Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA KOMUNIKASI BERBAHASA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

ALIF RYADUSSOLIHIN R (30600117081)

RAHMATULLAH AHMAD (30600117080)

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK

ILMU POLITIK

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai Etika Komunikasi dalam Berbahasa.

Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan segala tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat di harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Makassar, 24 September 2014

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua jenjang


pendidikan di Indonesia. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar
berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa, yaitu mendengarkan, menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang rentan terhadap ketidaksantunan berbahasa. Seseorang yang terampil
berbicara pasti mempertimbangkan apa yang akan dikatakan sebelum dia
mengatakan sesuatu.

Sebagai manusia dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan pernah


terlepas dari komunikasi. Komunikasi selalu menjadi kekegiatn utama kita, mulai dari
bangun tidur hingga tidur kembali, entah itu komunikasi formal maupun non formal.

Hal tersebut memang telah menjadi kebiasaan dan menjadi kodrat kita sebagai
manusia yang merupakan makhluk sosial yang tak dapat hidup sendiri. Kita selalu
membutuhkan bantuan orang lain atau ingin selalu hidup dengan orang lain.
Walaupun hanya sekedar berinteraksi atau obrolan basa-basi. Dalam interaksi itulah
manusia lambat laun menciptakan nilai-nilai bersama yang kemudian disebut
sebagai kebudayaan.

Kemajuan teknologi yang menyebabkan memudarnya kebudayaan timur dan


lunturnya norma-norma kesantunan dalam segala hal, sehingga memberikan
pengaruh buruk bagi masyarakat, khususnya kamu pelajar. Selain itu, kemajuan
teknologi juga menyebabkan rendahnya etika dan moral masyarakat, sehingga
bukan kesantunan berbahasa yang terjalin melainkan kekerasan fisik, yaitu tawuran.

Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan
mengatur tata cara kita bekomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan
mejunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita.
Namun terkadang cara berkomunikasi atau pemakaian suatu kata atau kalimat yang
kita anggap sebuah etika, dapat pula berakibat pada sesuatu yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan suatu kesalahpahaman antar sesama.

Memilih kata dalam berkomunikasi juga perlu di perhatikan agar sebuah kegiatan
atau tindakan membentuk dan menyelaraskan kata dalam kalimat dengan tujuan
untuk mendapatkan kata yang paling tepat dan sanggup mengungkapkan konsep
atau gagasan yang dimaksudkan oleh pembicara ataupun penulis. Akibat kesalahan
dalam memilih kata, informasi yang ingin disampaikan pembicara bisa kurang efektif,
bahkan bisa tidak jelas.

Kesalahan-kesalahan dalam memilih kata merupakan bagian dari kesalahan


berbahasa yang wajar terjadi pada masyarakat atau para pembelajar bahasa
Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari etika komunikasi ?

2. Sebutkan macam-macam etika

3. Apa perbedaan antara etika dan etiket ?

4. Bagaimanakah etika dan etiket yang baik dalam berkomunikasi ?

5. Bagaimanakah peran bahasa baku dalam komunikasi berbahasa

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia Semester Genap tahun 2015 dan menjawab petanyaan yang ada pada
rumusan masalah. Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi pembaca tentang Etika Komunikasi
dalam Berbahasa dan mampu menjelaskan serta sebisa mungkin mempraktekkan
dan pengembangannya di dunia nyata (masyarakat) tentang etika dalam
berkomunikasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Komunikasi

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur tata cara
manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling menghormati biasa kita kenal
dengan sebutan sopan santun. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga
kepentingan komunikator dengan komunikan agar merasa senang, tentram,
terlindungi tanpa ada pihak lain yang dirugikan kepentingannya dan perbuatan yang
dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan
dengan hak asasi.

Secara umum tata cara pergaulan, aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik disebut sebagai etika.

Etika berasal dari kata ethikus dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang
berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik
dan buruk tingkah laku manusia.

Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam
kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Adapun arti etika dari segi istilah, telah
dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut
pandangnya, yaitu:

· Menurut Ahmad Amin mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat

· Menurut Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu


studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk,
harus, benar, salah, dan sebagainya.

Dari definisi etika diatas, dapat diketahui bahwa “etika” berhubungan dengan empat
hal sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan
yang dilakukan oleh manusia.

2. Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula
universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan
sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas
perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu
ekonomi dan sebagainya.

3. Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap
terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan
demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang
dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-
nilai yang ada.

4. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntutan zaman.

Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan
pada pencarian salah dan benar atau dalam pengertian lain tentang moral dan
immoral.

