beberapa
objek seperti : permukaan objek, halus kasarnya
objek.
4) keseimbangan bentuk yang tinggi.
5) foto pankromatrik hitam putih telah lama
dikembangkan sehingga orang telah terbiasa
menggunakannya
d) Foto infra merah
Foto inframerah yang terdiri dari foto warna asli (true
infrared photo) yang dibuat dengan menggunakan spektrum
infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer
hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra
merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran
merah dan saluran hijau.. Cirinya dapat mencapai bagian
dalam daun, sehingga rona pada foto infra merah daun tidak
ditentukan berdasarkan warna tetapi oleh sifat jaringannya.
Perbedaan antara foto infra merah dengan foto udara
pankromatik hitam putih terletak pada kepekaannya. Foto infra
merah mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
mempunyai sifat pantulan khusus bagi vegetasi, daya
tembusnya yang besar terhadap kabut tipis, dan daya serap
yang besar terhadap air. Kelemahan foto infra merah antara
lain: adanya efek bayangan gelap karena saluran infra merah
dekat tidak peka terhadap sinar baur dan sinar yang
dipolarisasikan, sifat tembusnya kecil terhadap air, dan
kecepatan yang rendah dalam pemotretan.

Gambar 3.2: Perbandingan foto pankromatik berwarna dengan


foto infra merah

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 24
Gambar 3.3: Foto Infra infra merah dua citra satelit
DigitalGlobe vegetasi sehat saat kebakaran hutan di Riau

Citra di atas (yang telah ditampilkan dalam “false color” untuk


menunjukkan perbedaan kondisi vegetasi dengan lebih jelas) menunjukkan
dua citra satelit DigitalGlobe pada sepetak lahan dari 21 Juni dan 21 Juli
2014. Citra tersebut mengungkapkan bahwa bahkan ketika tidak terdapat titik
api aktif di dalam citra, umur titik api dapat diperkirakan. Citra “before”
menunjukkan sesuatu yang terlihat seperti tutupan hutan alami (dalam pink),
sementara citra “after” menunjukkan bekas kebakaran yang besar dan adanya
kelapa sawit muda disekitarnya

Foto inframerah berwarna banyak digunakan dalam bidang:


1. Kemiliteran, untuk mengetahui kondisi suatu hutan, karena tanaman
tidak akan terpantulkan melainkan objek yang ada disekitarnya.
2. Bidang pertanian dan kehutanan, yaitu untuk mendeteksi atau
membedakan tanaman yang sehat dan tanaman yang terserang penyakit.

2) Berdasarkan Arah Sumbu Kamera ke Permukaan Bumi


Berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, citra foto dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu foto vertikal (tegak) dan foto condong (miring).
a. Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat
dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
b. Foto condong atau miring (obliquephotograph), yaitu foto yang
dibuatdengan sumbu kamera menyudutterhadap garis tegak lurus ke
permukaanbumi. Sudut ini umumnya sebesar 10derajat atau lebih besar,
tetapi bila sudutcondongnya masih berkisar antara 1 – 4 derajat, foto
yang dihasilkan masihdigolongkan sebagai foto vertikal.
Foto condong dibedakan menjadi 2, yaitu :
• Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila
cakrawala tidak tergambar pada foto.
• Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila pada
foto tampak cakrawalanya

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 25
Gambar 3.4: Foto tegak Gambar 3.5: Foto agak Gambar 3.6: Foto sangat
condong condong

1) Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan


a) Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan satu kamera
dengan berlensa tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya
tergambar satu lembar foto.
b) Foto jamak, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
kamera berlensa jamak. Dengan artian terdiri dari lebih 1
kamera dengan spektrum gelombang yang berbeda yang
digabung menjadi satu.

Gambar 3.7. Bagan pembagian jenis foto jamak dan karakteristiknya

3) Berdasarkan wahana yang digunakan


a) Foto udara, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
pesawat/balon udara, layang-layang, drone, crane dll
b) Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan satelit.
c) Foto Antariksa, yaitu foto yang dibuat menggunakan pesawat
ulang alik yang terbang ke luar angkasa.
4) Warna yang digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dapat dibedakan
atas:
a. Foto berwarna semu (false colour).

