Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PERMASALAHAN DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan di Universitas Jambi.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Jambi, 24 Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2
1.3 Tujuan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................3
2.1 Definisi Masalah ..........................................................................................3
2.2 Identifikasi Dan Pemilihan Masalah Penelitian ............................................3
2.3 Sumber Sumber Masalah Penelitian ............................................................6
2.4 Karakteristik Permasalahan ..........................................................................7
2.5 Fokus Permasalahan......................................................................................8
2.6 Permasalahan Dalam Pembelajaran Kimia Aspeknya ..................................10
2.7 Permasalahan Dalam Pembelajaran Kimia Dilihat Dari Aspeknya ..............12
BAB II PENUTUP ........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................16

iii
0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa sains, terutama kimia dan fisika
menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang disukai di kalangan siswa. Salah satu
penyebab dari keadaan ini adalah dalam sains terutama kimia, banyak dipelajari hal-hal yang
abstrak, seperti konsep atom, bilangan oksidasi, persamaan reaksi dan energi. Menurut Gabel,
keabstrakan ini menjadikan kimia sebagai pelajaran yang kompleks. Hal ini menyebabkan
banyak kesulitan pada siswa. Selain itu, Coll & Taylor menyebutkan banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa terjadi kesulitan memahami konsep-konsep kimia karena
ketidakmampuan menghubungkan dunia makroskopis dan mikroskopis. Konsep-konsep itu
adalah konsep mol, struktur atom, teori kinetik, termodinamika, elektrokimia, perubahan
kimia dan reaktivitas, penyetaraan persamaan reaksi redoks, dan stereokimia (Ristiyani dan
Evi, 2016: 19-20).
Materi Pelajaran Kimia di SMA/MA banyak berisi konsep-konsep yang cukup sulit
untuk dipahami siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan hitungan-hitungan serta
menyangkut konsep-konsep yang bersifat abstrak dan dianggap oleh siswa merupakan materi
yang relatif baru. Selain itu, kreativitas guru dalam mengajar juga tampaknya sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Padahal proses
pembelajaran di kelas adalah salah satu tahap yang sangat menentukan keberhasilan belajar
siswa.
Guru sebagai salah satu mediator dan komponen pengajaran mempunyai peranan
penting dalam mencapai tujuan pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan proses
pendidikan, karena guru terlibat langsung di dalamnya. Selain itu, siswa juga menentukan
dirinya sendiri apakah ia ingin berhasil dalam belajar atau tidak. Jadi dalam memandang
keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah kita tidak bisa memandang dari satu
sisi saja, akan tetapi harus menyeluruh.
Adanya perbedaan individual peserta didik menyebabkan perbedaan gaya belajar
dikalangan anak didik. Hal ini terkadang menjebak seorang anak dalam keadaan tersulit
dalam belajar, yaitu keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan diagnostik kesulitan belajar sebagai upaya untuk memahami
jenis, karakter, dan latar belakang kesulitan-kesulitan belajar.

1
Kesulitan belajar merupakan salah satu penghambat dalam keberhasilan belajar. Atas
dasar itu, penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis permasalahan-permasalahan
dalam pembelajaran kimia di sekolah menengah.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
a. Bagaimana mengidentifikasi dan memilih permasalahan penelitian?
b. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran kimia?

1.3. Tujuan Penulisan


a. Dapat mencari permasalahan atau fokus penelitian yang signifikan untuk diteliti
b. Dapat mengetahui apa saja permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran
kimia

2
BAB II
ISI
2.1 Definisi Masalah
Setiap pelaksanan penelitian harus mempunyai masalah penelitian untuk dipecahkan
atau untuk diteliti guna untuk mendapatkan jawaban atau solusinya.Masalah atau
permasalahan muncul jika ada kesenjangan (gap) antara dassollen dan das
Sein(Jerman;harapan dan kenyataan),adanya perbedaan antara “apa yang seharusnya “ dan
“apa yang ada”:adanya perbedaan “apa yang dibutuhkan “ dan “apa yang tersedia”;adanya
celah (gap),baik antar-kegiatan atau antar fenomena ,adanya perbedaan antara harapan dan
fakta dan yang sejenis dengan itu.
Permasalahan yang aktul dapat berupa kesulitan yang dirasakan oleh orang awam ataupun
para peneliti,permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi
tercapainya tujuan.Permasalahan dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan target
yang telah ditetapkan oleh penelit,tetapi karena sesuatu hal target tidak dapat tercapai
.Sesuatu yang menyebabkan tidak tercapainya target disebut masalah .Permasalahan dapat
pula diartikan sebagai jarak anatara sesuatu yang diharapkan dengan sesuatu kenyataan yang
ada.
Jadi,penelitian dilakukan bermula dari adanya masalah .Dalam hal ini,masalah penelitian
jangan diartikan sebagai masalah atau kendala yang terjadi ataupun kendala yang dihadapi
ketika mengadakan penelitian dan kendala itu tidak ada hubungannya dengan objek
penelitian .Sedangkan sesuatu yang dijadikan sebagai objek penelitian memang merupakan
suatu masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian ilmiah.