Tugas etika, tidak lain berusaha untuk mengetahui hal yang baik dan yang dikatakan
buruk. Sedangkan tujuan etika, adalah agar setiap manusia mengetahui dan
menjalankan perilaku, sebab perilaku yang baik itu bukan saja penting bagi dirinya
saja, tapi juga penting bagi orang lain, bagi masyarakat, bagi bangsa dan Negara,
dan yang terpenting bagi Allah swt.

Setelah menjelajahi etimologi kata “etika”, mari kita berusaha menyingkap arti etika
secara lebih konprehensif.
· Pertama, secara konprehensif kata “etika” dapat dimaknai dalam arti nilai-nilai
dan norma-norma moral yang menjadi pegangan moral bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

· Kedua, kata “etika” juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai
moral, yang sering disebut sebagai kode etik, seperti kode etik periklanan yang
Indonesia yang dikeluarkan oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, kode
etik jurnalistik yang berasal dari berbagai organisasi jurnalis, kode etik kehumasan,
kode etik penyiaran dan sebagainya.

· Ketiga, kata “etika” dapat berarti pula sebagai ilmu yang mempelajari
mengenai hal yang baik dan buruk dalam masyarakat.

Sistematika Etika

Secara umum, menurut A. Sonny Kreaf (1993: 41), etika dapat dibagi menjadi dua
bagian:

1. Etika Umum yang membahas kondisi dasar bagaimana manusia bertindak etis,
dalam mengambil keputusan etis, dan teori etika serta mengacu pada prinsip moral
dasar yang menjadi pegangan dalam bertindak dan tolok ukur atau pedoman untuk
menilai baik atau buruknya suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang.

2. Etika Khusus yaitu penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang khusus,
yaitu bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari
pada proses dan fungsional dari suatu organisasi. Etika khusus dibagi menjadi dua
bagian yaitu, Etika individual menyangkut kewajiban dan perilaku manusia terhadap
dirinya sendiri. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap, dan perilaku
sebagai anggota masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai sopan santun, tata
krama dan saling menghormati.
B. Macam-macam Etika

Etika terbagi atas tiga macam, yaitu:

a. Etika Deskriptif

Etika deskriptif sebagai sebuah pendekatan dalam etika berusaha melukiskan


tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adapt kebiasaan, anggapan-anggapan
tentang mana yang baik dan mana yang buruk, tindakan apa yang diperbolehkan
dan tindakan yang dilarang. Etika deskriptif lebih menekankan pada usaha untuk
mempelajari mengenai moralitas yang terdapat dalam individu-individu tertentu,
dalam kebudayaan-kebudayaan serta subkultur-subkultur (subcultures) tertentu
dalam periode sejaran tertentu pula.

Sesuai kata “deskritif” yang melekat pada istilah etika deskriptif, maka pendekatan
pada bidang etika ini hanya memberi gambaran atau melukiskan semata tanpa
memberi penilaian. Misalnya, etika deskriptif yang menggambarkan mengenai adapt
mengayau kepala manusia pada masyarakat yang ada disuku-suku pedalaman,
tanpa memberi penilaian apakah adat seperti itu harus diterima atau ditolak.

b. Etika Normatif

Etika normatif bukan sekedar menggambarkan norma-norma dimasyarakat namun


juga memberi penilaian mengenai baik atau tidaknya norma tersebut. Sehingga bisa
kita simpulkan bahwa etika normatif menanggalkan sikap netral yang dianut oleh
sikap etika deskriptif. Lebih jauh etika normatif bukan lagi deskptif melainkan
preskriptif (memerintahkan) dan menentukan baik atau tidaknya adat, nilai, norma,
dan perilaku.

Etika normatif terbagi dalam dua ranah kajian yaitu etika umum dan etika khusus.
Etika umum mengkaji tema-tema umum dalam etika seperti: apa itu norma etis ? jika
banyak norma etis, bagaimana relasinya dengan kita sebagai manusia ? sedangkan
etika khusus lebih mengkaji tema yang berhubungan dengan penerapan prinsip-
prinsip etis yang umum dengan perilaku manusia. Dengan redaksional yang lain,
dalam etika khusus itu prinsip normatif dikaitkan dengan premis faktual untuk sampai
pada kesimpulan etis yang bersifat normatif juga.
c. Metaetika

Kata “meta”dalam bahasa Yunani berarti melebihi atau melampaui. Terminologi


disini bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita dibidang
moralitas. Metaetika sendiri oleh para filsuf dimasukkan dalam filsafat analitis, suatu
aliran yang penting dalam filsafat yang berkembang pesat diabad 20 M dengan
dipelopori oleh George Moore, seorang filsuf dari Inggris (Bertens, 2005:19). Jika
etika normatif hanya mempelajari mengenai perilaku moral dan memberi penilaian,
maka metaetika lebih menekankan pada refleksi mengenai terminologi dan bahasa
yang kita gunakan saat beragumentasi.

