Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KELOMPOK PENELITIAN KUALITATIF

KESEHATAN

OLEH :

Kelompok 9

Athia Sry Meylanda (186110736)

Harick Fatur Rahman (186110747)

Nadia Putri Ihsani (186110754)

Voni Novita (186110768)

Dosen Pembimbing :

John Amos, SKM, M.Kes

PRODI SARJANA TERAPAN TERAPAN PROMOSI


KESEHATAN JURUSAN PROMOSI KESEHATAN POLTEKKES
KEMENKES PADANG TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kita ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami
Kelompok 9 mata kuliah Penelitian Kualitatif Kesehatan ini dapat menyelesaikan
makalah dengan tepat waktu.
Adapun makalah Penelitian Kualitatif Kesehatan ini merupakan salah satu
tugas bidang studi yang diampu oleh Bapak John Amos, SKM, M.Kes. Namun tidak
lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Padang, 10 Agustus 2021

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Ciri-Ciri Penelitian Kualitatif..........................................................................2

B. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif.............................4

BAB III PENUTUP................................................................................................10

A. Kesimpulan......................................................................................................10

B. Saran................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

LAMPIRAN............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode penelitian adalah rangkaian kerja dari suatu kegiatan penelitian

yang didasari  pada pandangan filosofis, asumsi dasar, ideologis, pertanyaan

serta isu yang sedang  berkembang dan dihadapi. Ada dua macam metode

penelitian yakni; metode kuantitatif dan kualitatif. Makalah ini akan

membahas tentang metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah

penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

analisis. Penelitian jenis ini lebih subyektif dari pada penelitian kuantitatif.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

Penelitian Kualitatif Kesehatan. Semoga makalah ini dapat dengan mudah di

mengerti dan bermanfaat bagi kita semua.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Ciri-Ciri Penelitian Kualitatif ?

2. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang Ciri-Ciri Penelitian Kualitatif

2. Untuk mengetahui Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian

Kuantitatif

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif juga menekankan penelitian pada fenomena sosial.

Adapun lima ciri penelitian kualitatif adalah :

1. Menggunakan Lingkungan Alamiah Sebagai Sumber Data

Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber

data, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan

kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami

dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di

tempat kejadian, peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber

yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang

diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula, apa yang diamati pada

dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan dimana tingkah laku berlangsung.

2. Memiliki Sifat Deskriptif Analitik

Peneliti kualitatif sifatnya deskriptif analitik, data yang diperoleh seperti

hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen,

catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam

bentuk dan angka-angka.

3. Tekanan Pada Proses Bukan Hasil

Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses b ukan pada hasil, data

dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa dan

bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan.. Apa yang

dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan

pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapat dilakukan dengan


ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan diatas menuntut gambaran nyata tentang

kegiatan, prosedur, alasan-alasan dan interaksi yang terjadi dalam konteks

lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu berlangsung.

4. Bersifat Induktif

Penelitian kualitatif sifatnya induktif, penelitian kualitatif tidak dimulai

dari deduksi teori, tetapi dimuali dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti

terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang terjadi

secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta

menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut.

Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab

proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama

dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan

penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan

dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya

induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.

5. Mengutamakan Makna

Penelitian kualitatif mengutamakan makna, makna yang diungkap

berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa, misalnya penelitian

tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan

perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya.

B. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif

Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Penelitian kualitatif

berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif mengambil jarak

antara peneliti dengan obyek yang diteliti, menggunakan instrument-instrumen

formal, standar, dan bersifat mengukur. Sedangkan penelitian kualitatif

menyatu dengan situasi dan fenomena yang diteliti, menggunakan peneliti


sebagai instrumen. Berdasarkan Williams (1988) ada lima pandangan dasar

perbedaan antara pendekatan kuantitatif (istilah Williams dengan kuantitatif

positivistik) dan kualitatif. Kelima pendangan dasar perbedaan tersebut adalah:

1) Bersifat realitas, pendekatan kuantitatif melihat realitas sebagai tunggal,

konkrit, teramati, dan dapat difragmentasi. Sebaliknya pendekatan kualitatif

melihat realitas ganda (majemuk), hasil konstruksi dalam pandangan holistik.

Sehingga peneliti kuantitatif lebih spesifik, percaya langsung pada obyek

generalis, meragukan dan mencari fenomena pada obyek yang realitas.

2) Interaksi antara peneliti dengan obyek penelitiannya, pendekatan kuantitatif

melihat sebagai independen, dualistik bahkan mekanistik. Sebaliknya

pendekatan kualitatif melihat sebagai proses interaktif, tidak terpisahkan

bahkan partisipasif.

3) Posibilitas generalis, pendekatan kuantitatif bebas dari ikatan konteks dan

waktu (nomothetic statements), sedangkan pendekatan kualitatif terikat dari

ikatan konteks dan waktu (idiographic statements).

4) Posibilitas kausal, pendekatan kuantitatif selalu memisahkan antara sebab

riil temporal simultan yang mendahuluinya sebelum akhirnya melahirkan

akibatakibatnya. Sedangkan pendekatan kualitatif selalu mustahilkan usaha

memisahkan sebab dengan akibat, apalagi secara simultan.

5) Peranan nilai, pendekatan kuantitatif melihat segala sesuatu bebas nilai,

obyektif dan harus seperti apa adanya. Sebaliknya pendekatan kualitatif

melihat segala sesuatu tidak pernah bebas nilai, termasuk si peneliti yang

subyektif (Lukas S. Musianti,2002;123-136) Perbedaan penelitian kuantitatif

dan penelitian kualitatif ada tiga, yaitu:

1. Perbedaan Aksioma

Aksioma Dasar Kuantitatif Kualitatif


Bersifat realitas Measure objective facts Construct social reality,
(mengukur fakta yang cultural meaning
obyektif, Tunggal, konkrit, (mengonstruksi realitas
teramati sosial, makna budaya),
Ganda, holistik, hasil
konstruksi dan pemahaman
Hubungan peneliti dengan Independen of context Situationally constrained
yang diteliti (tidak tergantung pada (terikat pada situasi / terikat
konteks), supaya pada konteks), Interaktif
terbangun obyektifitas tidak dapat dipisahkan
dengan sumber data supaya
memperoleh makna
Hubungan variabel Focus on variables Focus on interactive
(terfokus pada variabel- processes, events (berfokus
variabel), Sebab-akibat pada proses interpretasi dan
(kausal) peristiwa-peristiwa),
Timbal balik/interaktif
Kemungkinan generalisasi Cenderung membuat Transferability (hanya
generalisasi mungkin dalam ikatan
konteks dan waktu)

2. Perbedaan Proses Penelitian

Kuantitatif Kualitatif
Pada prinsipnya penelitian kuantitatif
adalah untuk menajawab masalah
Studi pendahuluan melalui fakta empiris
untuk memperoleh masalah
Studi literature dengan membaca berbagai
referensi
Membuat perumusan masalah yang
spesifik (berhipotesis)
Pengujian hipotesis dengan menggunakan
metode / strategi / pendekatan / desain
penelitian yang sesuai.
Pertimbangan ideal pemilihan metode
adalah tingkat ketelitian data yang
diharapkan dan konsisten yang
dikehendaki. Pertimbangan praktis adalah
tersedianya dana, waktu, kemudahan yang
lain
Metode yang digunakan: metode survey,
ex post facto, eksperimen, evaluasi, ection
research, policy research (selain metode
naturalistic dan sejarah)
Penyusunan insrumen peneltian.
instrument ini digunakan sebagai alat
pengumpul data yang dapat berbentuk test,
angket/kuesioner, untuk pedoman
wawancara atau observasi. instrument
diuji terlebih dahulu validitas dan
reliabilitasnya
Pengumpulan data secara obyektif
baik berupa populasi maupun sampel.

3. Perbedaan Karakteristik Penelitian

No Kuantitatif Kualitatif
1 A. Desain
1 Spesifik, jelas, rinci 1 Umum
2 Ditentukan secara 2 Fleksibel
mantap sejak awal 3 Berkembang dan muncul dalam
3 Menjadi pegangan proses penelitian
langkah demi langkah
2 B. Tujuan
1. Menunjukkan hubungan 1. Menemukan pola hubungan yang
antar variable bersifat interaktif
2. Menguji teori 2. Menemukan teori.
3. Mencari generalisasi yang 3. Menggambarkan realitas yang
mempunyai nilai prediktif kompleks
4. Memperoleh pemahaman makna
3 C. Teknik Pengumpulan
Data 1. Participant observation
1. Kuesioner 2. In depth interview
2. Observasi dan 3. Dokumentasi
wawancara terstruktur 4. Tringulasi
4 D. Instrumen Penelitian
1. Tes, angket, 1. Peneliti sebagai instrument
wawancara terstruktur (human instrument)
2. Instrument yang telah 2. Buku catatan, tape recorder,
terstandar camera, handycam dan lain-lain
5 E. Data
1. Kuantitatif 1. Deskriptif kualitatif
2. Hasil Pengukuran 2. Dokumen pribadi, catatan
variable yang lapangan, ucapan dan tindakan
dioperasionalkan responden, dokumen dan lainlain
dengan menggunakan
instrumen
6 F. Sampel
1. Besar 1. Kecil
2. Representatif 2. Tidak representative
3. Sedapat mungkin 3. Purposive, snowball
random 4. Berkembang selama proses
4. Ditentukan sejak awal penelitian

