Mentalitas atau mentality merupakan daya otak atau kekuatan pikir suatu rohaniah
(mental) yang terdapat pada seseorang yang menuntun perilaku berbuat atau bertindak dalam
kehidupan. Sesuatu yang dipantulkan atau dinyatakan dalam perilaku akan membentuk sikap
seseorang terhadap sesuatu yang lain atau yang dinamakan “sikap mental”. Sikap mental
merupakan istilah populer untuk konsep yang disebut sistem nilai budaya (culture value
system) dan sikap (attitude)
Ada lima macam konsep skap mental seperti yang dikemukakan oleh Kluckhohn dan
Strodbeck (1961) (dalam Mattulada, 1987)
a. Tanggapan terhadap hakikat hidup. Tanggapan ini berfokus pada konsep mengenai
apa yang disebut dengan hakikat hidup. Meliputi apa arti hidup, tujuan serta
bagaimana kita menjalani hidup. Bermacam-macam tanggapan mengenai hakikat
hidup sering timbul dimasyarakat. Ada yang memandang dan menanggapi hidup
sebagai kesengsaraan yang harus pasrah dijalani namun ada pula yang beranggapan
sebaliknya dan menerima sebagaimana adanya. Serta adapun beberapa tanggapan
lainnya.
b. Tanggapan terhadap karya. Konsep tentang arti karya banyak variasinya yang
biasanya ditampilkan oleh berbagai kebudayaan. Ada yang memandang karya atau
bekerja sebagai sesuatu yang memberikan arti bagi kehidupan namun ada pula
beberapa tanggapan lain sebagaimana manusia memandang dan menghargai karya
tersebut.
c. Tanggapan terhadap alam. Konsep mengenai tanggapan terhadap waktu juga
membuat manusia memandangnya dengan cara yang berbeda. Ada yang menganggap
masa lalu adalah waktu yang sebaik-baiknya karena memberikan pedoman
kebijaksaan; ada yang beranggapan masa kini merupakan waktu yang terpenting; serta
ada yang memandang masa depan itulah yang terbaik.
d. Tanggapan terhadap sesama manusia. Ada tanggapan bahwa orang-orang atasan
itulah yang seharusnya menjadi pola ikutan yang sebai-baiknya; ada yang percaya
bahwa jalan terbaik adalah mengikuti kepada sesama manusia; ada juga yang
berorientasi kepada pengikut pengalaman leluhur merupakan jalan terbaik; dan
berbagai jenis tanggapan lainnya.
Kelima konsep itu dapat dijadikan bukti untuk memeriksa keadaan sikap mental dalam
menghadapi kehidupan di dunia ini. Apabila kita mencoba mengindentifikasi keadaan sikap
mental bangsa indonesia dengan menggunakan kelima konsep tersebut, maka dapat kita
simpulkan secara garis besar umum (Mattulada, 1987, 50-51), yaitu sebagai berikut.
a. Terhadap konsep pertama (hakikat hidup), mentalitas yang dipandang paling
diperlukan untuk kemajuan dan perkembangan suatu bangsa yaitu berani menghadapi
hidup, harus menilai tinggi unsur-unsur yang bisa membahagiakan dan
menggembirakan dalam hidup.
b. Terhadap konsep kedua (tanggapan terhadap karya), sikap mental yang dipandang
cocok yaitu konsep yang mendorong dari semua karya manusia, menilai tinggi konsep
bawha kepuasan terletak dalam hal bekerja itu sendiri. Tidak pernah puas untuk
menghasilkan beraneka ragam rupa-rupa karya lainnya.
c. Terhadap konsep ketiga (sikap manusia terhadap alam). Konsep bahwa manusia itu
harus dapat mencapai keselarasan dengan alam sekitarnya . Akan tetapi sering kali
satu pandangan serupa itu mengurangi keinginan manusia untuk mencapai pengertian
tentang kaidah-kaidah alam dan akhirnya menguasai alam.
d. Terhadap konsep konsep keempat (persepsi terhadap waktu). Mentalitas yang
dipandang paling diperlukan saat ini yaitu sebanyak mungkin orang-orang mau
berorientasi ke masa depan. Karena mentalitas orang Indonesia saat ini hanya
berpusat kepada apa yang dilakukan oleh nenek moyang pada zaman dahulu atau
hanya berhenti sampai masa kini atau hari ini saja. Bahkan orang-orang di desa
maupun di kota tak jarang yang belum bisa berorientasi ke masa depan.
e. Terhadap konsep kelima (hubungan dengan sesama manusia). Sikap mental yang
dipandang mendorong terjadinya sikap mental yang berorientasi kepada sesamanya
yakni sikap yang menilai tinggi kerjasama dengan orang lain tanpa meremehkan
kualitas individu dan tanpa mengurangi tanggung jawab sendiri. Hal itu merupakan
unsur pokok dari “gotong royong”.
Merombak suatu sistem nilai budaya itu adalah suatu proses yang memerlukan waktu
yang lama. Caranya dengan melalui pendidikan formal maupun nonformal. Walaupun
memerlukan waktu yang cenderung tidak singkat namun semakin cepat dimulai semakin
dekat sasaran yang akan dicapai.