Anda di halaman 1dari 17

PENGUKURAN NILAI TENGAH

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Statistik Pendidikan

Dosen Pengampu: Anugrah Mulia Tampubolon, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Dewi Purnama Sari : 0303213107

Dwi Agustia Kurnianingsih : 0303213070

Salsabila Henrita Sari : 0303212041

Maqbul Matondang : 0303213046

PRODI BIMBINGAN KONSELING DANPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT, pencipta alam
semesta, yang telah melimpahkan berbagai nikmat kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat berangkai salam kita ucapkan kepada
baginda kita Nabi Muhammad saw.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Statistik Pendidikan
yang diampu oleh bapak Dosen Anugrah Mulia Tampubolon, M.Pd. Kepada
bapak dosen pengampu Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan
dan arahan perkuliahan serta pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan, dan


kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap
diharapkan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Terima kasih.

Kamis, 12 Oktober 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1. MEAN .......................................................................................................... 2
2.2. MEDIAN ...................................................................................................... 3
2.3. MODUS ....................................................................................................... 6
2.4. CONTOH MEAN, MEDIAN, DAN MODUS ............................................ 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 13
3.2. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ukuran gejala pusat (central tendency) adalah ukuran statistik yang
menyatakan bahwa satu skor yang dapat mewakili keseluruhan distribusi skor atau
penilaian yang sedang diteliti. Tujuan dalam pengukuran gejala pusat adalah
untuk menerangkan secara akurat tentang skor/penilaian suatu objek yang sedang
diteliti, baik secara individual maupun kelompok, melalui pengukuran tunggal.

Istilah pemusatan data atau tendensi sentral digunakan dalam statistik


untuk menggambarkan ukuran statistik yang mewakili nilai tunggal dari distribusi
atau kumpulan data. Ukuran konsentrasi adalah nilai tunggal yang mewakili
semua data dan menampilkan pusat data, yang dipisahkan menjadi tiga bagian:
mean (rata-rata terhitung), median, dan modus.

Ukuran pemusatan data merupakan salah satu pengukuran data dalam


statistika. Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara
mpenyusunan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan mengenai suatu
keseluruhan berdasarkan data yang ada pada bagian dari keseluruhan tadi. Yang
termasuk dalam ukuran pemusatan data adalah rataan (mean), median, modus.
Untuk memudahkan dalam memahami materi ini, dibawah ini akan kita uraikan
mengenai mean, median dan modus.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu mean dan bagaimana cara menghitung mean?
2. Apa itu median bagaimana cara menghitung median?
3. Apa itu modus dan bagaimana cara menghitung modus?

1.3. Tujuan
1. Agar mengetahui tentang mean dan cara menghitung mean
2. Agar mengetahui tentang median dan cara menghitung median
3. Agar mengetahui tentang modus dan cara menghitung modus

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. MEAN
Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa buah data. Nilai mean dapat
ditentukan dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data. Mean adalah
sebuah rata-rata dari data yang diperoleh berupa angka. Mean adalah "Jumlah
nilai-nilai dibagi dengan jumlah individu" (Sutrisno Hadi; 1998).

Mean (rata-rata) merupakan suatu ukuran pemusatan data. Mean suatu data
juga merupakan statistik karena mampu menggambarkan bahwa data tersebut
berada pada kisaran mean data tersebut. Mean tidak dapat digunakan sebagai
ukuran pemusatan untuk jenis data nominal dan ordinal.

Berdasarkan definisi dari mean adalah jumlah seluruh data dibagi dengan
banyaknya data. Dengan kata lain jika kita memiliki N data sebagai berikut maka
mean data tersebut dapat kita tuliskan sebagai berikut :

Dimana:

x = data ke n

x bar = x rata-rata = nilai rata-rata sampel

n = banyaknya data.

Saleh (1998: 14) mengatakan mean menunjukkan nilai rata-rata dan pada data
yang tersedia dimana nilai rata-rata hitung merupakan penjumlahan bilangan/nilai
daripada pengamatan dibagi dengan jumlah pengamatan yang ada. Menurut
Siregar (2010: 20) Rata-rata hitung adalah jumlah dari serangkaian data dibagi
dengan jumlah data. Sedangkan menurut Rachman (1996: 15) Mean adalah
jumlah nilai dibagi dengan jumlah/banyaknya individu. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Rata-rata hitung adalah jumlah dari seluruh data dibagi dengan
jumlah/banyaknya data.

