Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA INDONESIA

SOLIDARITAS SOSIAL DAN KONSEP POKOK DALAM SISTEM SOSIAL


BUDAYA INDONESIA

KELOMPOK 10
Alif Ryadussolihin R E061181309
I Putu Tirta Adiyasa E061181509
Dinda Salsabila E061181027
Nurfalah Anbar Ramadanhi E061181312
Randika E061181000
Dwiyana Aulia E061181000

PRODI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2018
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami bisa menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah meluangkan waktunya untuk
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, terutama terima kasih kami haturkan
kepada dosen pembimbing kami, bapak Dr. Rahmat Muhammad.
Kami sadar bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan yang masih perlu
untuk diperbaiki, maka dari itu kami sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca
agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang jauh lebih baik dan sesuai dengan
kaidahnya.

Makassar, 05 September 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia adalah makhluk yang hidup saling bergantung satu sama lainnya. Seorang
filsuf Yunani Aristoteles menyebut manusia dengan istilah Zoon Politicon yang
bermakna Makhluk sosial. Artinya, bahwa manusia tidak akan pernah bisa hidup
tanpa manusia lainnya. Dengan dasar itu masing-masing manusia saling
membutuhkan untuk saling memberi atau saling mengisi dalam bentuk kerjasama
untuk memenuhi kepentingannya.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami suatu wilayah tertentu
yang didasarkan oleh kesadaran untuk hidup bersama. Pentingnya solidaritas dalam
masyarakat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih baik.
Rasa solidaritas mendorong manusia untuk saling bahu-membahu dan bekerjasama
untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi.
Namun di era ini, rasa solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat mulai jarang
terlihat lagi, hal ini disebabkan oleh berkembangnya individualisme dalam diri.
Apalagi di jaman serba digital orang-orang mulai jarang melakukan interaksi sosial
secara langsung dan Budaya gotong royong pun mulai ditinggalkan.
Untuk itu, kami sangat tertarik membahas tentang solidaritas sosial dan konsep
pokok sistem sosial budaya, untuk berusaha mencari solusi bagaimana agar
solidaritas dalam masyarakat kembali menjadi kuat dan diterapkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah Solidaritas sosial itu?
2. Bagaimana solidaritas sosial pada masyarakat di masa sekarang ?
3. Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan solidaritas
dalam masyarakat ?
4. Apakah Sistem Budaya itu ?
5. Sistem budaya apa saja yang dianut oleh masyarakat di Indonesia ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui definisi Solidaritas
2. Mengetahui serta dapat membedakan jenis-jenis solidaritas sosial
3. Dapat Mengetahui tentang Sistem budaya di Indonesia
1.4 Manfaat penulisan
1. Makalah ini dapat memberikan wawasan mengenai solidaritas sosial dan
konsep pokok sistem sosial budaya di Indonesia.
2. Bagi para pembaca dapat memahami betapa pentingnya rasa solidaritas dalam
kehidupan bermasyarakat.
BAB 2
PEMBAHASAN
SOLIDARITAS SOSIAL DAN KONSEP POKOK
SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
2.1 Pengertian Solidaritas Sosial
Solidaritas sosial adalah perasaan emosional dan moral yang terbentuk pada
hubungan antar individu atau kelompok berdasarkan rasa saling percaya, kesamaan
tujuan dan cita-cita, adanya kesetiakawanan dan rasa sepenanggungan.

2.1.1. Pengertian Solidaritas Menutut KBBI


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kata solidaritas adalah, sifat
(perasaan) solider, sifat satu rasa (senasip), perasaan setia kawan yang pada suatu
kelompok anggota wajib memilikinya (Depdiknas, 2007:1082). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia arti kata sosial adalah berkenaan dengan masyarakat, perlu
adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan, suka memperhatikan
kepentingan umum (Depdiknas, 2007:1085).

