SANG PEMIMPI
A. PENDAHULUAN
Judul : Sang Pemimpi
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tahun terbit : ke-14, januari 2008
Tebal buku : x + 292 Halaman
Pelaku :
a. Pelaku utama
1. Ikal
2. Arai
3. Jimbron
SINOPSIS
Novel ini bercerita tentang tiga orang pemimpi, Ikal, Arai dan
Jimbron. Setelah tamat SMP mereka melanjutkan ke SMA Bukan Main, di
sinilah perjuangan mereka dimulai. Ikal adalah salah satu dari anggota Laskar
Pelangi. Sementara Arai yang merupakan saudara sepupu Ikal yang sudah
yatim piatu sejak SD tinggal di rumah Ikal, sudah dianggap seperti anak
sendiri oleh Ayah dan Ibu Ikal. Kemudian Jimbron, anak angkat seorang
pendeta karena yatim piatu juga sejak kecil. Namun, pendeta yang sangat baik
dan tidak memaksakan keyakinan Jimbron, malah mengantarkan Jimbron
menjadi muslim yang taat.
2. Pratinjau
Luar biasa. Begitulah kesan yang tersirat setelah membaca buku kedua dari tetralogi
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini. Bagaimana tidak? Alur cerita dan gaya bahasa yang
disuguhkannya mampu dikemas begitu apik dari awal hingga akhir. Ditinjau dari segi
intrinsiknya, novel ini bisa dibilang hampir tanpa cela. Sebab di setiap peristiwa, Andrea
dengan cerdasmenggambarkan karakteristik dan deskripsi yang begitu kuat pada tiap
karakternya. Sehingga pembaca bisa dengan mudah menafsirkan arah jalan ceritanya.
Bahasanya pun sangat memikat, dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa dan imajinasi
yang luas.
Angkat topi untuk Andrea Hirata yang telah berhasil membuat suguhan kisah yang
kental dengan budaya melayu namun sangat cerdas dan saintifik. Tak hanya bisa membuat
seseorang kembali membangun mimpi- mimpinya, novel ini juga bisa menambah rasa hormat
kita kepada sang ayah dan mencintainya dengan tulus meskipun di tengah kondisi yang
sangat terbatas.
3. Isi
1) Unsur Intrinsik
Tema
Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini tak lain adalah persahabatan dan
perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi
atau pengharapan. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis
berusaha menggambarkan begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan.
Latar
Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di Pulau Magai Balitong, los pasar dan
dermaga pelabuhan, di gedung bioskop, di sekolah SMA Negeri Bukan
Main, terminal Bogor, dan Pulau
Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan malam. Latar nuansanya lebih
berbau melayu dan gejolak remaja yang diselimuti impian-impian.
Alur
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan mundur). Alur maju ketika
pengarang menceritakan dari mulai kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika
menceritakan
peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
Gaya Penulisan
Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan kata-kata dan
kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada unsur repetitif yang membosankan. Setiap
katanya mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik tiap-tiap katanya. Selain
itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas
dan menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak mengandung letupan
intelegensi yang kuat sehingga pembaca tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-
karakter yang ada dalam novel Sang Pemimpi.
Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah jangan berhenti bermimpi.
Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan
pernah bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu
secara jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang
kepada manusia
yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan.
Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini yaitu orang pertama (akuan). Dimana penulis memposisikan
dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.
2) Unsur Ekstrinsik
Nilai Moral
Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa
humanis yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya
kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang mempunyai
perangai yang baik dan rasa setia kawan yang tinggi.
Nilai Sosial
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan
rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Ji mbron. Masing-masing
saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan impian-
impian mereka sekalipun hampir mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong
royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih dapat
saling membantu satu sama lain.
Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah tradisional yang
masih mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian
warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar jelas di novel
ini. Sehingga menambah khazanah budaya yang lebih Indonesia.
Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian
dimana ketiga tokoh ini belajar dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam
dan petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga yang
membuat novel ini begitu kaya.
1) Kelebihan
Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari segi
kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga
merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan
penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual
yang berkelas. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar yang membackgroundni adegan
demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan
terjadi. Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu kepandaian dalam mengeksplorasi
karakter-karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut
begitu kuat dan novel ini juga memberikan inspirasi dan motivasi kepada para pembaca.
2) Kelemahan
Pada dasarnya novel ini hampir tidak ada kelemahan..Hal itu disebabkan karena
penulis dengan cerdas dan baik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan
eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang
dirasakan pembaca sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan
pembaca yang haus akan novel yang bermutu.Namun terdapat kekurangan seperti banyak
menggunakan bahasa kiasan, sehingga bagi pembaca awam cukup kesulitan memahaminya