2.2 Identifikasi dan Pemilihan Masalah Penelitian


Untuk memilih masalah penelitian (research problem) atau lebih tepat disebut fokus
penelitian (research focus) tidak bisa ditentukan begitu saja. Tidak bisa langsung ditentukan
berdasarkan perkiraan, khayalan, atau perasaan. Apabila akan mencari dan memilih masalah
atau fokus penelitian, jangan didasarkan atas perenungan, lamunan, dan coba-coba. Coba
fokus ini, kalau tidak tepat ganti lagi, coba lagi, ganti lagi dan seterusnya. Untuk memilih dan
menentukan fokus atau masalah penelitian, (bukan judul, sebab rumusan judul bisa
ditentukan kemudian), hendaknya bertolak dari bidang keahlian kita atau bidang keahlian
peneliti. Setiap bidang keahlian memiliki segi teoritis atau dasar keilmuannya, dan segi
praktis atau aplikasi dari teori tersebut (Sukmadinata, 2015: 270).

3
Identifikasi masalah atau fokus penelitian hendaknya dilakukan dalam lingkup bidang
keahlian peneliti. Lingkup bidang keahlian tersebut mungkin sangat luas, dan dapat dibagi
atas sub bidang-sub bidang, bahkan sub-sub bidang. Seorang peneliti juga dituntut mampu
berpikir komprehensif dan sistematik. Berpikir komprehensif artinya berpikir menyeluruh,
holistik, gestalt, mengetahui kalau mungkin menguasai keseluruhan lingkup bidang
keahliannya, dan masalah-masalah yang ada di dalamnya. Berpikir sistematik artinya dalam
pemahamannya yang menyeluruh tadi dia mampu mengelompokkan, mengurutkan sekaligus
memetakan masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasarkan bidang-bidang ilmu
dan/atau profesi peneliti.
Peneliti bidang kurikulum dan pembelajaran, akan memusatkan perhatiannya pada
masalah-masalah teori kurikulum dan pembelajaran dan aplikasinya pada berbagai jenjang
dan bidang studi. Bidang kurikulum dan pembelajaran umpamanya, juga masih cukup luas,
meliputi sub bidang kurikulum: sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
atas, sekolah menengah kejuruan, pendidikan tinggi, pendidikan luar sekolah, pendidikan
kedinasan. Dalam masing-masing kurikulum masih terbagi lagi menurut bidang studi atau
mata pelajaran, ada kurikulum: IPA, IPS, Matematika, Bahasa, Pendidikan Agama,
Keterampilan, Kesenian, dsb. Demikian juga dengan pembelajaran, meliputi pembelajaran:
Kimia, Biologi, Matematika, Bahasa Indonesia, dll.

Identifikasi masalah tidak mungkin dilakukan dalam lingkup bidang yang luas, dalam
lingkup sub bidang pun mungkin masih terlalu luas. Identifikasi masalah dalam bidang yang
terlalu luas sangat sulit, tidak terfokus, dan mungkin kurang bermanfaat. Bila sub bidang

4
keahliannya agak sempit, identifikasi bisa dilakukan dalam salah satu sub-sub bidang atau
segi saja, umpamanya kurikulum atau pembelajaran Kimia di SMA. Penentuan aspek tersebut
sudah tentu disesuaikan dengan minat, keahlian, tugas dan tanggung jawab, serta tujuan yang
ingin dicapai oleh peneliti.
Dalam mengidentifikasi masalah sebaiknya menggunakan sumber, baik sumber resmi,
pernyataan resmi dari pemegang kebijakan, kesimpulan seminar atau kenyataan faktual.
Sumber-sumber yang dapat digunakan adalah: hasil penelitian terdahulu, data dari sumber
data resmi seperti Biro Pusat Statistik, Bappenas, Bappeda, Dinas Pendidikan, dll. Data-data
tersebut dapat diperoleh langsung atau diakses dari situs LIPI, BPPT, Lembaga, atau Pusat
Penelitian Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, data Statistik Provinsi atau kota/kabupaten.
Berdasarkan hasil studi dokumenter dari beberapa penelitian terdahulu, pernyataan
pemegang kebijakan, dan kenyataan faktual, teridentifikasi masalah-masalah yang berkenaan
dengan kurikulum dan pembelajaran Kimia di SMA.
1. Karakteristik dari materi pelajaran kimia itu sendiri yang sebagian besar konsepnya
bersifat abstrak, seperti konsep atom, bilangan oksidasi, persamaan reaksi dan energi.
Keabstrakan ini menjadikan kimia sebagai pelajaran yang kompleks. Hal ini
menyebabkan banyak kesulitan pada siswa.
2. Kreativitas guru mengajar kimia masih rendah. Proses pembelajaran kimia di
beberapa sekolah selama ini terlihat kurang menarik, sehingga siswa merasa jenuh
dan kurang memiliki minat pada pelajaran kimia, sehingga suasana kelas cenderung
pasif.
3. Guru kurang bisa menjelaskan materi yang diajarkan. Di samping itu, guru kurang
memberikan contoh-contoh konkrit tentang reaksi-reaksi yang ada di lingkungan
sekitar dan sering dijumpai siswa.
4. Laboratorium memiliki peran yang sangat penting, namun demikian tidak semua
sekolah memiliki fasilitas laboratorium yang memadai. Sekolah yang memiliki
laboratorium penggunaannya masih kurang optimal. Ketersediaan tenaga teknisi
laboratorium dan laboran masih sangat kurang
5. Siswa tidak memiliki pemahaman konsep-konsep kimia yang bersifat dasar pada awal
mereka mempelajari ilmu kimia.
Mungkin masih banyak masalah lain yang berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran
Kimia pada jenjang SMA, tetapi sementara kita fokuskan pada 5 masalah tersebut.
Pemilihan masalah atau fokus penelitian hendaknya memperhatikan tiga hal:

5
(1) Apakah masalah atau fokus penelitian yang dipilih cukup esensial, atau menduduki
urutan penting diantara masalah-masalah yang ada
(2) Apakah masalah tersebut cukup urgen atau mendesak untuk dipecahkan
(3) Kalau masalah tersebut diteliti dan dipecahkan, apakah cukup bermanfaat.

Pemilihan masalah,walaupun usaha untuk menemtukan permasalahan,tidak ada resepnya


yang pasti,pembahasan tentang memilih permasalahan perlu juga diuraikan ,agar para peneliti
khususny peneliti muda dapat menggunakannya sebagai acuan dalam mencari permasalahan
yang signifikan untuk diteliti. Permasalahan yang akan diteliti (kerlinger,1986),hendaknya
dapat memenuhi tiga kriteri penting yaitu:

a) Permaslahan atau problemetika sebaiknya merefleksikan dua variabel atau lebih


b) Sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan
c) Sebaiknya dapat diuji secara empiris.

Tiga kriteria ini penting sebagai pertimbangan peneliti dalam mengidentifikasi


permasalahan yang ditemui,baik dalam teori maupun dilapangan .Para peneliti sebaiknya
dapat memilih dari problemetika yang ditemui menjadi dua klasifikasi ,yaitu problemetika
bersifat belum dapat dikur karena baru atas dasar pertimbangan common sense,dan
permasalahan yang betul –betul permasalahan yang layak diteliti yang umumnya memiliki
ciri-ciri:dapat diukur dengan instrumen penelitian,seringditemui dilapangan dan mempunyai
manfaat yang berguna bagi masyarakat maupun bagi ilmu pengetahuan.

