Anda di halaman 1dari 18

PENELITIAN DESKRIPTIF

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif


dalam Pendidikan yang diampu oleh Dr. Sulisetijono, M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok 6/Offering C

Anisa Qurota Ayun (220341800027)

Hikmah Nur Fadillah (220341802074)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BIOLOGI

OKTOBER 2022
PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karenaatas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penelitian Deskriptif dan
Membuat instrumen Wawancara dan Angket” tepat pada waktunya. Makalahini disusun dengan
tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatifdalam Pendidikan
yang diampu oleh Dr. Sulisetijono, M.Si. selaku dosen mata kuliah ini.
Terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk mengkaji terkait penelitian deskriptif dan membuat instrumen wawancara dan angket
sehingga kami memiliki wawasan dan pengetahuan baru yang nantinya dapat dijadikan bekal
kami untuk penelitian mendatang.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini. Kami harap makalah ini dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman bagi pembaca. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Malang, 13 Oktober 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... 1


PRAKATA ............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
A. Definisi Penelitian Deskriptif ....................................................................................... 6
B. Karakteristik Penelitian Deskriptif ............................................................................... 7
C. Jenis-jenis Penelitian Deskriptif ................................................................................... 8
D. Metode Penelitian Deskriptif ..................................................................................... 12
E. Metode Membuat Instrumen Wawancara dan Angket ................................................ 14
BAB III ................................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................................ 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................................................... 17
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penelitian adalah adalah kegiatan sistematik untuk menemukan
jawaban dari suatu permasalahan berdasarkan fenomena-fenomena yang
ada disekitar. Penelitian dalam pendidikan memberikan perana yang
sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian
pendidikan umumnya dilakukan untuk mengembangkan, menemukan dan
menguji kebenaaran dari suatu konsep pedidikan secara umum. Saat ini,
penelitian dalam pendidikan sudah tidak asing lagi dikalangan
mahasiswa, guru dan dosen. Dikalangan mahasiswa baik itu jenjang strata
satu, dua dan tiga sudah menjadi hal yang wajib dilakukan sebagi
syarat kelulusan. Dalam melakukan penelitian banyak metode-metode
yang bisa digunakan, pemilihan dalam menggunakan metode dapat
ditentukan berdasarkan tujuan penelitian, masalah penelitian dan tempat.
Suatu penelitian memiliki rancangan penelitian (desaight research),
dimanadalam rancangan tersebut menjelaskan langkah-langkah yang harus
dilakukan selama melakukan penelitian. Untuk itu, penting bagi mahasiswa
untuk mempelajari tentang metode penelitia guna membantu dalam
meyusun tugas akhir. Dalam penelitian yang dilakukan, hendaknya jenis
penelitian yang dilakukan dapat meningkatkan dan mengembangkan mutu
pendidikan. Salah satu jenis penelitian menurut tingkat eksplanasinya
adalah penelitian deskriptif.
Keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat integral dan
termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena instrumen penelitian
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki
suatu masalah yang sedang diteliti. Instrumen itu alat, sehingga instrumen
penelitian itu merupakan alat yang digunakan dalam penelusuran terhadap gejala-
gejala yang ada dalam suatu penelitian guna membuktikan kebenaran atau
menyanggah suatu hipotesahipotesa tertentu. Suatu intrumen yang baik tentu harus
memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Untuk memperoleh instrumen yang
baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan realibiltasnya juga
harus dibuat sesuai kaidahkaidah penyusunan instrumen. Menyusun instrumen
4
merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan
mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti. Oleh karena
itu, menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam prosedur penelitian
yang tak dapat dipisahkan antara yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini
dilakukan karena untuk menjaga kesinambungan data yang dikumpulkan dengan
pokok permasalahan yang dibuat dalam rangka pengujian terhadap hipotesa-
hipotesa yang dibuat. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk
suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat
dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan
teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti. Dalam penelitian
ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka kita harus mengetahui
bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian itu, sehingga data yang
kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan makalah ini akan diuraikan
berbagai hal terkait dengan metode membuat instrumen wawancara dan angket.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif ?

2. Bagaimana karakteristik penelitian deskriptif ?

3. Apa saja jenis-jenis penelitian deskriptif ?

4. Bagaimana langkah-langkah penelitian deskriptif ?

5. Bagaimana metode membuat instrumen wawancara dan membuat angket ?

C. Tujuan

1. Mendeskripsikan definisi penelitian deskriptif.

2. Menjelaskan karakteristik penelitian deskriptif.

3. Mendeskripsikan jenis-jenis penelitian deskriptif.

4. Menjelaskan langkah-langkah penelitian deskriptif.

5. Menjelaskan metode membuat instrumen wawancara dan membuat angket.


5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penelitian Deskriptif

Menurut Sugiyono (2017) penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian


yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau
fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk
menjawab secara aktual. Sedangkan Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa
metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha
mendeskripsikan,menginterpretasikan sesuatu misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang sedang
berlangsung.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, bahwa penelitian deskriptif


merupakan metode penelitian yang memberikan gambaran atau
mendiskripsikan suatu fenomena yang terjadi baik secara alami ataupun tidak
yang mengungkap fakta suatu kejadian, objek, aktivitas, proses dan manusia
secara apa adanya pada waktu ke waktu sampai sekarang.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar.


Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan untuk memberi
gejal-gejala, fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat
mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian deskriptif dalam
bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang penting
untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan Pendidikan,
pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis jenjang dan
satuan pendidikan. Metode penelitian deskriptif biasanya digunakan untuk meneliti
status sekelompok manusia atau obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Lalu dideskripsikan bahkan ada
yang mengintrepretasikan secara rasional suatu kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi atau kecenderungan yang telah terwujud atau yang sedang berlangsung.

Tujuan penelitian deskriptif adalah : (1) menggambarkan secara

6
sistematis dan akurat sebuah fakta maupun karakteristik mengenai populasi
atau mengenai bidang tertentu, (2) menyajikan dasar akar suatu hubungan, (3)
menyimpan informasi data mengenai subjek. Sebagian besar penelitian
pendidikan memiliki kecenderungan kuat untuk menemukan sebab dan
akibat hubungan dan menguji metode dan program pengajaran baru.
Biasanya, Penelitian deskriptif tidak didesain untuk menguji hipotesis,
tetapi lebih pada upaya menyediakan informasi seputar karakter fisik, sosial,
perilaku ekonomi, atau psikologi dari sekelompok orang kebanyakan
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih
untuk menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan.
Namun demikian, bukan berarti semua penelitian deskriptif tidak
menggunakan hipotesis, ada juga penelitian deskriptif yang memakai
hipotesis.

Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan


untuk diuji melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti
sebagai alternatif dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur
ilmiah. Beberapa studi deskriptif terutama melibatkan administrasi
kuesioner atau wawancara kepada sampel peserta penelitian. Jenis penelitian
ini (kadang-kadang disebut penelitian survei) karena telah menghasilkan
banyak pengetahuan berharga tentang pendapat, sikap, dan praktik.
Pengetahuan ini telah membantu membentuk kebijakan dan inisiatif
pendidikan untuk memperbaiki kondisi yang ada.
B. Karakteristik Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
1. Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya
dengan cara menelaah secara sistematis, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan
seacara cermat.
2. Memusatkan perhatian dan penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau
masalah yang dihadapi pada masa sekarang.
3. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan.
4. Tidak adanya uji hipotesis.
5. Data yang telah dikumpulkan disusun dan dijelaskan kemudian dianalisis dengan
Teknik analitik.
6. Menjelaskan tiap langkah penelitian secara rinci.
7
7. Memberi alasan yang kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan
bukan teknik lainnya.
C. Jenis-jenis Penelitian Deskriptif
1. Studi hubungan (Korelasional)
Studi hubungan (association study), disebut juga studi korelasional (correlational
study) yang meneliti hubungan antara dua hal, dua variable atau lebih. Hubungan
dalam studi hubungan berbeda dengan dalam penelitian eksperimental. Dalam studi
eksperimental hubungan hubungan tersebut menunjukkan hubungan sebab akiba,
dalam studi hubungan hanya menunjukkan asosiasi atau hubungan kesejajaran.
Misalnya koefesiensi korelasi yang signifikan antara tinggi dengan berat badan
menunjukkan adanya asosiasi antara tinggi dengan berat badan, makin tinggi badan
maka makin berat juga badannya, makin pendek makin ringan bobotnya. Tidak
berarti tinggi mempengaruhi berat badan atau berat badan mempengaruhi tinggi
badan. Studi hubungan tidak hanya dapat dilakukan terhadap dua variable, tetapi
dapat juga terhadap lebih dari dua variable (Sukmadinata, 2013).
Studi korelasional meneliti tentang sejauh mana perbedaan dalam satu
karakteristik atau variabel dikaitkan dengan perbedaan dalam satu atau lebih
karakteristik atau variabel lainnya . Korelasi ada jika, ketika satu variabel meningkat,
variabel lain meningkat atau menurun secara acak yang dapat diprediksi. Dalam studi
korelasional, peneliti mengumpulkan data kuantitatif tentang dua atau lebih
karakteristik untuk sekelompok orang tertentu atau unit studi lain yang sesuai. Ketika
manusia menjadi fokus penyelidikan, data tersebut mungkin berupa skor tes,
peringkat yang diberikan oleh server ahli, atau frekuensi perilaku tertentu (Leedy &
Jeanne, 2015).
2. Studi Perkembangan
Studi perkembangan atau developmental study banyak dilakukan oleh peneliti di
bidang pendidikan atau bidang psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku. Sasaran
penelitian perkembangan pada umumnya menyangkut variable tingkah laku secara
individual maupun kelompok. Dalam penelitian perkembangan tersebut peneliti
tertarik dengan variable yang utamanya yang membedakan antara tingkat umur,
pertumbuhan atau kedewasaan subjek yang diteliti (Sukardi, 2003).
Penelitian perkembangan mengkaji berubahan-perubahan atau kemajuan-
kemajuan yang dicapai oleh seseorang, suatu organisme, Lembaga, organisasi,
ataupun kelompok masyarakay tertentu. Ada dua macam penelitian perkembangan

8
yaitu perkembangan longitudinal atau jangka Panjang, longitudinal approach dan
perkembangan dalam tahap tertentu atau jangka pendek cross sectional approach.
Penelitian longitudinal meneliti perkembangan sesuatu aspek atau sesuatu hal dalam
seluruh periode waktu, atau tahapan perkembangan yang cukup Panjang, umpamanya
perkembangan kemampuan berbicara dari masa bayi sampai dengan akhir masa
remaja. Penelitian dalam satu tahapan, satu periode waktu atau bersifat cross sectional
hanya meneliti perkembangan dalam tahapan-tahapan tertentu saja umpamanya
perkembangan kemampuan berbicara hanya pada tahap atau masa bayi, anak kecil,
anak sekolah, remaja awal atau remaja akhir saja. Meskipun hanya meneliti tahapan-
tahapan tertentu, tetapi apabila semua tahapan dilaksanankan secara serempak, maka
perkembangan secara keseluruhan dapat diketahui (Sukmadinata, 2013).
Dalam studi cross-sectional, orang-orang dari beberapa kelompok usia yang
berbeda dijadikan sampel dan dibandingkan. Misalnya, seorang psikolog
perkembangan mempelajari sifat persahabatan untuk anak-anak pada usia 4, 8, 12,
dan 16 tahun. Seorang ahli gerontologi menyelidiki bagaimana pensiunan berusia 70-
an, 80-an, dan 90-an cenderung menghabiskan waktu luang mereka. Dalam studi
longitudinal, sekelompok orang diikuti selama beberapa bulan atau tahun, dan data
yang terkait dengan karakteristik yang diselidiki dikumpulkan pada berbagai waktu.
Misalnya, seorang psikolinguistik mungkin bagaimana bahasa lisan anak-anak
perubahan antara usia 6 bulan dan 5 tahun. Atau seorang psikolog pendidikan
mungkin mendapatkan ukuran pencapaian akademik dan penyesuaian sosial untuk
sekelompok siswa kelas empat dan kemudian, 10 tahun kemudian, mencari tahu
siswa mana yang telah menyelesaikan sekolah menengah (dan berapa IPK sekolah
menengah mereka) dan mana yang tidak. (Leedy & Jeanne, 2015)
3. Studi Perbandingan
Studi perbandingan (comparative study atau causal comparative study)
merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingan dua situasi, kejadian,
kegiatan, program, dll yang sejenis atau hampir sama. Dalam studi ini yang
diperbandingkan adalah semua unsur atau komponennya. Pembandingan kegiatan
atau program umpanya meliputi dasar, tujuan, lingkup, langkah-langkah kegiatan,
organisasi, pelaksanaan, asaran, dan alat, biaya, pengelolaan, sampai dengan hasil.
Analisis diarahkan pada pelaksanaan, factor-faktor pendukung dan hasil. Dari hasil
perbandingan tersebut dapat ditemukan unsur-unsur atau factor-faktor penting yang
melatarbelakangi persamaan dan perbedaan (Sukmadinata, 2013).

9
Penelitian Komparatif Penelitian berfungsi membandingkan dua perlakuan atau
lebih dari suatu variabel, atau beberapa variabel sekaligus. Tujuan metode penelitian
ini untuk melihat perbedaan dua atau lebih situasi, peristiwa, kegiatan, atau program.
Perbandingan yang dilihat dari bagaimana seluruh unsur dalam komponen penelitian
terkait antara satu sama lain. Perhitungan yang digunakan berupa persamaan dan
perbedaan dalam perencanaan, pelaksanaan, serta faktor pendukung hasil. Yang
ditekankan dari hasil penelitian ini, yaitu bagaimana unsur pembentuk hasil penelitian
dapat menjadi latar belakang dari hasil penelitian tersebut (Ramdhan, 2021).
4. Studi Tindakan
Penelitian Tindakan Penelitian ini dilakukan setelah ada penelitian lain dan
dilaksanakan dalam bentuk penelitian baru. Penelitian ini adalah jenis turunan dari
penelitian terapan. Tujuan metode penelitian ini sebagai evaluasi pada sebuah
keberhasilan, manfaat, kegunaan, sumbangan, serta kelayakan suatu program,
produk, atau kegiatan tertentu, yang pada akhirnya bisa mendapatkan perbaikan agar
hasilnya lebih baik (Arifin, 2014).
5. Studi Tindak Lanjut
Studi tindak lanjut (follow up study) merupakan pengumpulan dan analisis data
terhadap para lulusan atau orang-orang yang telah menyelesaikan suatu program
Pendidikan, Latihan atau pembinaan. Studi ditujukan untuk mengetahui kegiatan dan
perkembangan mereka setelah ke luar dari institusi Pendidikan atau pembinaan.
Apakah ada dampak dari Pendidikan, pelatihan atau pembinaan yang telah mereka
ikuti terhadap posisi mereka dalam jabaran structural atau fungsional? Adakah
peningkatan performasi dan kinerja mereka, mampukah mereka mengaplikasikan
pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mereka terima dari Lembaga
Pendidikan yang baru saja mereka selesaikan. Bagi para lulusan yang bukan pegawai,
berapa lama waktu mereka menanti sampai dapat pekerjaan, dalam jabatan atau tugas
apa mereka ditempatkan?, dll. (Sukmadinata, 2013).
6. Studi Waktu dan Gerak
Penelitian ini menekankan pada dua variable yaitu variable waktu dan gerak.
Karakteristik penelitian waktu dan gerak yaitu : a) banyak dilakukan dibidang
industry, b) observasi dan pengukuran terhadap Gerakan-gerakan badan yang
dilakukan oleh para pekerja sewaktu melaksanakan tugas produksi, dan c)
kecenderungan menggunakan instrumen stopwatch dan kamera gerak. Contoh dari
penelitian dalam bidang Pendidikan dan kurikulam dapat digunakan umpamanya

10
untuk mengukur waktu dan gerak dalam penyusunan jadwal pelajaran, Latihan, dan
belajar mandiri, penggunaan alat-alat praktik dan alat bantu pembelajaran terutama
yang rentan panas (Arifin, 2014).
7. Studi Kasus
Studi kasus (case study) merupakan metode untuk menghimpun dan
menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus. Sesuatu dijadikan kasus
biasanya karena ada masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tatapi bisa juga
sesuatu dijadikan kasus meskipun tidak ada masalah, malahan dijadikan kasus
karena keunggulan atau keberhasilannya. Kasus ini bisa berkenaan dengan
perorangan atau kelompok (kerja, kelas, sekolah, etnis, ras, agama, social, budaya,
dll). Studi kasus kasus banyak dilakukan. keluarga, lembaga, organisasi, dll. Studi
kasus diarahkan pada mengkaji kondisi, kegiatan, perkembangan serta faktor-
faktor penting yang terkait dan menunjan penting yang terkait dan menunjang
kondisi dan per g kondisi dan perkembangan tersebut. kembangan tersebut.
Penelaahan studi kasus secara intensif terhadap seorang/sekelompok individu yang
dipandang mengalami kasus tertentu. Misal: ATG yang mampu mengingat berita
dengan cepat; kesurupan masal, gagal dalam belajar,
tidak bersosialisasi, bersosialisasi, siswa yang paling disukai disukai teman-
temannya teman-temannya atau sebaliknya, sebaliknya, selfconcept ATG dan
sebagainya. Analisisnya mendalam (mengungkap semua variabel yang
menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhi
kasus (Sukmadinata, 2013).
8. Studi Survei
Penelitian survei melibatkan perolehan informasi tentang satu atau lebih
kelompok orang misalnya tentang karakteristik, pendapat, sikap, atau pengalaman
mereka sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan dan tabulasi jawaban. Tujuan
utamanya adalah untuk mempelajari populasi yang besar dengan mensurvei sampel
dari populasi tersebut, dengan demikian kita dapat menyebut pendekatan ini sebagai
survei deskriptif atau survei normative. Penelitian survei memiliki desain yang
cukup sederhana: Peneliti mengajukan serangkaian pertanyaan kepada peserta yang
bersedia; merangkum tanggapan mereka dengan persentase, jumlah frekuensi, atau
indeks statistik yang lebih canggih; dan kemudian menarik kesimpulan tentang
populasi tertentu dari tanggapan sampel (Leedy & Jeanne, 2015).
Karakteristik utama dari survei adalah : 1) Informasi dikumpulkan dari

11
sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik
tertentu seperti ; kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi, 2)
Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan(umumnya tertulis bisa juga
lisan) dari suatu populasi, 3) Informasi diperoleh dari sampel bukan dari populasi
(Sukardi, 2003).

D. Langkah-langkah Penelitian Deskriptif


Langkah-langkah penelitian deskriptif, dalam Donald Ary (2009) dapat
diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Pernyataan masalah
Peneliti harus mulai penelitiannya dengan pernyataan masalah yang jelas.
Pernyataan ini menerapkan variabel-variabel yang akan diselidiki dalam studi itu
dan menetapkan apakah studi itu hanya akan berusaha meneliti status variabel ini
ataukah juga akan meneliti hubungan antara variabel-variabel tersebut.
2. Identifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah
Peneliti merinci informasi yang akan dikumpulkan, menyatakan apakah
informasi ini bersifat kualitatif atau kuantitatif dan mengidentifikasi bentuk
informasi ini (jumlah, skor, tes, jawaban atas kuesioner atau wawancara dan
sebagainya). Baik yang diarahkan pada kajian kuantitatif maupun
kualitatif, penelitian deskriptif memiliki kesamaan, keduanya ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena apa adanya. Perbedaannya adalah dalam
sifat kajian, penelitian kuantitatif deskripsi atas gambarannya menggunakan
ukuran, jumlah atau frekuensi, sedang dalam penelitian kualitatif lebih
memperhatikan karakteristik, kualitas, keterkaitan antarkegiatan.
3. Pemilihan atau pengembangan instrumen pengumpulan data
Kuesioner, wawancara, tes dan berbagai macam skala adalah instrumen
yang paling sering digunakan dalam penelitian deskriptif. Jika peneliti akan
menggunakan instrumen yang sudah ada, reliabilitas instrumen ini, validitas untuk
mengukur variabel yang bersangkutan dan kecocokannya bagi populasi yang
dimaksud harus diteliti. Pengertian yang lebih dalam tentang kualitasnya dapat
diperoleh dengan membaca studi-studi terdahulu yang juga menggunakan
menggunakan instrumen itu. Jika instrumen itu harus dibuat oleh peneliti, seorang
diri sebaiknya instrumen tersebut dicoba dengan suatu kelompok kecil sehingga
dapat dievaluasi dan dilakukan perbaikan-perbaikan seperlunya. Instrumen

12
tersebut secara operasional memberikan definisi kepada variabel penelitian. Oleh
karena itu, sebelum melangkah lebih lanjut, peneliti harus yakin bahwa data yang
akan diperoleh dengan instrumen yang dipilih benar-benar merupakan informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
4. Identifikasi populasi sasaran dan penentuan prosedur penarikan sampel yang
diperlukan
Peneliti harus menentukan kelompok yang akan dicari informasinya.
Dalam sensus, hal ini biasanya berupa kelompok setempat yang telah dirumuskan
dengan jelas, seperti siswa sekolah tertentu. Survei sampel biasanya meneliti
kelompok yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti siswa yang mempunyai
hambatan dalam membaca, siswa yang baru belajar bahasa Arab, siswa difabel
dan sebagainya. Dalam survei sampel, peneliti berusaha memilih sampel yang
akan mewakili populasi induknya d populasi induknya dengan baik. engan baik.
5. Rancangan prosedur pengumpulan data
Pada tahap ini, peneliti menguraikan jadwal praktis untuk memperoleh
sampel dan menggunakan instrumen.
6. Pengumpulan data
Dijelaskan Sulistyo Basuki (2006), metode penelitian ini
menggunakan berbagai berbagai teknik dan instrumen pengumpulan data, mulai
dari alat sederhana berupa stopwatch, mesin ukuran berat dan penggaris sampai ke
instrumenasi kromatografik dan kuesioner serta uji kepribadian atau sikap. Teknik
dan instrumen khusus dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan peneliti,
contohnya data yang dikumpulkan melalui observasi dapat dibuat lebih objektif
dengan menggunakan senarai uji (checklist) dan gawai lain, seperti jadwal
observasi. Semua teknik dan instrumen pengumpulan pengumpulan data perlu
memiliki atribut kesahihan (validity) dan keandalan (reliability).
7. Analisis data
Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, analisis data hasil penelitian
dibedakan menjadi dua, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis
kuantitatif digunakan untuk data yang dapat diklasifikasi dalam bentuk angka-
angka. Analisis kualitatif digunakan untuk data yang bersifat uraian kalimat (data
narartif) yang tidak dapat diubah dalam bentuk angka-angka. Data yang bersifat
kauntitaif pada penelitian deskriptif mutlak dianalisa dengan menggunakan
statistis. Statistik deskriptif bisa berupa rata-rata hitung berupa rata-rata hitung

13
(mean), median, (mean), median, modus, kadang-kadang persentase dan lain-lain.

E. Metode Membuat Instrumen Wawancara dan Angket


Pengumpulan data dalam penelitian deskriptif dapat dilakukan melalui beberapa
cara yaitu wawancara langsung, wawancara melalui telepon (online), pengedaran
angket kepada kelompok secara langsung dan melalui email atau media sosial.
1. Wawancara langsung
Wawancara langsung merupakan cara yang cukup efektif, sebab data akan
diperoleh secara lengkap, pertanyaan yang kurang jelas atau meragukan dapat
dijelaskan dan hasilnya dapat diperoleh saat itu juga Wawancara tatap muka
memiliki keuntungan yang yaitu memungkinkan peneliti untuk membangun
hubungan dan dapat bekerja sama dengan responden. Jadi, wawancara semacam
menghasilkan tingkat respons yang tinggi dan persentase orang yang setuju tinggi
untuk berpartisipasi dalam penelitian survei. Namun, waktu dan biaya yang terlibat
mungkin menjadi penghalang jika orang yang diwawancarai tinggal di berbagai
negara bagian, provinsi, atau negara yang berbeda (Leedy & Jeanne, 2015).
2. Wawancara telepon (online)
Wawancara telepon tidak memakan banyak waktu dan seringkali lebih murah, dan
peneliti memiliki akses potensial ke hampir semua karena dilakukan melalui online
tanpa batasan tempat dan waktu. Meskipun tingkat respons tidak setinggi
wawancara tatap muka karena banyak orang yang cenderung sibuk, kesal karena
diganggu, khawatir menggunakan menit telepon seluler yang mahal, atau bahkan
tidak tertarik untuk berpartisipasi. Peneliti yang melakukan wawancara telepon
tidak dapat membangun hubungan yang sama yang mungkin terjadi dalam
wawancara tatap muka atau langsung (Leedy & Jeanne, 2015).
Wawancara melalui telepon hampir sama dengan wawancara langsung, data
dikumpulkan melalui tanya jawab secara lisan, walaupun tidak behadapan langsung.
Dilihat dari segi biaya, cara ini dipandang lebih hemat, meskipun biaya telepon
tinggi tetapi masih dibawa biaya transportasi dan akomodasi kalau pewawancara
dating langsung. Kelemahan atau hambatan dalam wawancara melalui telepon, jika
pertanyaannya cukup banyak responden seringkali merasa bosan, dan responden
juga dikenai biaya telepon (Sukmadinata, 2013).
Pertengahan antara wawancara tatap muka dan wawancara telepon adalah
wawancara yang dilakukan dengan menggunakan Skype (skype.com) atau

14
perangkat lunak konferensi video lainnya. Strategi seperti itu dapat membantu
ketika kontak tatap muka diinginkan dengan peserta di lokasi yang jauh. Namun,
peserta harus (a) merasa nyaman menggunakan teknologi modern, (b) memiliki
akses mudah ke peralatan dan perangkat lunak yang dibutuhkan, dan (c) bersedia
menjadwalkan wawancara terlebih dahulu—tiga kualifikasi yang dapat, seperti
wawancara telepon, menghasilkan bias dalam sampel yang dipilih (Leedy & Jeanne,
2015).
3. Angket langsung
Kuisioner yang dikenal dengan angket, pada dasarnya adalah dafta pertanyaan
yang harus diisi oleh responden yang akan diukur. Dengan kuisioner ini dapat
diketahui tentang data diri, pengalaman, sikap, dan pendapatnya. Bentuk kuisioner
ada dua yaitu kuisioner tertutu dan kuisioner terbuka. Kuisioner tertutup adalah
kuisioner yang disusun dengan menyediakan jawaban yang lengkap. Kusioner
terbuka adalah kuisioner yang disusun tanpa ada pilihan jawaban sehingga
responden dapat bebas mengemukakan pendapatnya (Rukajat, 2018).
4. Angket tidak langsung
Cara lain yang relative cukup muda adalah dengan pengedaran angket melalui pos
atau email. Namun kuesioner yang diedarkan melalui pos atau email atau media
social juga memiliki kekurangan. Misalnya, ketika pertanyaan didistribusikan
melalui surat atau email, sebagian besar orang yang menerima kuesioner tidak
mengembalikannya, dengan kata lain mungkin ada tingkat pengembalian yang
rendah dan orang yang mengembalikannya belum tentu mewakili sampel yang
awalnya dipilih. Kelemahan lain adalah pertanyaan yang kurang jelas atau tidak
dipahami mungkin ditebak atau tidak dijawab atau bahkan salah tafsir (Leedy &
Jeanne, 2015).
Adapun jenis-jenis pertanyaan dalam angket adalah sebagai berikut :
a) Free response
Jenis pertanyaan ini jawabannya tidak terbatas pada jawaban yang
ditentukan oleh peneliti, akan tetapi responden bisa menjawab bebas dan
leluasa mungkin dalam mengungkapkan jawabannya. Pertanyaan ini biasanya
digunakan untuk menanyakan opini, motif, atau persepsi responden mengenai
suatu hal.
b) Directed response
Jenis pertanyaan ini sudah sedikit diarahkan oleh peneliti dalam

15
jawabannya. Sedikit diarahkan maksudnya adalah pertanyaan ini sudah
menjadi spesifik atau mendetail mengenai suatu hal yang ingin ditanyakan pada
responden penelitian.
c) Multiple choice
Jenis pertanyaan ini jawabannya sudah disediakan oleh peneliti dan
responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Keuntungan dari jenis
pertanyaan ini adalah tidak menyulitkan responden untuk memilih jawabannya.
d) Checklist
Jenis pertanyaan jenis ini adalah modifikasi dari teknik multiple choice.
Pada jenis pertanyaan ini, responden dapat memberikan jawaban lebih dari satu
yang sesuai dengan suatu hal tertentu berkaitan dengan penelitian dengan cara
checklist atau memberikan centang pada poin yang dipilih responden.
e) Ranking question
Jenis pertanyaan ini membuat responden memilih jawaban-jawaban
yang sesuai dengan cara mengurutkan jawaban-jawaban yang sudah disediakan
oleh peneliti. Jawaban yang dipilih oleh responden adalah jawaban yang
diurutkan sesuai dengan pendapatnya berkaitan dengan suatu hal tertentu dalam
penelitian.
f) Dichotomous question
Jenis pertanyaan ini hanya memberikan dua pilihan jawaban yang bisa
dipilih oleh responden. Dua pilihan jawaban tersebut adalah “Ya” atau “tidak”.
Responden memilih satu di antara dua jawaban tersebut yang sesuai dengan
pendapatnya.
g) Open ended question
Jenis pertanyaan ini seringkali atau umumnya digunakan pada penelitian
kualitatif. Biasanya pertanyaannya dimulai dengan salah satu subjek dan atas
dasar jawaban responden tersebut maka dilanjutkan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang disusun sebagai kelanjutan dari jawaban tersebut.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang mendasar
memberikan gambaran atau mendiskripsikan suatu fenomena yang aktual
disusun secara sistematis.
2. Penelitian deskriptif mempunyai ciri penelitian deskriptif cenderung
menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara
sistematis, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan seacara cermat.
5. Jenis-jenis penelitian deskriptif yaitu studi hubungan (korelasional), studi
perkembangan, studi perbandingan, studi tindakan, studi tindak lanjut, studi waktu
dan gerak, studi kasus, dan studi survei
6. Metode penelitian deskriptif yaitu pernyataan masalah, identifikasi informasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah, pemilihan atau pengembangan instrumen
pengumpulan data, identifikasi populasi sasaran dan penentuan prosedur penarikan
sampel yang diperlukan, merancang prosedur pengumpulan data, pengumpulan data,
analisis data
7. Pengumpulan data dalam penelitian deskriptif dapat dilakukan melalui beberapa cara
yaitu wawancara langsung, wawancara melalui telepon (online), pengedaran angket
kepada kelompok secara langsung dan melalui email atau media sosial.
B. Saran
Setelah mempelajari pengertian penelitian deskriptif, ciri-ciri penelitian deskriptif, jenis-
jenis penelitian deskriptif, langkah-langkah penelitian deskriptif dan metode membuat
instrument wawancara dan angket diharapkan peneliti selanjutnya dapat menyusun
penelitian deskriptif dan membuat instrumen wawancara dan angket dengan baik dan
benar.

17
DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Ary, Donald. 2009. Introduction to Research in Education Eighth Edition. Canada: Cengage
Learning.
Creswell, J. 2015. Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kualitatif
& Kuantitatif (Edisi keli; H. P. Soetjipto & S. M. Soetjipto, eds.). Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar.
Furchan, ahmad. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Ginau, Maryam B. 2016. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta : PT Kasinus
Leedy, P., Jeanne E, O. 2015. Practical Research Planning and Desaign. England : Pearson
Education Limited.Pearson.
Ramdhan, Muhammad. 2021. Metode Penelitian. Surabaya : Cipta Media Nusantara.
Rukajat, Ajat. 2018. Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta : Deepublish.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Graha Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya

18

Anda mungkin juga menyukai