Anda di halaman 1dari 21

Makalah

LATAR BELAKANG DAN PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah metode penelitian kualitatif


Dosen Pengampu : Muhimmatul Hasanah, S. Psi., MA.

Disusun oleh :
Ziadatur Rif’ah (220702067)
Ummi Taslimah (220701086)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2023-2024
KATA PENGATAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Penyusunan makalah ini kami lakukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitaif.

Kesuksesan dalam penulisan makalah ini dapat penulis peroleh karena


dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam penulisan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah yang kami buat dapat membawa manfaat
bagi siapa saja yang membacanya,serta dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan.
Menyadari akan kekurangan dan keterbatasan kami dalam menyelesaikan
makalah ini,kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang
dapat mendorong dan membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini

Gresik, 15 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Latar Belakang Penemuan Masalah...................................................................3
B. Jenis- Jenis Masalah.............................................................................................4
C. Merumuskan Judul.............................................................................................10
D. Prosedur Perumuskan Masalah.........................................................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
A. Kesimpulan.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap melakukan penelitian harus mempunyai masalah penelitian yang akan
dipecahkan. Perumusan masalah ini bukanlah pekerjaan yang mudah, temasuk bagi
peneliti-peneliti yang sudah berpengalaman. Padahal masalah selalu ada di
lingkungan sekeliling kita.
Titik tolak penelitian jenis apapun tidak lain bersumber pada masalah.
Tanpa masalah, penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Masalah itu,
sewaktu akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah harus dipikirkan
dan dirumuskan secara jelas, sederhana, dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh
seluruh unsur penelitian lainnya akan berpangkal pada perumusan masalah
tersebut.
Pemecahan masalah yang dirumuskan dalam penelitian sangat berguna
untuk mengatasi kebingungan kita akan suatu hal, untuk mengatasi
rintangan atau untuk menutup celah antara kegiatan atau fenomena.
Karenanya peneliti harus memilih suatu tujuan masalah bagi penelitiannya,
dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap masalah tersebut.
Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan
langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian. Karena
pentingnya perumusan masalah dalam sebuah penelitian maka kami
membuat makalah dengan bahasan rumusan masalah dan tujuan penelitian

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang penemuan masalah?
2. Apa jenis jenis masalah?
3. Bagaimana merumuskan judul?
4. Bagimana prosedur perumusan masalah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang penemuan masalah
2. Untuk mengetahui jenis-jenis masalah
3. Untuk mengetahui cara merumuskan judul
4. Untuk mengetahui prosedur perumusan masalah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Penemuan Masalah


Penelitian dianggap penting dan dapat dilakukan jika terdapat
permasalahan penelitian. Masalah diartikan sebagai suatu situasi dimana suatu
fakta yang terjadi sudah menyimpang dari batas-batas toleransi yang
diharapkan. Masalah penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu persoalan
atau kesenjangan yang mungkin dapat menuntun peneliti untuk mencari
jawaban atau solusinya. Adanya kesenjangan tersebut menimbulkan
pertanyaan lebih lanjut, yaitu mengapa kesenjangan terjadi, dan dari
pertanyaan inilah permasalahan penelitian dapat dikembangkan. Pertanyaan
selanjutnya ialah, apakah setiap kesenjangan dapat dikembangkan menjadi
permasalahan penelitian? Jawabannya ternyata tidak semuanya. Ada kondisi-
kondisi lain yang perlu dipenuhi. Dari uraian di atas dapat dirangkum adanya
suatu kondisi problematik tertentu, yang menandakan suatu penelitian dapat
dikembangkan.
Penelitian Ilmiah selalu akan didahului dengan uraian tentang Latar
Belakang Masalah. Uraian tentang Latar Belakang Masalah tersebut
merupakan alur bagi proses lahirnya suatu masalah penelitian secara formal.
Melalui Latar Belakang Masalah, pengalaman tentang permasalahan penelitian
yang sedang dihadapi dapat menjadi lebih utuh. Suatu Rumusan Latar
Belakang Masalah yang baik, pada umumnya mampu mengungkapkan 4 Hal,
yaitu:
1. Mengungkapkan Isu-isu (Isseus)
Dalam latar belakang masalah perlu dikemukakan isu-isu yang aktual
mengingat bahwa isu-isu itu merupakan hal yang mengganjal tentang
sesuatu hingga memerlukan penyelesaian. Isu-isu tersebut dapat berupa
gejala, fenomena, atau bahkan komentar yang sedang ramai atau hangat
saat ini. Isu dapat berperan sebagai masalah pokok yang segera
memerlukan penyelesaian. Perlu diingat bahwa isu jelas sangat berbeda
dengan gosip. Hal lain yang juga perlu diingat bahwa sepanjang pernyataan

3
tentang masalah masih bisa dibantah, maka tidak bisa dikatakan sebagai isu.
(Sangaji & Sopiah, 2010).

2. Mengungkapkan Fakta-fakta (Exiting Information)


Latar belakang masalah bisa juga menguraikan fakta-fakta yang
memperkuat isu. Maksudnya, ada keyakinan bahwa isu yang diangkat
tidaklah dibuat-buat, melainkan nyata adanya. Fakta-fakta yang dimaksud
umumnya tentang Data berupa angka-angka, maupun data-data kualitatif.
Sumber data ataupun fakta tersebut seharusnya disebutkan, misalnya dari
suatu media massa, jurnal, laporan sebuah instansi, atau hasil penelitian
sebelumnya. Peneliti hendaknya memperhatikan pula kualitas dan ke-
aktual-an fakta-fakta yang dikemukakan tersebut.
3. Menguraikan Kebutuhan Penelitian (Need)
Selanjutnya peneliti sebaiknya juga menguraikan kebutuhan penelitian,
yaitu memberikan argumentasi atau justifikasi untuk apa masalah
dipecahkan melalui penelitiannya. Suatu penelitian akan memiliki nilai
lebih apabila hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan atau kepentingan yang lain.
4. Memiliki Tingkat Kesukaran berkaitan dengan Pemecahan Masalahnya
(Difficulty)
Maksudnya adalah, selain menarik, penelitian yang mengangkat atau
meneliti masalah tersebut masih langka atau jarang. Jadi, jika masalah
tersebut diteliti, maka akan menjadi bahan masukan atau informasi yang
berharga bagi siapa pun yang terkait dengan masalah yang akan diteliti
tersebut.

B. Jenis- Jenis Masalah


Berbagai pola atau model yang bisa ditiru peneliti tentang bagaimana
penulisan rumusan masalah penelitian berdasarkan berbagai jenis penelitian.
Namun, sebelum memperkenalkan model penulisan rumusan masalah
penelitian ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan perbedaan masing-masing
pengertian dan sifat jenis penelitian tersebut. Berdasarkan karakteristik

4
masalah penelitian, dapat digambarkan beberapa Klasifikasi penelitian, sebagai
berikut.

Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah merupakan suatu


pernyataan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian dikembangkan berdasarkan
penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of explanation). Bentuk masalah
dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif dan
asosiatif.
1. Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada
satu variable atau lebih. Jadi dalam penelitian ini seorang peneliti tidak
membuat suatu perbandingan pada sampel yang lain, dan juga tidak mencari
hubungan variabel tersebut dengan variabel yang lain. Dalam hal ini
peneliti hanya menjabarkan atau mendeskripsikan data hasil penelitian, bisa
dengan bantuan tabel dan diagram atau grafik, sehingga hasil temuan
tersebut menjadi lebih mudah dipahami oleh pembaca. Penelitian semacam
ini dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah Deskriptif:
a. Bagaimana peningkatan hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) siswa
Sekolah Dasar di Indonesia?
b. Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap rencana pemerintah
menetapkan wajib belajar 12 tahun?
c. Seberapa besar peranan orangtua dalam memotivasi anak untuk
berprestasi?
d. Bagaimana taraf tingkat kepuasan orangtua murid terhadap pelayanan
penerimaan siswa baru di sekolah?
e. Bagaimana taraf minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-
murid sekolah dasar di daerah luar Jawa?
Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian

5
berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri (bandingkan
dengan masalah komparatif dan asosiatif). Namun dari contoh-contoh yang
diuraikan di atas, peneliti perlu menambahkan secara spesifik batasan
penelitian yang dilakukan. Misalnya secara jelas ditetapkan sekolah
‘tertentu’ sebagai tempat dilakukan penelitian, kalau memang peneliti
memiliki lingkup penelitian yang dilakukan.
Rumusan masalah yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa peneliti
bermaksud mengetahui:
a. Sebaran persentase dan tingkat peningkatan hasil Ujian Akhir Nasional
(UAN) siswa Sekolah Dasar di Indonesia.
b. Mengidentifikasi bagaimana tanggapan masyarakat terhadap rencana
pemerintah menetapkan wajib belajar 12 tahun (yang mungkin
digambarkan dengan persentase atau gambaran yang memberi kriteria:
tanggapan setuju dan tidak setuju).
c. Menggambarkan seberapa besar peranan orangtua dalam memotivasi
anak untuk berprestasi (misalnya dapat diuraikan dengan gambaran yang
berperan penuh, kurang berperan dan tidak peduli).
d. Menguraikan hasil identifikasi taraf kepuasan orangtua murid terhadap
pelayanan penerimaan siswa baru di sekolah (hasilnya berupa jumlah
atau persentase yang: sangat puas, agak puas dan sangat tidak puas).
e. Menjabarkan bagaimana sebaran taraf minat baca dan lama belajar rata-
rata per hari murid-murid sekolah dasar di daerah luar Jawa (dapat
digambarkan berupa tabel atau grafik tentang sebaran taraf minat murid).

2. Rumusan masalah Komparatif

Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang


membandingkan (komparasi) keberadaan satu variabel atau lebih pada dua
atau lebih sampel yang berbeda. Perbedaan tersebut bisa dinilai dari
metoda, perlakuan lain atau pada waktu yang berbeda.

Contoh rumusan masalah Komparatif adalah sebagai berikut.

a. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP dari sekolah


negeri dan swasta?

6
Sebagai variabel penelitian adalah prestasi belajar berdasarkan
perbandingan dua sampel yaitu status sekolah yang berbeda: negeri dan
swasta.

b. Adakah perbedaan motivasi kerja guru antara sekolah di pulau Jawa dan
di Luar Jawa? (satu variabel dua sampel).

Sebagai variabel penelitian adalah motivasi kerja guru berdasarkan


perbandingan di dua wilayah yang berbeda yaitu: pulau Jawa dan di
Luar Jawa.

c. Adakah perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antara siswa SMA
yang mengikuti program bimbingan belajar (bimbel) dan belajar
mandiri? (dua variabel dua kelompok sampel).

Sebagai variable penelitian adalah motivasi belajar dan hasil belajar


berdasarkan perbandingan dua kelompok belajar: Bimbel dan belajar
mandiri.

d. Adakah perbedaan kemampuan bersosialisasi anak antara yang diasuh


dengan pola asuh Otoriter, Permisive dan Demokratis? (satu variabel
untuk tiga kelompok sampel).

Sebagai variabel penelitian adalah kemampuan bersosialisasi


berdasarkan perbandingan tiga kelompok dengan pola asuh: Otoriter,
Permisive dan Demokratis.

e. Adakah perbedaan tingkat kecerdasan anak dan immunitas anak yang


pada waktu bayi diberi susu Eksklusif, Non Eksklusif dan Susu Sapi?
(dua variable untuk tiga kelompok sampel)

Sebagai variabel penelitian adalah produktivitas penulisan jurnal ilmiah


berdasarkan perbandingan dua kelompok dengan kriteria: lulus
Sertifikasi dan Belum Lulus.

3. Rumusan masalah Asosiatif

Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang


bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat
tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan

7
interaktif/timbal balik.

a. Hubungan Simetris

Hubungan simetris adalah merupakan hubungan antara dua variabel


atau lebih yang munculnya bersamaan atau diartikan sejajar. Pada
penelitian dengan bentuk hubungan ini, tidak dapat dikatakan variabel
mana yang mempengaruhi variabel lainnya, dengan kata lain kedua
variabel memiliki kedudukan yang sama kuat atau setara. Jadi bentuk
hubungannya bukan hubungan kausal atau interaktif.

Contoh rumusan masalah penelitian hubungan simetris:

1. Adakah hubungan antara ukuran tinggi badan dengan keinginan untuk


sehat?

2. Adakah hubungan kemampuan di bidang matematika dengan


kemampuan berbahasa Inggis?

3. Adakah hubungan sikap toleransi dengan tingkat kemampuan bicara?

4. Adakah hubungan antara tingkat kekayaan dengan kecerdasan?

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan dapat dijelaskan bahwa


rumusan masalah penelitian hubungan simetris, selain ditandai dengan
bentuk hubungan kedua variabel yang sejajar juga dicirikan dengan kata
penghubung “dengan” di antara dua atau lebih variabel. Hubungan
simetris dari contoh tersebut jelas menunjukkan bahwa kondisi salah satu
variabel bukanlah akibat atau pengaruh variabel lainnya.

b. Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.


Bentuk hubungan ini menunjukkan terdapat variabel independen atau
variabel bebas (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen
atau variabel terikat (variabel yang dipengaruhi). Namun dalam bentuk
hubungan ini hanya salah satu variabel yang mempengaruhi variabel
lainnya atau kondisi tersebut tidak dapat dianggap berlaku sebaliknya.

Contoh rumusan masalah penelitian hubungan Kausal:

8
1. Adakah hubungan pengetahuan gizi anak dengan pola pemilihan
makanan jajanan anak

2. Adakah hubungan motivasi untuk sukses terhadap prestasi belajar


siswa?

3. Seberapa besar pengaruh kurikulum dan media pendidikan terhadap


kualitas lulusan yang dihasilkan sekolah?

Contoh judul penelitian berdasarkan rumusan di atas:

1. Pengaruh pengetahuan gizi anak dengan pola pemilihan makanan


jajanan anak.

2. Pengaruh motivasi sukses dan fasilitas pembelajaran terhadap


prestasi belajar siswa SMP di pulau Seribu?

3. Pengaruh kurikulum pembelajaran dan media pendidikan terhadap


kualitas lulusan yang dihasilkan sekolah?

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, dapat dijelaskan


bahwa rumusan masalah penelitian hubungan kausal ditandai dengan
bentuk hubungan kedua variabel bersifat sebab akibat juga
dicirikandengan kata penghubung “terhadap” di antara dua atau lebih
variabel. Penulisan judul tersebut menggambarkan urutan penulisan
bahwa variabel independent (variable bebas) sebagai variabel yang
menyebabkan terhadap variabel dependent (variabel terikat) sebagai
variabel yang disebabkan atau dipengaruhi.

c. Hubungan Interaktif/ Timbal balik

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.


Pada pola penelitian ini tidak diketahui mana variabel independen
maupun variabel dependen.

Contoh rumusan masalah penelitian hubungan Interaktif:

1. Adakah hubungan antara harga, promosi dengan penjualan produk


‘X’?

(X1 adalah variabel harga dan X2 adalah variabel promosi sedangkan Y


adalah variabel penjualan)

9
2. Adakah pengaruh antara kualitas kinerja dan loyalitas karyawan layanan
yang diberikan suatu perusahaan dengan tingkat kepuasan pelanggan?

(Dalam kasus ini variabel X adalah kualitas kinerja, variabel Y adalah


loyalitas karyawan dan variabel Z adalah kepuasan pelanggan).

Rumusan masalah yang diuraikan, menjelaskan bahwa rumusan


masalah penelitian hubungan interaktif ditandai dengan bentuk hubungan
kedua variabel bersifat sebab akibat juga dicirikan dengan kata
penghubung “antara” di antara dua atau lebih variabel. Berbeda dengan
rumusan hubungan kausal yang variabelnya mempengaruhi hanya searah,
penulisan rumusan hubungan interaktif dapat saling mempengaruhi dua arah
antara dua atau lebih variabel penelitian.
Lebih jelasnya, contoh 2 hubungan interaktif menggambarkan
bahwa Kinerja pegawai secara langsung mempengaruhi kepuasan
pelanggan demikian pula kinerja pegawai akan mempengaruhi kualitas
layanan yang kemudian akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
Demikian juga pengaruh tersebut dapat berperan sebaliknya.

C. Merumuskan Judul
Judul penelitian merupakan bagian yang dicantumkan pada bagian paling
awal penelitian. Namun kenyataan yang sebenarnya, menurut logika penelitian
dan penyusunan suatu penelitian, seorang peneliti terlebih dahulu
mengidentifikasi, menetapkan dan merumuskan permasalahan penelitian yang
mungkin dan layak untuk diteliti. Sehingga penetapan judul penelitian, akan
memungkinkan untuk dilakukan, setelah rumusan masalah penelitian itu
diketahui.
Menetapkan judul penelitian, paling tidak harus mengikuti kaidah umum
gambaran prosedur pelaksanaan penelitian, seperti yang dapat dilihat pada
diagram berikut :
V
JUDUL

I
MASALAH

DENTIFIKASI
10
II

III
PEMBATASAN

IV
Dalam penyajian laporan penelitian, judul yang ditempatkan pada bagian
paling awal penelitian, dituliskan mengikuti pembatasan masalah yang
ditetapkan. Judul mencerminkan topik dan isi dari penelitian. Oleh karena itu,
judul penelitian tidak harga mati. Selama proses penyusunan proposal atau
proses penelitian berlangsung, sangatlah mungkin terjadi perubahan
redaksional pada suatu judul penelitian. Bahkan, dalam judul laporan
sebaiknya sudah mengambarkan apa yang telah diteliti.
Pemilihan topik atau lebih konkritnya judul, akan menggambarkan tingkat
kedalaman dan cakupan dari sebuah penelitian yang akan dibahas. Bagi
pembaca, judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang
akan ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan digarap.
Penetapan judul pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:
a. jika penelitian itu bersifat kualitatif, judul bisa dirumuskan dari intisari hasil
temuan yang telah ada;
b. sebaliknya jika penelitian itu bersifat kuantitatif, maka judul telah ditentukan
secara deduktif dan menggambarkan masalah yang akan diteliti.
Apapun proses penetapan judul yang dilakukan (induktif atau deduktif) maka
hendaknya judul jangan terlalu luas cakupannya atau sebaliknya tidak terlalu sempit.
Judul yang terlalu luas, misalnya, “Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap kehidupan
masyarakat”. Judul tersebut menunjukkan cakupan yang sangat luas yaitu dengan
banyaknya faktor-faktor yang berperan atau berpengaruh. Demikian juga sebaiknya
judul penelitian jangan bersifat simbolik, terlalu abstrak atau mungkin puitis. Misalnya
judul “Masjid dan Pasar”, mungkin maksudnya dialektika antara moralitas dan sistem
perdagangan bebas, tetapi judul semacam ini, disamping terlalu simplistik juga terlalu
luas. Judul yang baik, diluar memperlihatkan korelasi antara variabel secara jelas, juga,
mencerminkan arah penelitian yang akan dilakukan.
Judul yang terlalu sempit seperti “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas Satu Sekolah Mengah Atas Negeri 205 di Jakarta. Judul semacam

11
ini disamping terlalu sempit cakupannya, juga tidak problematik sebagai bahan
penelitian. Tanpa penelitian pun sudah diketahui bahwa Motivasi belajar yang tinggi
akan memiliki pengaruh positif atas hasil belajar siswa. Jadi, dalam pembuatan judul, di
luar harus diperhatikan cakupannya, yang lebih penting adalah:
1. apakah judul yang ditetapkan telah mencerminkan masalah yang
menggambarkan pentingnya penelitian dilakukan;
2. judul yang dipilih hendaknya memiliki signifikansi sebagai karya ilmiah:
baik dilihat dari segi kebutuhan akademis (menjanjikan temuan teoritis)
maupun dari segi praktis (sebagai problem solving).
Jangan sampai sebuah penelitian, tidak atau kurang memberikan suatu nilai atas
kontribusi baik dalam wacana pemikiran ataupun deskripsi empiris yang
membutuhkan verifikasi kajian.
Sejarah pendidikan misalnya. Judul disertasi: “Pendidikan Dengan Metode
Konvensional Suatu Kajian Sejarah Tentang Perjalanan dan Pengaruhnya pada
Abad Pertengahan Pertama Abad XX”, misalnya meskipun kajian seperti ini masih
juga ada gunanya tetapi bobot kebutuhan informasi yang dijanjikan kurang memuat
tema itu menantang atau urgen. Dengan kata lain, judul harus singkat, memikat,
informatif, menjanjikan tema-tema aktual dalam bidangnya, dan disampaikan dalam
bahasa yang jernih. Penulisan judul penelitian sebaiknya menggunakan: pernyataan
singkat (maksimal 20 kata), dan jelas artinya mencerminkan variabel dan materi
yang diteliti dengan lokasi dan waktu penelitian. Sebaiknya tidak diawalai dengan
kata kerja.
Secara umum, kriteria judul yang baik adalah:
1. Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak
terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik,
menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis.
2. Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain,
seharusnya studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini
tidak memperoleh perhatian.
3. Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan
dengan jelas independent variable dan dependent variable-nya.
4. Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam
tema yang akan diteliti.
5. Sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat

12
umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus
persoalan yang dikaji. Dalam kaitan ini, harus dihindari ungkapan/kalimat
yang mengesankan sifat ekstrim atau berlebihan.
Contoh penulisan judul penelitian:
a. Deskriptif:
1. Survei respon masyarakat terhadap rencana pemerintah menetapkan
wajib belajar 12 tahun.
2. Identifikasi peranan orangtua dalam memotivasi anak untuk berprestasi.
b. Komparatif:
1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP dari sekolah negeri dan
swasta di Jakarta.
2. Hubungan antara motivasi kerja guru antara sekolah di pulau Jawa dan di
Luar Jawa.
3. Perbedaan kemampuan bersosialisasi anak antara yang diasuh dengan
pola asuh Otoriter, Permisive dan Demokratis.
c. Asosiatif:
1. Pengaruh pengetahuan gizi anak dengan pola pemilihan makanan jajanan
anak SMP di Sukabumi.
2. Hubungan motivasi untuk sukses dengan prestasi belajar siswa SMA di
pulau Seribu.

D. Prosedur Perumuskan Masalah


Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi
sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan masalah
disebut juga sebagai research questions atau research problem, diartikan
sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam
kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya
sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan
yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam
kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang

13
menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan
kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.

1. Mengidentifikasi Masalah

a. Mengidentifikasi masalah adalah mencari masalah yang paling relevan dan


menarik untuk diteliti.

b. Masalah dapat dicari melalui "Pancaindera", yaitu pengamatan,m


pendengaran, penglihatan, perasaan, dan penciuman.

c. Permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das
sein , yaitu ada perbedaan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada
dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia,
antara harapan dan kenyataan. Masalah berkaitan dengan suatu kondisi yang
mengancam, mengganggu, menghambat, menyulitkan, yang menunjukkan
adanya kesenjangan antara harapan dankenyataan. "A problem as any
situation where a gap exist between the actual and the desire d ideal state
(Sekaran, 1992).
2. Sumber Masalah
Masalah dapat diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut :
a. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan penelitian
b. Seminar, diskusi dan lain-lain
c. pertemuan ilmiah
d. Pernyataan pemegang otoritasPengamatan sepintas
e. Pengalaman pribadi
f. Perasaan intuitif.
3. Memilih Masalah/Pembatasan
Dalam mengidentifikasi masalah biasanya dijumpai lebih dari satu masalah,
dan tidak semua masalah dapat/layak diteliti. Oleh sebab itu perlu diadakan
pemilihan/pembatasan masalah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih masalah :
a. Masalah tersebut layak atau tidaknya untuk diteliti, tergantung pada
Ada/tidaknya sumbangan terhadap teori dan ada/tidaknya teori yang relevan
dengan itu, Ada/tidaknya kegunaan untuk pemecahan masalah-masalah

14
praktis.
b. Managebility,yaitu Cukup dana, cukup waktu, cukup alat, cukup bekal
kemampuan teoritis, dan cukup penguasaan metode yang diperlukan.
4. Merumuskan Masalah
Setelah masalah diidentifkasi dan dipilih/dibatasi, selanjutnya masalah tersebut
hendaknya :

a. Dirumuskan dalam kalimat tanya (?) yang padat dan jelas.

b. Memberikan petunjuk tentang kemungkinan pengumpulan data guna


menjawab pertanyaan dalam rumusan tersebut,. Contoh :
1. Apakah ada efek yang ditimbulkan jika menggunakan paracetamol
secara belebihan?
2. Bagaimana efektivitas kandungan daun sirsak terhadap penurunan
hipertensi?
Bentuk-bentuk rumusan permasalahan secara keseluruhanada 5 macam
bentuk (Castette and Heisler, 1984) yaitu:
1. bentuk satu pertanyaan (question);
2. bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan yang
spesifik;
3. bentuk satu penyataan (statement) disusul oleh beberapa pertanyaan
(question).
4. bentuk hipotesis; dan
5. bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis
Bentuk hipotesis nampaknya jarang dipakai lagi pula biasanya perletakan
hipotesis dalam laporan atau usulan penelitian tidak menempati posisi yang
biasa ditempati oleh pernyataan permasalahan. Hal yang lain, bentuk
pertanyaan seringkali dapat diwujudkan (diubah) pula sebagai bentuk
pernyataan
Karakteristik tiap rincian permasalahan atau sub-problema (Leedy, 1997)
sebagai berikut:
1. Setiap rincian permasalahan haruslah merupakan satuan yang dapat diteliti
(a researchable unit).

15
2. Setiap rincian terkait dengan interpretasi data.
3. Semua rincian permasalahan perlu terintegrasi menjadi satu kesatuan
permasalahan yang lebih besar (sistemik problem).
4. Rincian yang penting saja yang diteliti (tidak perlu semua rincian
permasalahan diteliti)
5. Hindari rincian permasalahan yang tidak realistik.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Latar belakang dan perumusan masalah penelitian merupakan bagian
penting dalam menyusun sebuah penelitian. Latar belakang masalah
menjelaskan topik penelitian yang dipilih dan mengapa topik tersebut dipilih.
Hal ini juga mencakup penjelasan mengenai permasalahan yang akan
diangkat dalam penelitian serta pembahasan penelitian sebelumnya yang
relevan dengan topik tersebut
Sementara perumusan masalah merupakan langkah awal dalam proses
penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi
yang seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya, yang kemudian akan
dijabarkan dalam bentuk pernyataan masalah yang jelas dan terinci
Dalam penelitian, perumusan masalah yang baik harus memenuhi beberapa
ciri, antara lain:
1. Jelas dan terinci
2. Relevan dengan tujuan penelitian
3. Mampu memberikan arah yang fokus pada penelitian
4. Dapat dijabarkan dalam bentuk pernyataan masalah yang konkret
Dengan demikian, latar belakang dan perumusan masalah penelitian
merupakan langkah awal yang krusial dalam proses penyusunan penelitian
yang berkualitas. Kedua hal tersebut membantu peneliti untuk memahami
konteks penelitian, mengidentifikasi permasalahan yang ingin dipecahkan,
serta memberikan arah yang jelas dalam menjalankan penelitian tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana prenada media


group.

Danim. S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung. CV. Pustaka Setia.

Suryana. (2010). Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan


Kualitatif. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia

Untung, Moh. Slamet. (2019). Metodologi Penelitian Teori dan Praktik Riset
pendidikan dan Sosial. Yogyakarta: Litera

Heriyanto. A., Sandjaja. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta. Prestasi Pustaka


Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu

18

Anda mungkin juga menyukai