Anda di halaman 1dari 8

RESENSI NOVEL

Sang Pemimpi

Oleh :
NAMA : I Gusti Bagus Dharma Putra
NO ABSEN : 16
KELAS : XII TKJ 1

Paket Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan


SMK NEGERI 1 DENPASAR
Tahun Ajaran 2016/2017
Resensi Novel

A. Pendahuluan

Judul : Sang Pemimpi


Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tahun Terbit : ke-14, januari 2008
Tebal Halaman : x + 292 Halaman

Pelaku Utama :
1. Ikal
2. Arai
3. Jimbron

Pelaku Pendukung :
1. Pak Balia
2. Pak Mustar
3. Ayah dan Ibu
4. Laksmi
5. Taikong hamim
6. Zakiyah Nurmala
7. Bang Zaitun
8. Pendeta Geovanny
9. Maryamah
10. Nurni

Sinopsis :
Novel ini bercerita tentang tiga orang pemimpi, Ikal, Arai dan
Jimbron. Setelah tamat SMP mereka melanjutkan ke SMA Bukan Main, di
sinilah perjuangan mereka dimulai. Ikal adalah salah satu dari anggota
Laskar Pelangi. Sementara Arai yang merupakan saudara sepupu Ikal yang
sudah yatim piatu sejak SD tinggal di rumah Ikal, sudah dianggap seperti
anak sendiri oleh Ayah dan Ibu Ikal. Kemudian Jimbron, anak angkat
seorang pendeta karena yatim piatu juga sejak kecil. Namun, pendeta yang
sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan Jimbron, malah
mengantarkan Jimbron menjadi muslim yang taat.

Arai dan Ikal begitu pintar di sekolahnya, sedangkan Jimbron, si


penggemar kuda ini biasa-biasa saja. Malah menduduki rangking 78 dari
160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arai selalu menjadi lima dan tiga besar.
Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah seperti mereka
tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai
mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan belajar ke Sorbonne Perancis.
Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia, kepala sekolahnya, yang selalu
meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi kuli ngambat
mulai pukul dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah,
itulah perjuangan ketiga pemuda itu. Mati-matian menabung demi
mewujudkan impiannya. Meskipun kalau dilogika, tabungan mereka tidak
akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa optimisme Arai tak
terbantahkan.

Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, Bogor tepatnya.


Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di
Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi
tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan
Ikal sampai di Perancis, maka jiwa Jimbron pun akan selalu bersama
mereka. Berbula-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan
untuk bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak
pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, Ikal diterima menjadi tukang sortir
(tukang Pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun
berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. Dan setelah
lulus, ada lowongan untuk mendapatkan biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-
ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya sampailah pada
pertandingan untuk memperebutkan 15 besar.

Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujinya begitu


terpukau dengan proposal riset yang diajukan Ikal, meskipun hanya
berlatar belakang sarjana Ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang
sortir, tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selesai, siapa
yang menyangka, kejutan yang luar biasa. Arai pun ikut dalam wawancara
itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua
dipertemukan dalam suatu forum yang begitu indah dan terhormat.
Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudah
direncanaknnya bertahun-tahun. Ternyata dia kuliah di Universitas
Mulawarman dan mengambil jurusan Biologi. Tidak kalah dengan Ikal,
proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat untuk menghasilkan
teori baru.

Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika


ada surat datang, mereka berdebar-debar membuka isinya. Pengumuman
penerima Beasiswa ke Eropa. Arai begitu sedih karena dia sangat
merindukan kedua orang tuanya. Arai sangat ingin membuka kabar itu
bersama orang yang sangat dia rindukan. Kegelisahan dimulai. Baik Arai
maupun Ikal, keduanya tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu. Setelah
dibuka, hasilnya adalah Ikal diterima di Universitas Sorbone, Prancis.
Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai, inilah jawaban dari
mimpi-mimpi mereka. Keduanya sama-sama lulus beasiswa kuliah di
Prancis.

.
B. Isi/Analisis

Tema :

Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini tak lain adalah
persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta
kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi atau pengharapan. Hal itu
dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis berusaha
menggambarkan begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat
membawa seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas
kemustahilan.