7 G. Analisis
1. Setelah selesai 1. Terus menerus sejak awal sampai
pengumpulan data akhir penelitian
2. Deduktif 2. Induktif
3. Mengunakan statistic 3. Mencari pola, model, thema,
untuk menguji teori.
hipotesis
8 H. Hubungan dengan
Responden
1. Dibuat berjarak, 1. Empati, akrab supaya
bahkan sering tanpa memperoleh pemahaman yang
kontak supaya mendalam
obyektif 2. Kedudukan sama bahkan sebagai
2. Kedudukan peneliti guru, konsultan
lebih tinggi dari 3. Jangka lama, sampai datanya
responden jenuh, dapat ditemukan hipotesis
3. Jangka pendek sampai atau teori
hipotesis dapat
dibuktikan
9 I. Usulan Desain
1. Luas dan rinci 1. singkat, umum bersifat sementara.
2. Literatur yang 2. Literatur yang digunakan bersifat
berhubungan dengan sementara, tidak menjadi
masalah, dan variable peganganutama
yang diteliti 3. Prosedur bersifat umum, seperti
3. Prosedur yang akan merencanakan tour/piknik
spesifik dan rinci 4. Masalah bersifat sementara dan
langkah-langkahnya akan ditemukan setelah studi
4. Masalah dirumuskan pendahuluan
dengan spesifik dan 5. Tidak drumuskan hipotesis,
jelas karena justru akan menemukan
5. Hipotetsis dirumuskan hipotesis
dengan jelas 6. Fokus penelitian ditetapkan
6. Ditulis secara rinci setelah diperoleh data awal dari
dan jelas sebelum ke lapangan.
lapangan
10 J. Kapan Penelitian
Dianggap Selesai?
Setelah semua kegiatan yang Setelah tidak ada data yang dianggap
direncanakan dapat baru/jenuh
diselesaikan
11 K. Kepercayaan Terhadap
Hasil Penelitian
Pengujian validitas dan Pengujian kredibilitas, depenabilitas,
realiabilitas instrumen proses dan hasil penelitian

Perbedaan Pendekatan Penelitian kualitatif dan Kuantitatif (Menurut Fraenkel dan


Wallen,1993)

No Kuantitatif Kualitatif
1 Menekankan hipotesis jadi yang Menekankan hipotesis yang berkembang
dirumuskan sebelumnya dalam pelaksanaan penelitian
2 Menekankan definisi operasional Menekankan definisi dalam konteks atau
yang dirumuskan sebelumnya perkembangan penelitian
3 Data diubah menjadi skor numeric Menekankan deskripsi naratif
4 Menekankan pengukuran dan Menekankan pada asumsi bahwa
penyempurnaan keajegan skor keajegan inferensi cukup kuat
yang diperoleh dari instrument
5 Pemgukuran validitas melalui Pengukuran validitas melalui cek
rangkaian perhitungan statistic
6 Menekankan teknik acak untuk Menekankan informasi ekspert untuk
mendapatkan sampel representatif. mendapatkan sampel purposive
7 Menekankan prosedur penelitian Menekankan prosedur penelitian
yang baku deskriptif naratif
8 Menekankan desain untuk Menekankan analisis logis untuk
pengontrolan variabel ekstranus pengotrolan variabel ekstranus
9 Menekankan desain pengontrolan Menekankan kejujuran peneliti dalam
khusus untuk menjaga bias dalam pengontrolan prosedur bias
prosedur penelitian
10 Menekankan rangkuman statistik Menekankan rangkuman naratif dalam
dalam hasil penelitian hasil penelitian
11 Menekankan penguraian Menekankan deskripsi holistik dari
fenomena kompleks menjadi fenomena-fenomena yang kompleks
bagian bagian yang lebih kecil
12 Menekankan manipulasi Menekankan sifat alamiah dari
fenomena-fenomena yang terjadi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian

Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dll., secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan

menggunakan metode kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.


B. Saran

Sebelum melakukan penelitian, kita harus terlebih dahulu mengetahui

kaidah-kaidah  penelitian baik itu penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Agar

ketika melakukan  penelitian, penelitian yang sedang dilakukan hasilnya

berkualitas baik dan dapat di  pertanggung jawabkan

DAFTAR PUSTAKA

HA Hardani, J Ustiawaty, RR Istiqomah, RA Fardani… - Yogyakarta: CV. Pustaka

Ilmu Group, 2020

Lichtman, Marilyn. (2013). Qualitative Research in Education : A User’s Guide.

(Third Edition). Los Angeles : Sage Publications, Inc.

Dr. Mamik 2015. Metodologi Kualitatif.. Sidoarjo. Zifatama Publisher

https://www.dosenpendidikan.co.id/penelitian-kualitatif/
LAMPIRAN
LAMPIRAN 2

PENELITIAN KUALITATIF

Journal
Volumeof
6, Nutrition College,
Nomor 1, Tahun 2017,Volume 6, Nomor
Halaman 1, Tahun 2017, Halaman
19-27 19
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc

STUDI KUALITATIF PENGARUH PEMBERIAN KONSELING GIZI


TERHADAP PERUBAHAN SIKAP DAN PEMILIHAN MAKAN PADA
REMAJA PUTRI OVERWEIGHT

Khory Afifah Iriantika, Ani Margawati*)

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro


Jln. Prof. H. Soedarto, SH., Semarang, Telp (024) 8453708, Email :
gizifk@undip.ac.id
ABSTRACT

Background : Overweight is a condition causes energy intake are greater then


energy expenditure. The factors caused overweight are eating behavior, genetic and
physical activity. Alternative approach to solve overweight problem is changing
attitudes and food choice through nutrition counseling program. This study aim to
determain the influence of nutrition counseling to change attitude and food choice
in overweight adolescent.
Method : This research is descriptive with qualitative methods. The qualitative data
were gathered by indepth, participant observation, and secondary data. Subject
were 11 adolescent girl. Used transtheoritical model for nutrition counseling.
Counseling was done 1 time per week for 4 weeks. Subjects were adolescent girl
with overweight.
Results : This research found that nutrition counseling can change attitude and
food choice behaviors. The behavior food choice in adolescent will be better than
before and all subjects are implementing the advice has given by counselor. There
is a different between the attitudes and behavior food choice of adolescent before
and after nutrition counseling.
Conclusion : Nutrition counseling has a significant effects to changing attitude and
behavior food choice on adolescent overweight.
Keyword : nutrition counseling, overweight, transtheoritical model, attitude, food
choice, adolescent

ABSTRAK

Latar Belakang : Overweight merupakan suatu kondisi yang diakibatkan dari


kelebihan asupan energi dibandingkan dengan energi yang digunakan. Faktor
penyebab overweight antara lain perilaku makan, genetik, dan aktivitas fisik. Salah
satu cara menangani overweigth dengan melakukan perubahan terhadap sikap dan
pemilihan makan pada remaja melalui program konseling gizi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling gizi terhadap
perubahan sikap dan pemilihan makan pada remaja putri overweight.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview, observasi partisipasi, dan
data sekunder. Jumlah subyek sebanyak 11 orang. Model konseling yang digunakan
adalah transtheoritical model. Konseling dilakukan 1 kali tiap minggu selama 4
minggu. Subjek penelitian adalah remaja dengan status gizi overweight
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan sikap dan perilaku
pemilihan makan setelah dilakukan konseling gizi. Perubahan perilaku pemilihan
makan pada remaja menjadi lebih baik, ditunjukkan hampir seluruh responden
menerapkan anjuran yang diberikan oleh konselor. Terdapat perbedaan antara
sikap dan perilaku pemilihan makan remaja sebelum dan setelah dilakukan
konseling gizi.
Kesimpulan : Konseling gizi mempengaruhi perubahan sikap dan pemilihan makan
pada remaja overweight.
Kata Kunci : konseling gizi, overweight, transtheoritical model, sikap, pemilihan
makan, remaja

PENDAHULUAN remaja terjadi pertumbuhan yang cepat


Masa remaja merupakan suatu sehingga membutuhkan asupan gizi yang
fase peralihan dari masa kanak-kanak tepat jumlah, jenis makanan, dan
menuju ke masa dewasa. Pada masa frekuensinya.1-3 Banyak remaja
cenderung melakukan perilaku makan di Negara maju ataupun Negara
yang salah yaitu asupan zat gizi tidak berkembang yaitu Indonesia.4-6
sesuai dengan kebutuhan atau Angka kejadian obesitas pada
rekomendasi diet yang dianjurkan. remaja umur 12- 19 tahun mengalami
Perilaku makan remaja yang salah dapat peningkatan dari 11% menjadi 20%
menyebabkan munculnya beberapa pada 30 tahun terakhir ini.7 Data
masalah gizi, salah satunya adalah Riskesdas Nasional Tahun 2013
terjadinya masalah gizi kurang ataupun prevalensi gemuk pada remaja umur 13-
masalah gizi lebih (overweight dan 15 tahun sebanyak 10,8% yang terdiri
obesitas). Prevalensi overweight dan dari 8,3% overweight dan 2,5% obesitas.
obesitas dikalangan remaja meningkat Sedangkan remaja umur 16-18 tahun
secara drastis di seluruh dunia baik sebanyak 7,3% yang terdiri dari 5,7%
overweight dan 1,6% obesitas. Data
Riskesdas Jawa Tengah Tahun 2013
remaja umur 13- 15 tahun sebanyak
7,1% termasuk dalam kategori
overweight dan 2,4% termasuk dalam
kategori obesitas. Sedangkan remaja
umur 16-18 tahun sebanyak 5,4%
termasuk dalam kategori overweight dan
1,7% termasuk dalam kategori obesitas.
Data

*)
Penulis Penanggungjawab Copyright @ 2017, ISSN : 2337-6236
Journal of Nutrition College, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, 20
Halaman

Riskesdas Jawa Tengah Tahun 2013 diketahui masalah terkait gizi ke arah yang sehat. 13
bahwa prevalensi gemuk remaja umur 13-15 Konseling gizi dapat meningkatkan pengetahuan,
tahun di Kota Semarang sebanyak 11% sikap, dan praktik gizi.14 Konseling yang
overweight dan 4,9% obesitas. Sedangkan dilakukan diharapkan dapat merubah sikap dan
remaja umur 16-18 tahun sebanyak 7,6% pemilihan makan pada remaja overweight.
overweight dan 2,7% obesitas. Prevalensi angka Salah satu model konseling yang sering
kejadian remaja overweight dan obesitas di Kota digunakan dalam intervensi untuk merubah
Semarang jauh lebih tinggi daripada prevalensi perilaku adalah transtheoritical model (TTM).
di tingkat provinsi.8,9 TTM adalah model konseling gizi yang
Kelebihan berat badan terdiri dari menjelaskan perubahan perilaku individu secara
overweight dan obesitas yang merupakan akibat berurutan mulai dari perilaku yang tidak sehat
dari kelebihan asupan energi (energy intake) menjadi perilaku yang sehat. TTM
dibandingkan dengan energi yang digunakan ini terdapat beberapa tahapan yaitu
(energy expenditure).10 Overweight pada remaja precontemplation, contemplation, preparation,
dapat berpontensi menjadi obesitas bila keadaan action, maintenance, dan relaps.12,13,15
tersebut tidak segera ditangani dengan baik. Penelitian yang dilakukan di Chicago pada
Remaja obesitas berisiko lebih tinggi untuk tahun 2006 menunjukkan bahwa konseling
mengalami masalah kesehatan yang serius, dengan menggunakan TTM dapat digunakan
seperti penyakit jantung, stroke, diabetes untuk merencanakan intervensi diet dalam
melitus tipe 2, asma, dan beberapa jenis kanker. jangka pendek bagi individu dengan overweight
Overweight dan obesitas yang dialami remaja dan obesitas dengan tujuan untuk menurunkan
dapat mempengaruhi kondisi psikologis dan berat badan.16Penelitian lainnya yang dilakukan
sosial, seperti risiko peningkatan depresi karena di Bandung tahun 2007 tentang pengaruh
lebih sering ditolak, digoda, dan dikucilkan oleh konseling gizi dengan transtheoritical model
teman-teman mereka karena berat badan terbukti efektif dalam merubah perilaku makan
mereka. Obesitas terjadi karena berbagai faktor atau diet dan aktivitas fisik pada penderita
penyebab antara lain genetik, sikap, pola makan, obesitas.17 Selain itu, penelitian yang dilakukan
aktivitas fisik dan faktor-faktor sosial di London pada tahun 2014 menunjukkan
budaya.11,12 bahwa penggunaan konseling dengan TTM
Overweight pada masa remaja dapat dapat menurunkan berat badan, merubah
menetap hingga dewasa dan berisiko terjadinya kebiasaan pola makan, dan meningkatkan
penyakit, sehingga diperlukan upaya aktivitas fisik. Berdasarkan beberapa penelitian
penanganan remaja overweight sedini mungkin. yang telah dilakukan, pemelihan model
Berdasarkan pertimbangan tersebut, remaja konseling dengan TTM dirasa tepat untuk
overweight dipilih sebagai sampel penelitian merubah sikap dan pemilihan makan pada
dengan tujuan untuk mencegah berkembangnya remaja putri dengan status gizi overweight.12
overweight menjadi obesitas. Penanggulangan Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik
kelebihan berat badan dilakukan secara untuk meneliti pengaruh pemberian konseling
komperhensif, meliputi perubahan sikap, gizi terhadap perubahan sikap dan pemilihan
perilaku makan, dan pemilihan makanan dengan makanan pada remaja putri overweight.
pendekatan yang bersifat pendidikan.12
Konseling gizi adalah suatu bentuk METODE
pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1
untuk menolong individu dan keluarga Semarang. Pemilihan lokasi dikarenakan letak
memperoleh pengertian yang lebih baik tentang SMA Negeri 1 Semarang sangat strategis yaitu
dirinya serta permasalahan yang dihadapi. berada di pusat kota dan dekat dengan pusat
Setelah dilakukan proses konseling gizi, perbelanjaan atau mall dan sebagian besar
diharapkan individu dan keluarga mampu remaja berasal dari keluarga dengan status sosial
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk ekonomi yang tinggi. Jumlah siswa perempuan
mengatasi masalah gizi yang dialami termasuk di SMA Negeri 1 Semarang yang mengalami
perubahan pola makan serta memecahkan overweight ada sebanyak 39 orang, yang terdiri

Copyright @ 2017, ISSN : 2337-


6236
Journal of Nutrition College, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, 21
Halaman data dilakukan
dari kelas x dan xi. Pengambilan
pada bulan Agustus hingga September 2016.
Ruang lingkup penelitian termasuk dalam
bidang gizi masyarakat. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.18 Metode kualitatif dapat
memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan
pengaruh konseling gizi dengan
transtheoritical model terhadap perubahan
sikap dan perilaku remaja overweight.
Populasi target penelitian adalah seluruh
remaja overweight di Kota Semarang. Populasi
terjangkau dalam penelitian ini yaitu siswa
perempuan usia 15-17 tahun dengan status gizi
overweight yang merupakan siswa di SMA
Negeri 1 Semarang. Sampel dalam penelitian
ini adalah siswa perempuan usia 15-17 tahun
dengan status gizi overweight dan merupakan
siswa dari SMA Negeri 1 Semarang yang
memenuhi kriteria inklusi.
Subjek penelitian dipilih dengan
metode purposive sampling yang dipilih
tidak secara acak

Copyright @ 2017, ISSN : 2337-


6236
melainkan didasarkan pada suatu pertimbangan konseling gizi dan untuk mengetahui asupan dan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, yaitu pemilihan makan subjek 1 bulan terakhir. Subjek
sesuai dengan kriteria inklusi yang telah yang terpilih diberi perlakuan konseling gizi
ditetapkan peneliti.19,20 Jumlah subjek semula sebanyak 4 kali pertemuan selama 1 bulan
sebanyak 12 orang, tetapi 1 orang subjek dengan waktu ± 45 menit untuk setiap kali sesi.
mengundurkan diri ditengah penelitian, sehingga Setelah selesai dilakukan konseling gizi
total subjek yang diteliti sebanyak 11 orang. sebanyak 4 kali, subjek diberikan post-test. Hal
Sampel yang didapat telah memenuhi kriteria ini dilakukan untuk melihat perubahan sikap dan
inklusi, meliputi siswa SMA Negeri 1 Semarang pemilihan makan setelah dilakukan konseling
yang berada pada kelas X dan XI, berjenis gizi pada remaja putri overweight. Post-test yang
kelamin perempuan, kelompok remaja putri diberikan sama seperti saat memberikan pre-test.
overweight, serta bersedia menjadi subjek Pada pertemuan pertama konseling
penelitian melalui persetujuan dengan dilakukan wawancara mendalam dengan subjek
menandatangani informed consent. Kriteria mengenai latar belakang keluarga, permasalah
eksklusi adalah subjek absen atau sakit selama mengenai sikap dan bagaimana perilaku
penelitian berlangsung dan subjek mengundurkan keseharian subjek dalam pemilihan makan,
diri sebelum penelitian selesai. Penelitian ini sejak kapan permasalahan itu muncul, apakah
mengambil subjek yang berjenis kelamin subjek menyadari terdapat permasalahan, dan
perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan lebih usaha apa saja yang sudah dilakukan untuk
cenderung memperhatikan citra tubuh dan lebih mengatasi permasalah tersebut. Pertemuan
tertarik dengan penurunan berat badan kedua, membahas tentang alasan subjek
dibandingkan dengan remaja laki-laki. melakukan perubahan, usaha apa saja yang telah
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang
konseling gizi. Variabel terikat dalam penelitian ada, dan bagaimana dukungan dari keluarga dan
ini adalah perubahan sikap dan pemilihan teman tentang perubahan yang dilakukan
makan. Data yang dikumpulkan dalam subjek. Pertemuan ketiga membahas tentang
penelitian yaitu identitas pribadi subjek, hasil adakah peningkatan dari usaha yang dilakukan,
pengukuran antropometri, data asupaan makan, apakah keluarga dan teman tetap mendukung,
dan data pemilihan makan. Data mengenai sikap dan apakah subjek sudah mulai merasa puas
remaja putri diperoleh melalui pengisian terhadap perubahan yang dilakukan. Pertemuan
kuesioner (pre dan post), sedangkan data keempat, konselor memberikan motivasi kepada
pemilihan makan didapatkan dari hasil subjek supaya tetap mempertahankan perubahan
wawancara secara mendalam dan menggunakan yang sudah dilakukan atau bahkan
form Food Frequency Questioner (FFQ). meningkatkan perubahan yang ada.
Pelaksanaan konseling gizi dilakukan di Sikap adalah kesiapan atau kesediaan
SMA Negeri 1 Semarang dengan bantuan 5 remaja untuk bertingkah laku atau merespon
orang asisten peneliti yang terlatih. Wawancara sesuatu tentang sikap terhadap gizi. Sikap
mendalam dilakukan kepada seluruh subjek remaja dinilai menggunakan kuesioner yang
untuk melihat bagaimana sikap dan kebiasaan ditandai dengan menuliskan jawaban sangat
pemilihan makan. Penilaian sikap subjek setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak
didapatkan melalui kuesioner yang kemudian setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
dikategorikan berdasarkan penilain sikap. Remaja yang menjawab dengan benar pada
Penilaian pemilihan makan subjek didapatkan pernyataan positif diberikan skor yaitu sangat
dari wawancara mendalam dan pengisian FFQ setuju (SS) = 5; setuju (S) = 4; kurang setuju
mengenai kebiasan makan subjek 1 bulan (KS) = 3; tidak setuju (TS) = 2; sangat tidak
terakhir atau sebelum dilakukan proses setuju (STS) =1. Sedangkan peryataan negatif
konseling gizi. diberikan skor yaitu sangat setuju (SS) = 1;
Proses konseling yang diberikan adalah setuju (S) = 2; kurang setuju (KS) = 3; tidak
dengan cara melakukan pre-test pada subjek, setuju (TS) = 4; sangat tidak setuju (STS) = 5.
yaitu dengan cara memberikan kuesioner sikap Subjek dikatakan bersikap baik terhadap gizi
dan FFQ. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bila jawaban benar > 80%, bersikap cukup bila
bagaimana sikap subjek sebelum dilakukan
jawaban benar 60-80%, dan bersikap kurang
bila jawaban benar< 60%. 21,22
Pemilihan makan adalah perilaku yang
ditunjukan responden dalam memilih makanan
yang dikonsumsinya, seperti konsumsi
makanan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi
kolesterol, dan rendah serat. Alat ukur yang
digunakan adalah dengan menggunakan cara
wawancara secara mendalam terhadap
responden dan pengisian Food Frequency
Questioner (FFQ).23
Analisis data dilakukan bersama dengan
proses pengumpulan data. Proses analisis data
dimulai dengan mengumpulkan seluruh data
wawancara, observasi secara langsung, hasil
pengisian kuesioner dan FFQ, dan catatan
lapangan. Selanjutnya dilakukan penilaian
kuesioner dan FFQ menggunakan software
untuk mengetahui asupan
subjek dan mengintegrasikan hasil analisis dalam Sikap Terhadap Gizi
bentuk deskriptif.18,24,25 Hasil dari pertemuan pertama konseling
adalah untuk mendapatkan data pre-test sebelum
HASIL dilakukan konseling gizi mengenai sikap
Gambaran Umum Subjek terhadap gizi, penyebab permasalahan yang ada
Berdasarkan hasil penapisan yang pada subjek, latar belakang keluarga subjek,
dilakukan pada bulan Agustus di SMA Negeri 1 usaha apa saja yang telah dilakukan subjek untuk
Semarang terdapat 39 remaja perempuan mengatasi permasalahan yang ada. Hasil pre-test
dengan status gizi overweight. Diantaranya 11 yang telah dilakukan sebelum konseling gizi
orang yang tergolong overweight memenuhi untuk mengetahui sikap subjek terhadap gizi,
kriteria inklusi sebagai subjek penelitian. Subjek didapatkan hasil bahwa 6 orang (54,5%)
yang diteliti berusia 15-16 tahun, dengan berat memiliki sikap yang baik terhadap gizi dan 5
badan 57,5 kg - 75,5 kg. Tinggi subjek yang orang (45,5%) memiliki sikap yang cukup
diteliti 144,1 cm - 166,85 cm. Status gizi subjek terhadap gizi.
berdasarkan baku antropometri WHO 2007 Setelah dilakukan proses konseling gizi
dihitung dengan nilai z-score IMT/U adalah sebanyak 4 kali, kemudian dilakukan post-test.
1,03 SD - 1,83 SD dan termasuk dalam kategori Berdasarkan hasil post-test terjadi perubahan
overweight. yaitu subjek yang memiliki sikap terhadap gizi
Pada pertemuan pertama konseling, cukup menjadi baik seluruhnya. Sehingga
diketahui terdapat 1 orang yang termasuk dalam seluruh subjek yaitu 11 orang (100%) pada
tahap precontemplation, 2 orang termasuk penelitian ini memiliki sikap yang baik terhadap
dalam tahap contemplation, 5 orang termasuk gizi. Perubahan sikap ini terjadi karena subjek
dalam tahap action, dan 3 orang termasuk dalam sudah merasa cukup mendapatkan informasi
tahap maintenance berdasarkan TTM. Subjek yang dibutuhkan tentang gizi. Pemilihan
yang termasuk dalam tahap precontemplation Makan
belum menyadari bahwa dirinya memiliki Berdasarkan hasil wawancara yang telah
masalah kesehatan yaitu overweight ataupun dilakukan, diketahui bahwa beberapa penyebab
tidak menyadari bahwa pemilihan makannya terjadinya overweight pada subjek dikarenakan
selama ini kurang tepat. Subjek yang termasuk adanya faktor genetik dari orang tua dan
dalam tahap contemplation sudah menyadari pemilihan makan subjek yang salah, seperti
bahwa dirinya mengalami masalah kesehatan konsumsi makanan yang tinggi kalori, tinggi
yaitu overweight dan perilaku pemilihan makan lemak, tinggi kolesterol, dan rendah serat.
yang salah serta memiliki keinginan untuk Pemilihan makan subjek yang salah disebabkan
melakukan perubahan. karena orang tua subjek melakukan perilaku
Subjek yang termasuk pada tahap action tersebut. Di rumah subjek selalu diberikan lauk
sudah melakukan perubahan untuk mengatasi yang diolah dengan cara digoreng, jarang
permasalah kesehatan yang dialaminya. diberikan sayur dan buah, jenis menu makan
Beberapa contoh usaha yang dilakukan subjek yang kurang beragam setiap harinya misalnya
adalah dengan melakukan diet yang diawasi, selama 1 minggu bisa diberikan ayam goreng
diet yang tidak diawasi, puasa, dan melakukan secara terus menerus. Permasalahan ini dapat
perubahan perilaku seperti pola makan dan dikarenakan orang tua subjek terlalu sibuk dan
olahraga. Perubahan pola makan yang dilakukan orang tua subjek selalu menuruti semua
adalah dengan cara banyak mengkonsumsi kemauan dari anaknya serta tidak begitu
sayur, buah, dan air putih, mengurangi memperdulikan asupan makanan apa saja yang
konsumsi makanan dan minuman manis, serta baik untuk anaknya. Orang tua subjek hanya
mengurangi konsumsi makanan yang digoreng berfikir anaknya mau makan sehingga tidak
atau makanan yang tinggi lemak dan tinggi mudah sakit.
kolesterol. Subjek yang termasuk pada tahap Selain itu, faktor genetik juga
maintenance gagal untuk mempertahankan pola mempengaruhi terjadinya overweight pada
hidupnya yang sehat dikarenakan kurangnya remaja. Hal ini dibuktikan dengan hasil
dukungan dan motivasi baik dari keluarga dan wawancara terhadap subjek bahwa rata- rata
lingkungan sekitarnya. orang tua mereka juga mengalami masalah yang
sama, yaitu kelebihan berat badan. Terdapat 6
orang tua dari subjek memiliki bentuk tubuh
sedang dan 5 orang tua subjek memiliki bentuk
tubuh gemuk.
a. Sebelum Konseling Gizi
Berdasarkan hasil wawancara sebelum
dilakukan konseling gizi diketahui terdapat 2
orang subjek yang menyukai makanan yang
digoreng. Biasanya subjek dapat menghabiskan
4 buah gorengan dalam sekali makan.
N1:”...saya sangat menyukai jajanan dan lauk yang digoreng daripada yang
dikukus ataupun direbus, setiap hari saya selalu makan gorengan. Gorengan
favorit saya itu mendoan dan pisang karamel. Dirumah ibu juga selalu nyedian
ayam goreng, ikan goreng, tahu goreng, tempe goreng, dan lain-lain. Tapi tiap
hari menunya selalu berbeda sih”

Hasil wawancara sebelum dilakukan buah dengan gula pasir, dan puding. Kedua
konseling gizi terdapat 2 orang subjek yang subjek selalu mengkonsumsi makanan dan
selalu mengkonsumsi makanan dan minuman minuman manis ini. Salah satu subjek selalu
manis. Jenis makanan dan minuman manis yang mengkonsumsi es krim setiap harinya.
sering dikonsumsi yaitu coklat, cake, permen, es
krim, jus

N6:”...setiap hari saya selalu makan es krim mulai dari saya pulang sekolah
hingga saya mau tidur. Mama selalu menyediakan es krim dirumah, eskrim
favorit saya itu yang rasa kacang hijau dan coklat. Setiap weekend kami
sekeluarga selalu pergi ke cafe es krim. Kami sekeluarga sangat menyukai es
krim.”

Hasil wawancara sebelum dilakukan ayam geprek, coklat, es krim, sirup, teh manis,
konseling gizi terdapat 5 orang subjek yang cappucino cincau, dan mocca float.
menyukai makanan yang digoreng dan Hasil wawancara sebelum dilakukan
minuman manis. Setiap harinya mereka selalu konseling gizi terdapat 2 orang subjek yang
mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut. menyukai makanan yang digoreng dan minuman
Beberapa jenis makanan dan minumannya manis, tetapi tidak menyukai sayur dan buah.
antara lain, martabak manis, martabak telor, Mereka berasalasan bahwa sayur rasanya tidak
donat, mendoan, pisang goreng, kentang enak dan pahit.
goreng, bakwan,

N7:”...saya sangat menyukai gorengan dan minuman manis, gorengan favorit


saya itu bakwan, pisang goreng, mendoan, ayam geprek. Selain itu saya
sangat menyukai coklat, cake, es teh manis, susu kental manis dingin. Saya
tidak menyukai sayuran dari kecil, rasanya pahit sih. Setiap ibu menyediakan
sayur di piring saya, pasti saya pinggirkan sayurnya.”

N8:”...setiap jam istirahat di sekolah saya selalu makan mendoan, bakwan,


pisang goreng, pisang karamel, terus saya juga suka makan roti goreng di
kantin. Terus pulang sekolah saya suka beli kentang goreng yang jualan
dideket rumah saya. Saya dapat menghabiskan 5 buah gorengan sekali makan,
setiap saya beli kentang goreng saya selalu membeli sebanyak 2 porsi. Ayah
suka sekali membuat teh manis setiap harinya, jadi saya minum teh manis
sebanyak 2 gelas besar setiap harinya.”

b. Setelah Konseling Gizi mengurangi konsumsi gorengannya, yang


Setelah dilakukan konseling gizi, perilaku awalnya
pemilihan makan subjek perlahan mulai sedikit
berubah. Hal ini terlihat dari subjek mulai
setiap kali makan dapat menghabiskan 4 buah camilan dengan mengkonsumsi buah-buahan,
sekarang menjadi 2 buah. Subjek mengganti seperti apel, jeruk, pepaya, melon, dan mangga.

N5:”...saya udah kurangin makan gorengan loh, sekarang saya setiap kali
makan gorengan cuman 2 buah aja, terus setiap weekend saya lari di tri lomba
juang, terus saya juga enggak makan kurupuk terus setiap hari, saya coba
makan buah.”
Setelah dilakukan konseling gizi, subjek contohya, saat minum jus buah subjek tidak
yang awalnya selalu mengkonsumsi makan dan menambahkan gula pasir, kemudian subjek
minuman manis mulai mengurangi mulai mengurangi konsumsi es krimnya.
konsumsinya. Salah satu

N6:”...saya tetap masih makan es krim sih, soalnya itu sudah menjadi
kebiasaan saya, tapi saya cuman makan 1 es krim setiap harinya. Kalo setiap
weekend kami sekeluarga masih tetap pergi ke cafe es krim.”

Setelah dilakukan konseling gizi, perilaku minum teh manis setiap harinya, subjek mulai
pemilihan makan subjek perlahan mulai sedikit mengurangi minum teh manis.
berubah. Salah satu contohnya adalah subjek Setelah dilakukan konseling gizi, perilaku
mulai mengurangi konsumsi gorengan dari yang pemilihan makan subjek perlaha mulai sedikit
awalnya setiap kalo makan dapat menghabiskan berubah. Salah satu contohnya adalah subjek
5 buah menjadi 2 buah. Kemudian, biasanya mulai mengurangi konsumsi gorengan dan
subjek selalu minuman manis. Tapi salah satu subjek tetap
tidak menyukai sayur.

N7:”...saya sudah mengurangi makan gorengan dan minuman manis, tapi saya
tetap tidak suka makan sayur, kalo makan buah saya masih mau.”

N8:”...sekarang saya sudah jarang makan gorengan. Saya perbanyak makan


sayuran dan buah. Saya minum teh manis juga sehari sekali, saya sudah 1
minggu ini tidak beli kentang goreng kesukaan saya.”

Pemilihan makan merupakan bentuk hingga dewasa dan dapat meningkatkan resiko
perilaku dari subjek terhadap jenis makanan apa morbiditas penyakit tidak menular atau
saja yang dikonsumsinya. Asupan makan subjek degeneratif yang disebabkan oleh berbagai
mengalami perubahan, hal ini dapat diketahui perilaku modern. Perilaku yang dimaksud adalah
berdasarkan hasil wawancara yang telah kebiasaan pola makan tinggi kalori, tinggi lemak,
dilakukan dan pengisian FFQ sebelum dan tinggi kolesterol, dan rendah serat.27
sesudah konseling gizi dilakukan. Berdasarkan Usia subjek penelitian relatif homogen
hasil perhitungan FFQ diketahui bahwa terjadi yaitu berkisar antara 15-16 tahun yang termasuk
penuruan asupan energi, karbohidrat, protein, dalam kategori remaja tengah.28 Seluruh subjek
dan lemak setelah dilakukan proses konseling penelitian adalah remaja perempuan. Pemilihan
gizi. subjek berjenis kelamin perempuan dikarenakan
remaja perempuan cenderung lebih
PEMBAHASAN memperhatikan citra tubuh serta lebih tertarik
Overweight dapat terjadi karena asupan dengan penurunan berat badan dibandingkan
energi (energy intake) yang lebih besar remaja laki-laki.29
dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan Salah satu upaya yang dapat dilakukan
atau digunakan (energy expenditure).10,26 untuk mencegah berkembangnya overweight
Prevalensi overweight pada remaja mengalami menjadi obesitas pada remaja salah satunya
peningkatan diberbagai negara termasuk di dapat dilakukan dengan melakukan konseling
Indonesia. Tingginya angka prevalensi gizi. Konseling gizi merupakan serangkaian
overweight pada remaja disebabkan oleh kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
perubahan gaya hidup, lingkungan, dan genetik. untuk menanamkan dan meningkatkan
Overweight pada remaja cenderung berlanjut pengertian, sikap, serta perilaku sehingga
membantu klien mengenali dan mengatasi
masalah gizi melalui pengaturan makanan dan
minuman. Pada penelitian ini dilakukan
konseling gizi untuk membantu subjek
merubah sikap dan perilaku subjek dalam hal
pemilihan makan. Konseling gizi dilakukan
dengan bantuan 5 orang asisten peneliti yang
terlatih.
Pada penelitian ini subjek yang terpilih
dan memenuhi kriteria inklusi sebanyak 11
orang. Subjek yang telah terpilih diberikan
konseling sebanyak 4 kali dalam kurun waktu 1
bulan dengan durasi konseling ± 45 menit
setiap pertemuan. Konseling gizi yang
dilakukan sebanyak 4 kali ini diharapkan
mampu merubah sikap dan perilaku pemilihan
makan remaja ke arah yang lebih baik. Hal ini
didasarkan pada peneltian sebelumnya, yaitu
penelitian oleh Iis Rosita menunjukkan hasil
bahwa konseling gizi yang intensif dapat
merubah perilaku makan atau diet dan aktivitas
fisik pada remaja obesitas dengan
menggunakan transtheoritical model pada
proses konseling.
Sebelum dilakukan konseling, subjek diberikan kuantitas makanan yang dikonsumsinya.30 Dalam
pre-test berupa pengisian kuesioner sikap, FFQ, hal ini, pengetahuan dan sikap siswa terhadap
dan wawancara secara mendalam terlebih dahulu gizi dikatakan baik. Namun dalam penerapannya
untuk melihat bagaimana sikap subjek sebelum hampir seluruh subjek belum memperhatikan
dilakukan proses konseling gizi dan untuk pemilihan makan yang akan dikonsumsinya, baik
mengetahui bagaimana asupan serta pemilihan jenis dan frekuensi makan.
makan subjek 1 bulan terakhir. Dari hasil Salah satu penyebab terjadinya overweight
wawancara yang dilakukan diketahui bahwa adalah adanya perubahan gaya hidup salah
terdapat 1 orang yang termasuk dalam tahap satunya adalah pemilihan makan. Pemilihan
precontemplation, 2 orang termasuk dalam tahap makan adalah proses seseorang dalam memilih
contemplation, 5 orang termasuk dalam tahap maknan untuk dikonsumsi. Kemampuan dan
action, dan 3 orang termasuk dalam tahap kekuatan seseorang ikut berperan untuk
maintenance berdasarkan TTM. Tahapan tersebut mengendalikan makanan yang dikonsusmsinya.
menunjukkan bahwa 10 orang subjek yang diteliti Pengendalian dalam pemilihan makan disini
telah melakukan beberapa perubahan pada dirinya dapat diartikan kemampuan seseorang dalam
seperti melakukan diet, puasa, perubahan memilih makanan dari aspek apapun baik berupa
pemilihan makan, dan melakukan aktivitas fisik makanan yang sesuai selera maupun makan yang
secara rutin. Namun, perubahan yang terjadi sesuai dengan syarat kesehatan sehingga
belum dapat ditingkatkan atau dipertahankan oleh mengarah kepada pemilihan makanan yang
subjek dikarenakan kurangnya motivasi atau baik.31
dukungan baik dari keluarga, teman, dan Pemilihan makan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Subjek yang termasuk dalam tahap pengalaman pribadi, hubungan dengan orang-
precontemplation tidak menyadari bahwa dirinya orang terdekatnya seperti orang tua dan juga
masalah kesehatan yaitu overweight ataupun tidak teman sebayanya, serta budaya dalam keluarga
menyadari bahwa pemilihan makannya selama ini dan lingkungannya.32 Kebiasaan makan dari
kurang tepat. orang tua dan teman sebayanya juga turut
Dari hasil pre-test diketahui bahwa subjek mempengaruhi pemilihan makan remaja.
yang memiliki sikap dengan kategori baik Apabila orang tuanya dalam pemilihan makan
sebanyak 6 orang (54,5%) dan sikap subjek cukup selektif dan disiplin dengan
dengan kategori cukup sebanyak 5 orang mementingkan kesehatan, maka anak akan
(45,5%). Setelah dilakukan konseling gizi dan meniru perilaku positif orang tuanya. Perilaku
dilakukan post-test didaptkan hasil bahwa ini dapat mempengaruhi anak dalam memilih
adanya perubahan sikap pada subjek, yaitu sikap makanan yang dikonsumsinya dan tentunya
subjek dengan kategori cukup sebanyak 5 orang akan berdampak pada status gizinya. Namun,
(45,5%) menjadi baik seluruhnya yaitu 11 orang jika orang tuanya memilih mengkonsumsi
(100%). makan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi
Perubahan sikap terjadi karena remaja kolesterol, dan rendah serat. Maka anak akan
telah mendapatkan informasi sesuai dengan meniru perilaku pemilihan makan seperti orang
kebutuhannya mengenai sikap gizi yang tuanya.
seharusnya. Perubahan ini didapatkan setelah Berdasarkan hasil perhitungan FFQ
dilakukan proses konseling gizi. Perubahan sebelum dilakukan konseling gizi diketahui
sikap yang terjadi dikarenakan remaja ingin bahwa asupan energi rata-rata subjek sebesar
menurunkan berat badan karena ingin terlihat 3200 kkal, karbohidrat sebesar 446,7 gram,
lebih menarik di depan lawan jenisnya, ingin protein sebesar 109,71 gram, lemak 113,4 gram,
hidup lebih sehat, dan ingin menurunkan berat dan serat 17,3 gram. Asupan energi,
badannya agar kepercayaan dirinya meningkat. karbohidrat, protein dan lemak yang dikonsumsi
Tingkat pengetahuan siswa dalam subjek lebih tinggi daripada rekomendasi yang
memilih makanan yang dikonsumsinya telah ditetapkan berdasarkan Angka Kecukupan
berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya Gizi (AKG). Sedangkan untuk asupan serat
dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. yang dikonsumsi oleh subjek sangat rendah
Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka daripada rekomendasi yang telah ditetapkan
akan semakin memperhatikan kualitas dan berdasarkan AKG.
Hasil perhitungan FFQ setelah dilakukan
konseling gizi diketahui bahwa asupan energi
rata- rata subjek sebesar 2474 kkal, karbohidrat
sebesar 334 gram, protein sebesar 88,7 gram,
lemak 86,8 gram, dan serat 11,1 gram. Asupan
energi, karbohidrat, protein dan lemak yang
dikonsumsi subjek lebih tinggi daripada
rekomendasi yang telah ditetapkan berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi (AKG). Sedangkan
untuk asupan serat yang dikonsumsi oleh
subjek sangat rendah daripada rekomendasi
yang telah ditetapkan berdasarkan AKG.
Penurunan asupan energi, karbohidrat, protein,
lemak, dan serat subjek setelah dilakukan
proses konseling disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor yang berhubungan dengan
perilaku pemilihan makan yaitu ketersediaan
dan kualitas bahan makanan, biaya yang
dibutuhkan untuk mendapatkan bahan
makanan, waktu persiapan makanan, rasa dan
faktor lain yang
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku sebaiknya untuk hasil penelitian yang lebih baik
pemilihan makan.33 dilakukan kombinasi dengan studi kuantitatif.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa
pemilihan makan subjek sangat bergantung SIMPULAN
terhadap jenis makanan yang sering disajikan Berdasarkan kajian yang telah dilakukan
dirumah. Ibu subjek selalu menghidangkan bahwa banyak faktor yang menjadi penyebab
makanan yang disukai subjek dan tidak begitu terjadinya overweigth pada remaja, diantaranya
memperhatikan bagaimana kandungan gizi dan karena sikap remaja terhadap gizi dan pemilihan
dampaknya bila terus menerus mengkonsumsi makan remaja yang mengandung tinggi kalori,
makanan tersebut. Salah satu contohnya adalah tinggi lemak, menyukai makan atau minuman
beberapa subjek yang selalu mengkonsumsi yang manis, rendahnya asupan serat yang
makanan yang digoreng karena ibu selalu dikonsumsi, dan aktivitas fisik. Konseling gizi
menyediakan makanan yang digoreng. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk
menyebabkan subjek terbiasa mengkonsumsi mengintervensi remaja yang mengalami
makanan yang digoreng. Selain itu perilaku overweight melalui pengaturan makan atau diet
pemilihan makan ini berdampak terhadap pola sesuai dengan kondisi remaja tersebut. Konseling
makan remaja. Remaja cenderung akan dengan pendekatan transtheoritical model
mengkonsumsi makan ini secara terus menerus. terbukti efektif dalam mengubah sikap dan
Hasil penelitian ini menjukkan bahwa perilaku pemilihan makan pada remaja
sebelum dilakukan konseling perilaku pemilihan overweight.
makan pada remaja kurang tepat, dimana
banyak sekalai subjek yang menyukai makanan SARAN
gorengan, makanan manis, minuman manis, Perlu kajian lebih mendalam terhadap
minuman bersoda, makanan cepat saji, dan tidak faktor- faktor lain terkait overweight pada
menyukai sayur ataupun buah. Salah satu cara remaja selain dari sikap dan pemilihan makan.
yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku Perlu ditambahkan jumlah subjek untuk
tersebut dengan cara memberikan informasi dan penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian
dukungan kepada remaja agar mau berusaha dengan kombinasi studi kuantitatif dan studi
untuk mengubah perilaku pemilihan makannya. kualitatif.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan konseling gizi. DAFTAR PUSTAKA
Setelah konseling gizi sebagian besar 1. Adriani M, Wirjatmadi B. Peranan Gizi
perilaku pemilihan makan remaja meningkat Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana;
menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukkan subjek 2014.
mulai mengurangi konsumsi gorengan, makanan 2. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan
manis, minuman manis, minuman bersoda, Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto;
makanan cepat saji, dan subjek mulai 2004.
mengkonsumsi banyak sayur dan buah. 3. M. Marques, A. Moleres, T. Rendo-Urteaga,
Konseling gizi yang dilakukan dengan S. Gomez- Martinez, B. Zapatera, P. Romero,
transtheoritical model terbukti dapat mengubah et al. Design of the nutritional therapy for
perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang overweight and obese Spanish adolescents
sehat.13 Konseling gizi yang dilakukan secara conducted by registered dieticians; the
intensif dapat membantu klien dalam mengubah EVASYON study. Nutr Hosp. 2012;
sikap dan perilaku terkait pemilihan makan pada 27(1):165-176.
klien. 4. Sulistyoningsih H. Gizi Untuk Kesehatan Ibu
dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011.
KETERBATASAN PENELITIAN 5. Sekhobo JP, Edmunds LS, Reynolds DK,
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah Dalenius K, Sharma A. Trends in prevalence
subjek yang terlalu sedikit, yaitu hanya 11 orang of obesity and overweight among children
subjek, sehingga tidak dimungkinkan dilakukan enrolled in the New York State WIC
penelitian dengan metode kuantitatif. Penelitian program, 2002-2007. Public Health Rep
hanya dilakukan dengan studi kualitatif, 2010; 125: 218-224.
6. Savvas CS, Yiannis AK, Charalampos H,
Michael JT. Overweight and obesity
prevalence and trends in children and
adolescents in Cyprus 2000-2010. Obesity
Research & Clinical Practice. 2014. 8, p
426-434.
7. Gruhl E, Karen AVL. Motivational
Interviewing for Adolescents: Behavior
Counseling for Diet and Exercise. J for
Nurse Practioners. 2014. p 493-496.
8. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2010). Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
9. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Hasil Riskesdas 2013 Provinsi
Jawa Tengah. 2013. Available from URL:
http://www.dinkesjatengprov.go.id/
Accessed March 28, 2016.
10. Imam AA. Manfaat Isoflavon dalam
Produk Kedelai Menanggulangi Diabetes
serta Mencegah Obesitas dan Osteoporosis
[Skripsi]. Makassar: Universitas
Hasanuddin; 2013.
11. Puhl RM LJS. obesity, and the health of
the nation's children. Psychol Bull. 2007.
12. Mastellos N, Gunn LH, Felix LM, Car J,
Majeed A. Transtheoretical model stages of
change for dietary and physical exercise
modification in weight loss
Ardhiyanti, Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi 2013

management for overweight and obese adults (Review). The Cochrane Library 2014, Issue 2.
13. PERSAGI. Konseling Gizi. Jakarta: Penebar Plus+ (Penebar Swadaya Grup); 2013.
14. Noviati, Susanto JC, Selina H, Mexitalia M. The influence of intensive nutritional counseling in
Posyandu toward the growth 4-18 month old children. Paediatrica Indonesian 2006;46:57-63.
15. Prochaska, J. O., Wright, J. A., & Velicer, W. F. (2008). Evaluating theories of health behavior
change: A hierarchy of criteria applied to the Transtheoretical Model. Applied Psychology: An
International Review, 57(4), 561-588.
16. Judy Gainey Seals. Integrating the transtheoretical model into the management of overweight and
obese adults. 2006. Chicago Heart and Vascular Consultants, Mercy Hospital and Medical Center,
Chicago, Illinois. Pg : 63-71.
17. Rosita I, Marheni D, Mutyara K. Konseling Gizi Transtheoritical Model Dalam Mengubah Perilaku
Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Remaja Overweight Dan Obesitas : Suatu Kajian Literatur (Thesis).
Bandung: Universitas Padjajaran; 2007.
18. Utarini A. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: UGM; 2000.
19. Saryono, Anggraeni MD. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2010.
20. Sarwono J. Metode Penelitian Kualitatif & Kualitatif. Edisi ke-1. Bandung: Graha Ilmu; 2006.
21. Azwar S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Belajar; 2003.
22. Madanijah S. Pendidikan Gizi. Dalam Baliwati YF, Khomsan A, Dwiriani CM. Pengantar Pangan
dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya; 2004.p.115;8.
23. Suharsimi A. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek; Jakarta: Rineka Cipta. 2002.
24. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Edisi ke-4. Bandung: Alfabeta; 2008.
25. Moleong LJ. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2010.
26. Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. Nutrition Therapy and Pathophysiology. Ed 2 nd. USA:
Wadsworth Cengage Learning; 2010.
27. Mahan LK, Stump SE, and Raymond JL. Karuse’s Food adn The Nutrition Care Process Thirteenth
Eiditon. USA : Elesevier; 2012.
28. Brwon JE, Isaacs JS, Krinke UB, Lechtenberg E, Murtaugh MA, Sharbaugh C, et al. Nutrition
Through the Life Cycle. USA: Wadsworth. 2011.
29. Jacqueline AV, Diane CM, Barbara JR, Terryl JH. Methods for calculating dietary energy density in
a nationally representative sample. Procedia Food Science 2 (2013) : 68-74.
30. Azrimaidaliza, Idral Punakarya. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makan pada
remaja di Kota Padang Sumatera Barat tahun 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 6 nomor 1.
Agustus. 2011.
31. Gibney, Michael J, et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Kedokteran.

PENELITIAN KUANTITATIF

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 3, Nopember 2013 Page 117


Ardhiyanti, Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi 2013

Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Pengetahuan Remaja tentang


Kesehatan Reproduksi
Influence The Role of Parents of Adolescent about Reproductive Health
Knowledge
Yulrina Ardhiyanti

Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru

ABSTRAK
Pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi di kota Pekanbaru cukup rendah yang dibuktikan dengan adanya
data yang diperoleh dari PKBI Kota Pekanbaru mengenai kasus aborsi di kalangan remaja sebanyak 21,2 %. Kasus HIV/AIDS,
Kota Pekanbaru merupakan kasus AIDS tertinggi dan kasus HIV pada kelompok remaja merupakan urutan ketiga tertinggi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi di SMA Negeri Se–Kota Pekanbaru tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian cross sectional study. Jumlah sampel 250 orang remaja SMA Negeri Se–Kota Pekanbaru. Prosedur pengambilan
sampel dengan cara systematic random sampling, pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis data dilakukan
secara univariat, bivariat dengan uji chi–square, multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian diperoleh
sebagian besar pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi kurang baik sebanyak 161 orang (64,4 %), variabel yang
berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah peran orang tua (OR : 1,982; 95 % CI :
1,127–3,487), variabel yang tidak berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah pengaruh
teman sebaya, peran guru, peran petugas kesehatan dan akses media massa. Sebaiknya diupayakan agar orang tua
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, menjalin kedekatan dengan anak dan menentukan kapan waktu
yang tepat untuk memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga informasi yang diperoleh merupakan
yang pertama sebelum anak mendapatkannya dari yang lain.
Kata Kunci : Peran orang tua, Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi, Kota Pekanbaru

ABSTRACT
Knowledge of adolescents on reproductive health in the city of Pekanbaru is quite low as evidenced by the data
obtained from the Pekanbaru city PKBI abortions among teenagers as much as 21.2%. Cases of HIV/AIDS, Pekanbaru is the
highest AIDS case and HIV cases in the group is the third highest teen. This study was conducted to determine the factors
associated with adolescents about reproductive health knowledge in all high school in Pekanbaru in 2013. This study is a
quantitative research with cross sectional research design study. Number of samples is 250 teens high school in Pekanbaru.
The sampling procedure by systematic random sampling, data collection and analysis of data using questionnaires univariate,
bivariate chi–square test, multivariate multiple logistic regression. The results obtained most of the knowledge of adolescents
about reproductive health is not good as much as 161 people (64.4%), variables related to the knowledge of adolescents
about reproductive health is the role of parents (OR : 1.982; 95% CI : 1.127–3.487), the variable which is not related to
knowledge of adolescents about reproductive health is the influence of peers and teachers who become confounding
variables with other variables. Parents should be pursued in order to increase knowledge about reproductive health,
attachment to the child and determine when it is appropriate to provide knowledge about reproductive health so that the
information obtained is the first before the child got it from the others.
Keywords : Role of parents, Knowledge of Adolescent Reproductive Health, Pekanbaru City

PENDAHULUAN
Pengetahuan remaja tentang kesehatan Human Immunodefiency Virus (HIV) / Acquired
reproduksi adalah segala informasi yang diperoleh
Immunodeficiency Syndrome (AIDS), Kehamilan Tidak
remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Diinginkan (KTD) dan aborsi (Puslibang & BKKBN,
Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
sangat penting untuk menghadapi perubahan dan 2012).
permasalahan pada masa remaja. Remaja rentan Di dunia, sebanyak 11% dari kehamilan setiap
terhadap permasalahan kesehatan reproduksi, seperti : tahun terjadi di kalangan remaja (UNICEF, 2012). Di
masa pubertas, Penyakit Menular Seksual (PMS) dan Amerika Latin dan Karibia sebanyak 35–52 % remaja
1

mengalami kehamilan yang tidak direncanakan

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 3, Nopember 2013 Page 118


Ardhiyanti, Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi 2013

dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan Pekanbaru merupakan kasus AIDS tertinggi dan kasus
dan mestruasi (Aine & Maddaleno, 2003) HIV pada kelompok remaja merupakan urutan ketiga
Pengetahuan remaja di dunia tentang kesehatan tertinggi berdasarkan kelompok umur (Profil
reproduksi masih rendah, hal ini dibuktikan dengan Kesehatan Propinsi Riau, 2010). Survei yang telah
penelitian yang dilakukan di Brazil bahwa dilakukan pada beberapa Sekolah Menengah Atas
pengetahuan tentang pubertas terhadap 399 remaja, (SMA) Negeri yang ada di Kota Pekanbaru, program
sebanyak 57,6 % berpengetahuan rendah (Gomes, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang
2002). Penelitian mengenai pengetahuan remaja dilaksanakan dalam memberikan informasi kesehatan
tentang PMS dan HIV/AIDS di Bangladesh reproduksi masih belum menjangkau seluruhnya.
menunjukkan bahwa 54,8 % remaja tidak mengetahui Sehingga masih banyak pelajar yang belum
tentang AIDS, 32,9 % remaja tidak mengetahui mendapatkan informasi mengenai kesehatan
tentang syphilis, 27,1 % remaja tidak mengetahui reproduksi.
ulcus genital, 22 % remaja tidak mengetahui tentang
gonorhoe, 0,6 % remaja tidak mengetahui tentang METODE
chlamidia dan 0,1 % remaja tidak mengetahui tentang Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif Analitik
trichomonas (Rahman et all, 2009). Observasional dengan desain penelitian Cross
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Sectional yang dilaksanakan mulai bulan Juni sampai
Remaja (SDKI–R) tahun 2007, pengetahuan remaja dengan bulan Juli 2013 di SMA Negeri Se–Kota
umur 15–24 tahun tentang kesehatan reproduksi masih Pekanbaru. Besar sampel adalah 250 orang remaja
rendah. Sebanyak 13,3 % remaja perempuan tidak SMA Negeri Se–Kota Pekanbaru kelas X dan XI
mengetahui perubahan fisik pada anak perempuan saat tahun ajaran 2012/2013 dengan mempertimbangkan α
pubertas dan 21 % remaja perempuan tidak = 0,05, β = 90 % dan proporsi = 0,65 yang dihitung
mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada menggunakan Rumus Lameshow One Sample
remaja laki–laki saat pubertas. Hampir separuh Hypothesis One Side. Prosedur pengambilan sampel
(47,9 dilakukan secara systematic random sampling. Jenis
%) remaja perempuan tidak mengetahui kapan data yang dikumpulkan adalah data primer yang
seorang perempuan mengalami masa subur. dilakukan dengan wawancara terstruktur dengan
Pengetahuan remaja tentang cara paling penting untuk menggunakana instrumen kuisioner peran orang tua
menghindari infeksi HIV juga masih terbatas, hanya dilihat dari ada atau tidaknya peran orang tua remaja
40,8 % mengetahui informasi tentang HIV/AIDS, dalam memberikan informasi mengenai kesehatan
informasi tentang kondom sebesar 29,6 % dan infeksi reproduksi. Analisis bivariat dilakukan dengan uji
menular seksual (IMS) sebesar 18,4 % (Puslitbang Chi–Square dan uji Regresi Logistik Ganda dengan
Kependudukan–BKKBN, 2011). Model Prediksi untuk Analisis Multivariat.
Banyak remaja tidak memiliki pengetahuan HASIL
yang akurat tentang kesehatan reproduksi. Hasil analisis univariat didapatkan sebagian
Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi besar pengetahuan remaja tentang kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian yang reproduksi kurang baik yaitu 161 orang (64,4 %),
dilakukan Laksmiwati (2011), pengetahuan remaja remaja yang orang tuanya tidak berperan sebanyak
tentang kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh faktor 153 orang (61,2 %), remaja yang tidak dipengaruhi
di dalam individu dan faktor di luar individu. Faktor di teman sebaya sebanyak 137 orang (54,8 %), remaja
dalam individu adalah sikap permisif dari individu yang gurunya tidak berperan sebanyak 131 orang
yang bersangkutan. Faktor di luar individu adalah (52,4 %), remaja yang petugas kesehatannya tidak
faktor lingkungan dimana remaja tersebut berada yang berperan sebanyak 135 orang (54,0 %) dan sebagian
terdiri dari faktor orang tua dan teman sebaya. besar remaja mengakses media massa yaitu 199
Penelitian yang dilakukan Kurniawan (2008), orang (79,6
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi %).
dipengaruhi oleh sikap, peran orang tua serta peran Hasil uji bivariat terhadap 5 variabel, terdapat 4
guru. Penelitian yang dilakukan Putriani (2010), variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan
pengetahuan remaja dipengaruhi oleh orang tua, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
teman dan media massa. yaitu Peran Orang tua (pvalue = 0,001), Pengaruh
Wawancara yang dilakukan terhadap salah satu Teman Sebaya (pvalue = 0,014), Peran Guru (pvalue =
pengurus Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia 0,007), Peran Petugas Kesehatan (pvalue = 0,011).
(PKBI) Kota Pekanbaru mengatakan bahwa pergaulan Sedangkan variabel Akses Media Massa tidak
bebas dikalangan remaja khususnya Pekanbaru telah bermakna secara statistik (lihat tabel 1).
mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah Hasil analisis multivariat dapat disimpulkan
terutama perilaku seks bebas. Hal itu dibuktikan bahwa variabel yang berhubungan secara bermakna
dengan aborsi yang dilakukan di kalangan remaja di dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan
Pekanbaru sebanyak 21,2 %. Kasus HIV/AIDS, kota reproduksi adalah Peran Orang tua dengan nilai OR =
Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 3, Nopember 2013 Page 119
Ardhiyanti, Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi 2013

1,982 artinya remaja yang orang tuanya tidak berperan Variabel confounding yaitu variabel pengaruh teman
berisiko 2 kali memiliki pengetahuan tentang sebaya confounding dengan variabel peran guru dan
kesehatan reproduksi yang kurang baik dibanding variabel peran guru confounding dengan variabel
remaja yang orang tuanya berperan (lihat tabel 2). pengaruh teman sebaya (lihat tabel 2).
Tabel 1
Faktor–faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Remaja tentang
Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri SeKota Pekanbaru Tahun 2013
Variabel Pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi p
Kurang OR (95 %
Value CI)
baik Baik Total
n % n % n (%)
Peran orang tua
Tidak berperan 111 72,5 42 27,5 153 (100) 0,001 2,484 (1,457–
Berperan 50 51,5 47 48,5 97 (100) 4,235)
Total 161 64,4 89 35,6 250 (100)
Pengaruh teman sebaya
Tidak berpengaruh 98 71,5 39 28,5 137 (100) 0,014 1,994 (1,180–
Berpengaruh 63 55,8 50 44,2 113 (100) 3,371)
Total 161 64,4 89 35,6 250 (100)
Peran guru
Tidak berperan 95 72,5 36 27,5 131 (100) 0,007 2,119 (1,251–
Berperan 66 55,5 53 44,5 119 (100) 3,590)
Total 161 64,4 89 35,6 250 (100)
Peran petugas kesehatan
Tidak berperan 97 71,9 38 28,1 135 (100) 0,011 2,034 (1,203–
Berperan 64 55,7 51 44,3 115 (100) 3,440)
Total 161 64,4 89 35,6 250 (100)
Akses media massa
Tidak mengakses 38 74,5 13 25,5 51 (100) 0,127 1,806 (0,904–
Mengakses 123 61,8 76 38,2 199 (100) 3,607)
Total 161 64,4 89 35,6 250 (100)

Tabel 2.
Permodelan Multivariat Tahap Akhir yang berhubungan dengan perkembangan seksualitas
Variabel p OR (95 % CI) remaja. Pengetahuan dan sikap orang tua mengenai
value seksualitas dan kesehatan reproduksi sangat
Lower Upper berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap anak
Peran orang tua 0,018 1,982 1,127 3,487 /remaja terhadap masalah tersebut (BKKBN, 2008).
Pengaruh 0,151 1,507 0,861 2,638 Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
teman
sebaya dilakukan oleh Cahyo (2008), Anggrainy (2010),
Peran guru 0,092 1,621 0,924 2,842 Yazici, et all (2011) dan Indarwati (2013), bahwa
peran orang tua ada hubungan dengan pengetahuan
PEMBAHASAN remaja tentang kesehatan reproduksi. Untuk itu
sebaiknya diupayakan agar orang tua meningkatkan
Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, menjalin
Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMA
kedekatan dengan anak dan menentukan kapan waktu
Negeri Se–Kota Pekanbaru yang tepat untuk memberikan pengetahuan tentang
Peran Orang Tua kesehatan reproduksi sehingga informasi yang
Remaja yang orang tuanya tidak berperan diperoleh merupakan yang pertama sebelum anak
berisiko 2 kali memiliki pengetahuan tentang mendapatkannya dari yang lain.
kesehatan reproduksi kurang baik dibanding remaja Faktor yang Tidak Berhubungan dengan
yang orang tuanya berperan (95 % CI = 1,127–3,487). Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan
Orang tua mempunyai peranan yang penting dalam Reproduksi di SMA Negeri Se–Kota
menyampaikan informasi tentang seks dan seksualitas, Pekanbaru
karena orang tua adalah sumber pertama dimana
seorang anak belajar dan dibimbing mengenal seks Pengaruh Teman Sebaya
sampai mereka menjadi remaja. Orang tua perlu Analisis multivariat, menunjukkan bahwa tidak
membekali diri dengan pengetahuan mengenai hal−hal ada hubungan pengaruh teman sebaya dengan
Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 3, Nopember 2013 Page 120
Ardhiyanti, Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi 2013

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dalam penelitian ini, untuk penelitian lebih lanjut
perlu
pemilihan sampel pada remaja yang memiliki hubungan membekali anaknya mengenai pengetahuan kesehatan
erat dengan teman sebaya yaitu remaja yang tinggal di reproduksi. Informasi akan sangat baik diberikan
asrama. dengan adanya peran kedua belah pihak yaitu ayah dan
Peran Guru
Analisis multivariat, menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan peran guru dengan pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi dalam penelitian ini,
untuk penelitian lebih lanjut perlu pemilihan sampel
pada siswa siswi yang telah mendapatkan materi
mengenai kesehatan reproduksi.
Peran Petugas Kesehatan
Analisis multivariat, menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan peran petugas kesehatan dengan
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
dalam penelitian ini, untuk penelitian lebih lanjut
perlu dilakukan pada petugas kesehatan yang
berperan. Dalam hal ini diperlukan evaluasi
pelaksanaan program puskesmas khususnya pada
petugas kesehatan yang bertanggung jawab dengan
program PKPR.
Akses Media Massa
Analisis multivariat, menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan akses media massa dengan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi dalam penelitian
ini, untuk penelitian lebih lanjut perlu ditentukan
media massa yang paling berpengaruh memberikan
informasi positif mengenai kesehatan reproduksi,
misalnya: majalah kesehatan.

KESIMPULAN
Dari hasil analisis multivariat, variabel yang
berhubungan secara signifikan adalah variabel peran
orang tua. Nilai OR dari variabel peran orang tua
adalah 1,982 artinya remaja yang orang tuanya tidak
berperan berisiko 2 kali memiliki pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi yang kurang baik dibanding
remaja yang orang tuanya berperan.

SARAN
Diharapkan agar orang tua meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Upaya
yang dapat dilakukan orang tua dalam meningkatkan
perannya yaitu dengan memperluas wawasan
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini
bisa dilakukan dengan mengikuti kegiatan
penyuluhan, membaca majalah yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi ataupun menonton televisi.
Selain itu, kehidupan keluarga yang harmonis
mutlak diperlukan agar kedekatan antara orang tua
dan anak dapat terjalin. Hal ini sangat diperlukan agar
orang tua tidak merasa tabu memberikan informasi
mengenai kesehatan reproduksi kepada anaknya.
Orang tua harus tahu kapan waktu yang tepat untuk
Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 3, Nopember 2013 Page 121
Ardhiyanti, Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi 2013

ibu. Ibu memberikan informasi mengenai kesehatan Anggrainy, M.L. (2010). Pengetahuan remaja tentang
reproduksi kepada anak perempuan dan ayah kesehatan reproduksi di SMA Muhammadiyah
memberikan informasi mengenai kesehatan Pekanbaru Tahun 2010. Skripsi tidak
reproduksi kepada anak laki–laki sehingga diterbitkan. Program Studi Ilmu Kesehatan
diharapkan anak telah mempunyai informasi yang Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru,
cukup dari orang tua sebelum mendapatkannya dari Pekanbaru.
luar.
Cahyo, dkk. (2008). Faktor–faktor yang
UCAPAN TERIMA KASIH mempengaruhi praktik kesehatan reproduksi
remaja di SMA Negeri 1 Purbalingga
Ucapan terima kasih ditujukan kepada dr. H.
Zainal Abidin, MPH selaku Ketua STIKes dan Prof. Kabupaten Purbalingga, (http://ejournal –
DR. dr. Buchari Lapau, MPH selaku Ketua Prodi s1.undip.ac.id, diakses 17 Maret 2013).
Magister IKM STIKes Hang Tuah Pekanbaru, DR. Gomes, et all. (2002). Adolescent’ knowledge about
dr. adolescence, puberty and sexuality, (Online),
H. Toha Muhaimin, MSc dan dr. Hj. Fachriani Putri, Vol. 78, No. 4,
MKM selaku Pembimbing dan drg. Oktavia Dewi, (http://www.jped.com.br/conteudo/02-78-04-
M.Kes dan Ns. Ezalina, S.Kep, M.Kes selaku Penguji 301/ing.pdf, diakses 02 Mei 2013).
serta Kepala Sekolah SMA Negeri Se–Kota
Pekanbaru tempat penelitian ini dilakukan. Indarwati, S. (2013). Peran orang tua dan pengetahuan
remaja tentang pubertas di salah satu SMP
DAFTAR PUSTAKA Negeri Boyolali, (Online), Vol. 10, No. 1,
(http://www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id,
Aine, J.S., & Maddaleno, M. (2003). Sexual health diakses 07 Juli 2013).
and development of adolescents and youth in
the Americas, Kurniawan, T.P. (2008). Faktor–faktor
(http://www.hawaii.edu/hivandaids/ yang berpengaruh terhadap
Sexual_Health_and_Development_of_Adoles praktek kesehatan reproduksi
c ents_and_Youth_in_the_Americas.pdf, remaja di SMA Negeri 1
diakses 04 Mei 2013). Purbalingga Kabupaten Purbalingga,
(http://eprints.undip.ac.id/18028/1/TRI_PRAP
TO_KURNIAWAN.pdf, diakses 18 Maret 2013)
Laksmiwati, A. (2011). Transformasi sosial dan Pulibang & BKKBN. (2012). Pengaruh Sumber Informasi
perilaku reproduksi Terhadap Pengetahuan Remaja tentang Triad
remaja, KRR dan Penyiapan Kehidupan Berkeluarga
(ojs.unud.ac.id/index.php/srikandi/article/do bagi Remaja (PKBR),
w nload/2756/1949, diakses 08 Maret 2013). (http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusna/Hasil%
Profil Kesehatan Propinsi Riau. (2010). 20Penelitian/Analisis%20Lanjut/Tahun%2020
Putriani, N. (2010). Faktor–faktor yang 12/Pengaruh%20Sumber%20Informasi%20Te
mempengaruhi pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1
Mojogedang,
(http://eprints.undip.ac.id/10681/1/Abstrak.p
df
, diakses 08 Maret 2013).
Puslitbang Kependudukan–BKKBN. (2011). Kajian
profil penduduk remaja (10–24 tahun) : Ada
apa dengan Remaja
?
(http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil
% 20Penelitian/Karakteristik
%20Demografis/201 1/Kajian%20Profil
%20Penduduk%20Remaja
%20%2810%20-%2024%20tahun%29.pdf,
diakses 18 Maret 2013).

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 3, Nopember 2013 Page 122


Ardhiyanti, Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi 2013

rhadap%20Pengetahuan%20Remaja
%20Tenta ng%20TRIAD%20%20KRR
%20dan%20Peny
iapan%20Kehidupan%20Berkeluarga%20bagi
%20Remaja.pdf, diakses 01 Mei 2013).
Rahman, M., Kabir, M. & Shahidullah, M. (2009).
Adolescent knowledge and awareness about
AIDS/HIV and factors affecting them in
Bangladesh,(http://www.ayubmed.edu.pk/JA
MC/PAST/21-3/Mizan.pdf, diakses 02 Mei
2013).
UNICEF. (2012). Progress for children, a report card
on

adolescents,
(http://www.unicef.org/media/files/PFC2012_
A_report_card_on_adolescents.pdf, diakses 04
Mei 2013).
Yazici, S., Dolgun, G., Ozturk, Y. & Yilmaz, F. The Level
of Knowledge and Behavior of Adolescent
Male and Female Students in Turkey on the
Matter of Reproductive Health, (Online). DOI
10.1007/s11195-011-9204-x,
(http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pd
f viewer?vid=10&sid=41482429-a14c-43ad
8680b51bcdde611d
%40sessionmgr11&hid=12 7, diakses 24 Juni
2013).

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 3, Nopember 2013 Page 123

Anda mungkin juga menyukai