Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen atau pengelolaan diartikan proses penggunaan sumber
daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Manajemen kelas adalah
segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa
untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Pengelolaan kelas
merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi
yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif.
Masalah pengelolaan kelas dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu masalah individual dan masalah kelompok (meskipun perbedaan
keduanya merupakan tekanan saja). Tindakan pengelolaan kelas yang
dilakukan guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan
tepat hakekat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia
dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.
Tindakan tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan
dan atau tindakan yang bersifat korektif. Tindakan yang bersifat
pencegahan (preventif) yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik
fisik maupun kondisi sosio emosional sehingga terasa benar oleh siswa
rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Sedangkan tindakan yang
bersifat korektif merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang
menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar
yang sedang berlangsung. Tindakan yang bersifat korektif terbagi dua ,
yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi
gangguan (dimensi tindakan) dan penyembuhan (kuratif) terhadap
tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan
tersebut tidak berlarut-larut.

1
B. Rumusam Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaiama prosedur dimensi pencegahan?
2. Bagaimana prosedur dimensi penyembuhan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur dimensi pencegahan
2. Untuk mengetahui prosedur dimensi penyebumbuhan

2
II. PEMBAHASAN
A. Prosedur Dimensi Pencegahan
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum
munculnya tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi
optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan
pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen
kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah
dalam rangka manajemen kelas harus merupakan langkah yang efektif
dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Menurut Maman Rahman (dalam Tim Dosen Administrasi
Pendidikan, 2012:119) mengemukakan langkah-langkah pencegahan
sebagai berikut:
(a)Peningkatan kesadaran diri sebagai guru, merupakan langkah
yang strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran
diri akan meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksankan
tugasnya. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak
pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian
yang harmonis dan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan
menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari peserta didik. (b)
Peningkatan kesadaran peserta didik, interaksi positif antara guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila dua
kesadaran (kesadaran guru dan peserta didik) bertemu. Kurangnya
kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah,
mudah tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan peserta
didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat
mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk
meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu
melaksanakan hal-hal berikut: (1) memberitahukan akan hak dan
kewajibannya sebagai peserta didik, (2) memperhatikan kebutuhan,
keinginan dan dorongan para peserta didik, (3) menciptakan suasana
saling pengertian, saling menghormati dan rasa keterbukaan guru
dan peserta didik. (c) Sikap polos dan tulus dari guru, sikap ini
mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak
boleh berpura-pura, bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap ini
sangat membantu dalam mengelola kelas. Guru dengan sikap dan
kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena
tingka laku, cara menyikapi dan tindakan guru merupakan stimulus
yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh peserta didik. Sikap
hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan atau keluhan para
siswa, akrab dengan guru, akan membuka kemungkinan terjadinya

3
interaksi dan komunikasi wajar antar guru dan peserta didik. (d)
Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan, langkah ini
menuntut guru, (1) melakukan tindakan identifikasi berbagai
penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya individual
maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik
individual maupun kelompoktersebut termasuk penyimpangan yang
disengaja dilakukan peserta didik yang hanya sekedar untuk menarik
perhatian guru atau teman-temannya, (2) mengenal berbagai
pendekatan dalam manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha
menggunakan pendekatan manajemen yang dianggap tepat untuk
mengatasi suatu situasi atau menggantinya dengan pendekatan yang
dipilihnya, (3) mempelajari pengalaman guru guru lainnya yang
gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif yang
bervariasi dalam menangani berbagai manajemen kelas. (e)
Menciptakan kontrak sosial, berkaitan dengan standar tingkah laku
yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas beserta
keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Standar
tingkah laku ini dibentuk melalui kontrak sosial antara sekolah/guru
dan peserta didik. Norma atau nilai yang turunnya dari atas dan tidak
dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa norma itu kurang
dihormati dan ditaati. Oleh sebab itu, dalam rangka mengelola kelas
norma berupa kontrak sosial (tata tertib) dengan sangsinya yang
mengatur kehidupan di dalam kelas, perumusannya harus
dibicarakan atau disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan
yang terjadi bahwa aturan-aturan sebagai standar tingkah laku
berasal dari atas (sekolah/guru). Para peserta didik menerima saja
apa yang ada.

