Anda di halaman 1dari 29

MENGETAHUI KEPATUHAN DALAM AJARAN AGAMA SEBAGAI

IMPLEMENTASI LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Kajian Landasan
Pendidikan Keagamaan
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. KH. Sofyan Sauri, M.Pd.

Disusun Oleh:
Burhan Kurniansyah (2013072)

PROGRAM STUDI PEDAGOGIK


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wata’ala. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berkat
ridho dan rahmat-Nya saya sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga dapat
memberi manfaat khususnya bagi mahasiswa dan umumnya bagi pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan tidak luput dari
berbagai kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan kearah yang lebih baik,
sehingga makalah ini dapat memberikan manfaat. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang mendukung dan membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga segala bantuan, dorongan, dan bimbingan yang telah diberikan menjadi nilai ibadah
dimata Allah Subhanahu wata’ala. Aamiin.

Bandung, Maret 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan ..........................................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................2
BAB II LANDASASAN TEORI
2.1 Patuh Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.......................................................3
2.2 Hubungan Manusia dengan Tuhan .............................................................4
2.3 Menjaga Alam Ciptaan Tuhan.....................................................................5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Makna kepatuhan terhadap Tuhan Yang Maha Esa…...................................7

3.2 Hubungan manusia dengan Tuhan Pencipta Alam Jagat Raya......................9


3.3 Menjaga dan melestarikan alam ciptaan Tuhan Sebagai sarana kegiatan
pendidikan.........................................................................................................15

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kesimpulan.........................................................................................................22
Daftar Pustaka .........................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini memiliki tujuan untuk senantiasa
menyembah dan patuh kepada Alalh sebagaimana dalam firman Allah “Bahwa tidak Aku
ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku” dalam ayat ini sudah
terlihat jelas bahwa penciptaan manusia di muka bumi untuk senantiasa patuh terhadap Tuhan
yang Maha Kuasa. Sudah seharusnya sebagai umat manusia senantiasa patuh terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam menjalankan perintah-Nya dan manjuhi segala larangan-Nya. Bebruat
yang ma’ruf dan mencegah dari yang mun’kar.
Hubungan umat manusia dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta harus menyakini bahwa
manusia ada tidak serta merta ada, namun ada diadakan oleh yang ada. Sebagaimana
penciptaan Nabi Adam terdahulu sebagai umat manusia pertama di alam ini yang diciptakan
oleh Allah dari tanah, dan ditiupkan ruh. Allah juga memberikan tahu kepada Nabi Adam
mengenai nama-nama benda kepada Nabi Adam.
Proses penciptaan manusia sebagai salah satu makhluk Allah yang menetap di muka
bumi sebagai tempat untuk menjalani kehidupan sementara waktu sebelum pergi kembali
meninggalkan muka bumi ini. Diperintahkan oleh Allah untuk umat mausia sebagai khalifah
di muka bumi untuk menjaga kehidupan di muka bumi ini agar senantiasa hidup selaras
dengan alam. Alam yang hidup berdampingan dengan manusia merupakan manisfestasi
Tuhan sebagai pencipta yang mewujudkan keberadaan-Nya dengan menciptakan segala
sesuatu yang ada. Penciptaan alam semesta khusunya bumi diperuntukkan untuk
keberlangsungan kehidupan umat manusia. Kekayaan sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya boleh dimanfaatkan sebaik-baiknya secara bijaksana untuk keperluan umat
manusia untuk kesejahteraan kehidupan.
Berdasarkan hal di atas maka manusia dan alam merupakan satu kesatuan sebagai
ciptaan Tuhan. Manusia memiliki kewajiban dalam menjaga hubungannya dengan Tuhan
agar senantiasa hidup bahagia untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Adapun muka
bumi sebagai tempat makhluk hidup dimana manusi sebagai salah satu makhluk yang
menempatinya yang telah diberi akal, pikiran dan rasa diperbolehkan untuk mememanfaatkan
kekayaan yang tersedia di alam untuk keperluan hidupnya. Namun kewajiban manusia juga
untuk manjaga dan melestarikan alam agar senatiasa terjaga keindahanya.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Makna kepatuhan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Bagaimana Hubungan manusia dengan Tuhan Pencipta Alam Jagat Raya
3. Bagaimana Menjaga dan melestarikan alam ciptaan tuhan. Sebagai sarana kegiatan
pendidikan

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Makna kepatuhan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Mengetahui Hubungan manusia dengan Tuhan Pencipta Alam Jagat Raya
3. Mengetahui Menjaga dan melestarikan alam ciptaan tuhan. Sebagai sarana kegiatan
pendidikan

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini sebagai manusia dapat memehami makna kepatuhan
terhadap Tuhan yang Maha Esa, memahami hubungan manusia dengan Tuhan pencipta alam
jagat raya dan sebagai umat manusia yang dijadikan khalifah di muka bumi untuk senantiasa
menjaga dan melesatrikan alam ciptaan Tuhan dalam implementasi pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Patuh Terhadap Tuhan Yang Maha Esa


Manusia merupakan bagian dari alam semesta (kosmos) yang telah diciptakan oleh
Allah SWT., dan sebagai abdi-Nya. Manusia diberikan kuasa oleh Tuhan untuk
memanfaatkan, mengolah, dan menjaga potensi alam semesta yang telah diciptakan-Nya
(khalifatullah). Dengan alam pula manusia berproses dan memperoleh pengetahuan dari
Tuhan. Oleh karena itu membahas hubungan antara manusia, alam, dan Allah SWT sebagai
pencipta tidak dapat dipisahkan. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah
kepada Allah dan menjadi khalifah fil ardi.
Salah satu ayat yang menunjukkan bahwa manusia adalah seorang khalifah di muka
bumi ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT. Manusia menjadi khalifah
(pemimpin) di bumi, dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah, (2: 30)
ٰۤ ْ
‫ض َخلِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا‬ِ ْ‫ر‬ َ ‫اْل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ٌ ‫اع‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ِّ
ِ ِ َ ْ ِ ِِٕ ‫ال َرب َُّك لِل َم‬
‫ف‬ ‫ل‬ ‫ن‬ ‫ِا‬ ‫ة‬ َ
‫ك‬ g
‫ٕى‬ ‫ل‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬
٣٠ - ‫ال اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن‬ َ َ‫ك ۗ ق‬ َ َ‫ك َونُقَ ِّدسُ ل‬ َ ‫ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ ُن نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬ُ ِ‫َويَ ْسف‬
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”
Hanya manusia –dan bukan makhluk lain- yang bersedia dan memiliki kemampuan
untuk merealisasikan amanat sebagai wakil Tuhan. Tentang kesediaan manusia menerima
amanat ini digambarkan oleh Al-Qur’an bahwa langit, gunung dan bumi menolak amanat itu,
namun manusia menerimanya.
(QS. Az-Zariyat: 56).

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


٥٦ – ‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُد ْو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.
Allah mengabarkan tidaklah menciptakan jin dan manusia kecuali diperintahkan bagi
mereka untuk beribadah kepada-Nya saja tanpa menyekutukan-Nya, kemudian Allah balas
atas amalan-amalan mereka; Maka barangsiapa yang beramal baik, maka dibalas dengan

3
surga, dan barangsiapa yang beramal dengan amalan buruk, maka dibalas dengan adzab
neraka.

4
4

Fungsi manusia terhadap Allah bertumpu pada ajaran yang menegaskan bahwa Jin dan
Manusia diciptakan Allah agar mereka beribadah (mengabdi) kepada-Nya. Beribadah kepada
Allah dalam melaksanakan hidup sesuai pedoman dan petunjuk Allah yang telah disampaikan
kepada ummat manusia dengan perantara rasul-rasul-Nya. Rasul-rasul Allah diutus dengan
silih berganti, sejak Nabi Adam AS hingga yang terakhir Nabi Muhammad SAW. Pedoman
dan petunjuk Allah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad merupakan tahapan terakhir dari
pedoman dan petunjuk-Nya yang diperuntukan bagi seluruh umat manusia sepanjang masa.

2.2 Hubungan Manusia dengan Tuhan


Taqwa diaplikasikan dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, yaitu hubungan antara
seorang makhluk dengan khaliknya. Hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah
hubungan penghambaan yang ditandai dengan ketaatan, kepatuhan, dan penyerahan diri
kepada Allah. Ketaatan dan kepatuhan kepada Allah diawali denagn pengakuan dan
keyakinaan akan kemahakuasaanNya. Keyakinan itu akan mendorong untuk mewujudkan
dalam tingkah laku, berupa taat dan patuh kepada semua aturan yang telah digariskan Allah.
Ketaatan dan kepatuhan yang didasarkan atas keyakinan akan melahirkan ketenangan bathin
dan keikhlasan. Keikhlasan inilah yang menjadi okum utama seorang hamba yang taat.
Kepatuhan manusia sebagai hamba diaplikasikan dalam ketaqwaan yaitu dalam
hubungan seseorang dengan Tuhan, hubungan antara seorang makhluk dengan khaliknya.
Hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah hubungan penghambaan yang ditandai
dengan ketaatan, kepatuhan, dan penyerahan diri kepada Allah. Ketaatan dan kepatuhan
kepada Allah diawali denagn pengakuan dan keyakinaan akan kemahakuasaanNya.
Keyakinan itu akan mendorong untuk mewujudkan dalam tingkah laku, berupa taat dan patuh
kepada semua aturan yang telah digariskan Allah. Ketaatan dan kepatuhan yang didasarkan
atas keyakinan akan melahirkan ketenangan bathin dan keikhlasan.
Taqwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam
pengertian itu terkandung seluruh aspek ajaran Islam yang tercermin dalam perilaku taqwa.
Ibadah puasa berfungsi untuk mendidik dan melatih diri agar dapat mencapai derajat taqwa.
Orang yang taqwa digambarkan Oleh Allah di dalam Al-Quran, sebagaimana firmanNya:
5

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang Al-Ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepadamereka; dan mereka yang
beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan apa yang telah diturunkan kepada
sebelummu; serta mereka yakin akan adanya hari akhir. (Qs. 2/Al-Baqarah: 3-4).

2.3 Menjaga Alam Ciptaan Tuhan


Islam menempatkan manusia dalam konteks ruang dan waktu, karena itu Islam
mengatur hubungan manusia dengan dua aspek tersebut dalam konteks keruangan. Islam
menata hubungan manusia dengan alam secara harmonis dan seimbang dengan meletakan
Allah sebagai sumber dan pemilik mutlak. Kerusakan lingkungan telah diisyaratkan dalam
Qs. 30/Ar- Rum ayat 41 karena perbuatan manusia:

Alam semesta ini dalam Alquran telah mengisyaratkan tentang proses penciptaan alam
dalam enam periode dan setiap periode terdiri dari ribuan atau jutaan tahun. Salah satu planet
ciptaan Allah adalah bumi yang dihuni oleh makhluk hidup Salah satu planet ciptaan Allah
adalah bumi yang dihuni oleh makhluk hidup. Sebagaimana firman Allah SWT (QS
Hud,11:7):
.

‫ان َعرْ ُشهٗ َعلَى ْال َم ۤا ِء لِيَ ْبلُ َو ُك ْم‬ َ ‫ض فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام َّو َك‬ َ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ َ َ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ َخل‬
ِ ‫ت اِنَّ ُك ْم َّم ْبع ُْوثُ ْو َن ِم ۢ ْن بَ ْع ِد ْال َم ْو‬
‫ت لَيَقُ ْولَ َّن الَّ ِذي َْن َكفَر ُْٓوا اِ ْن‬ َ ‫ ْن قُ ْل‬gِ‫اَيُّ ُك ْم اَحْ َس ُن َع َماًل َۗولَ ِٕٕى‬
٧ - ‫ٰه َٓذا اِاَّل ِسحْ ٌر ُّمبِي ٌْن‬
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya di atas
air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau
berkata (kepada penduduk Mekah), “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,”
niscaya orang kafir itu akan berkata, “Ini hanyalah sihir yang nyata.” (QS Hud,11:7)
Alam raya dengan segala isinya bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya atau suatu
yang kebetulan, tetapi ia diciptakan oleh Sang Maha Pencipta Alquran di atas merupakan
dorongan agar manusia menghayati kebesaran dan eksistensi Allah. Dalam firman Allah swt
6

pada QS al-Nahl, (16:15) bahwa perbuatan merusak ekosistem sama dengan menceburkan
diri ke alam kebinasaan.

١٥ – ‫اس َي اَ ْن تَ ِم ْي َد بِ ُك ْم َواَ ْن ٰهرًا َّو ُسبُاًل لَّ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُد ْو ۙ َن‬ ٰ


ِ ْ‫َواَ ْلقى فِى ااْل َر‬
ِ ‫ض َر َو‬

“Dan Dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan
Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk”.
Selanjutnya mengenai kerusakan alam yang terjadi akibat ulah umat manusia sendiri
Firman Allah SWT QS Ar – Rum, (30:41)
7
7

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Makna kepatuhan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


Manusia merupakan bagian dari alam semesta (kosmos) yang telah diciptakan oleh
Allah SWT., dan sebagai abdi-Nya. Manusia diberikan kuasa oleh Tuhan untuk
memanfaatkan, mengolah, dan menjaga potensi alam semesta yang telah diciptakan-Nya
(khalifatullah). Dengan alam pula manusia berproses dan memperoleh pengetahuan dari
Tuhan. Oleh karena itu membahas hubungan antara manusia, alam, dan Allah SWT sebagai
pencipta tidak dapat dipisahkan. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah
kepada Allah dan menjadi khalifah fil ardi.
Salah satu ayat yang menunjukkan bahwa manusia adalah seorang khalifah di muka
bumi ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT. Manusia menjadi khalifah
(pemimpin) di bumi, dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah, (2: 30)
ٰۤ ْ
‫ض َخلِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا‬ِ ْ‫ر‬ َ ‫اْل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ٌ ‫اع‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ِّ
ِ ِ َ ْ ِ ِِٕ ‫ال َرب َُّك لِل َم‬
‫ف‬ ‫ل‬ ‫ن‬ ‫ِا‬ ‫ة‬ َ
‫ك‬ g
‫ٕى‬ ‫ل‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬
٣٠ - ‫ال اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن‬ َ َ‫ك ۗ ق‬ َ َ‫ك َونُقَ ِّدسُ ل‬ َ ‫ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ ُن نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬ُ ِ‫َويَ ْسف‬
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”
Hanya manusia –dan bukan makhluk lain- yang bersedia dan memiliki kemampuan untuk
merealisasikan amanat sebagai wakil Tuhan. Tentang kesediaan manusia menerima amanat
ini digambarkan oleh Al-Qur’an bahwa langit, gunung dan bumi menolak amanat itu, namun
manusia menerimanya.
(QS. Az-Zariyat: 56).

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


٥٦ – ‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُد ْو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.
Allah mengabarkan tidaklah menciptakan jin dan manusia kecuali diperintahkan bagi
mereka untuk beribadah kepada-Nya saja tanpa menyekutukan-Nya, kemudian Allah balas
atas amalan-amalan mereka; Maka barangsiapa yang beramal baik, maka dibalas dengan

7
8

surga, dan barangsiapa yang beramal dengan amalan buruk, maka dibalas dengan adzab
neraka.

8
8

Fungsi manusia terhadap Allah bertumpu pada ajaran yang menegaskan bahwa Jin dan
Manusia diciptakan Allah agar mereka beribadah (mengabdi) kepada-Nya. Beribadah kepada
Allah dalam melaksanakan hidup sesuai pedoman dan petunjuk Allah yang telah disampaikan
kepada ummat manusia dengan perantara rasul-rasul-Nya. Rasul-rasul Allah diutus dengan
silih berganti, sejak Nabi Adam AS hingga yang terakhir Nabi Muhammad SAW. Pedoman
dan petunjuk Allah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad merupakan tahapan terakhir dari
pedoman dan petunjuk-Nya yang diperuntukan bagi seluruh umat manusia sepanjang masa.

‫ا‬ggَ‫فَ ْق َن ِم ْنه‬g‫ال فَاَبَي َْن اَ ْن يَّحْ ِم ْلنَهَا َواَ ْش‬


ِ َ‫ض َو ْال ِجب‬
ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫اِنَّا َع َرضْ نَا ااْل َ َمانَةَ َعلَى السَّمٰ ٰو‬
٧٢ - ۙ ‫ان ظَلُ ْو ًما َجه ُْواًل‬ ُ ۗ ‫َو َح َملَهَا ااْل ِ ْن َس‬
َ ‫ان اِنَّهٗ َك‬
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan di pikullah amanat itu oleh manusia” (QS. Al-Ahzab, 33: 72)
Allah hendak menjadikan Khalifah di muka bumi, khalifah adalah fungsi manusia
yang mengemban amanat dari Tuhan (QS. Al-Ahzab, 33: 72). Manusia menjadi khalifah
dimuka bumi tidak lain adalah memberikan pelayanan terhadap sesama makhluk dengan
menyebarkan kasih sayang terhadap sesama (Rahmatan lil-‘alamiin) dan ber-amar ma’ruf
nahi munkar.
Manusia mempunyai kelebihan dari makhluk-makhluk lain, baik dalam aspek jasmani, lebih-
lebih dari aspek ruhaniahnya maka keberadaan manusia begitu kompleks. Sehingga manusia
dianggap sebagai makhluk “multi dimensi”.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang paling sempurna dibandingkan
makhluk lainnya, hanya manusialah yang diberikan kemampuan untuk mengetahui nama-
nama benda, juga diberikan ilmu pengetahuan yang tidak dimiliki oleh para malaikat. Karena
itu Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Sebagaimana dalam (QS. Al-
Baqarah, 2: 31-33).

ۤ
‫ ُْٔونِ ْي بِا َ ْس َم ۤا ِء ٰهٓؤُاَل ۤ ِء اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬gُ‫ال اَ ۢ ْنبِٔـ‬
َ َ‫ َك ِة فَق‬gِ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َم ٰل ِٕٕى‬ َ ‫َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااْل َ ْس َم ۤا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬
٣٢ – ‫ت ْال َعلِ ْي ُم ْال َح ِك ْي ُم‬ َ ‫ك اَ ْن‬َ َّ‫ا ۗاِن‬ggَ‫ا َعلَّ ْمتَن‬gg‫ٓا اِاَّل َم‬ggَ‫ك اَل ِع ْل َم لَن‬ َ َ‫ب ْٰحن‬g‫الُ ْوا ُس‬ggَ‫ ق‬٣١ - ‫ص ِدقِي َْن‬ ٰ
‫ْب‬َ ‫ٓي اَ ْعلَ ُم َغي‬gْْٓ ِّ‫لْ لَّ ُك ْم اِن‬ggُ‫ال اَلَ ْم اَق‬gg َ َ‫ ِه ۙ ْم ق‬gِ‫ َم ۤا ِٕٕى‬gg‫اَهُ ْم بِا َ ْس‬ggَ‫ ِه ْم ۚ فَلَ َّمٓا اَ ۢ ْنب‬gِ‫ َم ۤا ِٕٕى‬gg‫ا َد ُم اَ ۢ ْنبِ ْئهُ ْم ِبا َ ْس‬ggٰ ٓ‫ال ٰي‬gg
َ َ‫ق‬
٣٣ - ‫ض َواَ ْعلَ ُم َما تُ ْب ُد ْو َن َو َما ُك ْنتُ ْم تَ ْكتُ ُم ْو َن‬ ِ ۙ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫السَّمٰ ٰو‬
9

"Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan
kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika
kamu yang benar!. Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha
Mengetahui, Mahabijaksana. Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada
mereka nama-nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman,
“Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi,
dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?”

(QS. Taha, 135: 14).

١٤ - ْ‫اِنَّنِ ْٓي اَنَا هّٰللا ُ ٓاَل اِ ٰلهَ آِاَّل اَنَ ۠ا فَا ْعبُ ْدنِ ۙ ْي َواَقِ ِم الص َّٰلوةَ لِ ِذ ْك ِري‬
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
laksanakanlah salat untuk mengingat Aku’’.
Setiap manusia yang hidup di dunia ini mempunyai tujuan hidup untuk mencari
kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam mewujudkan kebahagiaan tersebut Allah SWT dan
Raulullah SAW telah menunjukkan caranya dengan mengamalkan seluruh perintah Allah dan
menjauhi larangannya dengan cara yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW. Tentunya
untuk mewujudkan suatu ketaatan kepada Allah dan Rasulnya diperlukan syarat mutlak yaitu
“iman” yang sempurna untuk melaksanakan perintah-Nya.
Umat manusia senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah dengan perasaan takut
kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya.
Sebagai manusia yang beragama Islam uat muslim harus menjauhi segala kesyirikan dengan
menjauhi segala hal yang dapat menjauhkan dari keimanan kepada Allah.

3.2 Hubungan manusia dengan Tuhan Pencipta Alam Jagat Raya Dengan Ketaqwaan
Hubungan manusia dapat diaplikasikan dalam ketaqwaan yaitu dalam hubungan
seseorang dengan Tuhan, yaitu hubungan antara seorang makhluk dengan khaliknya.
Hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah hubungan penghambaan yang ditandai
dengan ketaatan, kepatuhan, dan penyerahan diri kepada Allah. Ketaatan dan kepatuhan
kepada Allah diawali denagn pengakuan dan keyakinaan akan kemahakuasaanNya.
Keyakinan itu akan mendorong untuk mewujudkan dalam tingkah laku, berupa taat dan patuh
kepada semua aturan yang telah digariskan Allah. Ketaatan dan kepatuhan yang didasarkan
atas keyakinan akan melahirkan ketenangan bathin dan keikhlasan.
10

Taqwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam


pengertian itu terkandung seluruh aspek ajaran Islam yang tercermin dalam perilaku taqwa.
Ibadah puasa berfungsi untuk mendidik dan melatih diri agar dapat mencapai derajat taqwa.
Orang yang taqwa digambarkan Oleh Allah di dalam Al-Quran, sebagaimana firmanNya:

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang Al-Ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepadamereka; dan mereka yang
beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan apa yang telah diturunkan kepada
sebelummu; serta mereka yakin akan adanya hari akhir. (Qs. 2/Al-Baqarah: 3-4).
Taqwa memiliki bermacam-macam pengertian. Pendapat yang biasa dipakai dan terkenal
adalah menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya Sauri
(2018). Dikerjakan dengan tulus dengan mengagungkan Asma-Nya lahir batin. Dalam
melakukan ketaqwaan, hendaklah tumbuh rasa kagum pada keagungan Allah. Ada pendapat
yang menerangkan bahwa takwa berarti waspada dan memelihara diri dari semua godaan
yang akan menjerumuskan manusia ke lembah kehinaan, atau menjaga diri dari semua hal
yang akan memalingkan atau mengganggu taqarrub dan mahabbah kepada Allah swt.
Pendapat lain mengatakan bahwa, barangsiapa yang akan menjalankan ketakwaan
hendaklah ia menghindari segala bentuk dosa besar dan kecil, lahir maupun batin. An-
Nasrabazy mengatakan : “Barangsiapa yang ingin istiqamah dalam takwanya maka
hendaklah ia memiliki keinginan meninggalkan kehidupan dan hiruk pikuk duniawi. Apakah
tidak kalian fahami.”. Menurut Abu Abdullah, takwa adalah usaha manusia untuk
meninggalkan dan menjauhi segala perilaku maksiat yang akan menjauhkan manusia dari
Allah SWT. Sebagian ulama menerangkan bahwa takwa adalah ketaatan hamba kepada
Allah, yang dilakukan oleh umat di masa lalu hingga masa sekarang.
Melihat pengertian taqwa di atas, tampaklah bahwa ketaqwaan itu merupakan keseluruhan
sikap yang terdiri dari aspek keimanan, yaitu beriman kepada adanya yang ghaib, kitab –
kitab Allah dan hari akhirat,. Aspek ritual, yaitu shalat. Aspek sosial yaitu zakat dan infaq.
Aspek emosional yaitu menahan amarah dan member maaf, dan adanya sikap sadar akan
dosa. Dengan demikian taqwa merupakan akumulasi dari ketaatannya kepada Allah,
11

ketaatannya kepada Rasulullah, serta hubungan yang baik dengan sesama manusia (yang
sejalan dengan perintah agama).
Dengan menyimak kembali surat Al-Baqarah ayat 3-4 di atas, maka prinsip-prinsip
ketakwaan adalah:
a. Mengimani DiriNya Ilahi Zat Tuhan Yang Al-Ghaib (yu`minuuna bil-ghoibi);
b. Mendirikan shalat. Artinya, shalatnya harus tegak berdiri (wa yuqiimuunash sholaata),
yakni shalat yang khusyu` karena dalam shalatnya ada zikirnya (selalu mengingat
Tuhan Yang AsmaNya Allah) memenuhi perintah Allah wa aqimish shalaata lidz-
dzikrii (dirikanlah shalat untuk mengingat Aku); bukan shalat yang sahun, yakni shalat
yang tidak ada zikirnya;
c. Menafkahkah sebagian rizki yang dianugerahkan atau diamanatkan Allah, karena
hakekat rizki adalah milik Allah. Oleh karena itu harus diperoleh dan dipergunakan
sebagaimana ketentuan Allah, jangan sampai diaku sebagai kehebatandirinya dalam
mencari rizki.