1. Cara Menghitung Mean


1) Data tunggal
Berikut adalah rumus mean data tunggal menurut Siregar (2010: 20)

2
𝑥₁ + 𝑥₂ + 𝑥₃+. . . +𝑥ₙ
X̅ =
𝑛
Keterangan:
X̅ = Mean (rata-rata)
𝑥₁, 𝑥₂.. = data ke 1,2,2 sampai ke n
n = banyaknya data

2) Data berkelompok
Rumus mean untuk data berkelompok menurut Syofian Siregar (2010: 21-
23) adalah

Keterangan:
X̅ = Mean (rata-rata)
xᵢ = data ke I sampai ke n
fᵢ = frekuensi masing-masing nilai xᵢ atau frekuensi kelas keberapa
Ʃ = sigma (jumlah)

Catatan: Pendekatan perhitungan nilai rata-rata hitung dengan menggunakan


distribusi frekuensi kurang akurat dibandingkan dengan cara perhitungan rata- rata
hitung dengan menggunakan data aktualnya. Pendekatan ini seharusnya hanya
digunakan apabila tidak memungkinkan untuk menghitung nilai rata-rata hitung
dari sumber data aslinya.

2.2. MEDIAN
Bentuk ukuran gejala pusat atau ukuran pemusatan yang lainnya adalah
median.Medianadalah nilai tengah dari suatu data terurut dari yang terkecil ke
yang terbesar atau sebaliknya dari yang terbesar ke yang terkecil. Median
merupakan garis pembagi dari sekumpulan data menjadi dua bagian yang sama
besarnya(Nursalam, 2015).

Median adalah nilai tengah dari kumpulan data yang telah diurutkan, jika
jumlah data Ganjil maka Nilai Median adalah satu nilai yang berada ditengah

3
urutan, namun jika jumlah data Genap maka Mediannya adalah hasil penjumlahan
dua nilai yang berada ditengah urutan data, kemudian hasilnya dibagi dua(Untari,
2020).

Menurut Anto Dajan dalam (Marhawati & dkk, 2022)Median adalah nilai
sentral dari suatu distribusi frekuensi. Juga Mangkuatmodjo menjelaskan bahwa,
median merupakan nilai yang membagi serangkaian nilai variabel (data)
sedemikian rupa sehingga setengah dari rangkaian itu mempunyai nilai yang lebih
kecil dari atau sama dengan nilai median. Sedangkan setengahnya lagi memiliki
nilai yang sama dengan atau lebih besar dari nilai median. Oleh karena itu median
juga disebut rata-rata letak karena yang menjadi dasar adalah letak variabel bukan
nilainya.

Langkah-langkah menentukan median adalah(Ananda & Fadhli, 2018):

• Menyusun data menjadi bentuk tersusun menurut besarnya.


• Menentukan nilai tengahnya yaitu skor yang membagi distribusi menjadi
dua sama besar.
• Jika jumlah frekuensi ganjil maka menentukan median akan mudah yaitu
skor yang terletak di tengah-tengah barisan skor tersusun.
• Jika jumlah frekuensi genap maka median merupakan rata-rata dari dua
skor yang paling dekat dengan median.
1. Cara Menghitung Median
1) Median Data Tunggal
Jika jumlah suatu data (n) berjumlah ganjil, maka nilai mediannya
adalah sama dengan data yang memiliki nilai di urutan paling tengah,
dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
𝑛+1
Jumlah data ganjil rumusnya : Me = X ( )
2

Selanjutnya, apabila jumlah n dari suatu data berjumlah genap,


maka untuk menghitung mediannya dengan menggunakan rumus:
1 𝑛 𝑛
Jumlah data genap rumusnya : Me = 2 (𝑥 ( 2 ) + 𝑥 ( 2 + 1))

4
2) Median Data Kelompok
Untuk mencari median dari data perkelompok, dapat dilakukan dengan
cara menggunakan bantuan dari angka frekuensi kumulatif kurang dari.
Adapun untuk menghitung median data perekelompok, dapat dilakukan
dengan rumus dibawah ini;

n
2
− 𝐟𝐤
Rumus: Me = Tb +( ).p
f

Keterangan:

