Anda di halaman 1dari 15

Makalah

PERUMUSAN MASALAH: ANALISIS PERUMUSAN


MASALAH DAN MODEL PERUMUSAN MASALAH (SERTA
APLIKASINYA)

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
Widia Wulandari A1I119096
Al Amin A1I120002
Astin Anas A1I120006
Tarisa Nur Amalia A1I120032
Wa Ode Yuliana Saputri A1I120034
Nabila Citra A1I120058

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul “Perumusan Masalah: Analisis
Perumusan Masalah dan Model Perumusan Masalah (serta Aplikasinya)”.
Adapun makalah mengenai “Perumusan Masalah: Analisis Perumusan
Masalah dan Model Perumusan Masalah (serta Aplikasinya)” ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan dan penyelesaian makalah ini.
Untuk itu, kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka, kami membuka selebar-
lebarnya kesempatan kepada para pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
yang membangun kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini
menjadi lebih baik kedepannya.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah yang kami
angkat dengan judul “Perumusan Masalah: Analisis Perumusan Masalah dan
Model Perumusan Masalah (serta Aplikasinya)” ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap para pembaca.

Kendari, 13 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Analisis Perumusan Masalah ................................................................. 3
B. Model Perumusan Masalah .................................................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................ 11
B. Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari banyak permasalahan yang sering kita
temui, baik dalam dunia pendidikan maupun secara general. Penelitian dilakukan
oleh orang-orang yang sedang mengamati atau meneliti sebuah peristiwa untuk
mendapatkan informasi.
Penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis
mengikuti aturan-aturan metodologi ilmiah. Misalnya observasi secara sistematis,
dikontrol dan ikut mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan gejala
yang ada (Sukardi; 2007).
Sebuah penelitian dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan yang
membutuhkan sebuah penyelesaian sebagai ungkapan pentingnya masalah
tersebut untuk dipelajari. Sekaligus sebagai batasan materi dan focus perhatian
yang akan dibahas dalam sebuah penelitian.
Pemecahan masalah yang dirumuskan dalam penelitian sangat berguna untuk
mengatasi kebingungan kita akan suatu hal, untuk memisahkan
kemenduaan, untuk mengatasi rintangan atau untuk menutup celah antara
kegiatan atau fenomena. Karenanya peneliti harus memilih suatu masalah bagi
penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap maslaah
tersebut. Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan
langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah.
Berdasarkan hal diatas maka makalah ini disusun untuk memaparkan tentang
Perumusan Masalah yang meliputi Pengertian, Analisis dan Model Perumusan
Masalah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis perumusan masalah?
2. Bagaimana model perumusan masalah (serta aplikasinya)?
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis perumusan masalah
2. Untuk mengetahui model perumusan masalah (serta aplikasinya)
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Perumusan Masalah


1. Perumusan Masalah Peneitian
Rumusan masalah berbeda dengan identifikasi masalah. Kalau masalah
yang sudah teridentifikasi merupakan kesenjangan antara yang diharapkan
dengan yang terjadi, sementara rumusan masalah merupakan suatu kalimat
pernyataan yang disusun berdasarkan adanya masalah tersebut dan akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data dalam suatu proses
penelitian. Namun demikian terdapat kaitan erat antara suatu masalah dan
rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan
pada masalah yang teridentifikasi.

2. Pentingnya Perumusan Masalah


Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi
sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan
masalah disebut juga sebagai research questions atau research problem,
diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik
dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam
kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang
satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam
kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang
menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan
kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri. Penentuan perumusan masalah
sangat penting dan berfungsi dalam menetapkan:
a. Langkah awal yaitu untuk:
1) Mengembangkan Kerangka Konsep.
4

2) Konseptualisasi dan Operasionalisasi.


3) Desain Penelitian.
b. Prediksi keberhasilan penelitian.
c. Memilih judul dan menuliskan tujuan penelitian.
d. Menilai Orisinalitas studi vs. Plagiarisme.
Bagaimana seorang peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah
perlu suatu contoh praktis. Contoh yang amat sederhana berikut, utamanya
penting diketahui oleh para peneliti pemula. Misalkan, situasi problematik
yang dihadapi ialah: “Lemahnya kemampuan meneliti para dosen di bidang
ilmu Sosial”.
Ada empat langkah yang perlu dilalui, yaitu langkah-langkah: persiapan,
konfirmasi awal, konfirmasi akhir, dan formulasi akhir. Pada langkah
persiapan, hal-hal yang perlu dikerjakan adalah sebagai berikut.
a. Formulasikan situasi problematik yang dihadapi (lihat kasus).
b. Identifiksikan kesenjangan yang ada, misalnya: mereka sudah mendapat
pelajaran metodologi penelitian, tetapi kenyataannya kemampuan
meneliti mereka masih rendah.
c. Pelajari kepustakaan dan sumber informasi lain berkaitan dengan
kenyataan problematik di atas, kemudian jelaskan secara rinci dan luas
situasi kajiannya, sehingga semua hal yang mempengaruhi rendahnya
kemampuan meneliti seseorang dapat teramati.
d. Dari butir 3, pilihlah inti permasalahan apa yang paling utama atau yang
mempengaruhi sub masalah yang lain, kemudian dipertajam dan
diformulasikan dalam rumusan permasalahan penelitian, Misalnya:
“Apakah rendahnya kemampuan meneliti dosen bidang ilmu sosial
disebabkan oleh pemahaman dan penguasaan tentang ‘Metodologi
Penelitian’ yang kurang memadai?” Kalimat rumusan masalah ini dapat
juga dikembangkan sesuai dengan pemilihan metode penelitian dan jenis
data yang sesuai, seperti:
1) Identifikasi penguasaan metode penelitian dan kemampuan meneliti
dosen. (untuk pendekatan penelitian dengan metode deskriptif)
5

2) Hubungan antara penguasaan metode penelitian dengan kemampuan


meneliti dosen. (untuk pendekatan penelitian dengan metode
Asosiatif/ korelasional)
3) Perbandingan penguasaan metode penelitian terhadap kemampuan
meneliti dosen. (untuk pendekatan penelitian dengan metode
Komparatif)
Pemilihan kalimat rumusan masalah tersebut, disesuaikan dengan tujuan
penelitian yang akan dicapai dan tentu saja juga disesuaikan dengan jenis data
yang diperoleh.
Merumuskan masalah yang sudah teridentifikasi dalam suatu penelitian
tidak mudah. Ketika rumusan masalah tidak jelas, maka penelitian menjadi
sulit dipahami. Terlebih bila masalah penelitian sering sekali dikacaukan
dengan kekeliruan penulisan rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab peneliti untuk memahami atau menjelaskan masalah
tersebut. Belum lagi kompleksivitas ini ditambah dengan keharusan peneliti
untuk mendorong audiens agar tertarik dan mau lebih jauh membaca dan
melihat manfaat atau pentingnya penelitian. Memilih Masalah Penelitian
sebaiknya peneliti harus:
a. Memastikan apakah masalah yang akan dipilih itu sudah atau akan ada
jawabannya
b. Mempertimbangkan relevansinya.
c. Mempertimbangkan manfaat teoritisnya
d. Mempertimbangkan aspek aktualitas masalah.
e. Mempertimbangkan jelajah atau wilayah pengembangan ilmu yang
berkaitan.
Merumuskan masalah penelitian dirasakan sukar karena:
a. Peneliti mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan penelitian yang
jelas.
b. Peneliti memperoleh sejumlah data dan berusaha untuk merumuskan
masalah penelitian sesuai dengan data yang tersedia.
6

c. Peneliti merumuskan masalah peneliti dalam bentuk terlalu umum dan


ambiugitas sehingga menyulitkan interprestasi hasil dan pembuatan
kesimpulan penelitian.

3. Kesalahan Umum dalam Perumusan Masalah


Berbagai kesalahan umum yang biasa dilakukan peneliti dalam
penemuan masalah penelitian antara lain:
a. Konsepnya belum matang (immature) Peneliti menemukan masalah tanpa
terlebih dahulu menelaah hasil-hasil penelitian sebelumnya dengan topik
sejenis, serta tidak terlalu banyak membahas teori dan konsep, sehingga
masalah penelitian tidak didukung oleh kerangka teoritis yang baik.
b. Gagasan yang ditawarkan belum Akurat Peneliti memilih masalah
penelitian yang hasilnya kurang memberikan kontribusi terhadap
pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis.
c. Kurang memberi Kontribusi Peneliti memilih masalah penelitian yang
hasilnya kurang memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori
atau pemecahan masalah praktis.
d. Ketidaksesuaian Fenomena penelitian dengan Metode analisis Sifat
fenomena yang ingin diteliti tidak sesuai dilakukan menggunakan analisis
yang dipilih. Misalnya meneliti suatu fenomena yang dianalisis secara
kuantitatif, padahal sebaiknya lebih tepat dilakukan secara kualitatif.
Pengkajian model-model perumusan masalah didasarkan oleh enam
patokan, yaitu:
a. Apakah rumusan masalah itu telah menghubungkan dua atau lebih
faktor (definisi masalah)? Jika ya, apakah dirumuskan secara
proposional ataukah dalam bentuk diskusi atau gabungan kedua-duanya.
b. Apakah rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian? Jika ya,
apakah hanya terdapat rumusan masalah atau dicampuradukkan dengan
metode penelitian? jika disatukan dengan tujuan penelitian apakah
maslah dipandang sama dengan tujuan penelitian dimaksdkan untuk
memecahkan masalah.
7

c. Apakah urainya dalam bentuk deskriftif saja atau deskriptif


dengan pertanyaan penelitian, ataukah dalam bentuk pertanyaan
penelitian saja.
d. Apakah rumusan masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah
dapat memenuhi kriteria “inklusi-eksklusi” ataukah masih demikian
umumnya sehingga kriteria itu tidak akan terpenuhi?
e. Apakah kata “hipotesis kerja” dinyatakan secara eksplisit dan berkaitan
dengan masalah penelitian? Ataukah hanya dinyatakan secara implisit?
f. Apakah secara tegas pembatasan studi dinyatakan dengan istilah fokus
secara eksplisit atau tidak, dan apakah fokus itu merupakan masalah?

Goetz dan LeComte memberikan pedoman tentang panduan yang


difungsikan oleh teori bagi perumusan pertanyaan atau permasalahan
penelitian meliputi tiga cara.
a. Bahwa teori menjadi sumber timbulnya pertanyaan penelitian.
b. Sejumlah model teoritik telah mempengaruhi disiplin ilmu tempat
seseorang memperoleh pelatihan dan ini mempengaruhi peneliti dalam
merumuskan masalah penelitian.
c. Peneliti mengembangkan pertanyaan dari pengalaman empirik dan
mencari konfirmasi dari serangkain review teori. Berbekal teori-teori
yang ada, peneliti dapat menggunakan hal itu untuk keperluan
perumusan masalah penelitian.

B. Model Perumusan Masalah


Salah satu teknik yang sering digunakan dalam proses penelitian adalah
membuat model obyek yang akan diselidiki. Karena model itu merupakan tiruan
kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek kenyataan tiruan
kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek yang diselidiki.
Salah satu alasan utama pengembangan model adalah untuk lebih memudahkan
pencarian variabel-variabel yang penting dan berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.
8

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model perumusan masalah


yaitu:
1. Perumusan masalah penelitian melalui fokus. Masalah penelitian
itu dirumuskan dalam bentuk fokus yang penelitian membatasi studi itu
sendiri disamping diperlukan sebagai kriteria inklusi-eksklusi; sifat
perumusan masalah sebelum penelitian akhirnya tentatif, yang berarti masih
dapat berkembang sekaligus disempurnakan sewaktu peneliti sudah berada
dilapangan.
2. Model perumusan masalah yang dicatat dari dua belas contoh
memberikan gambaran lengkap bahwa terdapat berbagai cara dan gaya
dalam merumuskan masalah penelitian. Dengan berpatokan pada sejumlah
kriteria tertentu, maka bagian ketiga mencoba menganalisis kedua belas
contoh yang disajikan. Hal analisis perumusan masalah penelitian tersebut
dituangkan kedalam prinsip-prinsip perumusan masalah yang dapat dijadikan
pegangan oleh para pembaca sewaktu merumuskan masalah penelitiannya
sendiri.

Berdasarkan level of explanation suatu gejala, Loncoln dan Guba


sebagaimana yang dikutip Muhadjir, membagi model rumusan masalah secara
umum dalam tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif,
komparatif dan assosiatif.
1. Rumusan masalah deskriptif
Rumusan masalah yang mendeskripsikan seluruh alur penelitian kualitatif
dari mulai latar belakang hingga penarikan kesimpulan. Rumusan masalah
deskriptif biasanya digunakan pada rumusan masalah yang bersifat penelitian
kualitatif. Rumusan masalah dekskriptif sering digunakan apabila penelitian
yang hendak dilakukan memiliki lebih dari 1 variabel.
Jika pada penelitian yang menggunakan 1 variabel atau 1 variabel
tersebut digunakan sebagai perbandingan yang lainnya rumusan masalah
deskriptif tidak sesuai dengan penelitian tersebut. Penelitian deskriptif paling
9

banyak digunakan pada saat skripsi karena skripsi sering menggunakan


variabel yang lebih dari 1.

2. Rumusan masalah komparatif


Suatu fungsi rumusan masalah yang mengandung makna perbandingan.
Yang dimaksud disini adalah rumusan masalah komparatif digunakan pada
saat rumusan masalah tersebut untuk membandingkan 1 variabel dengan
variabel yang lainnya. Sehingga dapat dikatakan jikalau rumusan
masalah penelitian komparatif merupakan kebalikan dari rumusan masalah
deskriptif.

3. Rumusan masalah assosiatif


Rumusan masalah asosiatif adala suatu rumusan masalah yang pada saat
dilakukan penelitian variabelnya digunakan untuk menunjukkan hubungan
antara 2 variabel atau bahkan lebih dalam 1 buah penelitian ilmiah yang
dilakukan. Sehingga dapat dikatakan jikalau proses pembuatan untuk rumusan
permasalahan asosiatif ini lebih sulit dibandingkan dengan deskriptif dan
kooperatif. Adapun untuk perumusan masalah ini terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
a. Asosiatif Hubungan Simetris
b. Asosiatif Hubungan Kausal
c. Asosiatif Hubungan Timbal Balik/Interaktif
Suatu perumusan masalah yang baik berarti telah menjawab setengah
pertanyaan atau dari masalah. Masalah yang telah dirumuskan dengan baik,
tidak hanya membantu memusatkan pikiran, sekaligus juga mengarahkan cara
berpikir kita. Adapun contoh dari ketiga bentuk rumusan masalah sebagai
berikut.
a. Rumusan Masalah Deskriptif
1. Bagaimanakah sikap akademisi terhadap keputusan Kementrian
Riset dan Teknologi akan pemngangkatan rektor asing?
2. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Ojek Online dalam membantu
penumpang di Stasiun Balapan?
10

3. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat Surakarta terhadap


kinerja Jokowidodo sebagai Presiden Republik Indonesia?
b. Rumusan Masalah Komparatif
1. Adakah perbedaan ketepatan waktu kerja antara guru negeri dengan
guru honorer di MAN 1 Jawa Timur? (satu variabel pada dua
sampel)
2. Adakah perbedaan kemampuan dan ketrampilan kerja antara lulusan
Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta di Kota Batu, Jawa Timur? (dua
variabel pada dua sampel)
c. Rumusan Masalah Asosiatif
1. Adakah hubungan antara lulusan STAN dengan tingkat kinerja di
Kementrian Keuangan Republik Indonesia? (Contoh Hubungan
Simetris)
2. Adakah pengaruh sistem sekolah full day terhadap kecerdasan
siswa? (Contoh Hubungan Kausal)
3. Adakah hubungan antara hidup hemat dengan kakayaan? (Contoh
Timbal Balik/Interaktif)

Contoh di atas hanyalah sedikit gambaran saja. Terpenting, dalam


menulis rumusan masalah tidak bisa dilepaskan dari latar belakang masalah.
Jadi, sebelum merumuskan masalah, kamu harus memahami dengan baik
latar belakang masalah atau topik yang akan diteliti.
11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perumusan masalah merupakan suatu problem berupa pertanyaan mengenai
suatu fenomena baik sebab maupun akibat yang harus dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data. Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di
antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian
akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.
Perumusan masalah disebut juga sebagai research questions atau research
problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena,
baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam
kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu
dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Berdasarkan level of explanation, Loncoln dan Guba sebagaimana dikutip
Muhadjir sacara umum membagi rumusan masalah menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Rumusan masalah deskriptif
2. Rumusan masalah komparatif
3. Rumusan masalah assosiatif

B. Saran
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembuatan perumusan
masalah dalam penelitian kualitatif. Selain itu penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena penulis mengaharapkan kritikan atau masukan
dari pembaca, baik itu mengenai sistematika penulisan, format penulisan, dan
juga ketepatan materi yang disajikan hal ini diperlukan untuk perbaikan makalah
ini sehingga menjadi sebuah makalah yang benar, baik itu secara sistematika
penulisan, format penulisan dan ketepatan materi.
12

DAFTAR PUSTAKA

Hayati, Rina. 2022. 3 Jenis Rumusan Masalah Penelitian dan Contohnya. URL:
https://penelitianilmiah.com/jenis-rumusan-masalah/

Laburunci Ronalko, DJ. 2015. Makalah Perumusan Masalah Penelitian.


URL: http://kumpulan-makalah-adinbuton.blogspot.com/2015/05/makalah-
perumusan- masalah-penelitian.html?m=1

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


R & D. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sumber internet lain:


https://www.coursehero.com/file/p3tishk/B-MODEL-PERUMUSAN-
MASALAH- Pertama-perumusan-masalah-penelitian-melalui-fokus/

https://penelitianilmiah.com/jenis-rumusan-masalah/

http://repository.ut.ac.id/4331/1/MPDR5300-M1.pdf

Anda mungkin juga menyukai