2.1.2 Pengertian Menurut Para Ahli


Ada beberapa ahli yang mengemukakan pengertian solidaritas sosial, yaitu:
1. Robert M.Z Lawang
Yaitu dasar pengertian solidaritas sosial tetap kita berpegang yakni kesatuan,
persahabatan, saling percaya yang muncul dari tanggung jawab dan kepentingan
bersama diantara para anggota.
2. Emile Durkheim
Bahwa solidaritas sosial adalah keadaan saling percaya antar anggota kelompok
atau komunitas. Jika orang saling percaya mereka akan menjadi satu atau menjadi
sahabat, menjadi saling menghormati, menjadi saling bertanggung jawab untuk saling
membantu dalam memenuhi kebutuhan antar sesama.
3. Soerjini Soekarno
Menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan kohesi yang ada antara anggota
suatu asosiasi, kelompok, kelas sosial, kasta, dan antara berbagai individu dan
kelompok, maupun kelas-kelas membentuk masyarakat, dengan bagian-bagiannya.
Solidaritas sosial dipengaruhi interaksi sosial, hal ini terjadi karena ada ikatan
kultural kekeluargaan dan kedekatan emosional, meliputi:
1. Seperasaan, ketika seseorang berusaha mencari identitas dirinya dengan sebanyak
mungkin orang dalam kelompok tersebut, sehingga terjalin rasa satu, kesatuan ini
terwujud dalam interaksi sosial yang menyebabkan mereka bersatu membentuk satu
‘komunitas’ atau ‘masyarakat’;
2. Sepenanggungan, ketika tiap individu sadar akan tugas dan perannya sehingga
menghadirkan perasaan saling butuh, timbal-balik kelompok.
3. Saling butuh, saat individu menjadi tergantung terhadap masyarakat setempat b
Jaik fisik maupun psikologinya.

2.2 Jenis-jenis Solidaritas Sosial


Teori yang dikembangkan Emile Durkheim menyebutkan terdapat 2 solidaritas
yaitu, solidaritas organik dan mekanik

2.2.1 Solidaritas Mekanik


Solidaritas mekanik adalah jenis solidaritas yang didasarkan pada kesamaan
keyakinan, nilai dan kepercayaan. Kesamaan kepercayaan inilah yang membentuk
perilaku individu, apa yang dianggap baik bagi masyarakat maka baik juga menurut
tiap individu.
Jenis solidaritas ini biasanya ada dalam masyarakat sangat homogen atau
masyarakat pedasaan. Masyarakat rural (desa) umumnya bersuku dan memiliki
kepercayaan yang sama, ini berimplikasi pada terbentuknya kebersamaan emosional
yang terwujud menjadi rasa ketergantungan satu dengan lainnya.

2.2.2 Solidaritas Organik


Sedangkan jenis solidaritas organik terwujud karena pembagian kerja begitu besar.
Pembagian kerja yang besar mengakibatkan ketergantungan satu sama lain.
Berimplikasi pada bertambahnya spesialisasi pembagian pekerjaan. Hal tersebut
berdampak pada tingginya perbedaan dan cara pandang dalam memaknai sesuatu.
Misalkan; Cara pandang pedagang pasar akan berbeda dengan guru sekolah.
Meski begitu, pedagang pasar membutuhkan guru untuk mengajari anak-anaknya
dan guru butuh produk dagangan di pasar. Mereka mungkin saja memiliki nilai atau
bahkan kepercayaan yang berbeda tapi saling membutuhkan satu sama lain, ini yang
disebut solidaritas organik.
2.3 Konsep Pokok dalam Sistem Sosial Budaya Indonesia

2.3.1 Sistem Sosial Indonesia

Kehidupan masyarakat dianggap sebagai suatu sistem sosial, yaitu suatu perangkat
peran sosial yang berinteraksi atau kelompok social yang memiliki nilai-
nilai,norma,dan tujuan yang bersama (Garna Ranjabar,1994). Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa sistem social merupakan pola interaksi antara pelaku-pelaku
social.

Ciri utama sistem social adalah menerima unsur-unsur dari luar secara terbuka
namun juga menimbulkan terjalinnya ikatan antarunsur-unsur dengan unsur lainnya
(internal) dan saling pertukaran antara sistem sosial itu sendiri dengan lingkungannya
(eksternal).

Sistem sosial budaya adalah pola-pola keteraturan suatu budaya yang sangat erat
dengan kehidupan masyarakat.Sistem sosial budaya merupakan konsep untuk
menelaah asumsi-asumsi dasar dalam kehidupan bermasyarakat. Pemberian makna
konsep sistem sosial budaya dianggap penting karena tidak hanya untuk menjelaskan
apa yang dimaksud dengan sistem sosial budaya itu sendiri tetapi memberikan
eksplanasi deskripsinya melalui kenyataan di dalam kehidupan masyarakat.

Dari pemikiran pendekatan keseimbangan, menganggap bahwa masyarakat pada


dasarnya telah terintegrasi dengan nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai sosial tersebut
memiliki kemampuan untuk mengatasi perbedaan pendapat atau kepentingan di
antara individu di dalam masyarakat. Hal itu terjadi karena nilai-nilai tersebut telah
menjadi kesepakatan umum di waktu yang lampau.

Sistem social Indonesia seringkali menimbulkan masalah tentang struktur social dan
masalah integrasi nasional, kemajemukan masyarakat Indonesia menyebabkan
struktur masyarakat Indonesia memiliki karakteristik yang terintegrasi secara vertical
dan horizontal. Dimana struktur vertical merupakan perbedaan masyarakat antara
status social atas dan bawah, sedangkan structur horizontal merupakan perbedaan
berdasarkan suku bangsa, ras, agama dan daerah.

Sistem social pada dasarnya merujuk pada bentuk masyarakat dalam skala yang
besar seperti bangsa, Negara atau dapat pula merujuk pada sector tertentu seperti
sector pendidikan, politik, ekonomi atau adapat pula merujuk pada skala yang lebih
kecil sepeerti keluarga. Dalam konteks ini, Indonesia termasuk dalam masyarakat
majemuk dengan indicator suku bangsa. Untuk menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia adalah terdiri atas kesatuan-kesatuan masyarakat, maka pada dasarnya
dapat merujuk pada perkataan Bhineka Tunggal Ika yang secara konseptual mengakui
eksistensi keberagaman dan kecenderungan menunjuk suku bangsa sebagai suatu
masyarakatnya.
Untuk mengklasifikasi aneka warna masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang
majemuk, dapat membaginya ke enam tipe-tipe social budaya:

1. Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana dengan


keladi dan ubi jalar sebagai tanaman pokoknya.
2. Tipe masyarakat pedesaan dengan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau di
sawah dengan padi sebagai tanaman pokok.
3. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang dasar
kemasyarakatannya berupa desa komunitas petani dnegan diferensiasi dan stratifikasi
social yang sedang
4. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang dasar
kemasyarakatannya berupa desa komunitas petani dnegan diferensiasi dan stratifikasi
social yang agak kompleks
5. Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat pemerintahan dengan
sector perdagangan dan industry yang lemah.
6. Tipe masyarakat metropolitan yang mulai mengembangkan suatu sector
perdagangan dan industry yang agak berarti, tetapi masih didominasi oleh aktifitas
kehidupan pemeritahan dengan sector kepegawaian yang luas.

2.3.2 Sistem Budaya Indonesia

Sebagian besar aktifitas social suatu masyarakat diarahkan atau dikendalikan oleh
kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma. Struktur yang dominan dala masyarakat
tidak dapat dipertahankan jika tidak disertai dengan penggunaan sanksi atau ancaman
Jika fenomena budaya itu difahami sebagai sistem-sistem yang ada, yakni fenomena
budaya yang saling berkaitan itu dipandang sebagai bagian dari sistem yang lebih
besar di kepulauan Indonesia. Hal –hal ini akan bersifat umum karena dengan
keumuman tersebut dimungkinkan mendapatkan pandangan yang komprehensif
mengenai keseluruhan masyarakat yang sangat heterogen jika ditinjau dari segi
kebudayaannya.

Empat macam sistem budaya dalam masyarakat Indonesia yaitu:

a. Sistem budaya di kepulauan Indonesia terdiri atas sistem budaya dari


“kelompok etnik pribumi” yang masing-masing beranggapan bahwa kebudayaan
mereka diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka. Sistem budaya
ini biasanya disebut sebagai “sistem adat”. Sebagian bessar dari anggoa sistem
budaya etbik tertentu tinggal di suatu wilayah dengan anggapan bahwa keseluruhan
wilayah budaya itu, yang umumnya memiliki batas-batas yang jelas walaupun terjadi
pergeseran sebagai tanah leluhur mereka.Pada mulanya, inti dari sitem budaya etnik
adalah suatu sitem kepercayaan-kepercayaan keagamaan yang merasuk dalam
keseluruhan sistem budaya itu. Sesungguhnya kepercayaan-kepercayaan keagamaan
itu mempengaruhi pola pikir dan tindakan mereka dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Sistem budaya yang terdiri atas “sistem-sistem budaya agama besar” yang
tanpa kecuali berasal dari kepulauan Indonesia. Tidak satupun dari sistem budaya
yang berdasarkan agama ini mempunyai tanah asal di kepulauan Indonesia dan semua
sistem budaya jenis ini mempunyai banyak pengikut di luar Indonesia.

c. Sistem budaya Indonesia merupakan yang terpenting jika ditinjau dari


fungsinya dalam pengintegrasian masyarakat Indonesia secara total. Telah
dikemukakakn bahwa suatu masyarakat tidak dapat mempertahankan dirirnya sebagai
suatu kesatuan apabila anggotanya tidak mempunyai nilai-nilai yag sama, tidak
memiliki sistem yang normative yang mengatur interaksi yang paling mendasar dan
tidak punya suatu konsepsi tentang keseluruhan masyarakat demikian (yang dapat
mempertahankan keutuhannya) juga memiliki bahasa yang sama.

d. Sistem budaya yang majemuk. Terdiri atas sistem-sistem budaya asing yang
sedikit banyak terpengaruhi sikap, pikiran dan tindakan sebagian dari penduduk yang
tersebar di kepulauan Indonesia.Setiap sistem budaya mempunyai unsur-unsur yang
berbeda seperti kosakata, kepercayaan, pengetahuan,norma atau isyarat yang berbeda
satu sama lain. Namun, bisa terjadi bahwa unsur-unsur tertentu yang menjadi bagian
dari sistem budaya tertentu juga menrupakan bagian dari sistem budaya yang lain.

2.3.3 Kebudayaan Indonesia

Manusia melengkapi dirinya dengan kebudayaan,yaitu perangkat pengendali


berubah rencana, auturan,resep, dan instruksi yang digunakannya untuk mengatur
terwujudnya tingkah laku dan tindakan tertentu (Geertz,1973). Dalam pengertianini
kebudayaan berfungsi sebagai alat yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi
lingkungan. Kebiasaan atau kelakuan yang terpolakan yang ada dalam masyarakat
tertentu merupakan penyesauaian masyarakat itu terhadap lingkungannya, tetapi cara
penyesuaiannya itu bukan berarti mewakili semua cara penyesuaian yang mungkin
diadakan oleh masyarakat lain dalam kondisi yang sama. Dengan kata lain, manusia
yang berlainan mungkin akan memilih cara-cara penyesuaian yang berbeda terhadapa
keadaan yang sama. Kondisi tersebut yang menimbulkan keanekaragaman budaya.

Salah satu upaya mengatasi dampak negatif dari erubahan social budaya adalah
dengan cara menggali, mengkaji serta membina dan mengembangkan kembali nilai-
nilai luhur dalam kebudayaan Indonesia, mengingat pengaruh unsur-unsur
kebudayaan dari luar maupun pengaruh pembangunan sudah semakin besar dan
semakin instensif.

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat, mencangkup konsep yang luas sehingga


untuk kepentingan analisis, konsep kebudayaan ini perlu dipecah kedalam unsur-
unsurnya, yaitu a. Sistem religi dan upacara keagaamaan, b. sistem dan organisasi, c.
sistem pengetahuan, d. bahasa, e. kesenian, f. sistem mata encaharian hidup, serta g.
sistem teknologi dan peralatan.
Setiap kebudayaan tersebut bukan hanya menjadi representasi suasana dari
kehidupan suatu masyarakat, kebudayaan itu digunakan oleh orang Indonesia dengan
penggolongan dan pola interaksi yang dihadapi sebagai identitas bagi individu yang
berasal dari suatu bagian masyarakat.
Apabila kebudayaan nasional Indonesia didasarkan atas konsep dengan sifat yang
khas dan bermutu tinggi, maka persoalan mengenai hubungan antara kebudayaan
daerah dan kebudayaan nasional yang sering dibincangkan seakan menjadi tidak
penting lagi.Setiap hasil karya bangsa Indonesia dari daerah dan suku bangsa apapun
asalnya, yang penting memiliki ciri khas dan bermutu sedemikian rupa sehingga
sebagian orang Indonesia mau dan dapat mengidentifikasidiri dan merasa bangga
terhadap karya tersebut, maka itulah yang disebut dengan kebudayaan nasional
Indonesia.

2.3.4 Mental Bangsa Indonesia


Mentalitas atau mentality merupakan daya otak atau kekuatan pikir suatu rohaniah
(mental) yang terdapat pada seseorang yang menuntun perilaku berbuat atau
bertindak dalam kehidupan. Sesuatu yang dipantulkan atau dinyatakan dalam perilaku
akan membentuk sikap seseorang terhadap sesuatu yang lain atau yang dinamakan
“sikap mental”. Sikap mental merupakan istilah populer untuk konsep yang disebut
sistem nilai budaya (culture value system) dan sikap (attitude)
Ada lima macam konsep skap mental seperti yang dikemukakan oleh Kluckhohn
dan Strodbeck (1961) (dalam Mattulada, 1987)
a. Tanggapan terhadap hakikat hidup. Tanggapan ini berfokus pada konsep
mengenai apa yang disebut dengan hakikat hidup. Meliputi apa arti hidup,
tujuan serta bagaimana kita menjalani hidup. Bermacam-macam tanggapan
mengenai hakikat hidup sering timbul dimasyarakat. Ada yang memandang
dan menanggapi hidup sebagai kesengsaraan yang harus pasrah dijalani
namun ada pula yang beranggapan sebaliknya dan menerima sebagaimana
adanya. Serta adapun beberapa tanggapan lainnya.
b. Tanggapan terhadap karya. Konsep tentang arti karya banyak variasinya yang
biasanya ditampilkan oleh berbagai kebudayaan. Ada yang memandang karya
atau bekerja sebagai sesuatu yang memberikan arti bagi kehidupan namun ada
pula beberapa tanggapan lain sebagaimana manusia memandang dan
menghargai karya tersebut.
c. Tanggapan terhadap alam. Konsep mengenai tanggapan terhadap waktu juga
membuat manusia memandangnya dengan cara yang berbeda. Ada yang
menganggap masa lalu adalah waktu yang sebaik-baiknya karena memberikan
pedoman kebijaksaan; ada yang beranggapan masa kini merupakan waktu
yang terpenting; serta ada yang memandang masa depan itulah yang terbaik.
d. Tanggapan terhadap sesama manusia. Ada tanggapan bahwa orang-orang
atasan itulah yang seharusnya menjadi pola ikutan yang sebai-baiknya; ada
yang percaya bahwa jalan terbaik adalah mengikuti kepada sesama manusia;
ada juga yang berorientasi kepada pengikut pengalaman leluhur merupakan
jalan terbaik; dan berbagai jenis tanggapan lainnya.
Kelima konsep itu dapat dijadikan bukti untuk memeriksa keadaan sikap mental
dalam menghadapi kehidupan di dunia ini. Apabila kita mencoba mengindentifikasi
keadaan sikap mental bangsa indonesia dengan menggunakan kelima konsep tersebut,
maka dapat kita simpulkan secara garis besar umum (Mattulada, 1987, 50-51), yaitu
sebagai berikut.
a. Terhadap konsep pertama (hakikat hidup), mentalitas yang dipandang paling
diperlukan untuk kemajuan dan perkembangan suatu bangsa yaitu berani
menghadapi hidup, harus menilai tinggi unsur-unsur yang bisa
membahagiakan dan menggembirakan dalam hidup.
b. Terhadap konsep kedua (tanggapan terhadap karya), sikap mental yang
dipandang cocok yaitu konsep yang mendorong dari semua karya manusia,
menilai tinggi konsep bawha kepuasan terletak dalam hal bekerja itu sendiri.
Tidak pernah puas untuk menghasilkan beraneka ragam rupa-rupa karya
lainnya.
c. Terhadap konsep ketiga (sikap manusia terhadap alam). Konsep bahwa
manusia itu harus dapat mencapai keselarasan dengan alam sekitarnya . Akan
tetapi sering kali satu pandangan serupa itu mengurangi keinginan manusia
untuk mencapai pengertian tentang kaidah-kaidah alam dan akhirnya
menguasai alam.
d. Terhadap konsep konsep keempat (persepsi terhadap waktu). Mentalitas yang
dipandang paling diperlukan saat ini yaitu sebanyak mungkin orang-orang
mau berorientasi ke masa depan. Karena mentalitas orang Indonesia saat ini
hanya berpusat kepada apa yang dilakukan oleh nenek moyang pada zaman
dahulu atau hanya berhenti sampai masa kini atau hari ini saja. Bahkan orang-
orang di desa maupun di kota tak jarang yang belum bisa berorientasi ke masa
depan.
e. Terhadap konsep kelima (hubungan dengan sesama manusia). Sikap mental
yang dipandang mendorong terjadinya sikap mental yang berorientasi kepada
sesamanya yakni sikap yang menilai tinggi kerjasama dengan orang lain tanpa
meremehkan kualitas individu dan tanpa mengurangi tanggung jawab sendiri.
Hal itu merupakan unsur pokok dari “gotong royong”.
Merombak suatu sistem nilai budaya itu adalah suatu proses yang memerlukan
waktu yang lama. Caranya dengan melalui pendidikan formal maupun nonformal.
Walaupun memerlukan waktu yang cenderung tidak singkat namun semakin cepat
dimulai semakin dekat sasaran yang akan dicapai.
2.3.5 Ciri-ciri Kepribadian Bangsa Indonesia
Kepribadian atau personality merupakan segenap kualitas individu. Kualitas itu
bersama mewujudkan konfigurasi yang semua bagiannya berhubungan satu sama lain
dan berfungsi. Kualitas-kualitas kebudaayn semuanya berasal dari kepribadian
individu yaitu dari hasil interaksi di antara sesama individu dengan masyarakatnya.
Kepribadian seseorang bersama-sama dengan yang lainnya mempengaruhi
kebudayaan. Demikian pula sebaliknya.
Suatu konfigurasi kebudayaan dapat diamati pernyataan-pernyataan dari kualitas
mental dalam kehidupan bangsa itu sendiri, yang tertuju pada
1. Nilai teori;
2. Nilai ekonomi;
3. Nilai kuasa;
4. Nilai solidaritas;
5. Nilai seni; dan
6. Nilai agama (Mattulada, 1987:58)
Secara garis besarnya, kebudayaan Indonesia itu mendapat pengaruh dari;
1. Unsur kebudayaan asli nusantara;
2. Unsur kebudayaan Hindu dan Timur Asia lain;
3. Unsur kebudayaan Islam; dan
4. Unsur kebudayaan Eropa.
Keempat pengaruh itu menampakkan wajahnya dalam peradaban Indonesia masa
kini, tetapi pengaruh itu tidak sama kuatnya dan tersebar ke seluruh bagian bangsa
Indonesia.
Setelah mengikuti gambaran umum tentang mentalitas dan ciri-ciri yang kita
punya maka tidaklah membuat kita harus berkecil hati melainkan mendorong kita
untuk lebih mengenal potensial bangsa dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
sendiri dan berupaya untuk menemukan jalan yang tepat yang lebih mengarah ke sisi
positif.

2.3.6 Nilai Fundamental Masyarakat Indonesia


Nilai fundamental lebih berfokus kepada nilai-nilai atau cultural values yang
merupakan tatanan moral, ideologi ataupun pandangan hidup yang menentukan dan
menunjukkan tujuan suatu sistem sosial dan mekanisme-mekanisme dengan
pencapaian tujuan suatu nilai orientasi bagi semua bagian dan anggota suatu sistem
sosial.
Sebagai nilai orientasi, Pancasila memberikan jawaban tentang bagaiamana
kehidupan masyarakat Indonesia itu diselenggarakan dan diwujudkan. Pancasila
merupakan nilai-nilai fundamental masyarakat Indonesia, dengan rincian uraian
sebagai berikut:
1. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di
negara Indonesia.
2. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat
mempersatukan dan memberikan petunjuk dalam mencapai kesejahteraan
serta kebahagiaan lahir dan batin dalam masyarakat Indonesia yang beraneka
ragam sifatnya
3. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia
4. Tujuan yang dicapai oleh masyarakat Indonesia, yaitu menjadi masyarakat
yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan
pancasila dalam wadah NKRI
5. Perjanjian luhut bangsa Indonesia
Jadi dalam hubungannya dengan nilai, norma-norma dan sanksi-sanksi maka bisa
disimpulkan bahwa timbulnya:
1. Norma agama dengan sanksi agama;
2. Norma kesusilaan dengan sanksi rasa susila;
3. Norma sopan santun dengan sanksi sosial dari masyarakat; dan
4. Norma hukum dengan sanksi hukum dari negara.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat memiliki hubungan satu dengan yang lainnya karena sudah


merupakan fitrah manusia yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam
menjalani kehidupannya manusia juga diikat oleh kepercayaan, norma dan nilai-nilai
moral. Berbicara tentang budaya, kebudayaan berfungdi sebagai alat yang paling
efektif untuk mengatur tingkah laku dan tindakan manusia.

3.2 Saran

Hubungan antar manusia ini perlu dipererat dengan adanya kesadaran dalam diri
masing masing individu bahwa solidaritas dan kerjasama sangat perlu dilakukan dan
sudah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat itu sendiri. Walaupun kita lahir
dari latar belakang yang berbeda. Karena, Solidartas merupakan salah satu bentuk
penerapan dari Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Daftar Pustaka

Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


Doyle, P Johnson. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/sistem-sosial-budaya-indonesiai.pdf
Ranjabar, Jacobus. 2013. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar.
Bandung: Alfabeta
Ranjabar, Jacobus.2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Ciawi Bogor : Gahlia

Anda mungkin juga menyukai