Disusun oleh :
PAI VI – 3
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah Metode Penelitian
Kualitatif “Latar Belakang Penelitian” Makalah Metode Penelitian Kualitatif ini telah disusun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami selaku penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan,
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat dilakukan perbaikan pada
makalah.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah Metode Penelitian Kualitatif dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian
2. Apa yang menjadi data dan fakta penelitian
3. Apa yang menjadi hasil observasi dan wawancara singkat penelitian
4. Apa yang membuat keterkaitan masalah penelitian dengan variabel yang akan diteliti
5. Bagaimana cara menyusun rumusan masalah
6. Bagaimana cara membuat tujuan penelitian
7. Apa manfaat penelitian
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fokus Penelitian
Gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan bersifat holistic (menyeluruh) dan tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan yang lainya dalam penelitian kualitatif, sehingga seorang
peneliti jenis penelitian ini tidak bisa menetapkan rumusan penelitianya hanya berdasarkan
pada variable penelitian semata. Semua situasi sosial harus ikut serta diteliti yang meliputi
tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. 1
Menurut Sugiyono, batasan dalam dalam penelitian kualitatif disebut dengan focus, yang
berisi pokok masalah yang masih bersifat umum 2. Sedangkan tujuan utama menurut
menentukan focus penelitian Ahmadi, ada dua, yaitu Pertama, focus itu membangun batasan-
batasan (boundaries) untuk studi, dan fokus menentukan wilayah inkuiri. Kedua, fokus itu
menentukan kriteria inklusi-eksklusi (inclusion-exclusion criteria) untuk informasi baru yang
muncul.3
Penentuan fokus dalam proposal penelitian jenis kualitatif lebih didasarkan pada tingkat
kebaruan informasi yang akan didapat dari situasi social (lapangan). Biasanya pembaharuan
informasi berwujud usaha/ikthtiar untuk memahami secara lebih luas dan mendalam mengenai
situasi social, dan menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi social yang diteliti.
Fokus dalam penelitian kualitatif yang sesungguhnya adalah ketika peneliti telah
melaksanakan grand tour obesvation dan grand tour question yang disebut dengan penjelajahan
umum. Pemilihan fokus penelitian dibutuhkan, agar mampu memahami secara lebih luas dan
mendalam.
Pendapat Spradley dalam Sanapiah Faisal (1988), 4 mengemukakan empat alternative untuk
menetapkan fokus yaitu:
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain.
3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk mengembangkan iptek.
4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang
telah ada.
Kriteria dalam fokus penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Harus berupa fenomena yang hanya bisa dijelaskan dan tidak bisa diukur
2. Harus fenomena aktual dan teramati oleh peneliti saat berada di lapangan
3. Tidak memerlukan pembuktian interdependensi. 5
2
Adanya kriteria fokus penelitian membantu peneliti untuk menyusun daftar pertanyaan
penelitian agar bisa mengarahkan pada terlaksananya kegiatan penelitian tersebut. Fokus
penelitian dalam sebuah penelitian, biasanya terdiri atas beberapa pertanyaan yang diajukan.
Penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis dalam rangka menyediakan jawaban
maupun pembuktian atas beberapa pertanyaan ataupun hipotesis. Sesudah hipotesis ataupun
pertanyaan penelitian dirumuskan, aktivitas selanjutnya adalah mencari jawaban atau
pemuktian atas hipotesis maupun pertanyaan tersebut. Jawaban hipotesis maupun pertanyaan
penelitian dilakukan dengan menganalisis data yang sudah dikumpulkan.
Pada umumnya, data dapat diartikan sebagai suatu fakta yang bisa digambarkan dengan
kode, simbol, angka dan lain-lain. Suharsimi menyatakan data diartikan sebagai hasil
pencatatan peneliti, baik itu berupa fakta maupun angka. Menurut Soeratno dan Arsyad , data
adalah semua hasil pengukuran atau observasi yang sudah dicatat guna suatu keperluan
tertentu.
Data merupakan suatu bahan yang masih mentah yang membutuhkan pengolahan lebih
lanjut sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kuantitatif maupun kualitatif
yang menunjukkan suatu fakta. Pada konteks penelitian data bisa diartikan sebagai keterangan
tentang variabel pada beberapa objek. Data memberikan keterangan tentang objek-objek dalam
variabel tertentu. Contohnya: Data berat 6 batang besi merupakan keterangan mengenai 6 besi
dalam variabel “berat”. Motivasi belajar merupakan keterangan mengenai siswa dalam variabel
“motivasi belajar”, dan sebagainya. Keterangan itu diwujudkan dalam bentuk angka maupun
simbol. 6
Data mempunyai peran yang amat penting di dalam penelitian karena:
1. Data mempunyai fungsi sebgai alat uji pertanyaan atau hipotesis penelitian.
2. Kualitas data sangan menentukan kualitas dari hasil penelitian. Artinya hasil penelitian
sangat bergantung pada kualitas data yang sukses dikumpulkan. Namun begitu, kualitas data
yang abik belum tentu hasil penelitiannya baik pula. Hasil penelitian selain dipengaruhi oelh
kualitas data yang berhasil dikumpulkan juga dipengaruhi oleh ketepatan dan keakuratan
analisis data yang dilakukan. Kualitas data bergantung pada kualitas dati instrumen yang
digunakan guna pengumpulan data. Kualitas instrumen pengumpulan data berhubungan
dengan validitas dan reliabelitas.
Macam-Macam Data
Data bisa dikelompokan kedalam berbagai macam sesuai dengan dasar klasifikasinya.
Terdapat lima macam dasar pengklasifikasian data, yaitu: jenis, sifat, sumber, cara pengukuran
dan skala pengurukuran.
1. Jenis data
6Purwanto.2007.instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
3
Berdasarkan jenisnya data dikelompokkan menjadi dua macam yaitu, data kualitatif dan
data kuantitatif.
a. Data kualitatif
Merupakan data yang menunjukkan mutu atau kualitas sesuatu yangada, baik proses, keadaan,
peristiwa, kejadian dan lainnya yang dinyatakan ke dalam bentuk pertanyaan atau berupa kata-
kata. Penentuan kualitas data tersebut menurut kemampuan memberikan nilai tentang
bagaimana mutu dari sesuatu itu.
Hadari Nawawi dan Martini Hadari mengelompokkan data kualitatif dilihat dari jenisnya
menjadi sebagai berikut ini:
1) Data kategori, data yang dinyatakan guna menunjukkan bahwa suatu keadaan, proses, atau
kejadian termasuk dalam salah satu golongan atau suatu pihak tertentu.
2) Data yang menunjukkan porsi, data yang dari setiap keadaan yang dinyatkan dengan
perkataan yang merupakan perbandingan dengan yang ideal atau keseluruhan.
3) Data berjenjang atau meningkat, data yang dinyatakan dengan kata-kata untuk menunjukkan
bahwa suatu keadaan atau peristiwa termasuk pada suatu tingkatan kualitas/mutu tertentu di
atas atau dibawah mutu rata-rata.
4) Data yang bersifat relatif, data yang dinyatakan dengan kata-kata guna menunjukkan bahwa
suatu keadaan atau kejadian merupakan sesuatu yang keberadaannya dapat berubah-ubah. Data
tersebut dinyatakan dalam perkataan, selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah, dan
lain sebagainya.
5) Data yang bertentangan, data yang menyatakan bila yang satu ada, maka yang lainnya tidak
ada mengenai suatu keadaan, peristiwa atau proses yang akan diungkapkan ke dalam suatu
penelitian. Data ini menggambarkan kondisi ekstrem pada dua sisi yang bertolak belakang,
yang dinyatkan dengan kata-kata: setuju – tidak setuju, benar – salah, positif – negatif, cukup
– tidak cukup, dan sebagainya. Tidak jarang peneliti mencoba untuk memasukkan keadaan
moderat atau rata-rata di antara kedua ekstrems tersebut, namun untuk suatu penelitian tidak
berarti, karena hasilnya menghendaki suatu ketegasan. Kondisi yang netral dalam masyarakat
terhadap suatu pembaharuan, berarti lebih mengarah pada negatif. kondisi ragu-ragu akan lebih
mengarah kepada tidak setuju daripada setuju. Kondisi hampir boleh, sesungguhnya berarti
tidak boleh, sama halnya denga hampir cukup yang berarti tidak cukup. Keadaan bertentangan
ini berlaku bagi keadaan, kejadian dan proses yang menuntut kondisi ekstrem sebagai
ukurannya. 7
b. Data Kuantitatif
Merupakan data yang berbentuk angka-angka sebagi hasil pengukuran ataupun hasil observasi.
Misalnya harga gula Rp 12.000/kg, Dedi berat badanya 58 kg, dan lain sebagainya. Data
kuantitatif didapatkan dari pengukuran langsung dan dari angkaangka yang diperoleh dengan
mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif mempunyai sifat objektif
dan dapat ditafsirkan sama oleh semua orang.
2. Sifat Data
4
Data berdasarkan pada sifatnya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu dikotomi,
diskrit, dan kontinum.
a. Data dikotomi, merupakan data yang bersifat pilah satu sama lain, misalnya suku, agama,
jenis kelamin, pendidikan, dan lain sebagainya.
b. Data diskrit, merupakan data yang proses pengumpulan datanya dijalankan dengan cara
menghitung atau membilang. Seperti, jumlah anak, jumlah penduduk, jumlah kematian
dan sebagainya.
c. Data kontinum, merupakan data pengumpulan datanya didapatkan dengan cara
mengukur denga alat ukur yang memakai skala tertentu. Seperti misalnya, Suhu, berat,
bakat, kecerdasan, dan lainnya.
3. Sumber Data
Data berdasarkan pada sumbernya, bisa dikelompokan menjadi dua macam, yaitu data internal
dan data eksternal.
a. Data internal, merupakan data yang pengumpulannya didaptkan dari lembaga atau
organisasi di mana penelitian dilaksanakan.
b. Data eksternal, merupakan data yang didapatkan dari lembaga atau oerganisasi lain di
mana penelitian dilakukan.
4. Cara Pengumpulan
Berdasarkan cara pengumpulannya data dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder.
a. Data primer, merupakan data yang didapatkan darisumber pertama, atau depat
dikatakan pengumpulannya dilakukan senduru oleh si peneliti secara langsung, sperti
hasil wawancara dan hasil pengisian kuesioner (angket). Soeratno dan Arsyad
menyatakan bahwa data primer adalah data yang dikumpulkan dan ddiolaeh sendiri
oleh oerganisasi yang menggunakan atau menerbitkan data tersebut. Contoh data
primer, Peneliti akan meneliti tentang prosedur kerja suatu aplikasi tertentu, maka dapat
dilakukan wawancara mengenai hal tersebut.
b. Data sekunder, merupakan data yang didapatkan dari sumber kedua. Menurut
Purwanto, data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain.
Sedangakan menurut Soeratno dan Arsyad, data sekunder adalah data yang digunakan
atau diterbitkan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Dengan demikian data
sekunder mempunyai dua makna. Pertama, data yang telah diolah lebih lanjut, misalnya
dalam bentuk diagram atau tabel. Kedua, data yang dikumpulkan oleh lembaga atau
orang lain, atau data yang bukan dikumpulkan sendiri oleh peneliti. misalnya data
penghasilan penduduk yang dikumpulkan oleh BPS, data yang dikumpulkan oleh
lembaga survey dan lainnya.
5. Skala Pengukuran
Berdasarkan skala pengukurannya, data bisa dikelompokkan menjadi empat macam,
yaitu: data nominal, ordinal, interval, dan rasio.
a. Data Nominal
5
Merupakan data yang hanya bisa dibedakan, tidak bisa diurutkan dan diperbandingkan satu
dengan yang lain. Nominal atau nomi yang artinya nama, menunjukkan tanda atau label yang
hanya untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya.
Data nominal memiliki ciri, hasil hitungan dan tidak dijumpai bilangan pecahan, angka
yang tertera hanya tanda atau label tidak memiliki urutan (rangking), tidak memiliki ukuran
baku, dan tidak memiliki nol mutlak. Analisis statistik yang sesuai untuk data nominal, seperti
: Uji Binomium, Uji chi Kuadrat Satu Sampel, Uji Chi Kuadrat Dua Sampel, Uji Perubahan
Tanda Mc. Nemar, Uji peluang Fisher, Uji chohran Q, dan uji koefisisen Kotingensi.
Sedangkan untuk tes statistik yang dipakai adalah statistik non parametrik .
b. Data Ordinal
Merupakan data yang mempunyai urutan (order), tetapi tidak mempunyai jarak perbedaan
yang sama di antara rangkaian urutan tersebut. Dengan kata lain merupakan data yang memiliki
jenjang, sehingga responden bisa diurutkan jenjangnya sesuai dengan karakteristik yang ada
pada dirinya. Pada data ordinal dapat menyatakan bahwa data tersebut lebih, sama, atau kurang
dari data yang lain. Data ordinal bisa dibedakan dan diurutkan tapi tidak mempunyai jarak yang
sama dalam urutan maupun perbedaan yang ada.
c. Data Interval
Merupakan data yang mempunyai perbedaan, urutan, dan jarak perbedaan yang sama di
antara rangkaian urutan tersebut, tapi tidak mempunyai titik nol absolut atau mutlak. Jarak pada
skala interval diatur mengikuti ukuran tertentu yang mudah dipahami maknanya dalam rangka
menyusun suatu interpretasi.
Data interval didapatkan dari variabel interval. Data ordinal yang dikumpulkan dengan
aturan skoring yang mengikuti skala tertentu bisa siasumsikan debagai data interval meskipun
pada dasarnya ordinal, misalnya data yang diperoleh dari angket yang memakai aturan skoring
dengan skala tertentu
d. Data Rasio
Merupakan data yang mempunyai perbedaan, urutan, jarak perbedaan yang sama di antara
rangkaian urutan itu, dan mempunyai titik mutlak atau nol absolut, Sehingga bisa
diperbandingkan satu dengan yang lainnya.
Data rasio didapatkan dari variabel rasio. Data rasio merupakan data yang mempunyai
tingkat tertinggi dalam penskalaan pengukuran variabel, karena bisa menunjukkan adanya
perbedaan, tingkat, jarak, dan bisa diperbandingkan.
Data rasio mempunyai variasi yang paling banyak, yaitu perbedaan, urutan, tingkat,
kesamaan jarak perbedaan, dan perbandingan. Analisis dan tes statistik yang sesuai dengan
data rasio sama dengan yang dipakai pada data interval.
1. Teknik Wawancara
Teknik wawancara merupakan cara sistematis untuk memperoleh informasi-informasi
dalam bentuk pernyataan-pernyataan lisan mengenai suatu obyek atau peristiwa pada masa
lalu, kini, dan akan datang.
6
a. Jenis Wawancara
Secara garis besar jenis wawancara dibedakan atas (1) wawancara terencana dan (2)
wawancara insidental. Wawancara terencana dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan
informasi sesuai dengan tema yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk melakukan 5
wawancara terencana, pewawancara terlebih dahulu harus menyiapkan interview guide
(pedoman wawancara) dan menetukan narasumber atau informan yang relevan. Narasumber
yang dimaksud adalah pihak yang dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
terkait dengan tema yang telah direncanakan. Sedangkan dalam wawancara insidental
pewawancara kurang memungkinkan untuk mempersiapkan ha-hal tersebut, mengingat obyek
atau peristiwa yang terjadi bersifat insidental atau tidak terencana. Kendati demikian, bukanlah
berarti bahwa pewawancara tidak memiliki pengetahuan mengenai cara atau aturan wawancara
tertentu.
Beberapa Ketentuan Wawancara Untuk memperoleh hasil yang optimal, wawancara
sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Penentuan Informan
Sebelum melakukan wawancara, pastikan bahwa calon informan anda adalah orang
yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang informasi-informasi yang anda butuhkan.
Dengan kata lain, informasiinformasi mengenai bidang tertentu tentu saja harus ditanyakan
pada nara sumber yang menguasai bidang tersebut. Misalnya, jika anda ingin mengetahui
informasi tentang harga obat-obatan yang beredar di pasaran, sebaiknya anda memilih petugas
apotek sebagai narasumber, bukan dokter. Kecerobohan dalam menentukan informan akan
mempengaruhi kualitas informasi yang akan anda sajikan.
2) Pedoman Wawancara
Wawancara yang terencana sebaiknya dilengkapi dengan interview guide (pedoman
wawancara) dalam bentuk sejumlah daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.
Pedoman wawancara sangat membantu pewawancara dalam menjaga arah atau topik
wawancara (terutama dalam wawancara yang mengandung pertanyaan-pertanyaan
berstruktur).
Di samping itu pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya lebih
menjamin kelengkapan informasi. Sebaliknya, wawancara yang dilakukan tanpa menggunakan
pedoman wawancara dapat menyebabkan wawancara menjadi tidak terarah bahkan
menyimpang dari tema yang semestinya. Akibatnya, substansi informasi yang disajikan
menjadi kurang jelas dan lebih banyak menyajikan informasi yang tidak relevan.
3) Lima ‘W’ dan Satu ‘H’
Informasi yang baik setidak-tidaknya harus memenuhi unsur- unsur 5W dan 1H, yaitu :
a) What (apa)
b) Who (siapa)
c) Where (di mana)
d) Why (mengapa),
e) When (kapan), dan
f) How (bagaimana)
Informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan (melalui media cetak) atau tuturan
(radio) menuntut penjabaran masing-masing unsur di atas secara lebih rinci ke dalam sejumlah
7
variabel yang lebih spesifik (berbicara banyak tentang hal yang kecil). Misalnya, unsur “who”
dapat dijabarkan ke dalam sejumlah variabel : nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, jumlah anak, pendidikan, profesi, tinggi badan, berat badan, hobi, obsesi, makanan
pavorit, dan sejumlah ciri-ciri lain yang melekat pada sesorang. Sementara pada media
elektronik yang bersifat audio visual (misalnya televisi) informasi dapat disajikan dalam bentuk
narasi yang menuturkan garis besar suatu obyek atau peristiwa, selebihnya dilengkapi dengan
penayangan secara visual (berbicara sediki tentang hal yang besar) (bedakan penyampaian
informasi dalam bentuk siaran langsung pertandingan sepakbola melalui media radio dan
televisi).
4) Alat Bantu
Untuk keperluan wawancara, pewawancara hendaknya melengkapi dirinya dengan alat
bantu berupa catatan wawancara dan atau alat perekam suara (tape recorder). Selanjutnya
bahan-bahan informasi baik berupa catatan maupun rekaman diolah dan dikemas sedemikian
rupa dalam bentuk sajian informasi yang siap dipublikasi.
2. Teknik Observasi
8
3. Wawancara dan Observasi Saling Melengkapi
Sajian informasi yang baik pada umumnya menggunakan bahan- bahan informasi yang
diperoleh melalui teknik wawancara, observasi, dan teknik lainnya. Demikian pula informasi
yang disajikan di berbagai media pada dasarnya merupakan hasil formulasi dari berbagai
bahan- bahan informasi yang digali baik melalui wawancara, pengamatan, atau teknik lainnya.
Dalam hal ini masing-masing teknik pengumpulan informasi tidaklah berdiri sendiri,
melainkan saling melengkapi satu 10 dengan yang lainnya. Hanya saja dalam penyusunan
informasi harus mempertimbangkan secara cermat bahan-bahan informasi mana yang
memperoleh porsi utama dan mana yang bersifat penunjang.
Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan
apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya.
Penelitian diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah
yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam
bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah
kualitas, pemerataan, relevansi dan efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis
penelitian dalam bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan dengan
menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung di kelas dengan
harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam ranah ilmu sosial, Masalah sosial yang didefinisikan Robert K Merton sebagai
”ketidaksesuaian yang signifikan dan tidak diinginkan” antara standar kebersamaan dan
kondisi nyata. Atau dengan kata lain,”Sebuah situasi tak terduga yang tidak sejalan dengan tata
nilai yang dianut sekelompuk orang yang menyetujui bahwa perlu adanya tindakan untuk
mengatasi situasi”.
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Tentunya banyak
pengertian lain, tapi sepertinya pengertian itu sudah cukup. Merupakan suatu konsep yang
bervariasi atau konsep yang memiliki nilai ganda atau suatu faktor yang jika diukur akan
menghasilkan nilai yang bervariasi. Variabel juga dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang
yang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau suatu objek
dengan objek yang lain.
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana
cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau
teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah,
serta criteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif . Masing-masing paradigma atau pendekatan ini
mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau
paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di
antaranya (1) jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada
9
aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya
dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat
kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka
sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan (2) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan
yang penerapannya luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif
yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail
khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil
penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti dapat menggabungkan kedua
paradigma atau pendekatan tersebut.
10
antara tren perkembangan dengan keinginan pengembangan, antara kenyataan dengan ide.
Seperti yang diungkapkan Sutrisno Hadi sebagai berikut:
“mengidentifikasikan permasalahan sebagai perwujudan “ketiadaan,
kelangkaan, ketimpangan, ketertinggalan, kejanggalan, ketidakserasian, kemerosotan dan
semacamnya”.8
Seorang peneliti yang berpengalaman akan mudah menemukan permasalahan dari bidang
yang ditekuninya; dan seringkali peneliti tersebut menemukan permasalahan secara
“naluriah”; tidak dapat menjelaskan bagaimana cara menemukannya. Cara- cara
menemukan permasalahan ini, telah diamati oleh Buckley dkk. (1976) yang menjelaskan
bahwa penemuan permasalahan dapat dilakukan secara “formal’ maupun ‘informal’. Cara
formal melibatkkan prosedur yang menuruti metodologi tertentu, sedangkan cara informal
bersifat subjektif dan tidak “rutin”.
Dengan demikian, cara formal lebih baik kualitasnya dibanding cara informal. Rincia n
cara- cara yang diusulkan Buckley dkk. dalam kelompol formal dan informal terlihat pada
gambar di bawah ini.
11
a. Langkah
awal yaitu untuk:
- Mengembangkan Kerangka Konsep.
- Konseptualisasi dan Operasionalisasi.
- Desain Penelitian.
Pemilihan kalimat rumusan masalah tersebut, disesuaikan dengan tujuan penelitian yang
akan dicapai dan tentu saja juga disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh.
Merumuskan masalah yang sudah teridentifikasi dalam suatu penelitian tidak mudah.
Ketika rumusan masalah tidak jelas, maka penelitian menjadi sulit dipahami. Terlebih bila
masalah penelitian sering sekali dikacaukan dengan kekeliruan penulisan rumusan masalah
12
dan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab peneliti untuk memahami atau menjelaskan
masalah tersebut. Belum lagi kompleksivitas ini ditambah dengan keharusan peneliti untuk
mendorong audiens agar tertarik dan mau lebih jauh membaca dan melihat manfaat atau
pentingnya penelitian.
Memilih Masalah Penelitian sebaiknya peneliti harus:
a. Memastikan apakah masalah yang akan dipilih itu sudah atau akan ada jawabannya?
b. Mempertimbangkan relevansinya.
c. Mempertimbangkan manfaat teoritisnya
d. Mempertimbangkan aspek aktualitas masalah.
e. Mempertimbangkan jelajah atau wilayah pengembangan ilmu yang berkaitan.
Berbagai kesalahan umum yang biasa dilakukan peneliti dalam penemuan masalah
penelitian antara lain:
13
model penulisan rumusan masalah penelitian ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan perbedaan
masing-masing pengertian dan sifat jenis penelitian tersebut.
Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah merupakan suatu pernyataan yang
akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah
penelitian dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of
explanation). Bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif,
komparatif dan asosiatif.
a. Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah berkenaan dengan pertanyaan
terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variable atau lebih. Jadi dalam
penelitian ini seorang peneliti tidak membuat suatu perbandingan pada sampel yang lain,
dan juga tidak mencari hubungan variabel tersebut dengan variabel yang lain. Dalam hal
ini peneliti hanya menjabarkan atau mendeskripsikan data hasil penelitian, bisa dengan
bantuan tabel dan diagram atau grafik, sehingga hasil temuan tersebut menjadi lebih mudah
dipahami oleh pembaca. Penelitian semacam ini dinamakan penelitian deskriptif.
b. Rumusan masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan (komparasi)
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda. Perbedaan
tersebut bisa dinilai dari metoda, perlakuan lain atau pada waktu yang berbeda.
F. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan mengenai apa yang ingin dicapai dari penelitian
yang dilakukan. Rumusan masalah penelitian menggunakan kalimat ‘pertanyaan’ sedangkan
Tujuan penelitian menggunakan kalimat ‘pernyataan’.
Tujuan penelitian yang diharapkan, sesuai dengan Sifat dan Karakteristik penelitian,
yaitu:
a. Tujuan harus ada hubungannya dengan rumusan masalah atau secara eksplisit diarahkan
untuk menjawab perumusan masalah.
b. Tujuan penelitian dinyatakan dengan kalimat deklaratif.
c. Tujuan penelitian dikemukakan sebagai sesuatu yang ingin dicapai melalui proses
penelitian.
d. Tujuan penelitian harus jelas dan tegas.
14
Batasan Masalah merupakan pembatasan ruang lingkup masalah, sebagai akibat
keterbatasan yang dimiliki peneliti, dimana dapat saja masalahmasalah yang telah
diidentifikasi tidak dapat diteliti semua, sehingga perlu ditetapkan batasan dalam suatu
penelitian, agar penelitian memiliki fokus (tidak melebar) pada suatu kondisi tertentu. Dengan
demikian, uraian tentang alasan-alasan pembatasan masalah akan sesuai dengan kemampuan
peneliti.
Asumsi-asumsi dan pembatasan penelitian terutama sebelum merumuskan masalah
penelitian merupakan hal yang perlu dikemukakan peneliti untuk menghindari salah pengertian
para pembaca dan pengguna hasil penelitian.
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang
ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu pada ilmu
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain
sebagainya.
Tujuan penelitian merupakan suatu pernyataan mengenai apa yang ingin dicapai dari
penelitian yang dilakukan. Tujuan harus ada hubungannya dengan rumusan masalah dan
dinyatakan dengan kalimat deklaratif.
G. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian dapat dibagi manjadi dua yaitu penelitian dasar (basic research) dan
penelitian terpakai (applied research). Yang disebut penelitian dasar ialah suatu penelitian yang
mempunyai alasan intelektual bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Yaitu suatu alasan
yang berdasarkan atas keinginan untuk mengetahui semata-semata yang tidak langsung mempunyai
kegunaan praktis misalnya penyeledikan tentang ruang angkasa, penyelidikan terhadap bulan dan
lain sebagainya. Sedangkan penelitian terpakai ialah suatu penelitian yang mempunyai tujuan agar
supaya bisa melakukan sesuatu jauh lebih baik, efektif dan efesien9. Merumuskan Tujuan dan
Manfaat Penelitian Jurnal Ilmiah Dakwah dan Komunikasi Misalnya penelitian tentang biaya
hidup, hasilnya lungsung bisa dipakai sebagai dasar untuk menetukan upah/gaji.
Penelitian tentang kenakalan remaja hasilnya dapat diterapkan untuk menanggulangi kenakalan
tersebut. Perlu kiranya diperhatikan bahwa penelitian untuk persoalan yang praktis pasti bisa
menemukan prinsip-prinsip dasar dan penelitian dasar juga sering kali menemukan pengetahuan
yang akan segera berguna untuk menemukan hal - hal yang praktis dan tentu saja memerlukan
waktu. Berdasarkan pembahagian di atas maka kegunaan penelitian tebagi kepada dua: ada
15
penelitian yang gunanya semat-mata menambah khazanah ilmu pengetahuan dan ini tentu saja
berlaku bagi penelitian dasar (basic research). Penelitian terpakai (applied research) sebagaimana
dikemukakan di atas sacara praktis dapat digunakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik,
efektif dan efesien. Mungkin penelitian dapat digunakan oleh pengambilan keputusan untuk
mengambil kebijaksanaan.
16
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Latar belakang masalah adalah hal yang berkaitan dengan masalah penelitian yang
akan dilakukan, latar belakang ini muncul ketika seorang peneliti menemukan masalah yang
menurutnya perlu untuk ditindaklanjuti, penelitian itu tidak hanya dalam hal pengetahuan saja,
tetapi masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah peneliti menemukan
masalahnya, kemudian dalam penelitian kita perlu mengidentifikasi masalah sesuai dengan
topik penelitian untuk meyakinkan bahwa memang di lapangan ada permasalahan sesuai
dengan topik penelitian. Setelah melakukan identifikasi suatu masalah, kemudian langkah
selanjutnya yaitu memberi batasan-batasan masalah, agar permasalahan itu tidak meluas. Dan
karena peneliti memiliki keterbatasan dari segi waktu, tenaga, biaya, maupun pengetahuan.
Kemudian langkah selanjutnya yaitu perumusan masalah, dalam perumusan masalah, peneliti
akan lebih mudah untuk memulai dalam penelitiannya, karena perumusan masalah
membutuhkan solusi dan jawaban, yang berupa pertanyaan. Maka dari itu dalam
menyelesaikan suatu masalah harus sesuai dengam langkah-langkah tersebut yaitu latar
belakang masalah, identifikasih masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah
17
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat, 1967. Metode-metode penelitian masyarakat, Jakarta,
Penerbit Pt. Gramedia, cetakan kedua.
18