Etika didefenisikan sebagai studi tentang sifat umum moral dan pilihan-pilihan moral
spesifik yang harus dibuat seseorang. Etika menyangkut pilihan-pilihan komunikasi
sehingga, dengan memeriksa dan lebih menyadari nilai-nilai kita sendiri, kita lebih
bertanggung jawab atas konsekuensi tindakan kita.

Kita semua mungkin telah menjadi korban perilaku tindakan etis. Meskipun
demikian, kita agaknya lebih peka ketika kita menjadi sasaran komunikasi tidak etis
daripada ketika kita menjadi pelakunya. Kadang-kadang kita sekedar merasa
bersikap lugas, padahal orang lain merasa “dimanfaatkan”. Bowie berpendapat
bahwa yang menjadi pokok masalahnya adalah “suatu prinsip moral yang mendasar,
prinsip penghormatan terhadap orang-orang lain”.

Prinsip-prinsip utama etika yang dikemukakan para pemikir barat dan kemudian
menelaah beberapa isu yang muncul dalam banyak konteks komunikasi yang
berlainan.

C. Etika dan Etiket

Kata yang sering dianggap serupa maknanya dengan kata “etika” adalah kata
“etiket”. Mungkin karena intonasinya yang serupa kemudian keduanya dengan
mudahnya dipercampuradukkan, padahal keduanya memilliki makna yang berbeda.
Etika disini dipahami sebagai moral, sedangkan etiket hanya dikaitkan dengan
sopan santun.

Menurut K.Bertens, etika dan etiket dapat di bedakan sebagai berikut:


1) Menyangkut cara sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Etika tidak terbatas
pada cara dilakukannya suatu perbuatan, namun etika juga mencakup pemberian
norma terhadap perbuatan itu sendiri.

2) Etiket hanya berlaku dipergaulan, jika tidak ada orang yang menjadi saksi maka
etiket tidak berlaku. Etika berlaku tidak tergantung pada hadir tidaknya orang.

3) Etiket bersifat relatif. Etika bersifat jauh lebih absolute atau mutlak dibanding
etiket.

4) Etiket hanya memandang manusia dari sisi lahiriah semata. Etika menyangkut
sisi lahir maupun batin manusia.

5) Etiket menetapkan cara untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang
diharapkan. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak
sesuai dengan akibatnya.

6) Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari sikap luarnya penuh dengan
sopan santun dan kebaikan. Etika adalah nurani (batiniah), bagaimana harus
bersikap etis dan baik yang timbul dari kesadaran dirinya.

D. Etika Dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi

Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar
manusia dalam kehidupan sehari-hari :

1. Jujur tidak berbohong

2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan

3. Lapang dada dalam berkomunikasi

4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik

5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien

6. Tidak mudah emosi / emosional

7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog

8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan


9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan

10. Bertingkahlaku yang baik

E. Teknik Komunikasi Yang Baik

 Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan


lingkungan.
 Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara.
 Menatap mata lawan bicara dengan lembut.
 Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum.
 Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar.
 Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara.
 Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon.
 Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara.
 Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi.
 Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai
dengan karakteristik lawan bicara.
 Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang
baik.
 Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku
seperti berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi
kanan - cium pipi kiri).

F. Fungsi Bahasa Baku dalam Komunikasi Berbahasa

Bahasa baku mendukung empat fungsi. Di dalam Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (1988:14-15) lebih lanjut dinyatakan bahwa fungsi bahasa baku meliputi
hal-hal berikut: (1) Fungsi pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi
pembawa kewibawaan, (4) fungsi sebagai kerangka acuan.

Berbicara memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi dan berinteraksi antara


penutur dan mitra tutur. Untuk dapat berbahasa dengan santun dan dengan perilaku
yang sesuai dengan etika berbahasa, tentunya harus terpenuhi persyaratan bahwa
kita telah dapat menguasai bahasa dengan baik. Bahasa itulah yang nantinya yang
akan digunakan oleh para penuturnya untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

Mengingat penggunaan bahasa Indonesia tidaklah seragam, alias beragam, maka


bahasa baku diharapkan dapat menghubungkan semua penutur berbagai dialek
bahasa. Apabila hal tersebut dapat terwujud, bahasa baku dapat mempersatukan
mereka ke dalam masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur
orang-seorang dengan seluruh masyarakat itu, maka fungsi pertama bahasa baku
dapat dikatakan sudah terwujud.

