Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGARUH KELUARGA BROKEN HOME TERHADAP MENTAL DAN


PERKEMBANGAN REMAJA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat Umum

Dosen pengampu : Fiqih Risallah, S.Pd., M.A., Ph.D

Disusun oleh :
Ummi Taslimah (220701086)

Program Studi Psikologi


Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Gresik
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gresik, 08 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 1
C. TUJUAN................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 2
A. Pengertian Remaja ................................................................................................................ 2
B. Pengertian Broken Home ...................................................................................................... 2
C. Faktor – Faktor Penyebab Broken Home ............................................................................... 3
D. Dampak Broken Home .......................................................................................................... 4
E. Gangguan Kejiwaan Pada Seorang Broken Home .................................................................. 5
F. Solusi Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken Home ................................ 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 7
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 7
B. SARAN .................................................................................................................................. 7
C. SARAN UNTUK PAK RISAL ...................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai makhluk sosial, mungkin tak jarang kita temui sebagai anak remaja yang frustasi
atau depresi karena beragam masalah yang muncul dengan berbagai alasan, faktor utamanya
adalah orang tua. Sebagai remaja, tentunya kita tak asing lagi dengan kata “Broken Home” atau
keluarga yang tidak harmonis. Kata inilah yang biasanya menyelimuti rasa takut para remaja
saat ini, Ketika kedua orang tua mereka sedang berbeda pendapat atau berselisih paham. Maka
remaja merupakan masa dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan menginjak
ke masa dewasa.
Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang
mencari identitasnya atau mencari jati diri. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan
masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan perhatian dan bantuan dari orang
yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah
diketahui bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman
maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut.
Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual, mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, serta peralihan
dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Remaja?
2. Apakah yang dimaksud dengan broken home?
3. Apa saja dampak dampak dari keluarga broken home?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud remaja
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud broken home
3. Untuk mengetahui dampak-dampak dari keluarga broken home

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Remaja
Remaja adalah periode perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Perkembangan ini meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, dan juga terjadi pada perubahan dalam hubungannya dengan orang tua dan cita-
cita mereka. Remaja merupakan masa yang labil, dimana mereka sedang mencari jatidiri
mereka, dan merekalah yang menentukan mau ke arah mana mereka esok hari.
Istilah remaja mengandung arti yang cukup luas, menurut Piaget (dalam Muhammad
Ali dan M. Astori) mengatakan bahwa: Remaja masih suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi kedalam masyarakat dewasa dan suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak
sejajar. Masa remaja merupakan masa transisi yang menginginkan sesuatu yang
baru. Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “Remaja adalah periode peralihan
kemasa dewasa” dimana mereka seyogyanya mulai mempersiapkan diri menuju kehidupan
dewasa.
Jadi remaja adalah individu yang berumur 12 sampai 21 tahun dimana seorang
mengalami saat kritis sebab akan menginjak masa dewasa, remaja berada dalam masa peralihan
dari anak-anak kemasa dewasa1.

B. Pengertian Broken Home


Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang
dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah
diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang remaja. hal inilah yang
mengakibatkan seorang remaja tidak mempunyai arah untuk hidup. Broken home juga bisa
merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di
dalam kelas, mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena
mereka cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka.
Untuk menyikapi hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih
agar mereka sadar dan mau berprestasi.

1
Sarwono W. S. (2011). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: PT.Grafindo Persada.
Sulistiyanto, Ari. Broken Home: Penciptaan Karya Seni. Skripsi, Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2017.

2
Istilah “broken home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang
berantakan akibat orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah.
Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai
pada perkembangan pergaulan anak-anaknya di masyarakat.
Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada
perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan karakter yang terdekat. Jika
remaja dihadapkan pada kondisi “Broken Home” dimana orang tua mereka tidak lagi menjadi
panutan bagi dirinya maka akan berdampak besar pada perkembangan dirinya.
Namun, broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak
harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering
terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada
perceraian yang menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak.

C. Faktor – Faktor Penyebab Broken Home

1. Terjadinya perceraian diantara kedua orang tua yang menyebabkan dampak psikologi
terhadap anak yang biasanya mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, namun
kini setelah kedua orang tuanya berpisah membuat anak kesepian dengan keadaan ini.
2. Ketidak dewasaan sikap orang tua terhadap masalah yang sedang dihadapi mereka
sehingga anak selalu menjadi korban dari pertengkaran kedua orang tuanya.
3. Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab sehingga selalu membiarkan
keadaan anak-anak dirumah sehingga keadaan lahir maupun batin anak-anak yang tidak
menjadi perhatian kedua orang tuanya karena kesibukan pekerjaan kedua orang tuanya.
4. Jauh dari agama Allah SWT, sehingga disaat terjadi masalah yang sangat berat menimpa
pada kedua orang tuanya tidak ada pegangtan batin pada kedua orang tuanya sehingga
Allah SWT tidak dijadikan curahan hati disaat mereka tertimpa masalah.
5. Adanya masalah ekonomi, salah satunya juga masalah ekonomi yang yang sangat minimal
dari keadaan kedua orang tuan ataupun keadaan ekonomi yang salah satu sangat besar
antara suami maupun istri, sehingga sering terjadi percekcokan diantara mereka.

2
Ardilla, & Cholid, N. (2021). Pengaruh broken home terhadap anak. Studia: Jurnal Hasil Penelitian Mahasiswa,
6(1), 1–14

3
D. Dampak Broken Home

1. Dampak Positif Broken Home.


Ada sisi positif dari anak korban perceraian atau broken home, misalnya
a. Anak cepat dewasa
b. Punya rasa tanggungjawab yang baik, bisa membantu ibunya.
Memang ada anak yang bisa jadi nakal luar biasa, tapi ada yang kebalikannya justru
menjadi anak yang sangat baik dan bertanggungjawab. Anak-anak ini akhirnya didorong
kuat untuk mengambil alih peran orang tua yang tidak ada lagi dalam keluarganya. Secara
luar kita melihat sepertinya baik menjadi dewasa, tapi sebetulnya secara kedewasaan tidak
terlalu baik karena dia belum siap untuk mengambil alih peran orang tuanya.
2. Dampak Negatif Broken Home
a. Perkembangan Emosi.
Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang
dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Perceraian adalah suatu hal yang harus
dihindari, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah suatu penderitaan
atau pengalaman dramatis bagi anak.
Peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidakstabilan emosi. Ketidakberartian
pada diri remaja akan mudah timbul, sehingga dalam menjalani kehidupan remaja
merasa bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini.
b. Perkembangan Sosial Remaja.
Dampak keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja adalah:
 Perceraian orang tua atau anak yang dibesarkan dikeluarga pincang menyebabkan
ketidak percayaan diri terhadap kemampuan dan kedudukannya, dia merasa rendah
diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul dengan teman- teman. Anak sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
 Dampak bagi remaja putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku dengan salah
satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan
minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.

3
Nurtia Massa, dkk. (2020). Dampak Keluarga Brokn Home Terhadap Prilaku Sosial Anak. JamburaJournal Of
Comunity Empowerment. Vol. 1 .No. 1. Hal.1-12
Baron, R.A. dan Byrne, D. 2005. Psikologi sosial. Edisi kesepuluh: jilid 2.Jakarta: Erlangga

4
c. Perkembangan Kepribadian
Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan
kepribadian remaja. Remaja yang orang tuannya bercerai cenderung menunjukan ciri-
ciri :
 Berperilaku nakal
 Mengalami depresi
 Melakukan hubungan seksual secara aktif
 Kecenderungan pada obat-obat terlarang
Keadaan keluarga yang tidak harmonis, tidak stabil atau berantakan (broken home)
merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian remaja yang tidak sehat.

E. Gangguan Kejiwaan Pada Seorang Broken Home

1. Broken Heart : si remaja merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang
hidup ini sia sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk si remaja tersebut
menjadi orang yang krisis kasih sayang dan biasanya lari kepada yang bersifat keanehan
sexual. Misalnya sex bebas, homo sex, lesbian, jadi simpanan irang, tertarik dengan isteri
orang, atau suami orang dan lainnya.
2. Broken Relation : si remaja merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di hargai, tidak ada
orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan
ini membentuk si pemuda menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal
ugalan, cari perhatian, kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain, cenderung
“semau gue”.
3. Broken Values : si remaja kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar. Baginya dalam hidup
ini tidak ada yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang ”menyenangkan” dan
yang ”tidak menyenangkan”, pokoknya apa saja yang menyenangkan saya lakukan, apa
yang tidak menyenangkan tidak saya lakukan.

4. Afriadi,A. I., & Oleo, U. H. (2020). Catatan Keluarga Broken Home Dan Dampaknya Terhadap Mental Anak.
1, 31–41
Wiwin Mistiani. (2018). Dampak Keluarga Broken Home Terhadap Psikologis Anak. Jurnal Mustawa. Vol 10,
No.2 Hal 322-354

5
F. Solusi Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken Home

Agar para remaja yang sedang mencari jati diri tidak semakin terjerumus, tentunya
diperlukan peranan orang tua. Selain itu, dibutuhkan pengawasan ketat dari pihaksekolah dan
itu menjadi kunci keberhasilan pencegahan kenakalan remaja baik sebagai akibat broken home
maupun akibat hal lainnya. Peran orang tua dirumah dan peran sekolah menjadi kunci
keberhasilan pencegahan moral remaja akibat pengaruh pergaulan bebas
1. Peran orang tua
Orang tua merupakan role model bagi anak, sudah seharusnya orang tua harus contoh
dan teladan yang baik bagi anak.
2. Berbasis Pendidikan Formal.
Ruang kedua bagi anak/remaja adalah pendidikan formal. Disini mereka bergelut
dengan waktu, menumpahkan sebagian besar energinya untuk mendalami berbagai ilmu
pengetahuan, bekalnya di kemudian hari ketika terjun di masyarakat. Institusi pendidikan
juga memiliki peran penting melanjutkan estapet orang tua dalam mendidik dan
membimbing anak-anaknya. Karena itulah, pendidikan formal harus berjalan maksimal.
3. Berbasis Masyarakat atau Sosial
Masyarakat adalah tempat dimana orang-orang dengan berbagai latar belakang
membentuk sebuah sistem. Mereka hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-
hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang saling tergantung
satu sama lain. Pencerahan berbasis masyarakat ini diharapkan dapat menggugah,
mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk sadar, peduli, dan aktif terhadap remaja
yang mengalami broken home.

5
Aryani, N. D. (2015). Hubungan orang tua-anak, penerimaan diri dan keputusasaan pada remaja
dari keluarga broken home. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, 3(1).

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa broken home yang marak terjadi
dikalangan masyarakat besar yang sangat merugikan faktor psikologi anak yang menjadi
korban rusaknya rumah tangga orang tuanya. Banyak orang tua yang merasa dirinya paling
berjasa karena telah melahirkan dan membesarkannya, tidak segan-segan menghakimi
berbagai persoalan dan permasalahan yang dihadapi atau dilakukan anak. Bahkan, tidak jarang
orang tua hanya berfungsi reproduksi, setelah itu proses pendidikan dan bimbingan
dikuasakan kepada pembantu rumah tangga. sehingga hak- hak anak atas kasih sayang,
pendidikan, dan bimbingan terabaikan. Muncullah istilah Broken Home, dimana anak mencari
tempat pelarian yang mereka tidak didapatkan dari orang tuanya.

B. SARAN
Bagi para orang tua, renungkanlah bunyi frase “Anakmu bukan anakmu”. Anakmu adalah
amanah Allah SWT kepada kedua orang tuanya. Artinya, suatu saat pasti akan diminta dan
kembali kepada-Nya sebagai Sang Pemilik Sejati. Orang tua berkewajiban mendidik dan
membimbingnya. Maka dari itu berikanlah pendidikan yang baik, kasih sayang, dan perhatian
penuh untuknya agar tercipta keluarga yang harmonis, rukun dan damai.
Sebagai Anak atau remaja yang berada dalam kondisi keluarga yang broken home, harus
menyikapi dan menghadapi keadaan tersebut dengan sikap yang positif agar tidak terjerumus
keprgaulan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

C. SARAN UNTUK PAK RISAL


Pak risal.. tidak ada kritik dalam cara pembelajaran yang bapak terapkan, sudah cukup
pas dengan situasi dan kondisi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, diselingi dengan humor
yang menjadikan suasana kelas menjadi lebih hidup sehingga mahasiswa tidak mudah bosan
selama proses belajar. Terimakasih….
Tapi yang membuat bingung, bapak mengambil penilaian mahasiswa apakah
berdasarakan 100% dari cpk? ataukah dari kehadiran, keaktifan, atau presentasi ya?
Saya rasa saya sudah cukup optimal ya pak, walaupun saat menjawab pertanyaan yang
diajukan bapak masih banyak kesalahan.. jadi besar harapan saya untuk mendapatkan nilai A.
Terimakasih, pak.. sehat selalu, sampai bertemu di semester-semester selanjtnya…

7
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono W. S. (2011). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: PT.Grafindo Persada


Wiwin Mistiani. (2018). Dampak Keluarga Broken Home Terhadap Psikologis Anak. Jurnal
Mustawa. Vol 10, No.2 Hal 322-354
Nurtia Massa, dkk. (2020). Dampak Keluarga Brokn Home Terhadap Prilaku Sosial Anak.
JamburaJournal Of Comunity Empowerment. Vol. 1 .No. 1. Hal.1-12
Aryani, N. D. (2015). Hubungan orang tua-anak, penerimaan diri dan keputusasaan pada
remaja dari keluarga broken home. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, 3(1).
Sulistiyanto, Ari. Broken Home: Penciptaan Karya Seni. Skripsi, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta 2017.
Ardilla, & Cholid, N. (2021). Pengaruh broken home terhadap anak. Studia: Jurnal Hasil
Penelitian Mahasiswa, 6(1), 1–14
Baron, R.A. dan Byrne, D. 2005. Psikologi sosial. Edisi kesepuluh: jilid 2.Jakarta: Erlangga
Afriadi, A. I., & Oleo, U. H. (2020). Catatan Keluarga Broken Home Dan Dampaknya
Terhadap Mental Anak. 1, 31–41.

Anda mungkin juga menyukai