Anda di halaman 1dari 21

RISET KUALITATIF

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Terapan

Dosen pengampu :

Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd.

Dr. Dian Peniasiani, M.Ed.

Disusun oleh :

Anggi Restu Pratama 2002058

PROGRAM STUDI PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Riset
Kualitatif”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian Terapan. Penulis menyadari dalam proses penyusunan
makalah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang membantu
dalam proses penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari hasil yang sempurna,
untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan juga memberikan ilmu pengetahuan
serta wawasan yang lebih luas tentang Metodologi Penelitian Terapan.

Bandung, 13 Oktober
2021

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................1

1.4 Manfaat...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Hakikat...........................................................................................................3

2.2 Prosedur..........................................................................................................5

2.3 Melakukan Triangulasi.................................................................................10

BAB III KESIMPULAN..................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melaksanakan sebuah riset, semua aktivitas yang berkaitan dengan hal
tersebut harus mempunyari rujukan dan pedoman yang jelas. Karena hal tersebut
dapat memudahkan seseorang dalam melaksanakan penelitian.
Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk
menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dimana
usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Sehubungan
dengan hal tersebut, peneltian adalah suatu kegiatan objektif dalam usaha
menemukan dan mengembangkan, serta menguji ilmu pengetahuan berdasarkan
atas prinsip-prinsip, teori-teori yang disusun secara sistematis melalui proses yang
intensif dalam pengembangan generalisasi. Ada banyak sekali metode penelitian
yang bisa digunakan, salah satunya metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.
Dalam penelitian kualitatif harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas
sehingga bisa bertanya, menganalisis, dan mengkontruksi obyek yang akan diteliti
menjadi lebih jelas. Dalam makalah ini akan dibahas secara mendalam mengenai
riset kualitatif.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa hakikat Riset Kualitatif?
1.2.2 Bagaimana prosedur Riset Kualitatif?
1.2.3 Bagaimana cara melakukan Triangulasi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami hakikat Riset Kualitatf.
1.3.2 Untuk mengetahui prosedur Riset Kualitatif.
1.3.3 Untuk mengetahui cara melakukan Triangulasi.

1
1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
mengenai Metodologi Penelitian Terapan khususnya Riset Kualitatif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat
Dalam bidang pendidikan, riset kualitatif pada umumnya dilakukan dalam
konteks riset evaluasi, riset pedagogik, dan riset tindakan. Konteks riset kualitatif
dalan bidang pendidikan produknya adalah tesis dan teori-teori yang diangkat dari
dasar (grounded theory) (Ali dan Asrori, 2014). Menurut Ali dan Asrori (2014)
riset kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan riset yang berorientasi
pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Mengingat orientasinya demikian,
sifatnya mendasar dan naturalis atau bersifat kealamian, serta tidak dilakukan di
laboratorium, melainkan di lapangan. Oleh karena itu riset semacam ini sering
disebut dengan inkuiri naturalistic (naturalistic inquiry) atau studi lapangan (field
study). Riset ini popular dalam bidang psikologi social dan sosiologi, serta dalam
pendidikan setelah banyak ahli terkait merasakan banyaknya kelemahan dari riset
yang dilakukan dalam bidang-bidang tersebut yang dilaukan di laboratorium
menggunakan eksperimen. Adapun kritik utama terhadap riset laboratorium dalam
bidang-bidang (Ali dan Asrori, 2014) itu adalah:

1) Melalui riset laboratorium, banyak sekali makna dari apa yang terjadi
hilang akibat banyknya kontrol terhadap tingkah laku.
2) Karena skenarionya bersifat artifisial (bukan situasi sebenarnya)
mengakibatkan apa yang terjadi di laboratorium berbeda dengan kenyataan
dalam kehidupan sebenarnya.
3) Tingkah laku dalam kehidupan sebenernya tidak bisa hanya dikaji dari
hubungannya dengan dua atau tiga variabel bebas sebagaimana dilakukan
dalam eksperimen. Para ahli terkait juga memandang bahwa tingkah laku
dalam kehidupan.

Adapun ciri-ciri riset yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif


adalah sebagai berikut.
1) Tatanan alami merupakan sumber data yang bersifat langsung dan pelaku
riset itu sendiri menjadi instrumen kunci.

3
2) Dalam melaksanakan riset kualitatif, pelaku riset kualitatif, menggunakan
waktu cukup lama untuk langsung berbaur dengan situasi sebenarnya
sebagai sumber data. Kunci keberhasilan riset ini terletak pada
pemahaman pelaku riset pada konteks suatu peristiwa atau gejala.
3) Riset kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti hanya bersifat
mendeskripsikan makna data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh
pelaku riset, dengan menunjukkan bukti-buktinya.
4) Riset kualitatif mementingkan proses, bukan hasil atau produk. Berbeda
dengan umumnya riset, terutama riset kuantitatif yang memperdulikan
produk atau hasil, dalam riset kualitatif kepeduliannya adalah proses,
seperti interaksi antar subjek (Dove, 2002). Oleh karena itu pertanyaan
yang diajukan lebih bersifat radikal.
5) Analisis data bersifat induktif. Riset kualitatif tidak berupaya mencari
bukti-bukti untuk pengujian hipotesis yang diturunkan dari teori, seperti
hal nya pendekatan kuantitatif. Akan tetapi, pelaku riset berangkat ke
lapangan untuk mengumpulkan berbagai bukti melalui penelaahan
terhadap fenomena, dan berdasarkan hasil penelaahan itu dirumuskan
teori. Jadi riset kualitatif bersifat dari bawah ke atas, tidak seperti riset
kuantitatif yang bersifat dari atas ke bawah. Dalam riset kualitatif teori
yang dirumuskan disebut teori yang diangkat dari dasar atau grounded
teori. Meskipun demikian bukan berarti pelaku riset berangkat ke lapangan
tanpa pegangan atau perencanaan. Apabila demikian, data yang
dikumpulkan menjadi tidak terencana dan tidak terorganisir. Oleh karena
itu pelaku riset sebaiknya merumuskan terlebih dahulu kerangka acuan
atau bingkai kerja teoritis sebagai pengorganisasian kegiatan pengumpulan
data.
6) Kepedulian utama riset kualitatif adalah makna. Dalam riset ini,
keikutsertaan pelaku riset dalam proses atau interaksi dengan tatanan yang
menjadi objek riset merupakan salah satu kunci keberhasilan. Dalam
keikutsertaan itu, pelaku riset tidak menangkap makna sessuatu dari sudut
pandangnya sendiri sebagai orang luar, tetapi dari pandangan dia sebagai
subjek yang ikut terlibat dalam proses dan interaksi itu (Miles dan

4
Huberman, 1994). Sebagai contoh dalam melakukan riset tentang sebab-
sebab munculnya kenakalan remaja, pada saat pelaku riset mengumpulkan
bukti-bukti tentang hubungan anak dengan orang tua maka di satu pihak
dia membuat pemaknaan fenomena dari sudut pandang anak, dan lain
pihak dia juga membuat pemaknaan dari sudut pandang orang tua,Dengan
demikian pemaknaan yang dibuat lebih berarti dalam mengungkap gejala
tersebut.

2.2 Prosedur
Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari langkah-langkah riset adalah
penyusunan rancangan atau proposal. Hal tersebut berfungsi mengkomunikasikan
rencana yang terkait dengan pelaksanaan riset kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam riset kualitatif, cara Menyusun rancangan dan bentuknya
berbeda dengan lazimnya rancangan riset. Ada dua acara dalam menyusun
rancangan riset kualitatif, yaitu.
1. disusun setelah pelaku riset melakukan riset pendahuluan
2. disusun tanpa dasar hasil studi pendahuluan
Menurut Ali dan Asori (2014) berdasarkan temuan di lapangan cara pertama
akan lebih menjamin kesesuaian antara rancangan yang disusun dengan
pelaksanaan dan hasil yang dilaporkan. Sementara cara kedua dipandang sangat
spekulatif karena dalam hal ini pelaku riset hanya menduga-duga apa yang akan
dilakukan, apa yang mungkin terjadi dan keadaan sebenarnya di lapangan.
Dalam pelaksanaan riset, secara garis besar langkah-langkah yang ditempuh
adalah:
1) Merumuskan Fokus Masalah Riset
Orientasi masalah yang menjadi fokus riset kualitatif sangat berbeda dengan
riset kuantitatif. Perbedaan terletak pada kepeduliannya, yaitu pada proses dan
interaksi. Dalam riset kuantitatif, kepedulian masalah adalah hasil dan produk.
Oleh sebab itu riset ini biasanya dibuat dalam suatu rumusan yang
mempertanyakan hubungan antara dua atau lebih variabel. Sedangkan riset
kualitatif, hubungan variabel itu tidak secara eksplisit dituangkan dalam rumusan
masalah karena yang menjadi kepeduliannya adalah proses dan interaksi.

5
Sehingga rumusannya berorientasi mempertanyakan mengapa gejala itu muncul,
atau bagaimana proses gejala itu. Dengan orientasi seperti itu, dapat
dimungkinkan dilakukan analisis secara mendalam.
2) Menyusun Bingkai Kerja Teoritis
Bingkai kerja teoritis menurut Ali dan Asrori (2014) adalah semacam
kerangka acuan yang akan digunakan untuk memandu pelaku riset dalam
mengumpulkan data dan menganalisis data yang terkait dengan apa yang diteliti.
Bingkai kerja teoritis ini disusun oleh pelaku riset sendiri, berdasarkan organisasi
pemikiran yang bersifat nalar baik berdasarkan penelaahan mendalam terhadap
realita maupun mengacu kepada teori, konsep atau pandangan tertentu.
Sebagai contoh, pelaku riset akan melakukan riset yang terkait dengan proses
terbentuknya system nilai pada anak. Sebelum dia berangkat untuk
mengumpulkan data, terlebih dahulu disusun bingkai kerja, seperti pelaku riset
membuat asumsi teoritis bahwa system nilai itu terbentuk melalui system
lingkuangan anak. Berdasarkan bingkai kerja teoritis ini pelaku riset
mengumpulkan bukti-bukti, baik yang terkait dengan interaksi anak-orang tua,
anak dengan saudara-saudara, anak-anak-guru, anak-sebayanya, anak dengan
sanak family lain, dan seterusnya. Sehingga dapat disimpulkan dengan membuat
bingkai kerja teoritis seperti ini, semua data yang dikumpulkan dan bagaimana
menganalisisnya akan dipandu oleh kerangka tersebut.
3) Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data, riset kualitatif digunakan suatu desain
tertentu. Secara garis besar desain-desain riset kualitatif ada yang memfokuskan
pada penelaahan terhadap suatu kasus (telaah kasus tunggal), dan ada yang
memfokuskan pada penelaahan terhadap berbagai kasus (telaah kasus jamak).
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Ali dan Asrori, 2014) telaah kasus
tunggal adalah penelaahan secara mendalam terhadap suatu tatanan, subjek
tunggalm dokumen tunggal, atau satu peristiwa tertentu, sedangkan telaah kasus
jamak adalah penelaahan secara mendalam terhadap beberapa kasus dalam
rangka menyusun suatu teori.
Dalam telaah kasus tunggal sumber data adalah suatu tatanan, subjek,
dokumen, atau suatu peristiwa saja. Sementara itu dalam telaah kasus jamak

6
sumber data yang ditelaah berasal dari dua atau lebih tatanan, subjek, dokumen
atau peristiwa sebagai sumber data. Oleh karena itu dalam memilih sampel, baik
sampel subjek maupun bukan subjek, pertimbangan utama yang harus digunakan
adalah apakah ciri-ciri yang ada pada sampel yang digunakan itu terdapat pada
populasi dalam proporsi yang sama.
Kepedulian terhadap kasus tunggal, adakalanya terhadap sejarah organisasi,
aspek-aspek organisasi atau sejarah hidup. Adapun contoh kepedulian telaah
kasus terhadap sejarah organisasi, penelaahannya dipusatkan pada penelusuran
perkembangan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Sebagai contoh
Sistem Sekolah Kayutanam, di Sumatera Barat. Dalam pelaksanaan studi ini
dapat ditelusuri mengapa dan untuk apa system sekolah tersebut didirikan,
bagaimana pelaksanaanya pada tahun-tahun pertama, perubahan-perubahan dan
perkembangannya, bagaimana keadaan sekarang, dan factor apa yang
menyebabkan kurang berkembangnya system itu, atau mengapa sampai tidak ada
lagi (bila sudah ditutup). Sumber data yang diperlukan dalam telaah kasus
tunggal adalah subjek, tempat, situs, dokumen, dan peninggalan-peninggalan.
Sedangkan pelaksanaan pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara
mendalam dengan orang-orang yang mempunyai keterkaitan dengan lembaga itu,
mencermati berbagai dokumen atau peninggalan yang ada, dan mengobservasi
keberadaanya sekarang.
Sementara itu apabila kepeduliannya terhadap sejarah hidup seseorang, yang
terkait sosiologis maupun psikologis, sebagai media untuk memahami aspek-
aspek mendasar dari tingkah laku manusia atau institusi yang ada. Data riset yang
dikumpulkan dari tangan pertama, yakni orang yang bersangkutan dengan tujuan
utama untuk menyusun sejarah tentang karier orang yang bersangkutan.
Penelaahan difokuskan pada peran-peran oragnisasi atau lembaga tertentu,
peristiwa khusus tertentu, dan factor-faktor lain yang memberi sumbangan berarti
pada orang itu dalam merumuskan konsep diri dan pandangan tentang hidupnya.
Sementara itu tujuan dilakukannya telaah kasus jamak adalah untuk
menyusun teori. Oleh karena itu, pelaksanaanya lebih kompleks dan menuntut
kemampuan yang lebih tinggi dari pelaku riset. Telaah kasus jamak ini
diantaranya dapat dilakukan dengan metode induksi analitik. Teknik yang

7
digunakan dalam pengumpulan data meliputi wawancara, mendalam yang
menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka, observasi partisipatoris, dan
analisis dokumen atau peninggalan. Dalam pelaksanaanya, pelaku riset
berpegang pada suatu asumsi teoritis tentang suatu fokus riset, yang dirumuskan
sendiri sebelum berangkat mengumpulkan data. Asumsi teoritis ini bisa saja
berubah setelah data dikumpulkan. Oleh karena itu, pengumpulan data bukan
dilakukan hanya satu atau dua kali, melainkan beberapa kali sehingga bisa terjadi
perubahan terhadap asumsi teoritis yang dirumuskan oleh pelaku riset itu terjadi
berkali-kali pula. Pertanyaan yang terkait dengan fokus riset pun bisa di ubah-
ubah sesuai dengan fakta yang ditemukan, perubahan rumusan pertanyaan dan
asumsi teoritis itu diarahkan kepada fokus telaah sehingga dapat ditemukan atau
dirumuskan suatu teori yang terkait dengan fokus tersebut.
4) Menganalisis Data
Menurut Ali dan Asrori (2014) maksud utama analisis data adalah membuat
data itu dapat dimengerti sehingga penemuan yang dihasilkan bisa
dikomunikasikan kepada orang lain. Pelaksanaan analisis data dilakukan Ketika
pelaku riset masih di lapangan. Analisis data di lapangan terkait dengan
kepentingan memperbaiki atau mengubah, baik asumsi teoritis yang digunakan,
maupun pertanyaan yang menjadi fokus riset. Selanjutnya, analisis data
terkumpul dilakukan terkait dengan perumusan penemuan riset itu sendiri.
Dalam data kualitatif, jenis data yang dihasilkan adalah data lunak, yang
berupa kata-kata, baik yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan analisis
dokumen. Menurut Miles dan Huberman (1984) analisis data menempuh tiga
langkah utama yaitu, reduksi data, display atau sajian data, dan verifikasi data.
Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan,
mengabstraksi dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan.
Display/sajian adalah suatu cara untuk merangkai data dalam suatu organisasi
yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan atau tindakan yang diusulkan.
Yang terakhir verifikasi adalah penjelasan tentang makna data dalam suatu
konfigurasi yang secara jelas menunjukan alur kausalnya sehingga dapat diajukan
proposisi-proposisi yang terkait dengannya.

8
5) Menyusun Laporan
Laporan riset merupakan upaya pelaku riset mengkomunikasikan hasil atau
temuan yang diperolehnya kepada pihak-pihak terntentu. Bentuk laporan itu
sendiri bermacam-macam sesuai dengan kepentingannya. Dalam menyusun
laporan riset kualitatif, acuan pola yang digunakan memuat sekurang-kurangnya
empat persoalan pokok (Ali dan Asrori, 2014).
1. Konkes dan fokus permasalahan
Pelaku riset menguraikan konteks keberadaan permasalahan, kepentingan,
serta tujuan dilakukannya riset. Selanjutnya, dirumuskan fokus permasalahan
yang dikaji melalui riset tersebut. Selama pelaksanaan riset perumusan dan
pendefinisian permasalahan yang menjadi fokus riset sering kali berubah setelah
terjun kelapangan, maka rumusan fokus permasalahan yang dilaporkan adalah
rumusan akhir saja.
2. Bingkai kerja teoritis
Disini dimuat pembahasan tentang rasional dari penelaahan kasus (baik kasus
tunggal maupun kasus jamak), konsep-konsep, atau teori yang telah ada yang
terkait dengan kasus tersebut, jabaran dari aspek-aspek kasus, konsep pelaku riset
tentang kasus itu, asumsi-asumsi terkait yang diajukan, serta rumusan bingkai
kerja teoritis atau kerangka asumsi teoritis yang akan digunakan dalam menelaah
kasus tersebut. Rumusan itu dibuat dalam bentuk narasi telebih dahulu, namun
pada akhir diabstraksi dalam suatu model atau bagan yang bersifat visual
sehingga memudahkan penggunaan kerangka tersebut sebagai acuan dan
pemandu, baik dalam pengumpulan data, analisis data maupun deskripsi data
serta verifikasi dan kesimpulan.
3. Deskripsi data
Deskripsi data menampilkan uraian tentang berbagai data yang ditemukan
berdasarkan catatan lapangan. Dalam deskripsi data, setiap data ditampilkan dan
diberi arti atau tafsiran.serta dihubungkan satu sama lain. Penyajian data
hendaknya berada dalam bingkai kerja teoritis yang dibuat. Untuk menghindari
tercemarnya deskripsi hasil riset dengan pendapat pribadi pelaku riset atau dengan
konsep orang lain, maka seiap pelaku riset memberi arti atau tafsiran terhadap

9
data. Rekaman data yang diperik dari catatan lapangan dicantumkan sebelum
penafsiran itu. Dalam membuat penafsiran dikemukakan keterkaitan antara data
saru dengan data lain, narasi dalam deskripsi data sebaiknya memberi gambaran
yang “hidup” tentang kasus yang ditelaah.
4. Verifikasi
Pada bagian ini ditampilkan secara eksplisit temyan yang diperoleh.
Penyajiannya dapat dimulai dari membuat rangkuman terhadap deskrispsi data
yang dikaitkan dengan bingkai kerja atau asumsi teoritis yang telah dibuat.
Selanjutnya dibuat rumusan kesimpulan yang bisa juga berupa teori atau dali-
dalil yang terkait dengan kasus jamak dan bukan konteks riset evaluasi atau
tindakan. Pada bagian ini juga dapat diajukan implikasi dari temuan yang
diperoleh.

2.3 Melakukan Triangulasi


Istilah triangulasi berasal dari terminology khas dalam riset kualitatif. Jika
menelaah paradigma riset yang berkembang sampai dengan sekarang, ada dua
paradigma yang sama-sama berkembang dengan pesat, yaitu paragidma
positivistic dan pos-positivistik. Dari perbedaan paradigma inilah muncul istilah
triangulasi, disebabkan oleh perbedaan dalam mendefinisikan realitas. Pada
hakikatnya, riset merupakan upaya memahami, menjelaskan dan memprediksikan
realitas.
Perbedaan dalam mendefinisikan realitas, sebagai upaya mencapai kebenaran
ilmiah, akan mempengaruhi perbedaan paradigma risetnya dan berakibat pada
proses riset itu sendiri. Triangulasi merupakan salah satu pertanda yang khas
dalam perbedaan proses riset yang berparadigma pos-positivistik ataupun
kualitatif.
Kualitas manusia berbeda karena memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
penalaran dan abstraksi, variasi kualitas penalaran dan abstraksi itu menyebabkan
manusia senantiasa merupakan teka-teki besar yang sulit terpecahkan (enigma)
bagi manusia lain bahkan kadang-kadang bagi dirinya sendiri. Realitas soal
manusia, menjadi salah satu objek upaya mencari kebenaran ilmiah, membawa
akibat bagi perkembangan metodologisnya. Riset sebagai salah satu upaya

10
mencari kebenaran ilmiah berkembang terus dan paradigma positivistic
menguasai tradisi riset social, termasuk riset pendidikan, dalam jangka waktu
yang cukup lama.

1) Konsep Realitas
Dalam konteks hakikat realitas sebagai dasar perlunya proses triangulasi
dalam riset. Goldstain & Goldstain (1980) mengajukan empat pandangan
filosofis mengenai hakikat realitas yakni:
Pertama, realitas obyektif yang mewakili pandangan realisme naif.
Menurut pandangan ini, apa yang disebut realitas nyata itu benar-benar ada
dan pengalaman langsung dapat menjangkau realitas objektif itu melalui
pancaindra, baik itu realitas fisik, social, psikis, maupun temporal.
Kedua, realitas yang dipersepsi. Menurut pandangan ini realitas yang
sesungguhnya itu ada, tetapi seseorang dapat mengetahui secara penuh.
Ketiga, realitas yang dikonstruksi. Pandangan ini berpendirian bahwa tidak
jelas apakah realitas itu ada atau tidak ada.
Keempat, realitas yang diciptakan. Pandangan ini bependapat bahwa
sesungguhnya sama sekali tidak ada yang disebut realitas hakiki itu. Realitas
yang ada hanyalah apa yang diciptakan oleh manusia, dan itu disebut realitas
karena manusia menyebutnya demikian.
Empat pandangan filosofis di atas menunjukan bahwa upaya mencari dan
merumuskan kebenaran ilmiah itu amat sulit. Tidak ada orang yang mengaku
dirinya yang paling benar dalam menemukan kebenaran ilmiah tanpa harus
berhadapat dengan pengecualian dan keberatan dari pihak lain. Ini
berimplikasi pada cara atau metode yang digunakan untuk sampai pada
kebenaran ilmiah, termasuk dalam kegiatan riset pendidikan. Karena riset
senantiasa berkaitan dengan empiris maka pertanyaan yang muncuk adalah
apakah hakikat pengalaman dan empiris itu?. Apa hubungannya dengan fakta
dan data? Istilah-istilah itu perlu diklarifikasi, meskipun penjelasan berikut ini
juga tidak berpotensi sebagai klarifikasi di tengah-tengah cara pemahaman.

11
Konsep realitas berkaitan erat dengan perspektif. Bahwa proses mental,
instrument, dan bahkan disiplin yang kita pegang tidaklah netral dalam upaya
mengangkat realitas dunia. Istilah subjektivitas juga dianggap kurang memadai
untuk melukiskan cara yang kita memandang dunia secara tidak netral itu.
Sebagai alternatif digunakan istilah perspektif. Perpspektif mengkonotasikan
suatu pandangan dari berbagai fokus yang berbeda-beda karena setiap fokus yang
diamati hanya menghasilkan satu gambaran. Oleh karena itu, untuk memperoleh
gambaran yang komprehensif harus menggunakan fokus perspektif yang
bermacam-macam.
2) Triangulasi dalam Riset
Mencermati pembahasan bahwa persepsi dan perspektif mengenai
objektivitas tentang realitas yang diamati tidak akan pernah sampai pada
objektivitas hakiki, dan yang dicapai adalah intersubjektivitas yang muncul dari
persepsi dan perpektif para sumber data dan pelaku riset sehingga riset dengan
triangulasi menjadi sangat penting.
Dalam riset kualitatif, triangulasi menjadi sesuatu yang menjadi sangat
penting untuk membantu pengamatan menjadi lebih jelas dan lebih terang
sehingga informasi yang diperlukan menjadi lebih jernih. Triangulasi adalah
proses validasi yang harus dilakukan dalam riset untuk menguji kesahihan antara
sumber data yang satu dengan sumber data yang lain atau metode yang satu
dengan metode yang lain (seperti observasi dengan wawancara). Triangulasi
penting karena menurut Lincon & Guba (1985) tidak ada satu informasi pun
dapat dipertimbangkan untuk diterima kecuali setelah dilakukan triangulasi.
Teknik triangulasi merupakan modus pelacakan atau pengecekan kepada
pihak ketiga atau sumber data ketiga guna meningkatkan peluang-peluang agar
temuan-temuan riset dan interpretasi terhadap temuan-temuan riset itu menjadi
lebih kredibel. Jika meminjam terminology riset kuantitatif, triangulasi dilakukan
agar data dan hasil riset serta interpretasinya lebih valid dan reliabel.
Dalam pelaksanaan triangulasi ada empat modus yang sebaiknya dilakukan,
yaitu penggunaan lebih dari satu atau beberapa sumber data, metode, investigator,
dan teori.

12
Triangulasi Sumber Data, triangulasi dengan modus penggunaan sumber data
yang berbeda dan lebih dari satu mengandung makna, bahwa suatu informasi
yang diperoleh dari satu sumber data dicek silang pada sumber data ang lain.
Tujuannya untuk memperoleh informasi lain yang mungkin mengkonter
informasi yang diperoleh dari sumber data sebelumnya atau bahkan memperkaya
informasi yang telah diperosel dari data pertama. Modus semacam ini disebut
dengan validasi kontekstual. Artinya, informasi yang diperoleh dari satu sumber
data divalidasi dalam konteksnya dengan sumber data yang lain. Seorang pelaku
riset dalam konteks modus triangulasi semacam ini, berada dalam proses
mengoreksi informasi yang diperoleh dari beberapa sumber data guna
menghindari terjadinya bias dalam merumuskan premis-premis yang mendukung
data atau informasi yang diperlukan.
Triangulasi Metode, artinya dalam pengumpulan data itu menggunakan
beberapa metode. Triangulasi dengan menggunakan beberapa metode yang
berbeda ini memiliki teraf kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan triangulasi
dengan sumber data. Kesulitannya kerena memberikan beban kerja yang lebih
berat, lebih banyak dan lebih bervariasi, meskipun memiliki kelebihan data atau
informasi yang diperolehnya dapat dipercaya. Triangulasi metode ini
mengandung dua makna, pertama; penggunaan beberapa metode yang berbeda
untuk pengumpulan data (misalnya kuisioner, wawancara, observasi, dan tes).
Kedua; penggunaan desain atau rancangan riset yang berbeda. Triangulasi
dengan metode ini dapat dikembangkan pada paradigma riset kualitatif
konvensional. Maksudnya, paradigm riset kualitatif konvensional ini masih
mengenal dan mengembangkan apa yang disebut desain yang terus berubah,
khususnya pada riset dengan inkuiri naturalistik. Sulit dan bahkan tidak mungkin
seorang pelaku riset menggunakan desain lebih dari satu yang berbeda satu sama
lain karena akan menyulitkan pelaku riset itu sendiri di lapangan.
Triangulasi Investigator. Artinya dalam riset itu ketika melakukan triangulasi
menggunakan lebih dari satu investigator atau pelaku riset, ini merupakan suatu
konsep yang dipandang sangat layak untuk masuk ke dalam berbagai
permasalahan yang diteliti secara naturalistic. Dasar pemikiran dari triangulasi
investigator jika desai risetnya bersifat terus berubah atau berkembang dan

13
formatnya sangat tergantung pada interaksi khususnya yang dimiliki investigator
dengan fenomena yang dihadapi sehingga seorang pelaku riset tidak bisa
berharap terjadinya kolaborasi antara investigator satu dengan yang lainnya.
Permasalahan yang mungkin muncul pada model ini adalah masalah
replikabilitas yang diharapkan untuk menjamin reliabilitas informasi yang
dikumpulkan. Dengan model tim kolaboratif ini mungkin terjalinnya
interkomunikasi intensif antaranggota tim dan bergerak secara serempak
melaksanakan investigasi data yang diperlukan, kemudian peluang untuk
mendapatkan data yang kredibel sangat dimungkinkan.
Triangulasi Teori, mengandung makna bahwa suatu fakta empiris hasil
investigasi divalidasi dengan beberapa teori dan harus memiliki kebenaran dalam
beberapa teori tersebut. Penggunaan triangulasi teori ini merupakan formulasi
yang tidak dapat diterima oleh para naturalis. Dasar pemikirannya adalah apa
maknanya dan apa yang dapat diperbuat jika suatu fakta tertentu bisa konsisten
dengan dua teori atau lebih. Dalam kenyataannya, jarang sekali suatu fakta betul-
betul memiliki koherensi dalam lebih dari satu teori. Jika ada terjadi suatu fakta
atau lebih maka temuan riset atau fakta itu lebih merupakan suatu fungsi dari
kesamaan teori daripada kebermaknaan fakta tersebut. Penggunaan banyak atau
lebih dari satu teori sebagai suatu teknik triangulasi malah mengandung
kelemahan sacara epistemologis maupun empiris.
Terlepas dari kelebihan dan kelemahan model-model triangulasi yang telah
dipaparkan, dapat diyakini bahwa temuan-temuan riset dan interpretasi yang
didasarkan pada temuan-temuan itu akan memiliki kredibilitas jika seorang
pelaku riset mampu:
- Mendemonstrasikan secara sistematis perjalanan panjang kegiatan risetnya,
seperti bagaimana dia mempelejarai konteks risetnya, meminimalkan distorsi-
distorsi yang ada, dan kemampuan membangun kepercayaan.
- Memberikat bukti-bukti hasil observasi yang dapat dipercaya. Misalnya,
kemampuan mengidentifikasi dan menilai factor-faktor penyebab objek yang
diteliti dan peristiwa-peristiwa khusus yang dipandang penting.

14
- Melakukan triangulasi dengan menggunakan sumber-sumber data yang
berbeda, beberapa metode yang berbeda, atau kadang-kadang menggunakan
investigator yang berbeda terhadap data yang telah terkumpul.

15
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Riset kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan riset yang
berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Mengingat
orientasinya demikian, sifatnya mendasar dan naturalis atau bersifat kealamian,
serta tidak dilakukan di laboratorium, melainkan di lapangan. Oleh karena itu riset
semacam ini sering disebut dengan inkuiri naturalistic (naturalistic inquiry) atau
studi lapangan (field study). Dalam melaksanakan riset kualitif harus dipahami
dengan baik bagaimana langkah-langkah riset kualitatif, prosedur riset kualitatif,
dan harus melakukan triangulasi sehingga menghasilkan hasil riset yang
maksimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. & Asrori, M. (2014). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta:
PT Bumi Aksara

17

Anda mungkin juga menyukai