Menurut Ahmad Rohani (2010:158) mengemukakan adanya


berbagai cara yang dapat ditempuh guru dalam pencegahan pelanggaran
disiplin, sebagai berikut:
1)Pengendalian peserta didik, setiap peserta didik mempunyai
daya atau tenaga untuk mengontrol dirinya. Pengenalan terhadap
mereka dan latar belakangnya merupakan usaha penanggulangannya
pelanggaran disiplin. Beberapa alat yang bisa digunakan misalnya: a)
interest-inventory, alat ini berupa sejumlah pertanyaan tentang buku
apa yang senang kamu baca, hobby. b) Sosiogram yang dibuat untuk
melihat bagaimana persepsi mereka dalam rangka hubungan sosial
psikologis dengan teman-temannya. c) Fredback letter, peserta didik
diminta untuk membuat suatu karangan atau satu surat tentang
perasaan mereka terhadap sekolahnya. 2) Melakukan tindakan
korektif, dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya
dilakukan guru bila terjadi masalah pengelolaan. Cara melakukan
dimensi tindakan korektif ini adalah, a) lakukan tindakan dan bukan
ceramah, cara berteriak atau memberikan ceramah tentang kesalahan

4
yang dibuat peserta didik pada saat itu akan membuat peserta didik
malah menjadi bimbang. Pesan-pesan nonverbal atau body
languange baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala , alis dapat
membantu guru dalam memanajemen kelas. b) do not bargain, bila
terjadi pelanggran yang dilakukan seorang peserta didik dan
melibatkan atau menyalahkan peserta didik lainnya guru harus
segera melakukan tindakan atau menghentikan gangguan tersebut. c)
gunakan “Kontrol” kerja, pendekatan pada peserta didik sangat
diperlukan karena kalau mereka merasa dekat dengan guru akan
memperkecil kesempatan mereka untuk berbuat “nakal” dan
melanggar tata tertib sekolah. d) Nyatakan peraturan dan
konsekuensinya, bila ada peserta didik melanggar peraturan tata
tertib sekolah, komunikasikan kembali apa aturan yang dilanggarnya
secara jelas dan kemukakan akibatnya bila peraturan yang telah
dibuat dan disepakati bersama dilanggar.

Menurut Mulyani Sumantri (dalam Abdul Majid, 2013:119) dalam


mengembangkan keterampilan mengelola siswa yang bersifat preventif,
guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara:
a)Menunjukkan sikap tanggap, dalam tugas mengajarnya guru
harus terlibat secara fisik maupun mental dalam arti guru selalu
memiliki waktu untuk semua perilaku peserta didik, baik peserta
didik yang mempunyai perilaku posesif maupun perilaku yang
bersifat negatif, b) membagi perhatian, guru harus mampu membagi
perhatian kepada semua peserta didik. Perhatian itu dapat bersifat
visual maupun verbal, c) memusatkan perhatian kelompok,
mempertahankan dan meningkatkan keterlibatan peserta didik
dengan cara memusatkan kelompok kepada tugas-tugasnya dari
waktu ke waktu, d) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas,
petunjuk ini dapat dilakukan untuk materi yang disampaikan, e)
Menegur, tegurlah peserta didik bila mereka menunjukkan perilaku
yang mengganggu atau menyimpang, f) Memberikan penguatan,
perilaku peserta didik baik yang possif maupun negatif perlu diberi
penguatan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa prosedur dimensi pencegahan itu bisa


berupa sikap guru dalam mengatasi masalah peserta didik seperti
menunjukkan siakp tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian
kelompok, memberi petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan
memberikan penguatan.

5
B. Prosedur Dimensi Penyembuhan
Dalam kegiatan memanajemen kelas, pelanggaran yang sudah
terlanjur dilakukan peserta didik atau sejunmlah peserta didik perlu
ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual
maupun secara kelompok.
Menurut Johar Permana (dalam Abdul Majid 2013:122)
mengemukakan kegiatan yang bersifat penyembuhan mengikuti langkah
sebagai berikut:
(a)Mengidentifikasi masalah, guru mengenal atau mengetahui
masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Guru
mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar
belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan
tersebut. (b) menganalisis masalah, guru menganalisis
penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar-belakang dan
sumber-sumber dari penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan
alternatif-alternatif penanggulannya. (c) Menilai alternatif-
alternatif pemecahan, guru menilai dan memilih alternatif
pemecahan masalah yang dianggap tepat dalam menanggulangi
masalah. (d) Mendapatkan balikan, guru melaksanakan
monitoring, dengan maksud menilai keampuhan pelaksanaan dari
alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran yang
sesuai yang direncanakan. Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksankan
dengan mengadakan pertemuan dengan para peserta didik. Maksud
pertemuan perlu dijelaskan oleh guru sehingga peserta didik
mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan diusahakan dengan
penuh ketulusan, semata-mata untuk perbaikan, baik untuk peserta
didik maupun sekolah.

Menurut Ahmad Rohani (2010:162) mengemukakan langkah-


langkah yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan sebagai
berikut:
a)Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk
menerima dan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dan
pelanggaran yang dibuatnya, b) Membuat rencana yang diperkirakan
paling tepat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
mengadakan kontrak dengan peserta didik, c) Menetapkan waktu
pertemuan dengan peserta didik tersebut yang disetujui bersama oleh
guru dan peserta didik yang bersangkutan, d) bila saatnya pertemuan
dengan peserta didik jelaskanlah maksud diperoleh baik oleh peserta
didik maupun oleh sekolah, e) Tunjukkanlah kepada peserta didik
bahwa guru pun bukan orang yang sempurna dan tidak bebas dari

6
kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal. Akan tetapi yang
penting antara dan peserta didik harus ada kesadaran untuk bersama-
sama belajar saling memperbaiki diri, saling mengingatkan bagi
kepentingan bersama, f) guru berusaha untuk membawa peserta
didik kepada masalahnya yaitu pelanggaran terhadap peraturan yang
berlaku di sekolah, g) bila pertemuan yang diadakan dan ternyata
peserta didik responsif maka guru bisa mengajak peserta didik untuk
melaksankan diskusi pada saat lain tentang masalah yang
dihadapinya, h) pertemuan guru dan peserta didik harus sampai
kepada pemecahan masalah dan sampai kepada “kontak individual”
yang diterima peserta didik dalam rangka memperbaiki tingkah laku
peserta didik tentang pelanggaran yang dibuatnya, i) melakukan
kegiatan tindak lanjut.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa prosedur dimensi penyembuhan


berupa mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, menilai
alternatif-alternatif pemecahan, dan mendapatkan balikan.

7
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan Strategi penanganan masalah sebagai bagian
dari kegiatan manajemen kelas yang dapat dilakukan yaitu sebelum
masalah muncul dengan menggunakan pendekatan preventif berupa
pencegahan terhadap kemungkinan munculnya masalah dimana, siapa dan
kapan. Bila permasalahan telah muncul maka strategi yang dapat
diterapkan dengan menggunakan pendekatan kuratif berupa pengobatan
dan perbaikan terhadap masalah-masalah yang muncul sehingga tidak
terjadi pengulangan dan tidak memberikan dampak buruk terhadap hal
lainnya.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami dapat mengetahui dan
memahami tentang “Prosedur dimensi pencegahan dan penyembuhan”.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah ilmu bagi
pembaca, meskipun kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangannya. Untuk itu kami mohon maaf dan mengharapkan
saran dari pembaca.

8
DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Rohani. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahastya


Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2012. Manajemen pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Abdil, Majid. 2013. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai