Anda di halaman 1dari 19

INTRODUCTION TO RESEARCH IN EDUCATION

CHAPTER 3
“THE RESEARCH PROBLEM”
(MASALAH PENELITIAN)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Kependidikan IPA

Dosen Pengampu:

Dr.Saiful Ridlo, M.Si


Dr. Wiwi Isnaeni, BA, M.S.

Disusun oleh:

Siti Naily Rohmah

04025190030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................

A. Mengidentifikasi masalah penelitian ....................................................................... 4

B. Mengidentifikasi potensi sumber permasalahan untuk penelitian .......................... 4

C. Perumusan masalah dalam penelitian ................................................................... 10

D. Evaluasi permasalahan .......................................................................................... 11

E. Karakteristik masalah penelitian yang baik ............................................................ 13

F. Menyatakan masalah penelitian ............................................................................... 13

G. Menentukan populasi dan variabel dalam masalah penelitian .............................. 15

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 13

Ringkasan .......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap melakukan penelitian harus mempunyai masalah penelitian yang akan


dipecahkan. Penelitian sistematis dimulai dengan masalah penelitian. Oleh karena itu
langkah pertama dalam proses penelitian adalah memilih masalah untuk diselidiki.
Memilih dan merumuskan masalah adalah salah satu aspek terpenting dalam
melakukan penelitian di bidang apapun. Perumusan masalah ini bukanlah pekerjaan
yang mudah, termasuk bagi peneliti-peneliti yang sudah berpengalaman. Padahal
masalah selalu ada di lingkungan sekeliling kita. Jenis penelitian apapun tidak lain
bersumber pada masalah. Tanpa masalah, penelitian itu tidak dapat dilaksanakan.
Pada waktu akan memulai memikirkan penelitian, suatu masalah harus dipikirkan dan
dirumuskan secara jelas, sederhana, dan tuntas. Hal tersebut disebabkan karena
seluruh unsur penelitian lainnya akan berpangkal pada perumusan masalah tersebut.

Pemecahan masalah yang dirumuskan dalam penelitian sangat berguna untuk


mengatasi kebingungan kita akan suatu hal. Karenanya peneliti harus memilih suatu
masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban
terhadap masalah tersebut. Perumusan masalah merupakan langkah yang penting dan
pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah. Namun masalah penelitian bukanlah
gangguan, itu adalah langkah menuju pengetahuan baru (Ary, 2010).

Masalah merupakan sesuatu yang penting dan sentral dalam penelitian.


Penting karena penelitian tidak mungkin dapat dilakukan tanpa ada masalah.
Dikatakan sentral, karena dalam seluruh tahapan penelitian, mulai dari latar belakang
masalah, tujuan penelitian, kajian teori, penyusunan instrument penelitian,
kesimpulan, saran dan sebagainya semua dimulai dari permasalahan yang telah
terlebih dahulu dirumuskan.

1
Menurut Sugiono (2004), masalah diartikan sebagai suatu kesenjangan antara
apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Selain itu juga masalah dapat diartikan
sebagai kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun peneliti, sehingga perlu
ditemukan jawabanyya. Notoatmodjo (2002), menyatakan bahwa masalah penelitian
secara umum dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya
dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau
terjadi dengan yang seharusnya ada atau serta antara harapan dan kenyataan. Karena
pentingnya perumusan masalah dalam sebuah penelitian maka penulis membuat
makalah dengan bahasan perumusan maslah penelitian (research problem).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengidentifikasi masalah penelitian?
2. Bagaimana mengidentifikasi potensi sumber permasalahan untuk penelitian
pendidikan?
3. Bagaimana memberikan evaluasi permasalahan untuk penelitian
menggunakan kriteria yang diterima?
4. Apa saja kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi masalah
penelitian?
5. Apa saja jenis pernyataan masalah yang digunakan dalam penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif?
6. Bagaimana mengidentifikasi populasi dan variabel-variabel dalam studi yang
diberikan?
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi masalah penelitian
2. Mengidentifikasi potensi sumber permasalahan untuk penelitian pendidikan
3. Memberikan evaluasi permasalahan untuk penelitian menggunakan kriteria
yang diterima
4. Menyatakan kriteri yang akan digunakan untuk mengevaluasi masalah
penelitian

2
5. Membedakan antara jenis pernyataan masalah yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif
6. Mengidentifikasi populasi dan variabel-variabel dalam studi yang diberikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengidentifikasi Masalah Penelitian


Keterampilan dalam melakukan penelitian sebagian besar adalah
membuat pilihan masalah bijak tentang apa yang harus diselidiki. Peneliti
harus lebih dahulu memutuskan bidang masalah umum. Langakh pertama
yang bisa dilakukan peneliti yaitu mengajukan pertanyaan terhadap masalah
yang telah di pilih. Untuk mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh
penelitian, seseorang harus memiliki pengetahuan atau pengalaman dari suatu
bidang. Artinya pertanyaan yang dipilih untuk investigasi harus memiliki
minat yang mendalam atau menjadi pertanyaan yang ingin diketahui oleh
peneliti. Pilihannya tentu harus sangat pribadi atau kalau tidak peneliti akan
kesulitan untuk mengumpulkan motivasi untuk melakukan penelitian sampai
akhir.
Intinya temukan pertanyaan yang menggelitik Anda dan Anda akan
menikmati dan mudah dalam mencari solusi. Sebagai contoh seorang guru
biologi sekolah menengah mungkin ingin tahu apakah menggunakan simulasi
komputer akan meningkatkan keterampilan memecahkan masalah siswa.
Seorang kepala sekolah dasar mungkin ingin tahu apakah program bimbingan
akan meningkatkan efektivitas guru pemula. Seorang guru sekolah dasar
mungkin tertarik untuk menemukan cara yang lebih efektif untuk mengajar
membaca. Setelah memilih area penyelidikan umum, peneliti kemudian
mempersempitnya menjadi pernyataan spesifik dari pertanyaan penelitian.
Apa yang secara spesifik ingin anda ketahui atau apa yang ingin anda selidiki.
B. Mengidentifikasi Potensi Sumber Permasalahan untuk Penelitian
Namun kadang kita masih mempertanyakan “Bagaimana kita dapat
menemukan masalah penelitian?”. Meskipun tidak ada aturan yang ditetapkan
untuk menemukan masalah saran tertentu dapat membantu. Tiga sumber

4
penting untuk masalah penelitian adalah pengalaman, kesimpulan dari teori,
dan literatur terkait. Sumber nonpendidikan juga dapat bermanfaat. Sumber-
sumber ini sesuai untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif.
1. Pengalaman
Di antara sumber yang paling bermanfaat bagi para peneliti pemula
adalah pengalaman mereka sendiri sebagai seorang pengajar. Guru memiliki
intuisi atau firasat tentang hubungan baru atau mengapa hal-hal tertentu
disekolah terjadi seoeti itu. Guru sering memepertanyakana efektivitas praktik
ruang kelas tertentu. Mereka bertanya-tanya apakah prosedur alternative akan
lebih efektif. Misalnya seorang guru sekolah menengah mungkin memiliki
pertanyaan tentang strategi untuk meningkatkan prestasi siswa, atau seorang
guru mungkin memiliki pertanyaan tentang metode baru untuk mengajar
membaca. Dalam usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan, para guru
ingin tahu apakah program dan praktik yang mereka gunkan yang paling
efektif untuk mewujudkan usaha tersebut?. Penelitian dapat memberikan
jawaban untuk pertanyaan seperti itu.
Namun bagaima dengan seseorang yang belum memiliki pengalaman
menajar? Dari mana mereka mendapat ide atau pertanyaan permaslaahan?.
Seseorang yang belum memiliki pengalaman mengajar dapat memperoleh ide
dari diskusi dan bacaan atau literatur dari artikel pendidikan. Penulis
menyarankan Anda membuat daftar ide, mencatat hal-hal yang Anda
pertanyakan. Dengan mempelajari catatan ini, Anda akan segera
mengidentifikasi masalah penelitian yang bermanfaat.
2. Teori

Bagi seorang yang sudah memiliki pengalaman mengajar maupun


belum, teori dapat dijadikan sumber masalah untuk penelitian. Sebuah teori
dapat didefinsikan sebagai seperangkan pernyataan, prinsip, dan proporsi yang
saling terkait yang menentukan hubungan antar variabel. Sebagai contoh, teori

5
klasik pengembangan kepribadian Erik Erikson (1967). Erikson
menggambarkan perkembangan psikososial dalam hal tahapan sepanjang
rentang kehidupan, yang masing-masing melibatkan masalah kritis atau
konflik yang harus diselesaikan oleh orang tersebut. Teori Erikson dapan
menjadi dasar untuk penelitian tentang kekerasan di sekolah. Seorang peneliti
yang tertarik mempelajari kekerasan sekolah mungking bertanya, “Apakah
ada praktik sekolah yang mungkin berkonstribusi terhadap perasaan terisolasi
pada beberapa siswa?”, “Apa saja program positif yang dapat membantu
meningkatkan citra diri siswa?” “Bagaimana cra sekolah menanggapi insiden
fisik atau cyber-bullying yang dilaporkan?" dan "Apakah prosedur lain akan
lebih efektif?" Seorang peneliti kualitatif dapat melakukan studi kasus tentang
seorang remaja yang telah melakukan tindakan kekerasan sekolah atau orang
yang telah menjadi korban bullying.

Tidak semua teori sama-sama bermanfaat bagi peneliti pemula. Mari


kita periksa beberapa karakteristik yang dicari dalam teori yang bagus untuk
studi penelitian:

a. Karakteristik peting dari teori yang baik adalah bahwa teori itu dapat diuji
Teori yang dipilih haruslah salah satu dari mana peneliti dapat
membuat prediksi singkat (hipotesis) tentang apa yang akan terjadi dalam
situasi baru dan dapat memverifikasi prediksi ini melalui pengamatan
empiris. Ketika hipotesis didukung dalam studi penelitian, mereka
kemudian menjadi bagian dari teori yang menambah tubuh pengetahuan.
Namun, jika teorinya tidak dapat diuji, tidak ada gunanya.
b. Dapat difalsifikasi
Menjadi falsifiable berarti mampu membuktikan kesalahan, karena
mungkin bagi kita untuk mengumpulkan bukti yang bertentangan dengan
teori. Namun filsuf Sir Karl Popper dalam Logic of Scientifi c Discovery
(1965) berpendapat bahwa klaim pengetahuan "tidak pernah dapat

6
dibuktikan atau dibenarkan sepenuhnya, mereka hanya dapat disangkal"
(hal. 40). Sebuah teori tidak pernah dapat dibuktikan benar karena teori
adalah generalisasi yang berlaku untuk semua contoh yang mungkin dari
fenomena yang mereka coba jelaskan, dan tidak mungkin untuk
mengujinya terhadap semua kemungkinan. Kami hanya mengatakan bahwa
sebuah teori telah didukung; semakin banyak dukungan yang diperolehnya
dalam berbagai studi penelitian, semakin banyak kepercayaan yang kita
miliki tentang kegunaan teori ini. Namun, adalah mungkin untuk
membantah teori dengan mengumpulkan bukti negatif yang bertentangan
dengan teori tersebut. Menurut Popper, ini adalah bagaimana sebagian
besar kemajuan ilmiah dicapai.
(Neuman & Kreuger, 2003), memberikan contoh yang berguna: “Jika
saya ingin menguji klaim bahwa semua angsa berwarna putih, dan saya
menemukan 1000 angsa putih, saya belum sepenuhnya memastikan hukum
atau pola kausal. Yang diperlukan hanyalah menemukan angsa hitam untuk
membantah klaim saya satu bukti negatif ”(hlm. 40). Bukti negatif
menunjukkan bahwa teori itu perlu ditolak atau setidaknya direvisi.
Ringkasnya, teori yang baik adalah teori yang dapat mengumpulkan bukti
yang akan mendukung atau membantah teori tersebut. Kedua hasil harus
dimungkinkan.
c. Teori yang baik berkaitan dengan beberapa fenomena atau perilaku yang
perlu penjelasan, seperti pembelajaran atau motivasi.
d. Teori yang baik memberikan penjelasan paling sederhana, paling jelas, dan
paling masuk akal untuk fenomena tersebut. Teori yang baik mengikuti
prinsip kekikiran, yang menyatakan bahwa teori harus menjelaskan jumlah
fakta terbanyak dengan jumlah prinsip terkecil.
e. Teori yang baik memiliki konsistensi internal; proposisinya tidak saling
bertentangan. Sebagai contoh, sebuah teori “akal sehat” tentang pemisahan
manusia mungkin menyatakan “Ketidakhadiran membuat hati tumbuh

7
lebih dekat” tetapi juga “Tidak terlihat, tidak masuk akal.” Orang dapat
menemukan bukti untuk mendukung kedua proposisi ini; dengan demikian,
teori tidak akan berguna untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi
ketika orang dipisahkan.
Singkatnya, pikirkan teori pendidikan, psikologis, atau sosiologis yang
Anda anggap menarik. Baca ringkasan teori dalam jurnal, buku teks, atau
sumber utama, dan kemudian ajukan pertanyaan. Pertanyaan penelitian
berbasis teori bermanfaat karena hasilnya dapat dikaitkan dengan tubuh
pengetahuan yang ada.
3. Sumber terkait atau literature terkait
Sumber masalah berharga lainnya adalah literatur yang diterbitkan di
bidang minat Anda. Dalam penelitian yang dipublikasikan, Anda akan
menemukan contoh masalah penelitian dan metode yang digunakan untuk
menyelesaikannya. Tinjauan literatur terkait dapat membantu dengan
cara-cara berikut:
a. Anda dapat menemukan studi yang perlu direplikasi
Anda dapat mengulangi studi orang lain, tidak persis, tetapi dengan
beberapa variasi. Anda mungkin menggunakan kelompok umur yang
berbeda, pengaturan yang berbeda, atau metodologi yang berbeda. Studi
penelitian tunggal, jika berurusan dengan masalah yang signifikan dan jika
temuannya menarik, dapat menginspirasi banyak penelitian lain. Replikasi
adalah kegiatan yang bermanfaat karena memberikan lebih banyak bukti
validitas temuan asli. Karena penelitian diulang pada waktu yang berbeda
dan di tempat yang berbeda, dengan temuan yang didukung dalam setiap
penelitian, kita dapat meningkatkan kepercayaan dalam validitas ilmiah
dari temuan.
b. Anda dapat menemukan pertanyaan yang mewakili langkah logis
berikutnya dalam penelitian tentang suatu masalah.

8
Hasil dari satu penelitian sangat sering menimbulkan pertanyaan baru.
Pada bagian akhir dari laporan penelitian mereka, peneliti sering
menggambarkan pertanyaan baru yang telah muncul dan menyarankan
studi tambahan yang harus dilakukan. Cara yang produktif untuk
memperluas studi adalah dengan memperkenalkan variabel baru ke dalam
desain penelitian untuk kontrol lebih lanjut dan untuk menentukan efek
interaksi antar variabel.
4. Ulasan Penelitian
Ulasan (review) penelitian yang mengintegrasikan dan merangkum
studi tentang topik tertentu dapat sangat berguna untuk mengidentifikasi
masalah penelitian. Review of Educational Research diterbitkan setiap
triwulan oleh American Research Research Association (AERA) sejak 1931
ulasan dan mengintegrasikan literatur pendidikan pada topik yang berbeda
setiap volume. Misalnya, topik volume 71 (2007) adalah "Perbedaan,
Keragaman, dan Kekhasan dalam Pendidikan dan Pembelajaran." Pada tahun
1973, AERA meluncurkan Review tahunan Research in Education untuk
memberikan ringkasan tentang apa yang telah dilakukan, sedang dilakukan,
dan perlu dilakukan dalam topik luas spesifik setiap tahun.
Volume 82 (2008) berfokus pada "Apa yang Dianggap sebagai
Pengetahuan dalam Pengaturan Pendidikan: Pengetahuan Disiplin, Penilaian,
dan Kurikulum." Kira-kira setiap 10 tahun, AERA menerbitkan Buku
Pegangan Penelitian tentang Pengajaran (Gage, 1963; Travers, 1973;
Wittrock, 1985; Richardson, 2001). Volume-volume ini mencantumkan,
merangkum, dan secara kritis menganalisis penelitian dalam bidang
pengajaran. Setiap edisi berisi artikel otoritatif oleh para spesialis tentang
topik-topik tertentu di lapangan. AERA's Encyclopedia of Educational
Research (2004), dirancang untuk menyajikan "sintesis kritis dan interpretasi
penelitian pendidikan yang dilaporkan," berisi artikel-artikel yang
ditandatangani dengan bibliografi yang menyediakan diskusi yang

9
terdokumentasi dengan baik mengenai tren dan perkembangan terkini, serta
topik tradisional.
5. Sumber Nonedukasi
Kita dapat mengadopsi teori atau prosedur yang kita temui di bidang
lain untuk diterapkan pada pendidikan. Contohnya gerakan perempuan telah
mengarahkan para peneliti untuk mempelajari stereotip gender dalam materi
pendidikan, pengaruh sekolah pada pembelajaran peran seks, perbedaan
gender dalam prestasi dan kepribadian, dan sebagainya. Gerakan hak-hak sipil
menyebabkan banyak penelitian tentang pendidikan anak-anak minoritas.
Selain itu sumber nonprndidikan dibidang kesehatan seperti epidemic AIDS
telah merangsang peneliti untuk mengembangkan penelitian di bidang
pendidikan dengan jalan mengenalkan kepada genersi muda di sekolah bahaya
penyit ini dan cara terbaik untuk melndungi diri dari penyakit tersebut.
C. Perumusan Masalah dalam Penelitian
Setelah peneliti mendapat sumber permasalahan untuk penelitiannya
melalui pengalaman dan minat pribadi mereka, teori, literatur profesional,
atau masalah sosial saat ini dan masalah dunia nyata untuk menemukan
masalah potensial, peneliti perlu mengidentifikasi area atau topik yang
peneliti minati. Sebagai contoh, seorang peneliti pemula mungkin tertarik
pada bagaimana siswa yang mengalami ketidak mampuan belajar
diintegrasikan ke dalam ruang kelas sekolah menengah umum.
Setelah peneliti memilih fokus awal penyelidikan, mereka perlu
mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui tentang topik itu. Karena itu,
fokus penyelidikan dipersempit ke aspek fenomena yang akan dieksplorasi
dalam studi penelitian. Fokus dari pertanyaan yang disebutkan sebelumnya
dapat dinyatakan sebagai berikut: "Bagaimana siswa lain memperlakukan
siswa dengan ketidakmampuan belajar?" "Bagaimana tanggapan orang yang
tidak mampu belajar merespons?" “Apakah anak tersebut nantinya akan
menjadi korban bullying di sekolah?”. Dalam hal ini penelitian kualitatif

10
secara intuitif sampai pada firasat tentang fenomena tersebut, penelitian
kualitatif tidak harus merumuskan hipotesis awal yang diuji oleh penelitian
yang dilakukan.
Dalam studi kualitatif, seorang peneliti mungkin bertanya bagaimana dan
mengapa perilaku ini berkembang dan dapat menggunakan pengamatan
naturalistik untuk menyelidiki perilaku ini di sekolah dasar. Peneliti dapat
menggunakan kamera video dan mikrofon jarak jauh untuk merekam kejadian
anak-anak yang berulang kali terkena tindakan verbal atau fisik yang negatif
dari satu atau lebih teman sekelasnya. Peneliti ingin mewawancarai para
pengganggu untuk menemukan apa yang mereka pikirkan dan apa motif dan
tujuan mereka. Para korban juga akan diwawancarai untuk mengetahui
perasaan mereka. Peneliti juga dapat memeriksa perbedaan gender dalam
perilaku intimidasi dan reaksi teman sebaya terhadap perilaku ini.
D. Evaluasi Permasalahan
Setelah kita dengan tentatif memilih pertanyaan yang menarik minat kita,
kita perlu mengevaluasi apakah itu pertanyaan yang menjamin pengeluaran
waktu dan upaya untuk menyelidiki. Berikut ini adalah kriteria yang dapat
digunakan seorang peneliti untuk mengevaluasi masalah penelitian:
1. Masalah yang ditetapkan harus memiliki signifikansi, artinya maslah harus
menjadi salah satu yang solusinya akan berkontribusi pada teori atau praktik
pendidikan. Masalah tersebut mungkin ada kesenjangan dalam pengetahuan
saat ini atau membantu menyelesaikan beberapa inkonsistensi dalam
penelitian sebelumnya. Kita harus bisa menjawab pertanyaan "Jadi apa?"
sehubungan dengan studi yang kita usulkan. Apakah temuan akan berguna
dalam situasi pengambilan keputusan yang mendidik?. Hal tersebut perlu kita
pikirkan.
2. Masalahnya harus menjadi salah satu yang akan mengarah pada masalah baru
dan untuk penelitian lebih lanjut. Sebuah studi yang baik, ketika sampai pada
jawaban untuk satu pertanyaan, biasanya menghasilkan sejumlah pertanyaan

11
lain yang perlu diselidiki. Hindari masalah sepele yang memiliki sedikit atau
tidak ada hubungan dengan teori atau penelitian sebelumnya.
3. Masalahnya harus bisa diteliti. Meskipun kriteria ini akan tampak jelas, dalam
praktiknya, banyak masalah yang diajukan tidak dapat diteliti. Masalah yang
bisa diteliti adalah masalah yang dapat diserang secara empiris; artinya,
adalah mungkin untuk mengumpulkan data yang menjawab pertanyaan.
Banyak pertanyaan menarik dalam pendidikan tidak dapat dijawab oleh
penelitian ilmiah. Pertanyaan filosofis, misalnya, yang menanyakan apa yang
harus dilakukan tidak dapat diteliti dan harus dihindari. Pertanyaan seperti
"Haruskah kita menawarkan lebih banyak pelatihan kejuruan di sekolah
menengah?" atau "Haruskah sekolah lebih memperhatikan pendidikan
karakter?" tidak dapat dijawab dengan mengumpulkan dan menganalisis data
secara ilmiah.
4. Masalah yang ditetapkan harus sesuai untuk peneliti. Artinya masalahannya
harus menjadi masalah dimana peneliti memiliki minat yang tulus dan yang
membuat peneliti antusias melakukan penelitian. Selain minta, seseorang
harus memiliki keterampilan penelitian yang diperlukan untuk melanjutkan
studi hingga selesai. Terakhir, seseorang harus memilih masalah yang dapat
diselidiki dalam waktu yang ditentukan dan dengan sumber daya yang
tersedia. Jangan memilih masalah yang terlalu besar atau terlalu terlibat, dan
pastikan untuk menyediakan waktu yang cukup untuk membangun instrumen,
mengelola instrumen, melakukan wawancara atau pengamatan, menganalisis
data, dan menulis laporan.
5. Masalahnya harus sesuai secara etis. Artinya, masalahnya harus menjadi
masalah yang dapat peneliti selidiki tanpa melanggar prinsip-prinsip etika.
Prinsip-prinsip etika dalam penelitian akan lebih rinci dijelaskan pada chapter
15 dan 20.
E. Karakteristik Masalah Penelitian yang Baik

12
1. Masalahnya signifikan (itu akan berkontribusi pada tubuh pengetahuan
dalam pendidikan).
2. Masalahnya adalah salah satu yang akan mengarah pada penelitian lebih
lanjut.
3. Masalahnya bisa diteliti (bisa diselidiki melalui pengumpulan data).
4. Masalahnya cocok (menarik dan sesuai dengan keterampilan peneliti,
waktu, dan sumber daya yang tersedia).
5. Masalahnya etis (tidak akan membahayakan subyek).
F. Menyatakan Masalah Penelitian
Setelah keita memilih dan mengevaluasi masalah, tugas selanjutnya
adalah menyatakan masalah dalam bentuk yang dapat diselidiki. Pernyataan
masalah bervariasi sesuai dengan jenis penelitian. Dengan demikian, kami
mempertimbangkan pernyataan penelitian kuantitatif dan kualitatif secara
terpisah.
1. Pernyataan Masalah dalam Penelitian Kuantitatif
Pernyataan masalah dalam penelitian kuantitatif menentukan variabel
dan populasi yang diminati. Pernyataan masalah bisa menjadi deklaratif
seperti "Studi ini menyelidiki efek simulasi komputer pada prestasi sains
siswa sekolah menengah." Pernyataan tersebut dapat mengajukan
pertanyaan tentang hubungan antara dua (atau lebih) variabel. Masalah
sebelumnya mungkin dinyatakan kembali sebagai "Apa hubungan antara
penggunaan simulasi komputer dan prestasi dalam sains sekolah
menengah?" Beberapa sarjana lebih suka bentuk pertanyaan hanya karena
itu mudah dan secara psikologis tampaknya mengarahkan peneliti ke tugas
yang ada, yaitu untuk menemukan jawaban atas pertanyaan. Namun
keduanya merupakan cara yang dapat diterima untuk menyajikan masalah
penelitian.
Masalahnya dapat dijelaskan lebih lanjut dengan mendefinisikan
secara operasional variabel-variabel yang terlibat. Pada contoh

13
sebelumnya, Anda dapat menentukan simulasi komputer apa yang akan
digunakan, bagaimana prestasi sains akan diukur, dan bagaimana sampel
siswa sekolah menengah akan dipilih. Pernyataan masalah kemudian
menjadi "Apa efek dari kursus biologi berbantuan komputer pada kinerja
pada Tes Konsep Biologis siswa di kelas biologi kelas delapan?" Seseorang
kemudian dapat melanjutkan untuk merencanakan percobaan yang
membandingkan skor pada Tes Konsep Biologis oleh siswa yang memiliki
instruksi komputer dengan siswa yang memiliki kurikulum biologi
tradisional.
2. Pernyataan Masalah dalam Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif juga mulai dengan masalah, tetapi mereka
menyatakannya jauh lebih luas daripada dalam penelitian kuantitatif.
Pernyataan atau pertanyaan masalah kualitatif menunjukkan tujuan umum
penelitian. Perumusan masalah kualitatif dimulai dengan identifikasi topik
umum atau bidang yang ingin Anda ketahui lebih lanjut. Topik umum yang
menarik ini kadang-kadang disebut oleh peneliti kualitatif sebagai fokus
penyelidikan. Fokus awal yang luas ini menyediakan kerangka kerja tetapi
memungkinkan untuk perubahan saat studi berlangsung. Namun ketika
peneliti mengumpulkan data dan menemukan makna baru, masalah umum
menyempit ke topik yang lebih spesifik dan pertanyaan baru mungkin
muncul.
Sedangkan peneliti kuantitatif selalu menyatakan masalah sebelum
mengumpulkan data, peneliti kualitatif dapat merumuskan masalah setelah
mulai mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif, pernyataan itu
mungkin agak umum pada awalnya, tetapi akan menjadi lebih fokus saat
penelitian berlanjut. Setelah menjelajahi situs, orang-orang, dan situasi,
peneliti mempersempit pilihan dan menyatakan masalah penelitian lebih
spesifik.

14
G. Menentukan Populasi dan Variabel

Strategi yang baik untuk membentuk masalah yang dirasakan atau gagasan yang tidak
jelas tentang apa yang ingin Anda selidiki menjadi masalah yang bisa diteliti adalah
dengan berpikir dalam hal populasi dan variabel. Sebagai contoh, seorang peneliti
merumuskan masalah “Apakah pendidikan pengemudi sekolah menengah ada
gunanay?”. Peneliti tersebut masih bingung dengan permasalahan tersebut apa yang
harus dia lakukan agar pertanyaan tersebut dapat diteliti. Kita lihat kembali
pertanyaan diatas, pertanyaan tersebut tidak memiliki populasi dan variabel. Seorang
peneliti yang memulai dengan pertanyaan tersebut mungkin pertama kali
memutuskan untuk membandingkan pengemudi yang berusia 18 tahun yang memiliki
pendidikan pengemudi sekolah menengah dengan mereka yang belum (tidak sekoloah
pengemudi). Dari pernyataan peneliti tersebut kita sekarang memiliki memiliki
pernyataan populasi dan variabel independen. . Sekarang Anda dapat mengalihkan
perhatian Anda untuk memilih variabel dependen. Apa dampak yang dimiliki versus
tidak memiliki pendidikan pengemudi pada pengemudi berusia 18 tahun? Katakanlah
Anda memutuskan bahwa "tingkat kecelakaan" akan menjadi variabel dependen yang
sesuai. Menempatkan elemen-elemen ini ke dalam diagram, Anda sekarang memiliki
yang berikut:

Populasi Variabel
Pengemudi berusia 18 tahun  Memiliki vs belum memiliki pendidikan
pengemudi sekolah menengah (independen)
 Tingkat kecelakaan (dependen)

Anda sekarang dapat menyatakan pertanyaan lengkap: "Apakah pengemudi berusia


18 tahun yang memiliki pendidikan pengemudi sekolah menengah memiliki tingkat
kecelakaan yang lebih rendah daripada pengemudi berusia 18 tahun yang belum
memiliki pendidikan pengemudi sekolah menengah?"

15
BAB III

PENUTUP

Ringkasan

1. Tugas pertama yang dihadapi peneliti adalah memilih masalah yang bisa
diteliti dan menyatakannya dalam bentuk yang cocok untuk penelitian. Untuk
dapat menemukan masalah, peneliti dapat melihat pengalaman pribadi
mereka, melihat teori-teori dari mana pertanyaan dapat disimpulkan, melihat
literature saat ini dibidang minat mereka, atau melalui sumber-sumber non
pendidikan.
2. Seorang peneliti harus mengevaluasi signifikansi masalah yang diusulkan
dalam hal kriteria tertentu, mengajukan pertanyaan seperti “Apakah masalah
akan berkonstribusi pada pengetahuan saat ini?” “Apakah ada potensi untuk
mengarah ke penelitian lebih lanjut?”“Dapatkan penelitian itu diuji dan
variabel-variabel itu diamati dan diukur?” dan “Bisakah data dianalisis dan
ditafsirkan dalam waktu yang tersedi?
3. Pertanyaan penelitian kuantitatif menanyakan tentang hubungan antara
variabel-variabel tertentu. Pernyataan pertanyaan harus mengidentifikasi
populasi yang diminati dan variabel yang akan diselidiki. Pertanyaan
penelitian kualitatif menunjukkan tujuan umum penelitian. Kriteria untuk
mengevaluasi masalah kualitatif mirip dengan yang digunakan untuk masalah
penelitian kuantitatif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ary, D. (2010). Introduction to Research in Education. Kanada: Wadsworth Cangage


Learning.

Erikson, E. (1967). Identity and the life cycle: Selected papers. Psychological Issue
Monograph Series. New York: International Universities Press.

Neuman, W. L., & Kreuger. (2003). Social work research methodes: Qualitative and
quantitative approaches. Boston: Allyn & Bacon.

Notoatmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Piert, J. (2007). Transition into adulthood: The experience of a rite-of-passage


program at an African centered high school. Negro Educational Review, 169-
186.

Richardson, V. (2001). Handbook of research on teaching (4th ed.). New York:


Macmillan.

Sugiono. (2004). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Travers, R. (1973). Handbook of research on teaching (2nd ed.). Chicago: Rand


McNally.

17

Anda mungkin juga menyukai