Anda di halaman 1dari 24

PROSEDUR PENELITIAN KUANTITATIF

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Metode Penelitian


Kuantitatif

Dosen Pengampu: Siddiq Ali Aziz Siregar, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Citra Dewi Utami : 0303212063

Salsabila Henrita Sari : 0303212041

Yohana Fransisca : 0303212108

PRODI BIMBINGAN KONSELING DANPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT, pencipta alam
semesta, yang telah melimpahkan berbagai nikmat kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat berangkai salam kita ucapkan kepada
baginda kita Nabi Muhammad saw.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Penelitian
Kuantatif yang diampu oleh bapak Dosen Siddiq Ali Aziz, M.Pd. Kepada bapak
dosen pengampu Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan dan
arahan perkuliahan serta pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan, dan


kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap
diharapkan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Terima kasih.

Medan, 06 Oktober 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3. Tujuan........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1. Langkah-Langkah Umum Penelitian ........................................................... 2
2.2. Masalah Penelitian ....................................................................................... 5
2.3. Tujuan, Manfaat, Hipotesis Penelitian ....................................................... 10
2.4. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ............................................ 15
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 19
3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 19
3.2. Saran ........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian adalah upaya yang sistematis untuk menjelaskan dunia di sekitar kita
yang berguna bagi pencapaian suatu tujuan kehidupan. Adapun tujuan penelitian
adalah menemukan kebenaran ilmiah melalui upaya yang sistematis untuk
menjelaskan, memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah-masalah,
sehingga penelitian semakin memahami berbagai kebenaran dalam dunia
pendidikan dan pengajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia.

Penelitian kuantitatif terkait secara khas dengan proses induksi enumeratif


(induksi yang ditarik atas dasar perhitungan). Salah satu tujuan utamanya adalah
menemukan berapa banyak dan jenis manusia apa saja dalam populasi umum dan
populasi induk yang mempunyai karakteristik khusus yang ditemukan ada dalam
populasi sampel. Tujuannya adalah menyimpulkan sistem karakteristik atau
hubungan antara ubahan dengan populasi induk. Penelitian kuantitatif tidak selalu
menguji hipotesis, tujuannya sering kali bersifat deskriptif.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana langkah-langkah umum penelitian?
2. Bagaimana masalah penelitian?
3. Apa saja tujuan, manfaat dan hipotesis penelitian?
4. Bagaimana variabel dan definisi operasional penelitian?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui langkah-langkah umum penelitian
2. Mengetahui masalah penelitian
3. Mengetahui tujuan, masalah, dan hipotesis penelitian
4. Mengetahui variabel dan definisi operasional penelitian

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Langkah-Langkah Umum Penelitian
Dalam penelitian ilmiah memiliki langkah-langkah yang teratur. Seperti halnya
dalam kehidupan kita sehari-hari segala aktivitas kegiatan yang kita lakukan akan
mengalami segala proses tahap demi tahapan.
Begitu juga dengan penelitian ilmiah. Artinya penelitian ilmiah tidak perlu
terburu-buru sehingga mengabaikan proses yang ditempuh. Penelitian ilmiah tidak
berorientasi hanya pada tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga pada penerapan
proses yang ditempuh untuk mencapai hasil tersebut. Sebab pada dasarnya hasil
yang baik akan dapat diwujudkan dengan adanya proses yang baik.1 Berikut
langkah-langkah penelitian pada umumnya:
a. Penentuan Masalah Secara Umum
Topik penelitian secara umum dalam bidang pendidikan, seperti
pembelajaran, kurikulum, evaluasi, administrasi, dan pendidikan luar biasa.
Bidang yang dipilih biasanya adalah yang menarik minat peneliti. Suatu
topik tertentu dipilih karena adanya beberapa alasan: karena menyangkut
masalah yang fundamental dalam bidang pendidikan, karena menjadi
masalah kontroversial, karena masalah sosial sedang hangat dibicarakan
banyak orang, atau karena tersedianya dana pelaksanaan penyelidik.
Rumusan masalah yang baik harus mencakup dan menunjukkan semua
variabel maupun hubungan variabel satu dengan variabel lainnya yang
hendak diteliti. Mengenai bentuk pertanyaan permasalahan yang
dirumuskan ada beberapa kriteria yaitu: Menunjukkan bahwa perumusan
masalah penelitian harus jelas dan tidak menduakan arti, dan Permasalahan
penelitian sebaiknya dirumuskan dalam kalimat pertanyaan.2
b. Ulasan Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan (library research) adalah penelitian yang
dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) baik berupa

1
Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Citapustaka Media: Bandung, 2018). Hlm 74.
2
Neliawati, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Kajian Teori Dan Praktek), (Cv. Widya Puspita:
Medan, 2018). Hlm 132.

2
buku, catatan maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu.3
Ulasan kepustakaan biasanya berupa ringkasan dan rangkuman dari sumber
kepustakaan yang relevan dengan masalah penelitian serta kritik terhadap
status pengetahuan dalam topik kependidikan yang ditemukan secara hati-
hati.4 Beberapa sumber ulasan kepustakaan, yaitu: (1) Sumber primer, (2)
Sumber sekunder, (3) Sumber preliminer.
c. Penentuan Fokus Masalah
Langkah ini menyangkut penentuan fokus masalah penelitian. Fokus
masalah tersebut dirumuskan secara formal dalam bentuk pernyataan,
pertanyaan, atau hipotesis sehingga memungkinkan untuk diuji secara
empiris. Dalam pembuatan definisi ini biasanya disebut dengan definisi
operasional. Penentuan fokus penelitian ini mengharuskan peneliti untuk
memutuskan desain dan metodologi yang akan digunakan.5
d. Pemilihan Desain dan Metode
Langkah ini peneliti harus memutuskan untuk memilih alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data survei, eksperimen, observasional,
penggunaan sumber yang tersedia, atau kombinasi dari sebagian atau
semuanya. Ada 4 jenis metode penelitian yang dapat digunakan, yaitu: (1)
Metode Historis. (2) Metode Deskriptif atau Survey Deskriptif. (3) Metode
Explanatoly atau Survey Eksplanatory/Verivikatif. (4) Metode Experiment.
e. Pengumpulan Data
Dalam langkah ini peneliti perlu memperhatikan masalah etika dan
peraturan yang berlaku. Suatu penelitian, kesimpulan tidak mungkin lebih
baik daripada data dari mana kesimpulan tersebut ditarik. Oleh karena itu
peneliti harus berhati-hati dalam mengumpulkan dan mencatat informasi
yang diperlukan sesuai dengan jenis penelitiannya.
Dalam eksperimen kependidikan, misalnya, peneliti harus bisa
mengontrol kondisi yang dieksperimenkan dan menghilangkan variabel
yang dapat mempengaruhi hasilnya. Dalam penelitian observasional,
peneliti harus menjaga agar terhindar dari bias saat mengiterprestasikan data

3
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Pustaka Setia: Bandung, 2011), 31.
4
Neliawati, Op. Cit. 144
5
Salim, Op. Cit. 78

3
dan tidak boleh mempengaruhi subyek untuk bertindak atau merespon
dengan cara tertentu. Dan bila peneliti menggunakan metode survei harus
yakin bahwa kelompok subyek dalam populasi telah terwakili secara
representatif.6
f. Analisis Data
Bila data penelitian telah terkumpul, tugas seorang peneliti dalam
langkah selanjutnya adalah mengelompokkan fakta kebentuk yang teratur,
menjelaskan kecenderungan dan hubungan serta mentabulasikan informasi
dengan cara yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk
dilakukan analisis dan interpretasi secara akurat. Karena data yang berupa
fakta dan informasi tidak secara otomatis memberikan petunjuk cara
tertentu untuk menginterpretasikannya, oleh karena itu peneliti harus
mengadakan penilaian secara obyektif terhadap kemungkinan agar tidak
bisa dalam memilih dan menggunakan cara yang tepat. Berdasarkan hasil
langkah ini, analisis data, teori yang dikemukakan dalam rumusan masalah
dapat diperkuat, dibuktikan, ditolak, atau dimodifikasi.7
g. Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir dalam penelitian adalah penarikan kesimpulan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Kesimpulan ini merupakan
deskripsi singkat tentang penelitian yang menyangkut penemuan. Pada
tahap ini peneliti berusaha menghubungkan kesimpulan dengan teori dan
hasil penelitian terdahulu beserta rekomendasi, baik yang berkenaan dengan
penelitian baru maupun praktek. Model proses penelitian ini hanya
memaparkan garis besar yang ideal, sedang dalam kenyataan dapat lebih
rumit. Pada dasarnya proses penelitian merupakan cerminan dari
penyelidikan reflektif (McMillan & Schumacher, 1989). Setiap kali peneliti
membuat keputusan yang berkenaan dengan langkah-langkah yang
ditempuhnya, ia harus melaporkan secara tersurat disertai rasional mengapa

6
Salim, Op. Cit. 79
7
Ibid, 80.

4
keputusan tersebut diambil. Dengan demikian, penelitian tersebut dapat
diuji atau replikasi oleh peneliti lain.8

2.2. Masalah Penelitian


Berbagai literatur memberikan pengertian beragam terhadap masalah
penelitian namun esensinya sama masalah penelitian (research problem) pada
dasarnya merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari keingintahuan
peneliti tentang sesuatu fenomena yang jawabannya akan dihasilkan dari kegiatan
penelitian yang bersangkutan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, penelitian
merupakan aktivitas ilmiah untuk memperoleh pengetahuan baru yang andal.
Lazimnya orang yang ingin tahu tentang sesuatu pastilah berangkat dari
pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya tentang sesuatu tersebut. Jawaban
yang diperoleh atas pertanyaan tentang sesuatu tersebut tidak lain adalah
pengetahuan baru yang diperoleh tentang sesuatu tersebut.9

Masalah penelitian, secara umum, mengacu pada beberapa kesulitan yang


dialami peneliti dalam konteks teoretis atau situasi praktis dan ingin mendapatkan
solusi. Suatu masalah penelitian pada umumnya mengandung beberapa kondisi
berikut ini:

1) Harus ada seorang individu (atau satu kelompok atau satu organisasi),
kepada siapa masalahnya dapat diatribusikan atau dikaitkan. Individu atau
organisasi, sesuai keadaannya, menempati suatu lingkungan, yang
ditentukan oleh nilai-nilai dari variabel-variabel yang tidak terkontrol.
2) Harus ada setidaknya dua tindakan untuk diselidiki. Satu tindakan
ditentukan oleh satu atau lebih nilai-nilai dari variabel-variabel yang
dikendalikan. Misalnya, jumlah barang yang dibeli pada waktu tertentu
dikatakan sebagai satu tindakan.
3) Setidaknya harus ada dua luaran dari suatu tindakan, yang mana satu harus
lebih baik daripada yang lain. Dengan kata lain, harus ada setidaknya satu
luaran yang diinginkan oleh peneliti, berupa sebuah sasaran.

8
Ibid, 81.
9
Bambang Sugeng. Fundamental Metodologi Penelitian Kuantitatif (Eksplanatif). (DEEPUBLISH:
Yogyakarta, 2022). Hlm 43-44

5
4) Rencana tindakan yang ada harus memberikan beberapa peluang untuk
mendapatkan sasaran. Dengan kata lain, pilihan harus memiliki daya guna
yang tidak sama terhadap luaran yang diinginkan.10
A. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Sebuah penelitian dianggap penting dan dapat dilakukan jika ada pertanyaan
penelitian. Masalah didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fakta yang terjadi
menyimpang dari batas toleransi yang diharapkan. Pertanyaan penelitian juga dapat
diartikan sebagai masalah atau celah yang dapat mengarahkan peneliti untuk
menemukan jawaban atau solusi. Adanya gap ini menimbulkan pertanyaan lebih
lanjut mengapa gap ini muncul, dan bermula dari pertanyaan inilah pertanyaan
penelitian dapat dikembangkan.

Pertanyaan selanjutnya, apakah setiap gap dapat berkembang menjadi


pertanyaan penelitian? Jawabannya tidak semua. Ada syarat lain yang perlu
dipenuhi. Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada kondisi masalah tertentu
yang menyarankan suatu penelitian dapat dilakukan, yaitu:

1. Adanya gap dengan kenyataan saat ini (fakta teoritis dan empiris dari
temuan penelitian sebelumnya).11
2. Berdasarkan gap tersebut dapat dimunculkan pertanyaan mengapa
kesenjangan tersebut muncul.
3. Pertanyaan boleh dijawab, dan jawabannya lebih dari satu kemungkinan.
Kesenjangan atau masalah yang akan dibahas dideskripsikan terlebih dahulu
sebagai konteks masalah sebelum menentukan identifikasi berbagai
masalah.12

Telah dikemukakan bahwa mengidentifikasi masalah dalam penelitian


menuntut berpikir ilmiah dengan ciri-ciri tersendiri. Di samping itu diperlukan juga
berpikir filosofis. Kedua sifat berpikir itu bergerak secara komplementer, tidak
hanya selama proses mengidentifikasi masalah tetapi harus terus berlanjut selama

10
Nikolaus Duli. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar Untuk Penulisan Skripsi
& Analisis Data Dengan SPPS. (DEEPUBLISH: Yogyakarta, 2019). Hlm 22-23
11
Amruddin, dkk. Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Pradina Pustaka: Sukoharjo, 2022). Hlm 33
12
Ibid., 34

6
proses pemecahan masalah di mana dalam proses tersebut berpikir pemecahan
masalah (problem solving thingking) yang dikendalikan oleh logika dan
kemampuan-kemampuan penalaran lainnya.13

B. Konsep

Konsep adalah masalah sosial sering didefenisikan sebagai suatu hal, gejala
atau kejadian yang tampak dalam keadaan senjang antar harapan dan kenyataan.
Masalah dirasakan bila sesuatu tidak memuaskan, kepercayaan atau keyakinan
tradisional tidak memakai lagi, orang menghadap sesuatu yang tidak pasti atau
orang bingung mencari jalan keluar dari situasi yang tak menentu. Contoh
sederhana misalnya: adalah suatu harapan jika dikatakan bahwa hukum disusun dan
ditegakkan untuk diatuhi oleh semua warga negara. Tetapi kenyataan menunjukkan
bahwa banyak pelanggaran hukum yang dilakukan oleh warga negara. Dari
kesenjangan ini kita akan bertanya mengapa banyak terjadi pelanggaran hukum?
apa yang menyebabkan orang banyak melanggar hukum? bagaimana mengatasi hal
ini?

Jadi defenisi lain dari masalah adalah suatu pertanyaan terhadap suatu situasi
yang membutuhkan diskusi, inkuiri dan kesimpulan atau pemecahan masalah.
Dilihat dari segi lain, hendaklah kita berhati-hati tentang terjemahan masalah yang
"dapat diteliti" dan masalah yang "tidak dapat diteliti", bisa saja sesuatu yang
dipersepsikan sebagai suatu masalah tidak mungkin untuk diteliti disebabkan oleh
berbagai hal, antara lain, masalah yang terluas, rumusan yang kabur ataupun data
yang tidak mungkin ada. Defenisi masalah adalah suatu pernyataan yang
mempermasalahkan bagaimana variabel berhubungan. Istilah variabel dipakai
acapkali dalam penelitian.14

C. Karakteristik Masalah

Sebelum mulai melakukan penelitian, peneliti perlu mempertimbangkan


perumusan masalah yang baik. Suatu rumusan masalah yang baik,
dikarakteristikkan memenuhi aspek berikut:

13
Salim, Op.Cit. 82-83
14
Ibid., 87-88

7
1. Aspek Kontribusi, artinya masalah tersebut mampu memberikan kontribusi
pada (a) pengembangan suatu teori baru, (b) penyempurnaan metode serta
(c) memberikan manfaat dan dampak yang aplikatif.
2. Aspek Orisinalitas, yang dapat dimaknai bahwa masalah tersebut bukan
merupakan pengulangan dari penelitian lain seperti (a) masalah yang
diteliti, (b) kerangka konsep, (c) pendekatan yang akan dilakukan.
3. Aspek pernyataan permasalahan dan asosiasi dua atau lebih fenomena
memiliki gambaran yang jelas dan diukur.
4. Aspek kelayakan, artinya rumusan masalah tersebut (a) dapat dijawab; (b)
pertimbangan waktu dan biaya, (c) tingkat pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki dan (d) besar kecilnya dukung sumber daya dan sarana yang
lain.15
D. Sumber Masalah

Mahdiyah (2016) menjelaskan bahwa permasalahan penelitian dapat digali dari


berbagai sumber untuk kemudian diidentifikasi dan dikembangkan, antara lain dari:

1. Pengalaman Pribadi
Setiap orang dapat mengidentifikasi secara unik masalah dari pengalaman
pribadinya dalam keseharian, juga pengalaman akademik selama belajar,
dan mengerjakan SPKU tugas ataupun laporan.
2. Lanjutan atau Perluasan Penelitian
Peneliti dapat mengambil permasalahan penelitian dari hasil penelitian
sebelumnya, yang biasanya tercantum pada saran untuk mengembangkan
atau melanjutkan penelitian tersebut.
3. Sumber Kepustakaan: buku Teks, Jurnal, Laporan Penelitian
Membaca buku teks, jurnal maupun laporan penelitian, selain dapat
memperkaya khazanah pengetahuan, juga dapat dijadikan sebagai sumber
bahan identifikasi masalah yang memberi rekomendasi untuk melakukan
penelitian lanjutan.

15
Amruddin, dkk, Op.Cit. 37-38

8
4. Forum Pertemuan Ilmiah dan Diskusi
Hasil pertemuan ilmiah dan diskusi dengan orang yang lebih berpengalaman
atau para pakar di bidangnya dapat membuka wawasan dan pandangan lain
untuk memperoleh identifikasi masalah yang direncanakan sebagai bahan
untuk menyusun skripsi, tesis atau disertasi
5. Observasi atau pengalaman langsung dalam praktik
Hasil observasi dan pengalaman langsung juga merupakan sumber yang
masalah yang potensial dijadikan dalam merencanakan suatu penelitian.
6. Perubahan Paradigma dalam Pendidikan
Paradigma pendidikan yang selalu berubah dan berkembang dari masa ke
masa dalam berbagai hal seperti kurikulum, media dan metode
pembelajaran dapat dijadikan sumber berbagai identifikasi masalah untuk
penelitian.
7. Fenomena Pendidikan dalam kelas, luar kelas dan di Masyarakat
Fenomena pendidikan yang terjadi baik dalam kelas, luar kelas maupun
dalam masyarakat dapat mendorong peneliti untuk menjadikannya sebagai
sumber masalah yang dapat diangkat dalam suatu penelitian.
8. Deduksi dari teori
Terdapatnya deduksi dari teori yang sudah ada ataupun merupakan cabang
studi yang sedang dikembangkan.16
E. Pertimbangan Seleksi Masalah

Mereka yang berpengalaman dalam membimbing calon peneliti ataupun dalam


penelitian sepakat bahwa ada kriteria (pedoman) untuk merumuskan masalah
penelitian demi tegak- nya objektivitas dan keterlaksanaan penelitian. Hendaklah
diingat bahwa pertanyaan yang ditanyakan dengan baik merupakan setengah
jawaban.

Dua kepentingan yang harus dijadikan pertimbangan dalam menyeleksi


masalah.

1. Pertimbangan yang didsarkan atas keberadaan penelitian itu sendiri.

16
Ibid., 34-35

9
2. Pertimbangan yang didasarkan pada pertimbangan sosial.17
F. Masalah dan Perumusan Masalah

Setelah masalah dipilih, maka selanjutnya perlu dirumus kan, perumusan


masalah dalam suatu penelitian sangat penting. sebab akan menjadi penentuan bagi
proses atau langkah-langkah selanjutnya. Tidak ada aturan yang mengikat
mengenai cara-cara merumuskan masalah. Perlu diperhatikan tiga hal berikut:

1) Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.


2) Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas.
3) Rumusan masalah hendaknya memberi petunjuk bagi kemungkinan
pengumpulan data.

Sebagai ilustrasi berikut ini dikemuakan beberapa contoh rumusan masalah:

1) Bagaimana hubungan antara pendidikan orang tua dengan prestasi belajar anak
2) Apakah mengajar dengan metode seminar lebih berhasil daripada mengajar
dengan metode ceramah.
3) Apakah mahasiswa yang tinggi IP-nya juga tinggi potensi akademiknya.
4) Apakah mahasiswa yang tinggi nilai ujian masuknya juga tinggi IP belajarnya.
5) Bagaimanakah pengaruh ketaatan beragama dengan produktivitas kerja.
6) Bagaimanakah hubungan jenis pekerjaan dengan pengamalan agama.
7) Apakah pekerjaan menjadi guru/dosen lebih stabil kondisi mentalnya daripada
bekerja sebagai pejabat.

Perlu diperhatikan bahwa merencanakan penelitian harus sesuai dengan judul


penelitian.18

2.3. Tujuan, Manfaat, Hipotesis Penelitian


A. Tujuan

Tujuan dari penelitian kuantitatif dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Mengembangkan dan menggunakan model-model matematis,

17
Salim, Op.Cit. 92-93
18
Ibid., 94-95

10
Teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses
pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena
hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris
dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
2. Menentukan hubungan antar variabel dalam sebuah populasi.
Desain penelitian kuantitatif ada dua macam yaitu deskriptif dan
eksperimental. Studi kuantitatif deskriptif melakukan pengukuran hanya
sekali. Artinya relasi antar variabel yang diselidiki hanya berlangsung
sekali. Sedangkan studi eksperimental melakukan pengukuran antar
variabel pada sebelum dan sesudahnya untuk melihat hubungan sebab-
akibat dari fenomena yang diteliti.19

Selain tujuan di atas jada juga Tujuan lajn dari prosedur penelitian kuantitatif
meliputi:

1. Mengumpulkan data yang dapat diukur secara numerik: Tujuan utama dari
penelitian kuantitatif adalah untuk mengumpulkan data yang dapat diukur
secara numerik, sehingga dapat dilakukan analisis statistik yang akurat dan
objektif.
2. Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik: Setelah data
terkumpul, tujuan selanjutnya adalah menganalisis data dengan
menggunakan metode statistik yang sesuai, sehingga dapat diperoleh
informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Menguji hipotesis atau mengidentifikasi pola-pola dan hubungan antara
variabel-variabel tertentu: Penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji
hipotesis atau mengidentifikasi pola-pola dan hubungan antara variabel-
variabel tertentu, sehingga dapat diambil kesimpulan yang lebih akurat dan
dapat digunakan untuk membuat keputusan dan kebijakan yang lebih
efektif.
4. Menghasilkan temuan yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan:
Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, peneliti dapat menghasilkan

19
Karimuddin Abdullah, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Yayasan Penerbit Muhammad Zaidie:
Pidie Aceh, 2012). Hlm 4

11
temuan yang lebih objektif dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan dan kebijakan
yang lebih efektif.
5. Menjaga validitas dan reliabilitas data: Tujuan penting lainnya dari
penelitian kuantitatif adalah menjaga validitas dan reliabilitas data,
sehingga hasil penelitian dapat diandalkan dan dapat
dipertanggungjawabkan.

B. Manfaat

Prosedur penelitian kuantitatif memiliki manfaat yang signifikan dalam


mengumpulkan data dan menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Beberapa
manfaat utama dari prosedur penelitian kuantitatif adalah:

1. Sistematis, terencana, dan terstruktur: Penelitian kuantitatif memiliki


spesifikasi yang jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.
Hal ini memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan langkah-langkah
yang terorganisir dan terarah
2. Menggunakan angka: Penelitian kuantitatif banyak menuntut penggunaan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut,
hingga penampilan hasilnya. Penggunaan angka ini memungkinkan peneliti
untuk melakukan analisis yang lebih objektif dan mendapatkan informasi
yang lebih akurat
3. Memfokuskan pada variabel: Dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat
memilih beberapa variabel yang akan diteliti dan mempelajari hubungan
kausal antara variabel-variabel tersebut. Hal ini memungkinkan peneliti
untuk lebih fokus dalam mengidentifikasi pola hubungan antara variabel
yang diteliti.
4. Menggunakan instrumen dan alat pengumpul data: Proses penelitian
kuantitatif melibatkan penyusunan instrumen atau alat pengumpul data yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan data secara sistematis. Penggunaan
instrumen dan alat pengumpul data ini memudahkan peneliti dalam
mengumpulkan data dengan cara yang konsisten dan dapat diulang.

12
5. Menghasilkan laporan yang jelas: Hasil penelitian kuantitatif disajikan
dalam bentuk laporan yang jelas dan terstruktur. Laporan ini memungkinkan
pembaca untuk memahami dengan mudah tujuan penelitian, metode yang
digunakan, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan yang diambil dari
penelitian tersebut.20

Selain itu, terdapat juga manfaat utama prosedur penelitian kuantitatif


berdasarkan hasil pencarian:

1. Mengumpulkan data numerik : Penelitian kuantitatif melibatkan


pengumpulan data dalam bentuk angka, yang dapat ditambahkan ke
analisis statistic
2. Membangun hubungan sebab akibat : Penelitian kuantitatif dapat
membantu membangun hubungan sebab akibat antar variable
3. Menguji hipotesis : Penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk menguji
hipotesis
4. Memperoleh data yang akurat : Penelitian kuantitatif dapat digunakan
untuk memperoleh data yang akurat berdasarkan fenomena empiris dan
terukur
5. Mengidentifikasi masalah penelitian baru : Hasil penelitian kuantitatif
dapat memberikan indikasi untuk mengidentifikasi masalah penelitian
baru
6. Berfokus pada variabel tertentu : Penelitian kuantitatif dapat berfokus pada
variabel tertentu dan menganalisis hubungan di antara variabel tersebut
menggunakan uji statistik

Secara keseluruhan, prosedur penelitian kuantitatif dapat memberikan


pendekatan sistematis dan obyektif untuk menyelidiki masalah penelitian, dan
dapat membantu membangun hubungan sebab akibat dan menguji hipotesis.21

20
Nikmatur Ridha, 2017, Proses Penelitian, Masalah, Variabel Dan Paradigma Penelitian, Jurnal
Hikmah, Volume 14, No. 1. Hlm 64-65
21
Muhammad Irfan Syahroni, 2022, Prosedur Penelitian Kuantitatif, Jurnal Al-Musthafa STIT Al-
Aziziyah, Vol 2 No 3. Hlm 46

13
C. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang


sedang kita hadapi. Hipotesis ini pada dasarnya disusun deduktif dengan
mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya. Penyusunan seperti ini memungkinkan terjadinya konsistensi dalam
mengembangkan ilmu secara keseluruhan dan menimbulkan efek komulatif dalam
kemajuan ilmu. Selain itu, hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu asumsi
pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa
menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian.

Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan, karena hipotesis akan


memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisa dan interpretasi data.
Dengan menyusun hipotesis, seorang peneliti akan lebih mudah mengerjakan
penelitiannya.

Adapun syarat hipotesis setidaknya memenuhi hal- hal berikut yaitu :

1) Relevance artinya hipotesis harus relevan dengan fakta yangakan diteliti.


2) Testibility artinya memungkinkan untuk melakukanbobservasi dan bisa
diukur.
3) Compatibility artinya hipotesis harus konsisten dengan hipotesa di lapangan
yang sama dan telah teruji kebenarannya sehingga setiap hipotesa akan
membentuk suatu sistem.
4) Predictive artinya hipotesa yang baik mengandung daya ramal tentang apa
yang akan terjadi atau apa yang akan ditemukan.
5) Simplicity artinya harus dinyatakan secara sederhana, mudah dipahami dan
dicapai.

Tujuan disusunnya sebuah hipotesis adalah:

1) Menjembatani teori dengan kenyataan,


2) Alat ukur yang ampuh untuk pengem bangan ilmu, selama hipotesis bisa
menghasilkan suatu penemuan,
3) Petunjuk untuk mengidentifikasi dan meng- interpretasi suatu hasil.

14
Hipotesis yang baik sebaiknya berasal dari sebuah penelitian dan kajian yang
mendalam atas literatur melalui sebuah proses yang disebut sebagai literatur review.
Literatur review adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk men-
dapatkan gambaran yang menyeluruh dan utuh mengenai gambaran-gambaran dan
hubungan-hubungan yang sedang berada dalam masalah penelitiannya.
Kemungkinan untuk menyusun hipotesis berdasarkan pengalaman maupun
rasionalitas tetap saja harus dibuktikan dengan dasar literatur review yang kuat dan
kokoh.22

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.


Berdasarkan definisi tersebut maka hipotesis ini hanya merupakan jawaban
sementara yang belum teruji kebenarannya. Oleh karena itu, untuk menguji
kebenarannya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.
Perumusan hipotesis dibagi menjadi tiga tahapan: Pertama, penentuan hipotesis
penelitian yang didasarkan atas asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang
sedang diteliti. Kedua, menentukan hipotesis operasional yang terdiri atas Hipotesis
0 (H0) yang bersifat netral Hipotesis 1 (H1) yang bersifat tidak netral.

Adapun ciri hipotesis yang baik adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis didasarkan atas fakta yang ada;


2) Hipotesis dirumuskan dalam bentuk kalimat sederhana;
3) Hipotesis didasarkan atas teori dan pengembagan teori;
4) Hipotesis dapat mengungkapkan fakta yang ada.23

2.4. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian


Istilah variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang bermacam-macam. Ada
yang menyebutkan konsep yang mempunyai variasi nilai. Istilah variabel juga
diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.
Sering pula dinyatakan bahwa variabel antara adalah sebagai faktor-faktor yang
berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

22
Syahrum, Syalim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Citra Pustaka Media: Bandung, 2012). Hlm
40-41
23
Ibid., 49

15
Variabel merupakah salah satu alat penelitian, yaitu konsep yang mempunyai
variasi nilai yang dimaksud di atas. Jadi, konsep badan bukan variabel, sebab
"badan" tidak mengandung pengertian adanya nilai bervariasi. Berat badan, tinggi
badan adalah variabel, sebab memiliki nilai yang bebeda. Seks (jenis kelamin)
adalah variabel, umum, pendidikan status perkawinan, jumlah anak, status
pekerjaan, status sekolah, semuanya adalah variabel.

Variabel dalam penelitian sosial dapat berbentuk variabel diskrit atau variabel
bersambung. Variabel diskrit dibagi lagi ke dalam unit yang lebih kecil. Sedangkan
variabel ukuran lain yang secara teoritis tidak terhingga jumlahnya. Perbedaan yang
tegas antara kedua jenis variabel ini dapat dinyatakan sebagaib erikut, variabel
diskrit adalah hasil perhitungan, sedangkan variabel bersambung adalah hasil
pengukuran. Dilihat dari sudut fungsinya di dalam penelitian dikenal adanya
variabel pengaruh (independent variabel) dan variabel terpengaruh (dependent
variabel). Kedua jenis variabel ini sering pula disebut variabel bebas dan variabel
tergantung. Hubungan variabel dapat berupa hubungan antara dua variabel saja
(hubungan bivoriat) atau antara lebih dari dua variabel, biasanya antara satu
variabel terpengaruh dan beberapa variabel pengaruh (hubungan multivoriat).
Variabel penelitian adalah bentuk konkritnya. Itu sebabnya, pengambilan data
penelitian nantinya akan dilakukan terhadap variabel-variabel penelitian. Dengan
demikian, maka tidak salah kalau dikatakan jika sebuah penelitian dilakukan atas
variabel penelitian.

Penentuan variabel penelitian yang dapat diukur dan merumuskan hubungan


variabel adalah dua langkah yang sangat penting dalam penelitian sosial. Setelah
mengemukakan beberapa proposisi berdasarkan konsep dan teori tertentu,
penelitian perlu menentukan variabel-variabel penelitian dan selanjutnya
merumuskan hipotesa berdasarkan hubungan antara variabel. Penelitian dengan
bantuan teori dan kerangka pemikiran penelitian dapat dirumuskan variabel-
variabel dan dari setiap variabel itu terdapat kisi-kisi yang berupa sub variabel. Dari
sub variabel dapat dibuat kisi-kisi yang berupa item-item. Setelah diperoleh item-
item tersebut maka dapat dikembangkan dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan.

16
Setelah variabel diidentifikasi dan diklasifikasikan, maka variabel-variabel
tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Penyusunan definisi operasional ini
perlu, karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambilan data mana
yang cocok untuk digunakan. Variabel penelitian perlu didefinisikan secara jelas
dan tegas. Definisi dalam penelitian ilmiah adalah definisi yang "menjelaskan",
bukan "menggambarkan". Definisi yang menggambarkan adalah definisi yang
bersifat normatif dan tidak terukur. Beberapa penulis menyebutkannya sebagai
definisi nominal atau definisi menurut kamus.

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat
diamati. Ada tiga macam cara yang memudahkan menyusun definisi operasional
yaitu: (1) Yang menekankan kegiatan apa yang diperlukan, (2) Yang menekankan
bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, (3) Yang menekankan pada sifat-sifat statis
hal yang didefinisikan.

Definisi operasional adalah sebuah batasan-batasan yang diberikan oleh


peneliti terhadap variabel penelitiannya sendiri sehingga variabel penelitian dapat
diukur. Itu sebabnya, definisi operasional adalah definisi penjelas, karena akibat
definisi yang diberikannya, sebuah variabel penelitian menjadi lebih jelas.

Terdapat dua fungsi penting dari definisi operasional variabel.

Pertama, definisi operasional adalah proses untuk menjadikan variabel penelitian


dalam bentuk terukur dan empiris. Dengan dijadikannya dalam bentuk terukur dan
empiris, maka konsep penelitian yang tadinya berupakan sebuah abstraksi, kini
dapat dijadikan sebagai sesuatu yang nyata dan jelas.

Kedua, definisi operasional adalah batasan-batasan yang menyebabkan sebuah


variabel memiliki kriteria yang pasti dan tetap. Dengan menetapkan definisi
operasional maka variabel-variabel penelitian akan dapat dikontrol dengan baik.

Perhatikan contoh berikut ini: Pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi


responden yang terdiri dari tidak sekolah/tidak tamat SD/MI, SD/MI, SLTP/MTs,
SLTA/MA, Ak/ PT".

Dari contoh tersebut jelas terlihat bahwa definisi operasional menyebabkan


pendidikan sebagai konsep yang tadinya ber- sifat abstraksi dan normatif, dapat

17
menjadi terukur dan jelas. Hal ini dikarenakan karena pendidikan telah "dibatasi"
definisi sebagai "jenjang pendidikan tertinggi dengan yang jelas terlihat.

Definisi operasional harus tidak menimbulkan keragu-raguan pada peneliti


terlebih pada orang lain. Maka penelitian yang baik harus memiliki definisi
operasional yang jelas.24

24
Syahrum, Salim, Op.Cit. hlm 103-110

18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penelitian ilmiah tidak berorientasi hanya pada tujuan yang ingin dicapai, tetapi
juga pada penerapan proses yang ditempuh untuk mencapai hasil tersebut. Sebab
pada dasarnya hasil yang baik akan dapat diwujudkan dengan adanya proses yang
baik. Berikut langkah-langkah penelitian pada umumnya: (1) Penentuan Masalah
Secara Umum; (2) Ulasan Kepustakaan; (3) Penentuan Fokus Masalah; (4)
Pemilihan Desain dan Metode; (5) Pengumpulan Data; (6) Analisis Data; (7)
Penarikan Kesimpulan.

Masalah penelitian, secara umum, mengacu pada beberapa kesulitan yang


dialami peneliti dalam konteks teoretis atau situasi praktis dan ingin mendapatkan
solusi.

Tujuan dari penelitian kuantitatif dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1)
Mengembangkan dan menggunakan model-model matematis; (2) Menentukan
hubungan antar variabel dalam sebuah populasi.

Prosedur penelitian kuantitatif memiliki manfaat yang signifikan dalam


mengumpulkan data dan menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Beberapa
manfaat utama dari prosedur penelitian kuantitatif adalah: (1) Sistematis, terencana,
dan terstruktur; (2) Menggunakan angka; (3) Memfokuskan pada variabel; (4)
Menggunakan instrumen dan alat pengumpul data; (5) Menghasilkan laporan yang
jelas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.


Berdasarkan definisi tersebut maka hipotesis ini hanya merupakan jawaban
sementara yang belum teruji kebenarannya. Oleh karena itu, untuk menguji
kebenarannya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.

Definisi operasional adalah sebuah batasan-batasan yang diberikan oleh


peneliti terhadap variabel penelitiannya sendiri sehingga variabel penelitian dapat
diukur. Itu sebabnya, definisi operasional adalah definisi penjelas, karena akibat
definisi yang diberikannya, sebuah variabel penelitian menjadi lebih jelas.

19
3.2. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya, semoga makalah ini
dapat menambah wawasan pengetahuan kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Karimuddin. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yayasan Penerbit
Muhammad Zaidie, Pidie Aceh

Amruddin, dkk. 2022. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Sukoharjo: Pradina


Pustaka.

Duli, Nikolaus. 2019. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar


Untuk Penulisan Skripsi & Analisis Data Dengan SPPS. Yogyakarta:
DEEPUBLISH.

Irfan, Syahroni Muhammad. 2022. Prosedur Penelitian Kuantitatif, Vol 2 No 3

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Neliawati. 2018. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Kajian Teori Dan Praktek).


Cv. Medan: Widya Puspita.

Ridha, Nikmatur. 2017. PROSES PENELITIAN, MASALAH, VARIABEL DAN


PARADIGMA PENELITIAN, Jurnal Hikmah, Volume 14, No. 1

Salim. 2018. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Citapustaka Media.

Sugeng, Bambang. 2022. Fundamental Metodologi Penelitian Kuantitatif


(Eksplanatif). Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Syahrum, Syalim. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Citra Pustaka


Media

21

Anda mungkin juga menyukai