3.2.1 Tawakal Sebagai Aplikasi Penghambaan Manusia Kepada Allah


Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Swt. untuk mendapatkan
kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat.
Berikut
ini adalah pengertian-pengertian tawakkal menurut para ahli, di
antaranya:
a. Imam Ahmad mengatakan, tawakal adalah amal hati. Karena itu, tawakal bukan
dinyatakan dengan perkataan lisan, tapi juga amal anggota tubuh.
b. Ibnu Athaf mengatakan, tawakal ialah jika engkau tidak mempunyai kecenderungan
kepada sebab-sebab tertentu sekalipun engkau sangat membutuhkannya, hakikat
kedamaian tidak akan beralih kepada kebenaran selagi engkau mengandalkan sebab-
sebab itu.
c. Zunun mengatakan, tawakal ialah tidak bersandar kepada pengaturan diri sendiri,
berlepas dari daya kekuatan diri sendiri. Tawakal seorang hamba semakin kuat jika
kita mengetahui bahwa Allah mengawasi dan melihat dirinya.
d. Berkata Abu Turab An Nakhsyaby, tawakal ialah menghempaskan badan untuk
beribadah, menggantungkan hati dalam Rububiyyah, merasa tenang karena ada
kecukupan, jika diberi bersyukur, dan jika ditolak bersabar.
12

Selain itu, menurut kebanyakan ulama, tawakal adalah bergantung kepada Allah dan tidak
kembali kecuali kepada Zat yang benar benar memberi kecukupan (Allah swt). Tawakkal
adalah menyerahkan urusan kita kepada Allah semata, karena kita yakin bahwa Allah akan
memutuskan yang terbaik bagi kita, walau nafsu kita tidak menyukainya (Sauri, 2018).
Misal, kita kehilangan benda berharga kita. Kita harus berupaya mencari benda yang hilang
itu, tapi hati kita bertawakkal kepada Allah. Maksudnya, apakah benda berharga itu bakal
ketemu lagi ataupun benar-benar hilang, itulah yang terbaik bagi kita. Kita ridho dengan
ketentuan Allah walau nafsu kebanyakan orang membencinya. Kita tetap senang terhadap
Allah walau benda berharga itu tidak ketemu lagi.
Dalil-dalil tentang Tawakal
a. Qs. 5/Al-Maidah ayat 23:

…. Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar benar orang
yang beriman.”

Allah berfirman dalam Qs. Ath-Thalaq ayat 2–3:

Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan jadikan baginya jalan keluar
dan memberi rizqi dari arah yang tiada ia sangkasangka, dan barangsiapa bertawakal
kepada Allah, maka Dia itu cukup baginya.

Hadits riwayat Bukhari Muslim:


Ya Allah, kepada-Mu aku bererah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakal,
kepada-Mu aku kembali dan karena-Mu aku bermusuhan. Ya Allah sesungguhnya aku
berlindung kepada kemuliaan-Mu, yang tiada ikhlas selain Engkau, agar Engkau (tidak)
menyesatkan aku. Engkau yang Maha Hidup yang tiada mati, sedangkan Jin dan Manusia
mati. (HR. Bukhari Muslim)
13

3.2.1.1 Aplikasi dan Aktualisasi Taqwa


Menurut Sauri (2018) terdapat empat aplikasi dan aktualisasi taqwa sebagai umat
manusia yaitu, hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia,
hubungan manusia dengan diri sendiri serta hubungan manusia dengan alam.
1. Hubungan manusia dengan Allah
Taqwa diaplikasikan dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, yaitu hubungan antara
seorang makhluk dengan khaliknya. Hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah
hubungan penghambaan yang ditandai dengan ketaatan, kepatuhan, dan penyerahan diri
kepada Allah. Ketaatan dan kepatuhan kepada Allah diawali denagn pengakuan dan
keyakinaan akan kemahakuasaanNya. Keyakinan itu akan mendorong untuk mewujudkan
dalam tingkah laku, berupa taat dan patuh kepada semua aturan yang telah digariskan Allah.
Ketaatan dan kepatuhan yang didasarkan atas keyakinan akan melahirkan ketenangan bathin
dan keikhlasan. Keikhlasan inilah yang menjadi okum utama seorang hamba yang taat.
2. Hubungan manusia dengan manusia
Aplikasi taqwa dalam hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dilakukan
dalam bentuk hubungan yang baik dengan sesama, menegakan keadilan, menyebarkan kasih
sayang, dan amar ma’ruf nahyi munkar. Hubungan baik dengan sesama dilakukan dengan
mengembangkan silaturahmi. Silaturahmi adalah menghubungkan kasih sayang, yaitu
menjaga, memelihara, dan berkomunikasi dengan orang lain dengan motivasi oleh rasa kasih
sayang.
3. Hubungan manusia dengan diri sendiri
Taqwa dalam kaitan dengan diri senbdiri adalah menjaga keseimbangan atas dorongan
– dorongan nafsu dan memelihara diri dengan baik. Nafsu yang dimiliki manusia merupakan
bagian yang harus dikelola dan dikendalikan dengan baik, sehingga menjadi kekuatan yang
mendorong kearah kebaikan.
Taqwa dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri melahirkan sikap – sikap tertentu
antara lain:
1. Al – amanah, yaitu setia dan dapat dipercaya.
2. Al – sidiq, yaitu benar dan jujur.
3. Al – adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
4. Al – ‘iffah, yaitu menjagadan memelihara kehormatan diri.
5. Al – haya, yaitu merasa malu terhadap Allah dan diri sendiri, apabila membuat
pelanggaran hukum atau norma.
6. Al – quwwah, yaitu kekuatan fisik, jiwa, semangat.
14

7. Al – shabr, yaitu sabar ketika harus melaksanakan perintah, menghindari larangan,


dan ketika ditimpa musibah.

4. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup


Islam menempatkan manusia dalam konteks ruang dan waktu, karena itu Islam
mengatur hubungan manusia dengan dua aspek tersebut dalam konteks keruangan. Islam
menata hubungan manusia dengan alam secara harmonis dan seimbang dengan meletakan
Allah sebagai sumber dan pemilik mutlak. Kerusakan lingkungan telah diisyaratkan dalam
Qs. 30/Ar- Rum ayat 41 karena perbuatan manusia:

“telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

3.2.1.2 Klasifikasi Tawakal


Menurut pengarang Manazilus Sa’irin dalam Sauri, (2018), ada tiga derajat tawakal,
yang masing masing berjalan menurut perjalanan manusia secara umum, yaitu:
a. Tawakal yang disertai permintaan dan memperhatikan sebab, menyibukan hati
dengan sebab, disertai dengan rasa takut.
b. Tawakal dengan meniadakan permintaan, menutup mata dari sebab, berusaha
membenahi tawakal, dan menundukan nafsu, dan menjaga hal hal yang wajib.
Meniadakan permintaan artinya, permintaan kepada hamba dan bukan permintaan
menurut hak, dia tidak meminta sesuatu pun dari seseorang. Permintaan makhluk
kepada makhluk merupakan permintaan orang fakir kepada orang fakir lainnya. Tapi
jika hamba meminta kepada Allah maka dia menjadi hamba mulia, dan diridhai dan
dicintai oleh Allah. Sedangkan meminta kepada makhluk akan menjadi kerdil hamba
di hadapan Allah. Seperti dalam syair : Allah murka jika engkau tak meminta kepada
Nya Anak Adam justru murka jika engkau meminta kepadanya
c. Tawakal dengan mengetahi tawakal, membebaskan diri dari noda tawakal. Menyadari
bahwa kekuasaan Allah terhadap segala sesuatu merupakan kekuasaan yang agung,
15

tidak ada sekutu yang menyertainya, bahkan sekutuNya bersandar kepadaNya.


Urgensi Ubudiyah adalah jika hamba mengetahuibahwa Allah adalah satu satunya
yang merajai segala sesuatu.

3.3.1 Menjaga dan melestarikan alam ciptaan Tuhan Sebagai Sarana Kegiatan
Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang fundamental atau mendasar untuk kemajuan suatu bangsa
karena ialah jalan menuju perubahan atas keberlangsungan kehidupan manusia untuk lebih
baik lagi. Pemenuhan pendidikan dalam tahapan ini merupakan hal yang paling pertama dan
utama. Pendidikan yang dapat berlangsung ialah pendidikan yang menanamakan karakter,
melatih keterampilan berpikir dan dan menumbuhkan rasa enpati dan simpati. Kecerdasan
manusia dapat dimunculkan melalui proses pendidikan yang berlangsung. Pendidikan
mengharapkan kemampuan manusia untuk mempertajam pikiran dan memperhalus perasaan.
Berbagai jenis pendidikan baik formal, informal, dan non formal mengharapkan atas
kemajuan manusia dalam mengembanagakn potensi dan kecerdasan manusia dalam
menghadapai berbagai macam situasi dalam kehidupan secara individu, masyarakat
maupauan global.

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dalam mengembangkan potensi manusia lebih
baik. Pendidikan tidak hanya sebatas transfer of knowledge namun sebagai pengembangan
kemampuan potensi peserta didik yang memiliki kebaragaman kecerdasan. Seorang anak
dalam melaksanakan proses pendidikan wajib mendapatkan pendidikan yang menyentuh
dimensi dasar kemanusiaan. Dasar kemanusiaan mencangkup tiga hal paling mendasar yaitu:
Pertama, afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, budi
pekertiluhur, kepribadian unggul dan kompetensi estetis; Kedua, kognitif yang tercermin
pada kapasitas berpikir dan intelektual untuk menggali dan mengembangkan serta
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; Ketiga, psikomotorik yang tercermin
pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi
kinestetis (Fitriani, 2021). “Mencari ilmu adalah keajiban bagi umat muslim baik laki-laki
maupun perempuan”.

Manusia hidup di muka bumi ini bersatu dengan lingkungan alam yang menjadi tempat
tinggal. Berbagai macam tumbuhan, hewan, dan mineral yang terdapat di alam dapat
dimanfaatakn untuk kehidupan umat manusia. Pemanfaatan sumber daya alam biasanya
digunakan untuk kebutuhan hidup manusia dalam menjalankan kehidupannya di muka bumi.
16

Namun seringkali manusia lupa dengan penggunaan sumber daya alam yang diekslpoitasi
secara berlebihan yang pada akhirnya menjadi dampak bencana yang berakibat pada
kesengsaraan hidup manusia sebagai makhluk hidup yang tinggal di muka bumi ini. Alam
semesta ini dalam Alquran telah mengisyaratkan tentang proses penciptaan alam dalam enam
periode dan setiap periode terdiri dari ribuan atau jutaan tahun. Salah satu planet ciptaan
Allah adalah bumi yang dihuni oleh makhluk hidup Salah satu planet ciptaan Allah adalah
bumi yang dihuni oleh makhluk hidup. Sebagaimana firman Allah SWT (QS Hud,11:7):
.

‫ان َعرْ ُشهٗ َعلَى ْال َم ۤا ِء لِيَ ْبلُ َو ُك ْم‬ َ ‫ض فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام َّو َك‬ َ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ َ َ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ َخل‬
ِ ‫ت اِنَّ ُك ْم َّم ْبع ُْوثُ ْو َن ِم ۢ ْن بَ ْع ِد ْال َم ْو‬
‫ت لَيَقُ ْولَ َّن الَّ ِذي َْن َكفَر ُْٓوا اِ ْن‬ َ ‫ ْن قُ ْل‬gِ‫اَيُّ ُك ْم اَحْ َس ُن َع َماًل َۗولَ ِٕٕى‬
٧ - ‫ٰه َٓذا اِاَّل ِسحْ ٌر ُّمبِي ٌْن‬
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya di atas
air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau
berkata (kepada penduduk Mekah), “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,”
niscaya orang kafir itu akan berkata, “Ini hanyalah sihir yang nyata.” (QS Hud,11:7)
Alam raya dengan segala isinya bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya atau suatu
yang kebetulan, tetapi ia diciptakan oleh Sang Maha Pencipta Alquran di atas merupakan
dorongan agar manusia menghayati kebesaran dan eksistensi Allah. Dalam firman Allah swt
pada QS al-Nahl, (16:15) bahwa perbuatan merusak ekosistem sama dengan menceburkan
diri ke alam kebinasaan.

١٥ – ‫اس َي اَ ْن تَ ِم ْي َد بِ ُك ْم َواَ ْن ٰهرًا َّو ُسبُاًل لَّ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُد ْو ۙ َن‬ ٰ


ِ ْ‫َواَ ْلقى فِى ااْل َر‬
ِ ‫ض َر َو‬
“Dan Dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan
Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk”.
Selanjutnya mengenai kerusakan alam yang terjadi akibat ulah umat manusia sendiri
Firman Allah SWT QS Ar – Rum, (30:41)

‫وا‬gْ gُ‫ْض الَّ ِذيْ َع ِمل‬ ْ َ‫ب‬g‫ا َك َس‬gg‫ ِر بِ َم‬gْ‫رِّ َو ْالبَح‬ggَ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِى ْالب‬
ِ َّ‫ ِدى الن‬g‫ت اَ ْي‬
َ ‫ ِذ ْيقَهُ ْم بَع‬gُ‫اس لِي‬
٤١ - ‫لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجع ُْو َن‬
17

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia;
Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Dalam dua ayat tersebut tampak jelas bahwa potensi merusak ekosistem dari manusia
cukup tampak, dan dalam hal inilah, Allah swt. menegaskan betapa perlunya manusia berlaku
bijaksana sehingga tidak membawa diri dan yang lainnya rusak binasa.
Ayat di atas memberi petunjuk secara langsung bahwa setiap unsur ciptaan Allah swt.
ada hikmah atau tujuan kegunaannya masing-masing yang kesemuanya mengarah untuk
menunjang kehidupan makmur di atas bumi ini. Ungkapan tersebut sekaligus juga memberi
informasi, betapa perlunya manusia menjaga dan melestarikannya, Karena bila hal tersebut
tidak diperhatikan, akan membawa kesulitan dalam kehidupan ini.
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya bagaimana
beretika terhadap alam dan lingkungan hidup. Alam dan lingkungan hidup merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari hidup manusia. Karena seluruh kebutuhan manusia semua berasal
dan terpenuhi dari alam sekitarnya baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Oleh karena itu
Islam berpesan melalui Alquran bahwa manusia harus melestarikan alam sekitarnya agar
keberlangsungan hidupnya tidak terganggu oleh ulah sekelompok manusia yang tidak mau
melestarikan alam. Berdasarkan hal itu, maka ajaran Islam memberikan peringatan pada
manusia untuk senantiasa menjaga lingkungan sebagai tempat kehidupan.
Menjaga lingkungan sekitar merupakan tanggung jawab semua orang. Lingkungan harus
senantiasa terjaga supaya keseimbangan dan kelestarian alamnya terjaga. Kerusakan
lingkungan akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Bencana alam terjadi sebagian
akibat perilaku manusia yang mengeksploitasi alam secara berlebihan. Pemanfaatan sumber
daya alam untuk kehidupan diperbolehkan, namun keseimbangan dan keletariannya harus
tetap terjaga. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam senantiasa digunakan secara
bijak.
Manusia sebagai seorang hamba yang diciptakan oleh Allah SWT dengan segala
kelebihan yang diberikan sudah seharusnya untuk patuh dan mengikuti perintah serta
menjauhi larangan Allah SWT untuk kebahagiaan hidup tidak hanya di dunia tetapi di akhirat
kelak. Manusia hidup di muka bumi berdamoingan dengan makhluk hidup lainya. Alam ini
telah disediakan oleh Allah SWT untuk kesejahteraan hidup manusia. Tentunya
memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung didalamnya untuk kehidupan umat
manusia dangat diperbolehkan. Namun perlu diperhatikan bahwa pemanfaatan sumber daya
alam yang berlebihan dapat menjadi bencana bagi umat manusia sendiri. Oleh karena itu,
18

sebagai kahlifah dimuka bumi ini manusia salah satu penghuni di muka bumi ini harus
menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan untuk generasi selanjutnya. Bahwa
manusia harus paham terhadap penciptaan bumi merupakan wujud eksistensi Allah yang
Maha Besar. Sehingga patut kita syukuri atas apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita
umat manusia.
Dengan kemampuan akal yang dimiliki manusia dapat membuat perubahan-perubahan
terhadap lingkungan oleh karenanya bahan-bahan yang tersedia di alam diubah menjadi
barang untuk keperluan hidupnya (Sauri, 2018).
Islam menempatkan manusia dalam konteks ruang dan waktu, karena itu Islam
mengatur hubungan manusia dengan dua aspek tersebut dalam konteks keruangan (Sauri,
2018). Islam menata hubungan manusia dengan alam secara harmonis dan seimbang dengan
meletakan Allah sebagai sumber dan pemilik mutlak. Kerusakan lingkungan telah
diisyaratkan dalam Qs. 30/Ar- Rum ayat 41 karena perbuatan manusia:

“telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Sauri, (2018) menyatakan dalam Alquran mendorong manusia untuk menggunakan
akal dalam memahami ayat-ayat Allah yang terdapat di alam raya (ayat kauniyah). Karena
itu, banyak ayat yang mendorong manusia untuk memikirkan fenomena alam, antara lain
sebagai berikut.
1. Tentang gunung
Alquran menguraikan konsep geologi dasar gunung, yaitu bahwa gunung tidak saja
merupakan peninggian yang terlihat pada permukaan bumi, tetapi perpanjangannya ke bawah
di dalam lapisan kulit bumi (dalam bentuk tiang pancang atau pasak) sangatlah ditekankan.
Sebanyak tiang pancang (pasak) yang tersembunyi baik di dalam tanah maupun batu untuk
memegang salah satu ujung tenda ke permukaan bumi, maka sebagian besar gunung mestilah
tersembunyi di dalam lapisan kulit bumi. Istilah “tiang pancang” atau “pasak” baik secara
bahasa maupun ilmu lebih tepat daripada istilah “akar” yang sekarang digunakan bagi
gunung. Dalam QS. An-Naba:6-7 Allah berfirman.
19

Artinya : Bukanlah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan
gununggunung sebagai pasak?. (QS.An-Naba, 78:6-7)

2. Tentang lempeng tektonik


Informasi Alquran menunjukkan rincian baik mengenai struktur bumi maupun mengenai
gerakan lempeng kontinen:

Artinya : “Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”. (QS. Albaqarah, 2:22)

Ayat tersebut menunjukkan hal-hal berikut:


1. Lapisan atas bumi atau kerak bumi, sama dengan suatu hamparan perlindungan
2. Lapisan atas bumi adalah relatif tipis terhadap bagian dalam, dan sekarang diketahui
bahwa ketebalan relatif sama dengan kulit apel dibandingkan dengan keseluruhan apel
3. Sama seperti hamparan yang melindungi dari kekerasan dan bahaya di bawahnya,
demikian pula kerak bumi yang melindungi kehidupan dari panas di dalam bumi.
Allah berfirman dalam Al-Quran (QS.Ar-Ra’du, 13:3) :

Artinya : Dan Dialah Rab yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-
20

pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS.Ar-Ra’du, 13:3)
Akal sebagai potensi manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan,terutama dalam
menangkap hakekat yang bersifat abstrak, yaitu pengetahuan tentang ketuhanan dan hal-hal
yang bersifat gaib atau ruhaniyah Sauri, (2018). Untuk mengetahui informasi-informasi
tersebut, manusia memerlukan pemberitahuan dari Tuhan sendiri. Di sinilah peranan Nabi
dan Rasul sebagai orang-orang yang dipilih Allah untuk mengabarkan informasi tersebut
kepada manusia. Allah memberikan kabar kepada Nabi dan Rasul melalui wahyu.
Keseimbangan dan keselerasan alam yang tercipta sebagai mansifetasi Tuhan untuk
mewujudkan eksistensinya. Allah telah memberikan Dunia ini untuk kehidupan manusia
sebagaimana dalam penciptaa-Nya bahawa manusia di ciptakan terakhir setelah Alam dunia
ini. Tuga umat manusia sebgai mkahluk Allah dimuka bumi yang diberi kelebihan akal untuk
berfikir dapata digunakan sebaik-naiknya untuk kemaslahatan kehidupan manusia dan
keselarasan dengan alam.
Sebagaimana umat manusi diciptakan untuk beribadah kepada Allah dan sebagai
khalifah di muka bumi yang tidak hanya bertanggung jawab hanya pada diri sendiri namun
juga kepada orang disekitar, dan lingkungan alamnya sebagai tempat tinggal.
Manusia dan alam memiliki hubungan yang erat sebagaimana unsur-unsur dalam diri
manusia yang tedapat unsur hewani dan nabati.

ٍ ‫ض َج ِم ْيعًا ثُ َّم ا ْستَ ٰ ٓوى اِلَى ال َّس َم ۤا ِء فَ َس ٰ ّوىه َُّن َس ْب َع َسمٰ ٰو‬
‫ت‬ َ َ‫هُ َو الَّ ِذيْ َخل‬
ِ ْ‫ق لَ ُك ْم َّما فِى ااْل َر‬
٢٩ - ‫ۗ َوهُ َو بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬

“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia
menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu”. (QS Al-Baqarah, 2:29)
Dalam menanamkan kesadaran pada peserta didik untuk taat kepada Allah dengan
dasar mengimani keberadaan Allah sebagai Tuhan yang menciptakan semua benda di muka
bumi ini. Mengenalkan semua keesaan Allah terhadap ciptaan-Nya dengan segala Rahmat-
Nya. Salah satu metode yang dapat digunakan yang memiliki pengaruh paling besar pada
proses pendidikan seorang anak yaitu dengan metode pendidikan uswah hasanah (Sauri,
2018). Metode usawah hasanah merupakan suatu metode pendidikan dengan cara
memberikan contoh yang baik pada anak baik dari segi ucapan ataupun perbuatan. Metode ini
21

adalah metode yang digunakan oleh Rasulullah dalam mendakwahkan menyeru umat untuk
senantiasa patuh terhadap perintah maupun larangan Allah. Rasulullah telah berhasil menyeru
umatnya untuk berbuat yang baik dan mencegah dari yang munkar. Hal ini karena sifat
keteladanan yang tertanam dalam diri Rasullullah.
‫ان يرْ جُوا هّٰللا و ْالي ْوم ااْل ٰ خر و َذ َكر هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ َ َ َ ِ َ َ َ َ َ َ ‫ان لَ ُك ْم فِ ْي َرس ُْو ِل ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َك‬
َ ‫لَقَ ْد َك‬
٢١ - ‫َكثِ ْير ًۗا‬

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah”. (QS. Al-Ahzab 33 : 21)
Seorang pendidik sudah seharusnya memiliki sifat keteladanan sebagi role model bagi
peserta didik agar senantiasa tertanam nilai-nilai karakter yang baik.
BAB IV

KESIMPULAN

Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki kewajiban untuk patuh
terhadap semua perintah dan laranganNya. Amanah manusia sebagai khalifah dimuka bumi
ini memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga hubungannya dengan Tuhan semesta
alam untuk keselamatan dunia dan akhiratnya. Selain itu juga, manusia harus senantiasa
berhubungan baik dengan sesamanya, dan hubungan dengan alam sekitarnya sebagai tempat
tinggal. Manusia memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian alam sebagai tempat
hidupnya. Keadaan alam dengan sumber dayanya yang dimiliki dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk kesejahteraan hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun pemanfaatan
sumber daya alam ini tetap harus mempertimbangkan kelestarian alam supaya tetap terjaga
untuk keberlangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Peran pendidikan
sebagai aktivitas manusia untuk memperoleh pengetahuan dapat dijadikan sebagai proses
dalam menanamkan nilai-nilai serta pengetahuan untuk menjaga kelestarian dan
keberlangsungan kehidupan manusia dengan lingkungan sekitarnya.

22
Daftar Pustaka

Fitriani, R. N. (2021). Konsep Pendidikan Karakter Islami.


Harahap, R. Z. (2015). Etika Islam dalam Mengelola Lingkungan Hidup. EDUTECH: Jurnal
Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(01).
https://quran.kemenag.go.id
https://tafsirweb.com/9952-quran-surat-az-zariyat-ayat-56.
Sauri, S. (2011). Filsafat Dan Teosofat Akhlak. Bandung : Rizqi Press
Sauri, S. (2017). Nilai Kearifan Pesantren. Bandung : Rizqi Press
Sauri, S. (2018). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. Bandung : Rizqi press
Tedy, A. (2018).Tuhan dan Manusia. El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir
Hadis, 6(2), 41-52.
Yusuf, B. (2016). Manusia Dan Amanahnya; Kajian Teologis Berwawasan Lingkungan.
Aqidah-Ta: Jurnal Ilmu Aqidah, 2(2), 125-144.

23

Anda mungkin juga menyukai