Disusun Oleh :
Nama : Farizal Firmansyah
NIM : 195120100111049
Kelas : D-3 SOSIOLOGI
Nomer Absen : 30
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2020
Jalan Veteran, Malang, Jawa Timur 65145, Indonesia. Telp +62 341 551611, Fax: +62 0341-
565420, Website: https://ub.ac.id
A. PENDAHULUAN
Teori ini juga menggambarkan bahwa suatu masyarakat adalah sebuah sistem
yang terdiri dari berbagai macam unsur dan bagian. Sistem ini saling berhubungan dan
memiliki ketergantungan satu sama lain. Parsons sendiri menambahkan bahwa pada
perkembanganya masyarakat akan berada dalam kondisi harmonis dan seimbang saat
institusi dan lembaga yang ada di masyarakat ikut andil dalam menjaga stabilitas
masyarakat tersebut. Sehingga jika sebuah struktur masyarakat dapat menjalankan
fungsinya dengan baik dalam menjaga norma dan nilai yang ada di masyarakat. Maka
akan terjadi sebuah stabilitas pada masyarakat itu sendiri.
B. TEORI STRUKTURAL
1
Richard Grathoff. 2000. Kesesuaian antara Alfred Schutz dan Talcott Parsons: Teori Aksi Sosial.Jakarta:
kencana
Talcott Parsons sendiri lahir pada 13 Desember 1902 di Colorado Amerika
Serikat, ia lahir dari pasangan Erdward Smith Parsons dan Mary Augusta Parsons.
Parsons sendiri memiliki latar belakang intelektual pada keluarganya. Ayahnya
merupakan seorang pendeta dan juga rektor di perguruan tinggi. Parsons meninggal pada
tahun 1979. Selama hidupnya parsons telah menghasilkan karya-karya yang digunakan
sebagai acuan para sosiolog. Gagasan parsons mempengaruhi banyak tokoh sosiologi,
salah satunya adalah Robert K Merton yang merupakan murid dari Talcott Parsons itu
sendiri. Karya-Karya parsons yang terkenal diantara lain adalah The Structure of Social
Action (1937), The Social System (1951), dan Modern Societies system (1971). Gagasan
parsons dipengaruhi oleh tokoh-tokoh awal sosiologi seperti Max Weber dan Emile
Durkheim (Agung, 2015).
Kedua tokoh ini sedikit banyak mempengaruhi cara berpikir Parsons salah satunya
karyanya yang berjudul The Structure of Social Action mendapat insipirasi dari pemikiran
Max Weber. Karyanya ini jugalah yang membawa Parsons dikenal memiliki teori
struktural fungsionalis. Teori Struktural fungsionalis pada dasarnya memberikan
pandangan untuk melihat bagaimana sebuah dilemma dalam kebijakan sosial. Teori ini
mempunyai hubungan dengan struktur sosial (Johnson, 1986: 100). Parsons melakukan
pendekatan dengan melihat masyarakat sebagai suatu equilibrium atau keseimbangan.
Talcott Parsons mempunyai pandangan bahwa:
2. Goal Attainment: memiliki fungsi dasar kesepakatan apa yang ciapai untuk
mencapai sebuah tujuan akhir.
C. REFLEKSI TEORI
Konsep teori struktural fungsional yang dibawa oleh Talcott Parsons masih dapat
di aplikasikan pada kehidupan saat ini. Penulis sependapat bahwa masyarakat mempunyai
fungsinya masing-masing guna menjalankan sistem sosial yang ada. Setiap fungsi dalam
masyarakat ini pada akhirnya membawa kepada sebuah integrasi masyarakat meskipun
caranya tidak selalu berjalan dengan lancar. Parsons juga menyebutkan bahwa manusia
memiliki ketergantungan dan membutuhkan satu sama lain. Hal ini masih terbukti pada
masa sekarang. Seperti denga nada kasusnya pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia,
terlihat jelas bagaimana masyarakat saling ketergantungan atau membutuhkan satu sama
lain.
Contoh kongkritnya yaitu pada awal pandemi banyak masyarakat Indonesia yang
mengalami PHK masal akibat ditutupnya operasional bisnis. Tidak lama kemudian,
terdapat gerakan untuk membantu satu sama lain atau orang yang membutuhkan. Gerakan
ini kebanyakan dilakukan melalui sosial media dengan berlandaskan bahwa “Kita adalah
mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri” hal ini juga sesuai dengan teori parsons
mengenai struktur sosial. Yaitu sebuah individu dalam masyarakat mempunyai peran dan
fungsinya masing-masing. Saat itu orang yang memiliki harta benda lebih diharapkan
untuk membantu orang-orang yang terdampak akibat pandemi covid-19.
Konsep AGIL menurut parsons juga masih berguna pada saat ini. Jika maknai
lebih jauh maka konsep AGIL Parsons bersifat universal dan dapat diterapkan pada
semua bidang pekerjaan. Contohnya pada sebuah perusahaan, perusahaan dapat
menerapkan konsep AGIL pada lingkungan karyawannya. Salah satunya adalah adaptasi,
adaptasi yang dimaksud adalah penyesuaian cara kerja perusahaan tersebut. Misalnya
melakukan sistem Work From Home. Kemudian ada goal attainment, dengan kondisi
pandemi seperti sekarang ini bisa saja goal attainment yang dituju adalah menjaga
kesehatan para karyawan atau menjaga penjualan barang agar tidak turun. Setelah
menetapkan goal maka perusahaan tersebut dapat melakukan integrasi pada karwayannya
guna mempunyai tujuan yang sama serta acuan yang sama. Hal terakir yang dapat
dilakukan oleh perusahaan tersebut adalah latent pattern maintenance, dalam hal ini bisa
menjaga sebuah pola kerja yang sudah disepakati.
D. KESIMPULAN
Konsep teori fungsionalis menurut Talcott Parsons masih dapat digunakan pada
saat ini. Dengan perkembangan masyarakat yang bergerak secara dinamis. Konsep AGIL
Talcott Parsonss dapat diadaptasikan oleh berbagai pihak dan disiplin ilmu. Kemudian
Pada dasarnya manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki fungsi masing-maising
serta berkaitan satu sama lain. Fungsi inilah yang membuat individu atau masyarakat
dapat menjadi satu dan terciptanya integrasi sosial dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, D. A. G. (2015). Pemahaman Awal terhadap Anatomi Teori Sosial dalam Perspektif
Struktural Fungsional dan Struktural Konflik. Sejarah Dan Budaya, 9(2), 162–170.
Retrieved from http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-
budaya/article/view/1532/827
Richard Grathoff. 2000. Kesesuaian antara Alfred Schutz dan Talcott Parsons: Teori Aksi
Sosial.Jakarta: kencana