Di samping ragam bahasa Indonesia yang banyak itu, bahasa baku


merupakan salah satu ragamnya. Ragam bahasa baku akan berbeda dengan
bahasa lainnya. Perbedaan tersebut akan member warna atau corak tersendiri
terhadap bahasa tersebut. Hal semacam ini menunjukkan bahwa bahasa baku dapat
berfungsi sebagai pemberi kekhasan. Bahasa baku dapat memperkuat perasaan
kepribadian nasional masyarakat.

Fungsi bahasa baku sebagai pembawa kewibawaan sangat terasa apabila


kita dapat memiliki bahasa baku tersebut. Berdasarkan pengalaman sudah dapat
disaksikan di beberapa tempat bahwa penutur yang mahir berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain. Pemilikan bahasa
baku ini pen telah meningkatkan wibawa kita di masyarakat luar.

Pada saat berbahasa kita menghadapi suatu kenyataan bahwa situasi


berbahasa yang dihadapi itu pun beragam pula. Sudah dikemukaka, kita harus
dapat menyesuaikan penggunaan ragam bahasa itu dengan situasi yang dihadapi.
Penggunaan bahasa Indonesia yang memperhatikan situasinya itulah yang
dinamakan penggunaan bahasa yang baik.

Dengan adanya norma dan kaidah yang di kodifikasikan dengan jelas, bahan baku
dapat menjalankan fungsinya yang keempat, sebagai kerangka acuan.

Dengan norma dan kaidah yang jelas, maka pemakaian bahasa Indonesia
dapat di ukur. Bahan baku juga dapat berfugsi sebagai kerangka acuan estetika,
yang tidak saja terbatas pada bidang sastra, tetapi bagi hal-hal lainnya, seperti:
permainan kata, iklan, dan tajuk berita, serta karya ilmiah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai manusia dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan pernah terlepas dari
komunikasi. Komunikasi selalu menjadi kekegiatn utama kita, mulai dari bangun tidur
hingga tidur kembali, entah itu komunikasi formal maupun non formal.

Cara berkomunikasi atau pemakaian suatu kata atau kalimat yang kita anggap
sebuah etika, dapat pula berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan suatu kesalahpahaman antar sesama. Oleh sebab itu, adanya etika
dalam berkomunikasi.

Etika berasal dari kata ethikus dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang
berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik
dan buruk tingkah laku manusia. Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau
ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat.

Tugas etika, tidak lain berusaha untuk mengetahui hal yang baik dan yang dikatakan
buruk. Sedangkan tujuan etika, adalah agar setiap manusia mengetahui dan
menjalankan perilaku, sebab perilaku yang baik itu bukan saja penting bagi dirinya
saja, tapi juga penting bagi orang lain, bagi masyarakat, bagi bangsa dan Negara,
dan yang terpenting bagi Allah swt.

Macam-macam etika ada tiga, yaitu: (1) etika deskriptif, (2) estika normatif, (3)
metaetika.

Perbedaan antara etika dan etiket:

· Etika selalu berlaku walaupun tidak ada sakti mata, sedangkan etiket hanya
berlaku dalam pergaulan dan tidak berlaku saat tidak ada orang lain atau saksi mata
yang melihat.

· Etika bersifat lebih absolut atau mutlak, sedangkan etiket bersifat relatif.
· Etika memandang manusia dari segi dalam, sedangkan etiket hanya
memandang manusia dari segi lahiriah saja.

· Etika member norma tentang perbuatan itu sendiri, sedangkan etiket


menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan oleh manusia (sopan santun).

B. Saran

Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu adalah pemakaian bahasa Indonesia
yang relevan-sesuai dengan situasinya dan benar dari segi kaidahnya. Bahasa itu
terlihat baik bila digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan-penggunaannya dan
juga di katakana benar bila digunakan sesuai dengan kaidah-tata aturannya.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan. (2009). Etika Komunikasi. From http://gunawan-


smart.blogspot.com/2009/12/etika-komunikasi.html, diakses 25 Maret 2015.

Farani, Aplonaris. (2014). Makalah Etika Komunikasi. From


aplonarisfarani.blogspot.com/2014/01/v- behaviorurldefaultmlo_16.html, diakses 25
Maret 2015.

Anonim. (2015). Etika komunikasi. Artikel komunikasi. From


http://artikel.okeschool.com/artikel/komunikasi/881/etika- komunikasi.html,
diakses 26 Maret 2015.

Nurjamal, Daeng., Warta Sumirat & Riadi Darwis. (2014). Terampil


Berbahasa. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai