Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

KONSEP ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

1. ADE FAJAR PRASETYO 8. MOHAMAD JUMALI


2. AJI SUSANTO 9. ONI SAHRONI
3. ASEP MIFTAHUL AMIN 10. RIDWAN PAUZI
4. DIAN NURWIDIANI 11. RT. VIRA MAUDI
5. IDA FITRIYATI 12. RYAN MAHESA PRASETIO
6. M. SAEPUL 13. YULIA PRASETIA
7. M. TIO

PROGRAM STUDY ILMU ADMINISTRASI NEGARA


STISIP SETIA BUDHI RANGKAS BITUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Etika Administrasi Negara” dengan lancar. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Administrasi
Negara yang diampu oleh Bapak Agus Hiplunudin, M.Sc
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini. Sehingga kami siap menerima segala
kritik dan saran dari pembaca.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk kami khususnya.

Rangkasbitung, Juni 2019


Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1 Pengertian Etika.......................................................................................... 3
A. Aliran etika ........................................................................................... 7
1. Teologisme .................................................................................... 7
2. Naturalisme .................................................................................... 7
3. Hedonisme ..................................................................................... 7
4. Eudaemonisme ............................................................................... 7
5. Utilitarianisme ............................................................................... 8
6. Vitalistis ......................................................................................... 8
7. Idealisme ........................................................................................ 8
B. Empat hirarki etika .............................................................................. 8
1. Moralitas pribadi ............................................................................ 8
2. Etika profesi ................................................................................... 9
3. Etika organisasi .............................................................................. 9
4. Etika sosial ..................................................................................... 9
2.2 Prinsip-Prinsip Etika Administrasi Negara ................................................ 10
A. Prinsip demokrasi.................................................................................. 10
B. Keadilan sosial dan pemerataan .......................................................... 11
C. Mengusahakan kesejahteraan umum ................................................... 11
D. Mewujudkan negara hukum ................................................................. 12
2.3 Konsep Etika Administrasi Negara ........................................................... 12
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 14
4.2 Saran........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika administrasi negara merupakan salah satu wujud kontrol terhadap
administrasi negara dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi
dan kewenangannya. Manakala administrasi negara menginginkan sikap, tindakan
dan perilakunya dikatakan baik, maka dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan
kewenangannya harus menyandarkan pada etika administrasi negara. Etika
administrasi negara disamping digunakan sebagai pedoman, acuan, referensi
administrasi negara dapat pula digunakan sebagai standar untuk menentukan
sikap, perilaku, dan kebijakannya dapat dikatakan baik atau buruk.
Karena masalah etika negara merupakan standar penilaian etika administrasi
negara mengenai tindakan administrasi negara yang menyimpang dari etika
administrasi negara dan faktor yang menyebabkan timbulnya penyimpangan
administrasi dan cara mengatasinya.
Law enforcement sangat membutuhkan adanya akuntabilitas dari birokrasi
dan manajemen pemerintahan sehingga penyimpangan yang akan dilakukan oleh
birokrat-birokrat dapat terlihat dan terbuka dengan jelas sehingga akan
memudahakan law enforcement yang baik pada reinventing government dalam
upaya menata ulang manajemen pemerintahan Indonesia yang sehat dan
berlandaskan pada prinsip-prinsip good governance dan berasaskan nilai-nilai
etika administrasi.

1.2 Rumusan Masalah
Untuk lebih mudah memahami makalah ini maka dirumuskan masalah
sebagai  berikut
1. Pengertian etika
2. Prinsip-prinsip sistem administrasi negara?
3. Konsep etika administrasi negara?

3
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar kita menegtahui tentang:
1. Pengertian etika
2. Prinsip-prinsip sistem administrasi negara
3. Konsep etika administrasi negara

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Etika berasal dari bahasa Yunani: etos, yang artinya kebiasaan atau watak,
sedangkan moral berasal dari bahasa Latin: mos (jamak: mores) yang artinya cara
hidup atau kebiasaan. Dari istilah ini muncul pula istilah morale atau moril, tetapi
artinya sudah jauh sekali dari pengertian asalnya.Moril bisa berarti semangat atau
dorongan batin.  Dalam kaitannya dalam perilaku manusia, norma digunakan
sebagai pedoman atau haluan bagi perilaku yang seharusnya dan juga untuk
menakar atau menilai sebelum ia dilakukan.
Etika administrasi Negara yaitu bidang pengetahuan tentang ajaran moral
dan asas kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan dalam
menunaikan tugas pekerjaannya dan melakukan tindakan jabatannya. Bidang
pengetahuan ini diharapkan memberikan berbagai asas etis, ukuran baku,
pedoman perilaku, dan kebijakan moral yang dapat diterapkan oleh setiap petugas
guna terselenggaranya pemerintahan yang baik bagi kepentingan rakyat.
Etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan nilai dan moral yang
menentukan perilaku seseorang dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap serta pola perilaku baik sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok. Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang
telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi
dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh
bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma agama,
dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-
undangan, norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati

5
dan norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari. Etika tidak dapat
menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan
orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam
agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan keterampilan etika agar dapat
memberikan orientasi, tak sekadar indoktrinasi.
Sebagai aliran etis, tradisionalisme dapat berpegang pada tradisi
budaya/kultural yang ada dalam masyarakat sebagai warisan nenek moyang, atau
pada tradisi keagamaan yang bersumber pada wahyu keagamaan. Tradisi etis itu
tampak juga dalam bahasa, seperti petuah, nasihat, pepatah, norma dan prinsip,
dalam perilaku, seperti cara hidup, bergaul, bekerja, dan berbuat, serta dalam
pandangan dan sikap hidup secara keseluruhan. Bentuk bahasa, perilaku,
pandangan, dan sikap hidup merupakan tempat menyimpan nilai-nilai etis,
wahana pengungkapan, dan sarana mewujudkannya. Dalam penerapannya, etika
melandasi lahir dan berkembangnya berbagai teori ilmu pengetahuan dan
terapannya di berbagai bidang, yakni: hukum, profesi, ekonomi, administrasi,
seni, sosial, dan politik.
A. Aliran dalam Etika
1. Teologisme
Prinsip/asas etika menurut aliran ini, sesuatu yang baik, susila atau
etik, adalah yang sesuai dengan kehendak Tuhan, dan sebaliknya.
2. Naturalisme
Perbuatan yang dianggap baik adalah yang sesuai dengan hukum
alam.
3. Hedonisme (Hedone = perasaan akan kesenangan)
Perbuatan yang dianggap baik adalah yang mendatangkan
kesenangan, kenikmatan atau rasa puas kepada manusia. Sempalan dari
ajaran ini adalah aliran Materialisme yang mengajarkan bahwa alat pokok
untuk memenuhi kepuasan manusia adalah materi.
4. Eudaemonisme (Eudaemonismos = bahagia)
Perbuatan yang dianggap baik adalah yang mendatangkan
kebahagiaan kepada manusia. Bedanya dengan hedonisme, kebahagiaan
lebih bersifat kejiwaan. Dengan kata lain, kebahagiaan merupakan

6
kebaikan tertinggi (prima facie). Sempalan dari ajaran ini adalah
aliran Stoisisme yang mengemukakan bahwa untuk mencapai kebahagiaan,
manusia harus menggunakan akal pikirannya; bukan mencari
“kebijaksanaan” dengan cara menyendiri atau mengendapkan perasaan
seperti seorang pengecut.
5. Utilitarianisme
Perbuatan yang dianggap baik secara susila ialah “guna/manfaat”.
Penganjut utamanya adalah Jeremy Bentham yang mengatakan bahwa the
greatest happiness of the greatest number, dan John Stuart Mill. Sempalan
dari ajaran ini antara lain adalah aliran pragmatisme, empirisme,
positivisme, dan neo positivisme (scientisme).
6. Vitalistis
Norma perbuatan baik adalah yang mempunyai kekuatan paling
besar. Jadi, orang/kelompok yang paling kuat dan dapat menguasai
orang/kelompok lain dianggap sebagai orang/kelompok yang baik. Atau
menurut Nietzsche, perilaku yang baik adalah yang menambah daya hidup,
sedangkan perilaku yang buruk adalah yang merusak daya hidup.
7. Idealisme
Pusat pengertian aliran ini ialah kebebasan atau penghormatan
kepada pribadi manusia. Ajaran ini terdiri dari 3 komponen, yaitu idealism
rasionalistik (akal pikiran sebagai penuntun tingkah laku), idealism estetik
(kehidupan manusia dilihat dari perspektif karya seni), dan idealisme etik
(menentukan ukuran moral dan kesusilaan terhadap kehidupan manusia).
B. Empat Hirarki Etika
1. Moralitas Pribadi
 Konsep baik-buruk, benar-salah yang telah terinternalisasi dalam diri
individu.
 Produk dari sosialisasi nilai masa lalu.
 Moralitas pribadi adalah superego atau hati nurani yang hidup dalam
jiwa dan menuntun perilaku individu.
 Konsistensi pada nilai mencerminkan kualitas kepribadian individu.

7
 Moralitas pribadi menjadi basis penting dalam kehidupan sosial dan
organisasi.
2. Etika Profesi
 Nilai benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan pekerjaan
profesional.
 Nilai-nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip profesionalisme
(kapabilitas teknis, kualitas kerja, komitmen pada profesi).
 Dapat dirumuskan ke dalam kode etik profesional yang berlaku secara
universal (cth:PP No. 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps
dan Kode Etik PNS).
 Penegakan etika profesi melalui sanksi profesi (pencabutan lisensi).
3. Etika Organisasi
 Konsep baik-buruk dan benar-salah yang terkait dengan kehidupan
organisasi.
 Nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan organisasi
modern (efisiensi, efektivitas, keadilan, transparansi, akuntabilitas,
demokrasi).
 Dapat dirumuskan ke dalam kode etik organisasi yang berlaku secara
universal.
 Dalam praktek penegakan kode etik organisasi dipengaruhi oleh
kepentingan sempit organisasi, kepentingan birokrat, atau kepentingan
politik dari politisi yang membawahi birokrat.
 Penegakan etika organisasi melalui sanksi organisasi.
4. Etika Sosial
 Konsep benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan hubungan-
hubungan sosial.
 Nilai bersumber dari agama, tradisi, dan dinamika sosial.
 Pada umumnya etika sosial tidak tertulis, tetapi hidup dalam memori
publik, dan terinternalisasi melalui sosialisasi nilai di masyarakat.
 Etika sosial menjadi basis tertib sosial [Jepang, tidak boleh
mengganggu dan merepotkan orang lain].

8
 Masyarakat memiliki mekanisme penegakan etika sosial, yaitu melalui
penerapan sanksi-sanksi sosial [diberitakan sebagai tersangka].

2.2 Prinsip-Prinsip Etika Admnistrasi Negara


A. Prinsip Demokrasi
Pilar utama prinsip demokrasi adalah asas kedaulatan rakyat. Asas
kedaulatan rakyat mensyaratkan bahwa rakyatlah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan negara, rakyat yang menentukan
pula bagaimana berbuatnya. Pada tataran makro, sistem pemerintahan
demokratis suatu negara dapat di golongkan ke dalam tiga macam bentuk
yakni:
1. Sistem parlementer
2. Sistem pemisahan kekuasaan
3. Sistem referendum
Sistem parlementer, hubungan antara lembaga perwakilan dan
lembaga yang menjalankan kekuasaan eksekutif dapat saling
mempengaruhi, jika lembaga perwakilan tidak mau membenarkan
kebijakan yang dilakukan oleh lembaga eksekutif maka dia dapat
menyatakan ketidak percayaannya dalam bentuk tidak percaya, sebaliknya
pemerintah juga mempunyai hak untuk membubarkan lembaga perwakilan
atau parlemen apabila ternyata parlemen tidak lagi mencerminkan
kehendak rakyat.
Sistem pemisahan kekuasaan, antara lembaga legislatif, eksekutif
dan yudikatif masing-masing harus ada pemisahan secara penuh. Hal ini
dilakukan karena dikhawatirkan apabila satu lembaga mempunyai dua atau
lebih kekuasaan akan ada penyalahgunaan kekuasaan tersebut.
Sistem referendum, secara harfiah berarti pemungutan suara secara
langsung oleh rakyat untuk menentukan pendapat umum rakyat, dapat pula
diartikan sebagai lembaga yang dibentuk untuk memberikan kesempatan
kepada rakyat guna mengontrol tindakan tindakan lembaga perwakilan
secara langsung oleh rakyat sedangkan lembaga eksekutif hanya
merupakan badan pekerja bagi lembaga perwakilan.

9
B. Keadilan Sosial dan Pemerataan
Persoalan keadilan sosial dan pemerataan sering kali muncul
sebagai akibat dari kurang meratanya distribusi hasil hasil pembangunan.
Oleh sebab itu, salah satu asas umum pemerintahan dan administrasi
pembangunan yang perlu mendapat perhatian lebih besar sekarang ini
adalah yang menyangkut keadilan dan pemerataan. Kedua konsep ini juga
merupakan landasan pokok bagi etika pembangunan.
Dalam lingkup negara, setidak tidaknya ada dua dimensi
ketimpangan diantara kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam
suatu negara. Pertama, ketimpangan diantara kelompok kelompok sosial
yang berbeda dalam suatu negara yang disebabkan oleh kesenjangan
antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Kedua, ketimpangan antara
wilayah wilayah geografis dalam suatu negara atau disebut juga
ketimpangan regional. Wujud yang paling nyata terlihat antara wilayah
wilayah pedesaan dan perkotaan, maka yang perlu dilakukan adalah
kebijakan kebijakan pemerintah yang lebih menyentuh kelas masyarakat
yang kurang beruntung atau kelompok yang tidak memiliki sumber daya
untuk mengembangkan dirinya.

C. Mengusahakan Kesejahteraan Umum


Setiap pejabat pemerintah harus memiliki komitmen dan untuk
peningkatan kesejahteraan dan bukan semata mata karena diberi amanat
atau dibayar oleh negara melainkan karena mempunyai perhatian yang
tulus terhadap kesejahteraan warga negara pada umumnya. Peningkatan
kesejahteraan umum bukan hanya dimaksudkan untuk meningkatkan taraf
hidup dan kebutuhan-kebutuhan dasar tetapi juga untuk meningkatkan
kapasitas individual supaya rakyat dapat berpartisipasi lebih aktif dalam
pembangunan.
Persoalan lain yang harus dipecahkan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan umum adalah menyangkut ketenagakerjaan dan
kependudukan. Tingkat pengangguran atau setengah pengangguran itu

10
lebih mencolok di daerah daerah pedesaan jika dibandingkan dengan
daerah perkotaan. Ini menunjukkan adanya konsentrasi industri padat
modal di wilayah perkotaan.

D. Mewujudkan Negara Hukum


Di dalam Pembukaan maupun pasal pasal batang tubuh Undang-
Undang Dasar 1945 memang tidak disebutkan secara eksplisit bahwa
indonesia adalah Negara Hukum. Akan tetapi sesungguhnya gagasan
utama dan aturan aturan dasar yang melandasi terbentuknya republik ini
adalah sesuai dengan cita-cita negara hukum. Dalam penjelasan mengenai
sistem pemerintahan negara telah di tegaskan:
1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum tidak berdasarkan
atas kekuasaan belaka.
2. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi, tidak bersifat absolutisme.
Jadi jelas bahwa konstitusi negara Indonesia mengamanatkan
keinginan untuk mewujudkan negara hukum. Hukum yang harus ditaati
disini bukan hanya hukum positif yang tertulis atau hukum formal saja
tetapi juga unsur unsur material yang terdapat dibalik perundang-undangan
yang ada. Hukum yang dimaksud adalah hukum yang benar-benar hidup
dalam masyarakat atau hukum yang adil. Di dalam konteks etika, kita
hendaknya lebih mencurahkan perhatian kepada rasa keadilan atau
kepantasan yang berkembang di dalam masyarakat dari pada hokum yang
terjabar di dalam pasal- pasal kitab perundangan. Konsepsi negara hukum
mensyaratkan agar setiap tindakan penguasa harus sesuai dan didasarkan
atas rasa keadilan, moralitas hukum, dan cita cita kemanusiaan yang luhur,
bukan hanya didasarkan atas kemauan penguasa.

2.3 Konsep Etika Administrasi Negara


       Etika administrasi negara yaitu bidang pengetahuan tentang
ajaran moral dan asas kelakuan yang baik bagi para administrator
pemerintahan dalam menunaikan tugas pekerjaannya dan melakukan tindakan
jabatannya. Bidang pengetahuan ini diharapkan memberikan berbagai asas

11
etis, ukuran baku, pedoman perilaku, dan kebijakan moral yang dapat
diterapkan oleh setiap petugas guna terselenggaranya pemerintahan yang baik
bagi kepentingan rakyat.
Sebagai suatu bidang studi, kedudukan etika administrasi negara
untuk sebagian termasuk dalam ilmu administrasi negara dan sebagian yang
lain tercakup dalam lingkungan studi filsafat. Dengan demikian etika
admistrasi negara sifatnya tidak lagi sepenuhnya empiris seperti halnya ilmu
administrasi, melainkan bersifat normatif. Artinya etika administrasi negara
berusaha menentukan norma mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
setiap petugas dalam melaksanakan fungsinya da memegang jabatannya.
       Etika administrasi negara karena menyangkut kehidupan
masyarakat, kesejahteraan rakyat, dan kemajuan bangsa yang demikian
penting harus berlandaskan suatu ide pokok yang luhur. Dengan demikian,
etika itu dapat melahirkan asas, standar, pedoman, dan kebajikan moral yang
luhur pula. Sebuah ide agung dalam peradaban manusia sejak dahulu sampai
sekarang yang sangat tepat untuk menjadi landasan ideal bagi etika
administrasi negara adalah keadilan, dan memang inilah yang menjadi
pangkal pengkajian etika admnistrasi negara, untuk mewujudkan keadilan.
Adapun secara substantif bidang studi etika administrasi negara
diadakan untuk mengetahui beberapa hal berikut :
A. Tujuan ideal administrasi
B. Ciri-ciri administrasi yang baik
C. Penyalahgunaan wewenang yang terjadi pada administrator
D. Perbandingan bentuk-bentuk administrasi yang baik dan buruk

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika administrasi Negara yaitu bidang pengetahuan tentang ajaran
moral dan asas kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan dalam
menunaikan tugas pekerjaannya dan melakukan tindakan jabatannya. Pemerintah
pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk
melayani diri sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi
yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan
dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama. Administrasi negara sebagai
lembaga negara yang mengemban misi pemenuhan kepentingan publik dituntut
bertanggung jawab terhadap publik yang dilayaninya.
Etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan nilai dan moral yang
menentukan perilaku seseorang dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap serta pola perilaku baik sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok. Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang
telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi
dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh
bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma agama,
dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-
undangan, norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati
dan norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari. Etika tidak dapat
menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan
orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam
agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan keterampilan etika agar dapat
memberikan orientasi, tak sekadar indoktrinasi.

13
3.2 Saran
1. Diperlukan kesadaran dan etika baik dari pribadi masing-masing dalam
menjalankan tugas guna terciptanya pemerintahan yang bersih
2. 2. Perlunya pemahaman nilai-nilai etika
3. Perlunya penanaman prinsip-prinsip etika sistem administrasi negara. 
4. Perlunya sosialisasi kode etik terhadap setiap pegawai untuk meminimkan
penyimpangan.
5. Perlunya sanksi tegas terhadap orang yang melanggar kode etik tersebut.

14
Daftar Pustaka

http://yunus2104.blogspot.com/2015/10/makna-administrasi-publik-dan-
konsep.html, diakses 12 Juni 2018 pukul 19.25 WIB
https://jhansem.wordpress.com/2009/03/10/etika-administrasi-negara-publik/,
diakses 12 Juni 2019 pukul 19.40 WIB
Kumorotomo, Wahyudi.2013. Etika Administrasi Negara. Jakarta:Rajawali Pers
Safie, Inu Kencana. 2011. Etika pemerintahan. Jakarta: Rineka cipta
Sutabri, Tata. 2012. Etika birokrasi. Jakarta: Cipta karya

15

Anda mungkin juga menyukai