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 26
Warna citra pada foto tidak sama dengan warna aslinya.
Misalnya pohon pohon yang berwarna hijau dan banyak
memantulkan spketrum infra merah, pada foto tampak
berwarna merah.
b. Foto berwarna asli (true colour).
yaitu yang menggunakan warna asli atau sesuai dengan warna
objek.
Contoh: foto pankromatik berwarna.

b. Citra Non Foto

Gambar 3.8: Citra Kota Padang


Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan
kamera. Citra non foto dibedakan atas:
1) Spektrum elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam
penginderaan, citra non foto dibedakan atas:
a) Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
infra merah thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan
atas beda suhu objek dan daya pancarnya pada citra tercermin
dengan beda rona atau beda warnanya

Gambar 3.9: Citra Persebaran Asap dan Awan Panas


Gunung Merapi Tahun 2006

b) Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan
spectrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 27
penginderaan dengan sistim aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan,
sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistim pasif yaitu
dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
2) Sensor yang digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:
a) Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal,
yang salurannya lebar.
b) Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor
jamak, tetapi salurannya sempit, yang terdiri dari:

• Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera


yang hasilnya tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan
film dan prosesnya non fotografik.
• Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat
menggunakan spektrum tampak maupun spektrum infra merah
thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara.
3) Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas:
a) Citra Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan
wahana yang beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra infra
merah thermal, citra radar dan citra MSS. Citra dirgantara ini jarang
digunakan.
b) Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari
antariksa atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas
penggunaannya, yakni:
• Citra satelit untuk penginderaan planet. Contoh: Citra satelit
Viking (AS), Citra satelit Venera (Rusia).

• Citra satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra


Meteor (Rusia).

• Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra


Landsat (AS), Citra Soyuz (Rusia) dan Citra SPOT (Perancis).

• Citra satelit untuk penginderaan laut. Contoh: Citra Seasat (AS),


Citra MOS (Jepang).

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 28
PERTEMUAN III

Indikator Pencapaian KD :

3.2.6 Menjelaskan aspek interpretasi citra


3.2.7 Menjelaskan konsep dasar sistem informasi geografis (SIG)

ASPEK INTERPRETASI CITRA


A. MENJELASKAN ASPEK INTERPRETASI CITRA
1. Pengertian Interpretasi Citra
Di dalam penginderaan jauh, interpretasi citra merupakan langkah
yang harus dilakukan agar kita mendapatkan informasi dari citra untuk
dimanfaatkan.Menurut Este dan Simonett (1975), interpretasi citra
merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi objekdan menilai arti pentingnya objek tersebut. Jadi, di
dalam interpretasi citra,penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali
objek melalui tahapan kegiatan:deteksi, identifikasi, dan analisis. Alat
yang digunakan untuk menginterpretasi citra disebut Stereoskop.

Gambar 4.0 : Stereoskop

2. Unsur Interpretasi Citra


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikandalam mengamati
kenampakan objek dalam foto udara, yaitu sebagai berikut :
a. Bentuk 🖝 Kerangka atau wujud suatu objek
Ciri ini sendiri dapat membantu untuk mengenali beberapa objek.
Contoh: rumah mukim dari foto udara dikenali dengan bentuk persegi
panjang atau kumpulan beberapa persegi panjang. Gedung sekolah
biasanya ditandai dengan bentuk leter L atau U.
b. Ukuran 🖝 Jarak, luas dan tinggi suatu objek
Baik ukuran relatif maupun ukuran mutlak adalah penting. Contoh:
untuk membedakan apakah suatu objek merupakan jalan raya atau jalan
setapak, digunakan ukuran.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 29
c. Tekstur 🖝 Frekuensi perubahan rona
Merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra. Sebagai contoh
tekstur rumput dengan tekstur lahan yang ditanami jagung akan tampak
jelas perbedaannya. Tekstur kawasan pegunungan akan berbeda dengan
dataran rawa
d. Bayangan 🖝 Bayangan objek
Bayangan penting bagi penafsir foto karena ada dua hal yang
berlawanan, yaitu:
1) Bentuk bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek yang
dapat membantu dalam interpretasi, dan
2) Objek yang tertutup bayangan, memantulkan sinar sedikit
menyebabkan objek sulit dikenali. Contoh: gedung bertingkat pada
foto udara tampak mempunyai bayangan sehingga dapat diketahui
bahwa objek tersebut merupakan gedung tinggi, tetapi daerah yang
tertutup bayangan tampak hitam sehingga sulit dikenali.
e. Skala 🖝 Skala foto udara
Penentuan skala pada foto udara, dapat diformulasikan melalui rumus:
f
S = H−h
Ket : S = skala foto udara
f = fokus kamera
H = tinggi terbang
h = tinggi objek
Contoh 1:
Perekaman objek dengan menggunakan kamera yang memiliki
panjang fokus15,2 mm (f). Tinggi terbang pesawat 5000 meter di atas
permukaan laut(H) dan ketinggian objek 1200 meter di atas permukaan
laut (h). Berapakahskala foto udara tersebut?
Jawab :
1,52
S = f 🖝S =
H−h 500.000−120.000
S=
1,52
🖝S = 1
380.000 250.000
S = 1 : 250.000
Perhitungan skala di atas, dilakukan dengan membandingkan
panjang fokus dengan tinggi terbang dari objek. Tetapi bila pada foto
udara tidak dicantumkan ketinggian terbang, maka perhitungan skala
dapat ditentukan dengan membandingkan jarak di foto udara dengan
jarak datar di lapangan, menggunakan rumus sebagai berikut.

jf
S=
jl

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 30
Keterangan:
S = skala foto udara
jf = jarak di foto
jl = jarak datar di lapangan
Contoh 2 :
Jarak antara 2 titik pada foto udara 5 cm, sedangkan jarak datar di
lapangan 500 meter maka berapakah skala foto udara tersebut?
Jawab
5 𝑐𝑚
S=
50.000 𝑐𝑚
S= 1
10.000
Jadi skala foto udara adalah 1: 10.000
Selain membandingkan jarak di foto dan di lapangan, pengukuran
skalafoto udara juga dapat dilakukan dengan membandingkan jarak di
fotodengan jarak di peta yang ada skalanya. Rumus yang digunakan
adalahsebagai berikut.
S = 𝐽𝐹 x skala peta
𝐽𝐿
Contoh 3
Pada peta skala 1: 25.000, jarak titik A dan B adalah 2 cm, sedangkan
jarak pada foto udara 4 cm. Berapakah skala foto udara?

S = 𝐽𝐹 x skala peta
𝐽𝐿

4 𝑐𝑚 1
S= 𝑥
2 𝑐𝑚 25.000

S= 4
50.000

S= 1
12.500

Jadi skala foto udara adalah 1: 25.000

f. Pola 🖝 Hubungan susunan keruangan suatu objek


Berkaitan dengan susunan keruangan objek. Sebagai contoh: susunan
ruang antara pohon pada kebun ketela dibandingkan dengan tumbuh-
tumbuhan yang tumbuh alami terdapat perbedaan pola, juga berfungsi
untuk mengenali berbagai bentuk pola aliran sungai
g. Situs 🖝 Tempat, kedudukan atau letak suatu objek terhadap bentang
darat
Suatu kenampakan yang dapat disimpulkan karena adanya indikator
yang menunjukkan letak. Misalnya sebuah kenampakan yang terletak di

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 31
tepi rel kereta api dan mempunyai hubungan dengan rel kereta api,
maka dapat disimpulkan bahwa bangunan tersebut merupakan
stasiun.Contoh lain misalnya permukiman pada umumnya memanjang
pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan. Juga
persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya.
h. Asosiasi 🖝 Keterkaitan antara objek yang satu dengan objek lainnya
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang
lainnya. Contoh: Stasiun kereta apii berasosiasi dengan jalan kereta api
yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang). Bandar udara berasosiasi
dengan landasan pesawat.
i. Konvergensi bukti
Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra
sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu
kesimpulan tertentu. Contoh: Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang
pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsur interpretasi
lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan
palma tersebut adalah sagu.

Gambar 4.1: Konvergensi Bukti

2. Langkah-langkah Interpretasi Citra Penginderaan Jauh


Adapun langkah-langkah interpretasi citra :
i. Deteksi
Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global, baik yang
tampakmaupun yang tidak tampak. Di dalam deteksi, ditentukan ada
tidak adanya suatuobjek. Misalnya objek berupa tumbuhan, bangunan,
lapangan, dan sebagainya. Tingkatan informasi pada tahap deteksi ini
bersifat global.
ii. Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar
pada citra yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh
sensor, yaitu sebagai berikut.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 32
1) Ciri spektoral yaitu ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan
warna.
2) Ciri Spasial yaitu ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi
bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi
3) Temporal yaitu ciri yang terkait dengan umur benda atausaat
perekaman
iii. Analisis
Analisis bertujuan untuk mengelompokkan objek yang mempunyai citra
yang sama dengan identitas objek.
iv. Deduksi
Hipotesis dari data.
v. Klasifikasi
Klasifikasi meliputi deskripsi dari kenampakan yang dibatasi. Hal ini
merupakan interpretasi citra karena pada tahap inilah kesimpulan dan
hipotesis dapat diambil.
vi. Idealisasi
Idealisasi merupakan pekerjaan kartograf, yaitu menyajikan hasil
interpretasi citra kedalam bentuk peta yang siap pakai, Untuk
menganalisis citra penginderaan jauh dapat digunakan dengan dua cara,
yaitu:
1. Analisis secara komputer/digital

Gambar 4.2 : Analisis data secara digital

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 33
2. Analisis manual: dapat dilakukan dengan foto udara

Gambar 4.3: Tahapan analisis data secara manual

ANALISIS DATA PENGINDRAAN JAUH

1. Manfaat Pengindraan Jauh


Penginderaan jauh bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan,
khususnya di bidang kelautan, hidrologi, klimatologi, lingkungan dan
kedirgantaraan.
1) Manfaat di bidang kelautan (Satelit yang digunakan : Seasat, MOSS)
• Pengamatan sifat fisis air laut seperti suhu, warna, kadar garam dan arus
laut

Gambar 4.4: Satelit NOAA, 13 Agustus 2010

• Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.


• Pemetaan perubahan garis pantai oleh proses abrasi, sedimentasi.
2 ) Manfaat di bidang hidrologi (Satelit : Landsat, SPOT)
• Pengamatan DAS.
• Pengamatan luas daerah dan intensitas banjir.
• Pemetaan pola aliran sungai.
• Studi sedimentasi sungai.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 34
3) Manfaat di bidang klimatologi (NOAA, Meteor dan GMS)
• Pengamatan untuk prakiraan cuaca suatu daerah. (pengamatan
tingkat keadaan awan dan kandungan air dalam udara)
• Analisis cuaca. ( yaitu dengan menentukan daerah tekanan tinggi dan
daerah tekanan rendah)
• Pemetaan iklim dan perubahannya.
4) Manfaat dalam bidang sumber daya bumi dan lingkungan (landsat,
Soyuz, SPOT)
• Pemetaan penggunaan lahan.
• Mengumpulkan data kerusakan lingkungan karena berbagai sebab.
• Mendeteksi lahan kritis.
• Pemantauan distribusi sumber daya alam.
• Pemetaan untuk keperluan HANKAMNAS.
• Perencanaan pembangunan wilayah. Dan lain-lain.
5) Manfaat di bidang angkasa luar (Ranger, Viking, Luna, Venera)
• Penelitian tentang planet-planet (Jupiter, Mars, dan lain-lain).
• Pengamatan benda-benda angkasa. Dan lain-lain
2. Keunggulan dan Kelemahan Penginderaan Jauh

a. Keunggulan
• Melalui penggunaan citra akan diperoleh gambaran objek
permukaan bumi dengan wujud dan posisi yang mirip dengan
kenyataannya, relatif lengkap, dan dapat meliput wilayah yang
luas.
• Dengan adanya teknologi, objek yang terekam dalam foto udara
memiliki kesan 3 dimensi
• Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di
permukaan bumi seperti kandungan sumber daya mineral suatu
daerah, jenis batuan, dan lain-lain dengan cepat, yaitu melalui citra
yang menggunakan sinar infra merah.
• Melalui penginderaan jauh dapat diperoleh data atau informasi
yang cepat, tepat dan akurat.
• Dapat menggambarkan atau memetakan daerah bencana alam
dalam waktu yang cepat seperti daerah yang terkena gempa,
wilayah banjir, dan sebagainya.
• Citra dapat dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit
dijangkau oleh pengamatan langsung (lapangan). Contohnya satu
lembar foto udara meliputi luas 132 km2 direkam dalam waktu
kurang 1 detik.
b. Kekurangan

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 35
• Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus;
• Peralatan yang digunakan mahal.

B. MENJELASKAN KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI


GEOGRAFIS (SIG)
1. Pengertian SIG

Gambar 4.5: pengolahan data SIG

Selain berperan sebagai alat pengolah data keruangan, sistem


informasi geografi juga mampu menyajikan informasi mengenai sumber
daya yang dimiliki oleh suatu ruang atau wilayah tertentu. Dengan
demikian, sistem informasi geografi tidak hanya befungsi sebagai “alat
pembuat peta”, tetapi lebih jauh dari itu.
Awal dikenalnya SIG tidak lepas dari adanya kemajuan dalam
bidang teknologi terutama komputer. Selama perang dunia kedua
pemrosesan data mengalami kemajuan yang pesat terutama untuk
memenuhi kebutuhan militer dalam memprediksi trayektori balistik. Pada
awal tahun 1960-an perkembangan dalam ilmu komputer semakin pesat
dan siap digunakan untuk bidang lain di luar militer. Para ahli meteorologi,
geologi, dan geofisika mulai menggunakan komputer dalam pembuatan
peta.
Tahun 1963 di Kanada muncul CGIS (Canadian Geographic
Information System), dan selanjutnya menjadi SIG pertama di dunia. Dua
tahun kemudian di Amerika Serikat beroperasi sistem serupa bernama
MIDAS yang digunakan untuk memproses data-data sumber daya alam.
Setelah perkembangan teknologi informasi teknologi informasi
semakin pesat, Sistem Informasi Geografi (SIG) juga ikut berkembang
pesat. Namun, dalam perkembangannya banyak orang yang belum paham
tentang sistem informasi geografis. Oleh karena itu, untuk lebih
memahami SIG, perlu dilihat defenisi SIG.
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis,

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 36
dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di
permukaan bumi (Rice, 2000).
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi
data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan
perangkat lunak komputer yang berfungsi: a) Akuisi dan verifikasi data, b)
kompilasi data, c) penyimpanan data, d) perubahan dan updating data, e)
menyimpan dan pertukaran data, f) manipulasi data, g) pemanggilan dan
presentasi data, dan h) analisis data. (Bern, 1992).
BAKORSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional) menjabarkan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari
perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personal
yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi
yang bereferensi geografi.
Secara umum defenisi Sistem Informasi Geografis adalah proses
pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data menjadi informasi yang
akurat, mudah dipahami, dan bermanfaat bagi para pengguna informasi
tersebut.

2. Komponen-komponen SIG
Komponen – komponen SIG :
1) Perangkat keras ( hardware), yaitu komponen SIG yang berupa
perlengkapan yang mendukung kerja SIG. Perangkat keras ini terdiri dari
seperangkat komputer seperti CPU, monitor, printer, digitizer, scanner,
plotter, CD Room, floopy, dan flashdisk. Perangkat keras lain yang
digunakan adalah plastik transparan dan ballpoin warna transparan.
Bagian-bagian dari perangkat hardware beserta fungsinya
a) CPU (Central Processing Unit) : perangkat utama komputer untuk
pemrosesan semua instruksi dan program.
b) VDU (Visual Display Unit) : komponen yang digunakan sebagai
layar monitor untuk menampilkan hasil pemrosesan CPU.
c) Disk drive : bagian dari CPU untuk menghidupkan suatu program.
d) Tape drive : bagian CPU yang menyimpang data hasil pemrosesan.
e) Digitzer : alat mengubah data teristris menjadi data digital
(digitasi).
f) Printer : alat untuk mencetak data maupun peta dalam ukuran
relatif kecil.
g) Plotter : berfungsi seperti printer, digunakan untuk mencetak peta
tetapi keluarannya lebih lebar.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 37
CPU Scanner Monitor dan Plotter
Keyboard
Gambar 4.6: hardware untuk SIG

2) Perangkat lunak (software), yaitu komponen SIG yang berupa program-


program yang mendukung kerja SIG, seperti input data, proses data, dan
output data, contoh prangkat lunak dari SIG adalah program kerja seperti
Mapinfo, Arcview, R2V, ArcInfo dan sebagainya.
3) Komponen manusia sebagai pengguna (Brainware), yaitu pelaksana yang
bertanggung jawab dalam hal pengumpulan, proses, analisis, dan
publikasi data geografis. Komponen braiware inilah yang mengolah data
hasil dari lapangan untuk selanjutnya diproses atau di digitasi menjadi
sebuah peta yang dapat digunakan untuk keperluan tertentu sesuai
dengan fungsinya.

Gambar 4.7. Komponen- komponen SIG

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 38
PERTEMUAN IV

Indikator Pencapaian KD :

3.2.8 Menjelaskan teori pengolahan data dalam SIG


3.2.9 Menguraikan kelebihan dan kekurangan SIG

TEORI PENGOLAHAN DATA DALAM SIG


A. Teori Pengolahan Data Dalam SIG

1. Menganalisis Tahap Kerja SIG


SIG dapat mempresentasikan dunia nyata ke dalam layar
monitor komputer. Oleh karena itu, SIG sama halnya dengan lembaran
peta yang mempresentasikan dunia nyata di atas kertas.
Meskipun SIG melalui komputerisasi memiliki kelebihan-kelebihan
tertentu dibandingkan dengan peta. Akan tetapi, sebuah peta dapat disebut
SIG karena juga menginformasikan data-data dalam ruang, khususnya muka
bumi.
Sebagai sebuah sistem, tahapan kerja dalam SIG meliputi:
1. Masukan data (input)
Masukan data merupakan fasilitas dalam SIG yang dapat
digunakan untuk memasukkan data dari mengubah data asli ke
dalam bentuk yang dapat diterima dan dapat dipakai dalam SIG.
Masukan data terdiri atas sumber data dan proses memasukkan data.
a. Sumber Data: Sumber data yang dapat digunakan dalam
masukan data antara lain:
1) Data Pengindraan Jauh berupa citra, baik citra foto
maupun nonfoto. Apabila sumber data berupa foto udara,
harus diolah terlebih dahulu dengan cara interpretasi,
kemudian disajikan dalam bentuk peta. Namun apabila
berupa citra satelit yang sudah dalam bentuk digital dapat
langsung digunakan setelah dilakukan koreksi seperlunya.
2) Data Teristris/lapangan adalah data yang diperoleh
langsung dari pengukuran lapangan, antara lain pH tanah,
salinitas air, curah hujan, dan persebaran penduduk. Data
teristris dapat disajikan dalam bentuk peta, tabel, grafik,
atau hasil perhitungan saja.
3) Data Peta adalah data yang sudah dalam bentuk peta yang
siap digunakan. Guna keperluan SIG melalui

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 39
komputerisasi, data-data dalam peta dikonversikan ke
dalam bentuk digital.
b. Proses pemasukan data. Ada 2 jenis data yang di input dalam SIG
yaitu:
1) Data spasial untuk memasukkan data spasial ke dalam SIG dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu digitasi dan penyiaman
(scanning). a) Digitasi. Proses digitasi terdiri atas empat tahap,
yaitu Penyiapan peta yang akan didigitasi, Menentukan koordinat
peta, mengedit data sebelum disimpan ke data dasar, memasukan
atribut dengan kode. b) Penyiaman (scanning) dapat dilakukan
menggunakan detektor elektronik yang dapat bergerak. Penyiaman
yang terkenal ialah penyiaman tabung (drum scanner) dan
penyiaman datar (flatbed scanner).
2) Data Atribut. Data atribut suatu objek dapat berupa data kualitatif
dan data kuantitatif. a) Data Kualitatif adalah data hasil
pengamatan yang dinyatakan dalam bentuk deskriptif yang
diperoleh dari pengisian angket; wawancara, dan tanya jawab.
Data kualitatif berfungsi untuk memperlihatkan perbedaan jenis
atau rupa. Sebagai contoh, data kualitatif dalam peta tata guna
lahan, antara lain permukiman, sawah, kawasan industri, tegalan,
dan hutan. b) Data Kuantitatif adalah data hasil pengamatan yang
dinyatakan dalam bilangan. Data kuantitatif berfungsi untuk
memperlihatkan perbedaan nilai dari objek.
2. Proses pengolahan.
Dalam proses pengolahan data meliputi:
Manipulasi dan Analisis Data merupakan aktivitas yang meliputi
antara lain membuat basis data baru, menghapus basis data,
membuat tabel basis data, mengisi dan menyisipkan data ke dalam
tabel, mengubah dan mengedit data, serta membuat indeks untuk
setiap tabel basis data.
3. Penyajian Data
Subsistem penyajian data berfungsi untuk menayangkan
informasi atau hasil analisis data geografi Informasi yang
dihasilkan dapat berupa peta, tabel, grafik, bagan, dan hasil
perhitungan. Melalui informasi itu pengguna dapat melakukan
identifikasi informasi yang diperlukan sebagai bahan dalam
pengambilan kebijakan atau perencanaan.

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 40
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SIG
Kelebihan dan kekurangan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem informasi geografi sebagai satu kesatuan sistem yang saling
bekerja dalam menghasilkan berbagai bentuk data digital memiliki berbagai
kelemahan dan kelebihan. Adapun bentuk-bentuk kelebihan dan kelemahan
tersebut adalah sbb:
Kelebihan SIG Kelemahan SIG
1. Data dapat dikelola dalam 1. Membutuhkan SDM yang tinggi
format yang jelas dalam bidang TIK
2. Biaya murah dibandingkan 2. Karena sistemnya besar, sehingga
dengan melakukan survey sulit untuk mengaturnya.
lapangan 3. Mempermudah terjadinya plagiat
3. Data dapat dipanggil kembali 4. Pengembangan sistem informasi
dan dapat diulang dengan cepat membutuhkan waktu yang lama
4. Data dapat diubah secara cepat karena konsentrasi yang tinggi
dan tepat 5. Membutuhkan waktu untuk
5. Data spasial dan non spasial pelatihan bagi operator
dapat dikelola secara bersamaan dan programmer.
6. Analisis data dan perubahan
data dapat dilakukan secara
efisien
7. Data yang sulit ditampilkan
secara manual dapat
ditampilkan dengan pembuatan
gambar 3 dimensi
8. Data SIG dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan
secara cepat dan tepat

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 41
DAFTAR PUSTAKA

Wardiyatmoko. 2014. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.


Mbina Pinem, 2007. Geografi Transport. FAKULTAS ILMU SOSIAL. UNIMED
Hendarni Deti dan Andik Suwastono.model geografi SMA.Penginderaan Jauh
(PJ) Dan Sistem Informasi Geografis(SIG).2016.
Danoedoro, P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Penerbit ANDI.
Yogyakarta.
Suwargana Nana. Resolusi Spasial, Temporal Dan Spektral Pada Citra Satelit
Landsat, Spot Dan Ikonos.118-343-3-Pb.Pdf.No 2337-6686. Diakses Pada
Tanggal 24 Mei 2017.

Hernan.Konsep Resolusi dalam Penginderaan Jauh – My Space is My


Life.htm.Diakses pada tanggal 24 Mei 2017.

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

http://tugasakhiramik.blogspot.com/2009/10/pengertian-transportasi.html
Anonimus. 2017. (http://learnhardwork.blogspot.co.id/2017/01)
Anonimus. 2014. http://sekilasinfoaceh.blogspot.co.id/2014/03/citra-satelit-untuk-
akurasi-perencanaan.html
Skeptikal. 2015. Pengindraan Jauh Interpretasi Citra. (Online)
https://skepticalinquirer.wordpress.com/2015/07/05/penginderaan-jauh-
interpretasi-citra/html. Diakses pada tanggal 13 Mei 2017
Royen. 2016. 9 unsur interpretasi citra dalam geografi. (Online)
http://www.eventzero.org/unsur-interpretasi-citra-ilmu-geografi/. Diakses
pada tanggal 13 Mei 2017

Bahan Ajar Geografi Kelas X/1


Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 42

Anda mungkin juga menyukai