Amanat :

Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah jangan


berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap subbabnya.Yang
pada prinsipnya manusia tidak akan pernah bisa untuk lepas dari sebuah
mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu secara jelas
digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik
terang kepada manusia yang mempunyai mimpi besar namun terganjal
oleh segala keterbatasan.

Latar :

- Tempat :

Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di Pulau Magai


Balitong, los pasar dan dermaga pelabuhan, di gedung bioskop,
di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal Bogor, dan
Pulau.
- Waktu :

Pagi, siang,sore,dan malam.

- Suasana :

Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak remaja


yang diselimuti impian-impian.

Alur/plot :

Alur campuran. Novel Sang Pemimpi menggunakan alur maju


mundur, sebab ceritannya diawali dengan kisah tengah cerita ketika para
tokoh utama masih SMA. Setelah itu diceritakan kisah tokoh utama waktu
kecil dan terus maju sampai kisah yang pertama kali yang diceritan itu dan
menyambungnya sampai para tokoh utama berhasil mendapatkan beasiswa
ke Prancis

Penokohan :

Tokok Utama

- Ikal : Baik hati,optimis,pantang menyerah,dan penyuka Bang


Rhoma.

- Arai : Pintar,penuh inspirasi/ide baru,gigih,dan rajin,

- Jimbron : Polos,gagap bicara,baik,sangat antusias pada kuda.

Toko Sampingan/Pendukung

- Pak Balia : Berwibawa,bijaksana,teguh pendirian.

- Pak Mustar : Galak,tegas,keras.

- Ibu : Suka menolong,baik hati,cerewet,penyayang.


- Ayah : Pendiam,berwibawa,penyayang,bijaksana.

- Laksmi : Pendiam,pemurung,pekerja keras.

- Taikong hamim : Tegas,bijak.

- Zakiyah Nurmala : Pintar,tak acuh.

- Bang Zaitun : Ceria,ramah.

- Pendeta Geovani : Toleran.

- Maryamah : Pasrah.

- Nurmi : Pendiam,sedikit pemurung.

Gaya Bahasa : Gaya Bahasa novel ini sangat sempurna.Yaitu


kecerdasan kata-kata dan kelembutan bahasa puitis
berpadu tanpa ada unsur repetitif yang
membosankan. Setiap katanya mengandung
kekayaan bahasa sekaligus makna yang baik dibalik
tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis
dengan gaya realis bertabur metafora, penyampaian
cerita yang cerdas dan menyentuh, penuh inspirasi
dan imajinasi.Gaya bahasa dan paling dominan
yang dipakai adalah gaya bahasa personifikai,
penuh imajinasi dan inspirasi. Pengarang juga
dalam peyampaian amanatnya mudah dipahami
apalagi secara keseluruhan mengandung nilai-nilai
pendidikan.

Sudut Pandang : Sudut pandang orang pertama, karena didalam


novel ini menggunakan kata ganti orang pertama
seperti aku.Dimana penulis memposisikan dirinya
sebagai tokoh Ikal dalam cerita yaitu orang
pertama(akuan).
C. Kesimpulan

Kelebihan : Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan


dalam novel ini. Mulai dari segi kekayaan bahasa
hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca
masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar
yang terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak
lepas dari kecerdasan penulis memainkan imajinasi
berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa
intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan
tiap detail latar yang mem-background-i adegan
demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan
dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi.
Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu
kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-
karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang
melekat dalam karakter tersebut begitu kuat.

Kekurangan : Pada dasarnya novel ini hampir tidak ada


kelemahan..Hal itu disebabkan karena penulis
dengan cerdas dan baik menggambarkan keruntutan
alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan
karakter. Baik ditinjau dari segi kebahasaan hingga
sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang cerita,
novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan
pembaca yang haus akan novel yang
bermutu.Namun terdapat kekurangan seperti banyak
menggunakan bahasa kiasan, sehingga bagi
pembaca awam cukup kesulitan memahaminya.

Anda mungkin juga menyukai