Tb : Tepi bawah interval kelas


n : banyaknya data
fk : frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median
p : Panjang kelas
2. Kelebihan dan Kekurangan Median
Karena teknik perhitungannya sederhana dan tidak rumit, median
sebagaiukuran rata-rata memiliki keunggulan karena dapat mengumpulkan media
dalam waktu singkat. Median memiliki kelemahan karena kurang tepat sebagai
metrik rata-rata.
3. Pemanfaatan Median
Nilai median relatif lebih cepat ditemukan daripada nilai mean, karena
perhitungannya tidak harus dilakukan satu persatu terhadap skor atau data yang
ada. Namun justru kondisi seperti inilah yang menjadikan nilai median dianggap
kurang teliti. Median sering digunakan saat kondisi data bersifat tidak normal (a
symetris), tidak ada waktu yang cukup (banyak) untuk menghitung mean, tidak
dimaksudkan untuk mencari rata-rata dengan tingkat akurasi (ketelitian) yang
tinggi namun sekedar ingin mengetahui nilai pertengahan (median) dari
sekumpulan data (skor) yang terkumpul, dan tidak akan dilanjutkan dengan
analisis statistik yang lain (Mundir, 2012).

5
2.3. MODUS
Ukuran gejala pusat yang lain yang sering digunakan adalah modus. Modus
diartikan sebagai nilai yang sering muncul dari suatu kelompok data. Modus
sering digunakan jika data berupa data nominal, karena dengan ukuran ini mampu
memberikan informasi tentang adanya kategori tertentu yang mendominasi
kategori lainnya dalam suatu pengamatan. (Nursalam, 2015)

Modus adalah nilai yang diamati secara teratur. Simbol untuk modus adalah
Mo. Modus disebut unimodus jika hanya ada satu nilai yang muncul. Bimodus
digunakan bila ada dua atau lebih jenis nilai.

Modus menurut buku Matematika kelas XI (Kemendikbud, 2014: 7) adalah


data yang paling sering muncul atau nilainya paling banyak. Pengertian modus
menurut Kosko dan Amirruzzaman (2016:627) adalah "nilai yang paling sering
muncul dalam suatu kumpulan data". Definisi ini, bagaimanapun, tidak cukup.
Tujuannya lebih penting daripada mode, yaitu nilai yang paling sering muncul dan
menunjukkan atau melambangkan kumpulan data. Berikut ciri-ciri modus
(Boediono dan Koster, 2014: 67):

a. Tidak relevan dengan nilai ekstrem


b. Dapat digunakan dengan data homogen (tidak ada nilai ekstrem) maupun
(data dengan satu atau lebih nilai ekstrem)

Menurut Ahmad Sudijono (2011:105), modus adalah skor atau nilai yang
memiliki frekuensi tertinggi atau frekuensi maksimum dalam distribusi data.
Berdasarkan sudut pandang tersebut, modus dapat didefinisikan sebagai nilai yang
paling sering muncul atau memiliki frekuensi tertinggi dalam suatu kumpulan
data.

Modus biasanya digunakan dengan kategori, ordinal, dan data diskrit. Pada
kenyataannya, dengan data kategoris, seperti rasa es krim paling populer, modus
adalah satu-satunya ukuran tendensi sentral yang dapat digunakan. Namun, tidak
ada nilai sentral untuk data kategorikal karena kami tidak dapat mengurutkan
pengelompokan. Modus data ordinal dan diskrit mungkin merupakan nilai yang
tidak terpusat. Mode ini menunjukkan nilai yang paling umum sekali lagi.

6
Modus digunakan untuk mengekspresikan fenomena yang paling umum. Mo
adalah singkatan umum untuk mode atau mode. Satu mode (unimodus), dua mode
(bimodus), lebih dari dua mode (multimodus), atau tidak ada mode sama sekali
dapat ditemukan dalam data. Jika jumlah frekuensi pada data pengamatan sama,
maka data tersebut tidak memiliki modus. Ada dua jenis modus yaitu modus data
tunggal dan modus data berkelompok

1. Cara Menghitung Modus


1) Modus data tunggal
Cara menentukan modus untuk data belum perkelompok terbilan cukup
mudah. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengurutkan data
dimulai dari data yang terkecil sampai data yang terbesar sehingga data-
data yang memiliki nilai yang sama akan berdekatan satu sama lain.
Langkah selanjutnya adalah mencari frekuensi dari masing masing nilai
data.

2) Data perkelompok
Jika data telah dikelompokkan, dalam arti telah disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi. Kelas modus sering disebut sebagai kelas dengan
frekuensi tertinggi. Rumus berikut digunakan untuk menentukan nilai
modus:

𝑑₁
𝑀𝑜 = 𝑇𝑏 + ( ) .𝑃
𝑑₁+𝑑₂

Dimana:
Tb = tepi bawah kelas modus
d₁ = selisih frekuensi kelas modus dengan frekukensi sebelumnya
d₂ = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi sesudahnya
P = panjang kelas

7
2. Kelebihan dan Kekurangan Modus

Seperti yang dapat dilihat dari uraian sebelumnya, kelebihan modus adalah
dapat membantu kita memperoleh rata-rata dalam waktu sesingkat mungkin, yang
merupakan ciri dari data yang sedang kita hadapi. Dengan kondisi.

Kekurangannya adalah tidak akurat karena terlalu sederhana atau mudah


diperoleh (achieve). Selanjutnya, jika frekuensi tertinggi distribusi lebih besar dari
satu dan frekuensi data yang kita lihat lebih besar dari satu, kita akan menerima
mode yang lebih besar dari buah. Skenario lain adalah bahwa kita tidak akan
dapat menemukan atau menentukan mode dalam distribusi frekuensi karena
semua skor memiliki frekuensi yang sama. Pada akhir hari, sebagai sebuah ukuran
rata-rata, sedangkan modus sifatnya tidak stabil.

3. Interpretasi mengenai penggunaan modus.

Kebanyakan orang yang belum pernah mempelajari metode statistik mungkin


memiliki pengertian "rata-rata" yang mirip dengan modus sebagai rata-rata. Hal
ini terutama benar jika menyangkut konsep sifat kualitatif. Istilah "rata-rata" dan
"biasanya" atau "paling sering" sering dipertukarkan. Ini bukan blunder.
Pengusaha sering menghitung biaya produksi rata-rata dengan mengambil biaya
produksi yang paling sering dikeluarkan oleh pengusaha selama periode tertentu
daripada mencari biaya produksi rata-rata untuk periode tersebut. Pengusaha
sering menggunakan modus sebagai dasar perhitungan daripada perhitungan rata-
rata ketika merumuskan aturan tentang penimbunan dan pemesanan kembali
barang.(Marhawati & dkk, 2022)

2.4. CONTOH MEAN, MEDIAN, DAN MODUS


1. Data Tunggal

Diketahui Sebuah data berat badan siswa, yang sudah diurutkan sebagai
berikut:
40, 42, 42, 43, 43, 44, 45, 45, 46, 46, 46, 47, 47, 48, 48, 48, 48, 49, 50, 50, 50, 51,
52, 52, 53, 54, 55, 58, 59, 63

8
a. MEAN
𝑥₁+𝑥₂+𝑥₃+...+𝑥ₙ
Rumus: X̅ =
𝑛

X̅ dibaca x bar

n : banyaknya data

Jadi,
X̅ =
40+42+42+43+43+44+45+45+46+46+46+47+47+48+48+48+48+49+50+50+50+51+52+52+53+54+55+58+59+63
30

1418
X̅ = = 47,26
30

b. MEDIAN
𝑛+1
Rumus: untuk jumlah data ganjil rumusnya : Me = X ( )
2

1 𝑛 𝑛
untuk jumlah data genap rumusnya : Me = (𝑥 ( ) + 𝑥 ( + 1))
2 2 2

Karena jumlah data diatas genap yairu 30, maka:


1 𝑛 𝑛
Me = 2 (𝑥 ( 2 ) + 𝑥 ( 2 + 1))

1 30 30
= 2 (𝑥 ( 2 ) + 𝑥 ( 2 + 1))

1
= 2 (𝑥₁₅ + 𝑥₁₆)

Karena x₁₅ adalah 48 dan x₁₆ adalah 48 maka:


1
Me = 2 (48 + 48)
1
= 2 (96) = 48

c. MODUS
Modus (angka yang sering muncul) yaitu 48 sebanyak 4 kali
2. Data Kelompok

Dari data berat badan siswa sebelumnya, maka dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

9
Berat Badan Frekuensi (fᵢ) Nilai Tengah (xᵢ) fᵢ.xᵢ fk
40 – 44 6 (40+44) : 2 = 42 6×42 = 252 6
45 – 49 12 (45+49) : 2 = 47 12×47 = 564 18
50 – 54 8 (50+54) : 2 = 52 8×52 = 416 26
55 – 59 3 (55+59) : 2 =57 3×57 = 171 29
60 – 64 1 (60+64) : 2 = 67 1×62 = 62 30
Jumlah Σfᵢ 30 Σfᵢ.xi 1465

a. MEAN

Ʃ𝑓ᵢ.𝑥ᵢ
Rumus: X̅ =
Ʃ𝑓ᵢ

xᵢ : titik tengah interval kelas

fᵢ : frekuensi kelas keberapa

Ʃ : siqma (jumlah)

1465
Maka: X̅ = = 48,87
30

b. MEDIAN

n
2
− 𝐟𝐤
Rumus: Me = Tb +( ).p
f

Tb : Tepi bawah interval kelas


n : banyaknya data
fk : frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median
p : Panjang kelas
Pertama tentukan fk (frekuensi kumulatif) Fk
6
18
26
29
30

10
Lalu mencari interval kelas untuk menentukan Tb
1
Rumus: .n
2
1
= 2 . 30 = 15

15 diantara fk 6 – 18, maka 18 di interval kelas berada di antara 45 – 49, berarti


interval kelasnya adalah 45 (45 adalah tepi bawah kelas dari interval kelas 18)
Sehingga Tb dapat ditentukan:
Tb = tepi bawah – 0,5
= 45 – 0,5 = 44,5
n = 30
fk = 6 (karena fk sebelum kelas median (12) yaitu 6)
f = 12 (dilihat dari interval kelas)
p = 5 (45 – 49 ⇒ 45, 46, 47, 48, 49 berarti panjang kelas 5)

Maka:
n
− 𝐟𝐤
2
Me = Tb +( ).p
f
30
−𝟔
2
= 44,5 +( ).5
12

45
= 44,5 + (12)

= 44,5 + 3,75
= 48,25

c. MODUS

𝑑₁
Rumus: Mo = Tb + ( ) .p
𝑑₁+𝑑₂
Tb : tepi bawah kelas median
d₁ : selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi sebelumnya
d₂ : selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi sesudahnya

11
p : panjang kelas

Pertama mencari interval kelas untuk mencari Tb


Mencari interval kelas: (45 – 49) dilihat dari frekuensi angka yang paling banyak
12
Tb = tepi bawah – 0,5
= 45 – 0,5 = 44,5
d₁ = selisih frekuensi kelas modus – sebelumnya
d₁ = 12 – 6 = 6
d₂ = selisih frekuensi kelas – sesudahnya
d₂ = 12 – 8 = 4
p =5

Maka:
𝑑₁
Mo = Tb + ( ) .p
𝑑₁+𝑑₂
6
= 44,5 + ( ) .5
6+4
= 44,5 + 3
= 47,5

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Mean (rata-rata) merupakan suatu ukuran pemusatan data. Mean suatu data
juga merupakan statistik karena mampu menggambarkan bahwa data tersebut
berada pada kisaran mean data tersebut. Mean tidak dapat digunakan sebagai
ukuran pemusatan untuk jenis data nominal dan ordinal.

Median adalah nilai tengah dari kumpulan data yang telah diurutkan, jika
jumlah data Ganjil maka Nilai Median adalah satu nilai yang berada ditengah
urutan, namun jika jumlah data Genap maka Mediannya adalah hasil penjumlahan
dua nilai yang berada ditengah urutan data, kemudian hasilnya dibagi dua. Karena
teknik perhitungannya sederhana dan tidak rumit, median sebagaiukuran rata-rata
memiliki keunggulan karena dapat mengumpulkan media dalam waktu singkat.
Median memiliki kelemahan karena kurang tepat sebagai metrik rata-rata.

Modus diartikan sebagai nilai yang sering muncul dari suatu kelompok data.
Modus sering digunakan jika data berupa data nominal, karena dengan ukuran ini
mampu memberikan informasi tentang adanya kategori tertentu yang
mendominasi kategori lainnya dalam suatu pengamatan. Modus adalah nilai yang
diamati secara teratur. Simbol untuk modus adalah Mo. Modus disebut unimodus
jika hanya ada satu nilai yang muncul. Bimodus digunakan bila ada dua atau lebih
jenis nilai. Modus dapat membantu kita memperoleh rata-rata dalam waktu
sesingkat mungkin, yang merupakan ciri dari data yang sedang kita hadapi tetapi
modus tidak akurat karena terlalu sederhana atau mudah diperoleh (achieve).

3.2. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya, semoga
makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, R., & Fadhli, M. (2018). Statistik Pendidikan (Teori Dan Praktik Dalam
Pendidikan). Medan: CV. Widya Puspita.
Marhawati, & dkk. (2022). Statistika Terapan. Tahta Media Group.
Mundir. (2012). STATISTIK PENDIDIKAN. Jember: STAIN Jember Press.
Nursalam. (2015). Statistika Pendidikan. Makassar: Alauddin University Press.
Untari, D. T. (2020). Buku Ajar Statistik 1. Purwokerto: Penerbit CV. Pena
Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai