Anda di halaman 1dari 6

RESENSI NOVEL INDONESIA

SANG PEMIMPI

A. PENDAHULUAN
Judul : Sang Pemimpi
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tahun terbit : ke-14, januari 2008
Tebal buku : x + 292 Halaman
Pelaku :
a. Pelaku utama
1. Ikal
2. Arai
3. Jimbron

b. Pelaku tambahan atau pendukung


1. Pak Balia
2. Pak Mustar
3. Ayah dan Ibu Ikal
4. Mahade,A Kiun,Pak Cik Basman,Taikong Hanim,Capo,Bang
Zaitun,Pendeta Geovanny,Mak cik dan Laksmi.

SINOPSIS
Novel ini bercerita tentang tiga orang pemimpi, Ikal, Arai dan
Jimbron. Setelah tamat SMP mereka melanjutkan ke SMA Bukan Main, di
sinilah perjuangan mereka dimulai. Ikal adalah salah satu dari anggota Laskar
Pelangi. Sementara Arai yang merupakan saudara sepupu Ikal yang sudah
yatim piatu sejak SD tinggal di rumah Ikal, sudah dianggap seperti anak
sendiri oleh Ayah dan Ibu Ikal. Kemudian Jimbron, anak angkat seorang
pendeta karena yatim piatu juga sejak kecil. Namun, pendeta yang sangat baik
dan tidak memaksakan keyakinan Jimbron, malah mengantarkan Jimbron
menjadi muslim yang taat.

Arai dan Ikal begitu pintar di sekolahnya, sedangkan Jimbron, si


penggemar kuda ini biasa-biasa saja. Malah menduduki rangking 78 dari 160
siswa. Sedangkan Ikal dan Arai selalu menjadi lima dan tiga besar. Mimpi
mereka sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah seperti mereka tidak akan
berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi
yaitu melanjutkan belajar ke Sorbonne Perancis. Mereka terpukau dengan
cerita Pak Balia, kepala sekolahnya, yang selalu meyebut-nyebut indahnya
kota itu. Kerja keras menjadi kuli ngambat mulai pukul dua pagi sampai jam
tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan ketiga pemuda itu.
Mati-matian menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun kalau
dilogika, tabungan mereka tidak akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa
optimisme Arai tak terbantahkan.

Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, Bogor tepatnya.


Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di
Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi
tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan Ikal
sampai di Perancis, maka jiwa Jimbron pun akan selalu bersama mereka.
Berbula-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk bertahan
hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak pekerjaan tidak
bersahabat ditempuh, Ikal diterima menjadi tukang sortir (tukang Pos), dan
Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun berikutnya, Ikal
memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. Dan setelah lulus, ada lowongan
untuk mendapatkan biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia
singkirkan dan akhrinya sampailah pada pertandingan untuk memperebutkan
15 besar.

Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujinya begitu


terpukau dengan proposal riset yang diajukan Ikal, meskipun hanya berlatar
belakang sarjana Ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang sortir,
tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selesai, siapa yang
menyangka, kejutan yang luar biasa. Arai pun ikut dalam wawancara itu.
Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua dipertemukan
dalam suatu forum yang begitu indah dan terhormat. Begitulah Arai, selalu
penuh dengan kejutan. Semua ini sudah direncanaknnya bertahun-tahun.
Ternyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan
Biologi. Tidak kalah dengan Ikal, proposal risetnya juga begitu luar biasa dan
berbakat untuk menghasilkan teori baru.

Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika


ada surat datang, mereka berdebar-debar membuka isinya. Pengumuman
penerima Beasiswa ke Eropa. Arai begitu sedih karena dia sangat merindukan
kedua orang tuanya. Arai sangat ingin membuka kabar itu bersama orang yang
sangat dia rindukan. Kegelisahan dimulai. Baik Arai maupun Ikal, keduanya
tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu. Setelah dibuka, hasilnya adalah Ikal
diterima di Universitas Sorbone, Prancis. Setelah perlahan mencocokkan
dengan surat Arai, inilah jawaban dari mimpi-mimpi mereka. Keduanya sama-
sama lulus beasiswa kuliah di Prancis.

2. Pratinjau

Luar biasa. Begitulah kesan yang tersirat setelah membaca buku kedua dari tetralogi
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini. Bagaimana tidak? Alur cerita dan gaya bahasa yang
disuguhkannya mampu dikemas begitu apik dari awal hingga akhir. Ditinjau dari segi
intrinsiknya, novel ini bisa dibilang hampir tanpa cela. Sebab di setiap peristiwa, Andrea
dengan cerdasmenggambarkan karakteristik dan deskripsi yang begitu kuat pada tiap
karakternya. Sehingga pembaca bisa dengan mudah menafsirkan arah jalan ceritanya.
Bahasanya pun sangat memikat, dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa dan imajinasi
yang luas.

Novel ini memiliki kekayaan bahasa sekaligus keteraturan berbahasa Indonesia.


Dimulai dari istilah- istilah saintifik, humor metaforis, hingga dialek dan sastra melayu
bertebaran di sepanjang halaman. Mulanya, cerita ini lebih bernuansa komikal dengan latar
kenakalan remaja pada umumnya. Canda tawa khas siswa SMA sangat kental. Namun lebih
dalam menjelajahi setiap makna kata demi kata, terasalah begitu kuat karakter yang muncul
di tiap-tiap tokohnya. Terlebih saat Andrea membawa kita ke dalam kenyataan hidup yang
harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik kemustahilan, dan
dengan sensasi filosofis Andrea kembali membangkitkan obor semangat meraih mimpi dan
menekankan begitu besarnya kekuatan mimpi Ikal yang akhirnya dapat mengantarkannya
ke Sorbonne, kota impiannya.

Selain menggambarkan betapa superpower-nya kekuatan mimpi, pada


novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang begitu besar.
Pengorbanan dan ketulusan seorang ayah dalam mendukung mimpi anaknya di tengah
keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli bagi Ikal dan Arai dalam menggapai
impiannya. Disinilah cerita mulai berevolusi menjadi balada yang begitu mengharu biru.
Kesabaran seorang ayah dan rasa sayang seorang anak yang luar biasa besarnya kepada sang
ayah menyempurnakan novel ini menjadi bacaan yang begitu kolosal dan sarat akan pesan-
pesan moril.

Angkat topi untuk Andrea Hirata yang telah berhasil membuat suguhan kisah yang
kental dengan budaya melayu namun sangat cerdas dan saintifik. Tak hanya bisa membuat
seseorang kembali membangun mimpi- mimpinya, novel ini juga bisa menambah rasa hormat
kita kepada sang ayah dan mencintainya dengan tulus meskipun di tengah kondisi yang
sangat terbatas.
3. Isi

1) Unsur Intrinsik

Tema

Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini tak lain adalah persahabatan dan
perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi
atau pengharapan. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis
berusaha menggambarkan begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan.

Latar

Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di Pulau Magai Balitong, los pasar dan
dermaga pelabuhan, di gedung bioskop, di sekolah SMA Negeri Bukan
Main, terminal Bogor, dan Pulau
Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan malam. Latar nuansanya lebih
berbau melayu dan gejolak remaja yang diselimuti impian-impian.

Penokohan dan Perwatakan

Ikal : baik hati, optimistis, pantang menyerah, penyuka Bang Rhoma


Arai : pintar, penuh inspirasi/ide baru, gigih, rajin, pantang menyerah
Jimbron : polos, gagap bicara, baik, sangat antusias padakuda
Pak Balia : baik, bijaksana, pintar
Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras
Ibu Ikal: baik, penuh kasih sayang
Ayah Ikal : pendiam, sabar, penuh kasih sayang, bijaksana Dan tokoh lain Mahader, A Kiun,
Pak Cik Basman, Taikong
Hanim, Capo, Bang Zaitun, Pendeta Geovanny, Mak cik dan
Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.

Alur

Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan mundur). Alur maju ketika
pengarang menceritakan dari mulai kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika
menceritakan
peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.

Gaya Penulisan

Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan kata-kata dan
kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada unsur repetitif yang membosankan. Setiap
katanya mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik tiap-tiap katanya. Selain
itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas
dan menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak mengandung letupan
intelegensi yang kuat sehingga pembaca tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-
karakter yang ada dalam novel Sang Pemimpi.

Amanat

Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah jangan berhenti bermimpi.
Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan
pernah bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu
secara jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang
kepada manusia
yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan.

Sudut Pandang

Sudut pandang novel ini yaitu orang pertama (akuan). Dimana penulis memposisikan
dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.

2) Unsur Ekstrinsik

Nilai Moral

Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa
humanis yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya
kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang mempunyai
perangai yang baik dan rasa setia kawan yang tinggi.

Nilai Sosial

Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan
rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Ji mbron. Masing-masing
saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan impian-
impian mereka sekalipun hampir mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong
royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih dapat
saling membantu satu sama lain.

Nilai Adat istiadat

Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah tradisional yang
masih mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian
warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar jelas di novel
ini. Sehingga menambah khazanah budaya yang lebih Indonesia.
Nilai Agama

Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian
dimana ketiga tokoh ini belajar dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam
dan petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga yang
membuat novel ini begitu kaya.

4. Kelebihan dan Kelemahan

1) Kelebihan

Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari segi
kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga
merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan
penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual
yang berkelas. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar yang membackgroundni adegan
demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan
terjadi. Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu kepandaian dalam mengeksplorasi
karakter-karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut
begitu kuat dan novel ini juga memberikan inspirasi dan motivasi kepada para pembaca.

2) Kelemahan

Pada dasarnya novel ini hampir tidak ada kelemahan..Hal itu disebabkan karena
penulis dengan cerdas dan baik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan
eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang
dirasakan pembaca sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan
pembaca yang haus akan novel yang bermutu.Namun terdapat kekurangan seperti banyak
menggunakan bahasa kiasan, sehingga bagi pembaca awam cukup kesulitan memahaminya

Anda mungkin juga menyukai