2.3 Sumber- sumber Masalah Penelitian


Mengidentifikasi suatu masalah untuk diteliti tidak sangat mudah seperti yang
dibayangkan. Hal ini bukan karena kurangnya masalah yang dapat diteliti, tetapi karena
adanya upaya serius perlu dilakukan untuk memformulasikan suatu pernyataan masalah yang
relevan. Masalah-masalah yang bisa diteliti menunjukkan suatu kemungkinan untuk
diobservasi secara empirik. Sedangkan masalah-masalah yang tidak bisa diteliti biasanya
hanya berbentuk penjelasan bagaimana melakukan sesuatu, dengan usulan yang kabur, atau
berdasarkan penilaian semata. Lebih dari itu pernyataan masalah sebaiknya unik, bukan
sekedar mengulang dari studi-studi penelitian sebelumnya.
Masalah penelitian juga sering kali dibedakan atas masalah-masalah yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Masalah-masalah kuantitatif harus merumuskan secara spesifik,

6
tertutup, statik, berorientasi hasil dan menggunakan variabel-variabel. Sedangkan masalah-
masalah kualitatif bersifat umum, terbuka, sedang berubah dan berorientasi pada proses.
Secara lebih rinci, jenis masalah penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian empirik (berdasarkan bukti-bukti atau
data nyata) yang dilakukan secara sistematik tentang fenomena alam dengan
menggunakan menggunakan metode dan teknik statistik, matematik maupun
perhitungan lainnya. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengembangkan atau
menerapkan model-model statistik/matematik, teori dan atau hipotesis yang berkaitan
dengan fenomena yang diteliti tersebut.
2. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang banyak dilakukan di
berbagai disiplin ilmu. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengumpulkan suatu
pemahaman melalui studi mendalam tentang perilaku manusia, atau masyarakat
tertentu, dan alasan-alasan yang mempengaruhi perilaku tersebut.
2.4 Karakteristik Permasalahan
Suatu pernyataan masalah yang baik biasanya dimulai dengan memperkenalkan bidang
penelitian secara umum, yang kemudian secara bertahap mengarah ke pertanyaan penelitian
yang spesifik. Pernyataan ini tidak perlu panjang, tetapi sebaiknya mempertimbangkan ciri-
ciri berikut:

1. Dapat Diteliti
Suatu permasalahan dapat dikatakan dapat diteliti atau researchable,apabila masalah
tersebut dapat diungkap kejelasanya melelui tindakan koleksi data dan kemudian
dianalisis .Oleh karena itu untuk dapat kejelasanya ada beberapa cara seperti berikut:
a.Bertanya pada responden,dengan melakukan wawancara dengan orang-orang yang
terlibat langsung
b.Melakukan observasi langsung
c. Melakukan studi keperpustakaan ,dokumstasi dan lain-lain
d. Menggunakan angket dan menyebarkannya kepada responden yang terkait.
2. Mempunyai Kontribusi Signifikan
Masalah penelitian dikatan baik jika mempunyai manfaat bagi peneliti yang
bersangkutan maupun bagi masyarakat pada umumnya. Ada dua manfaat yang perlu
diperhatikan dalam mengidentifikasi masalah .Kedua masalah itu, yaitu manfaat
teoritis yang berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan yang kedua

7
,yaitu manfaat praktis yang langsung dapat digunakan atau dirasakan oleh
masyarakat.Penelitian tentang teknologi terapan dalam bidang pertanian,industri dan
usaha adalah contoh-contoh penelitian terapan yang mungkin banyak manfaatnya
bagi kepentingan manusia dalam memecahkan persoalan dengan baik.
3. Didukung dengan Data Empiris
Karakteristik yang ketiga juga penting untuk dipertimbangkan adalah fenomena
masalah tersebut dapat diukur dengan baiks secara kuantitatif maupun secara
empiris.Ukuran empiris atau ukuran yangn didasarkan pada fakta yang dirasakan oleh
orang yang terlibat mempunyai peranan penting,karana dukungan data empiris
memberikan hubungan yang erat antara fakta dan konstruk suatu fenomena
.Permasalahan akan lebih kuat lagi perlunya untuk didukung data empiris ,jika peneliti
ingin mendudukan penelitian kuantitatif lebih mendasar pada suatu variabel yang
harus didasarkan pada hukum positif , empiris , dan terukur.Permasalahan yang tidak
didukung dengan data empiris tidak dapat diukur hanya jatuh pada katagoro yang
sulit ditindaklanjuti dalam proses pengumpulan data..
4. Sesuai dengan Kemampuan dan Kenginan Peneliti
Pemilihan masalah penelitian untuk topik-topik tertentu semestinya disesuaikan
dengan kemampuan akademis, keahlian, spesialisasi dan pengalaman dari penulis
tentang topik-topik tersebut dan kemapuan tanpa ada keinginan maka mungkin saja
proses penelitian berlarut –larut dan akhirnya merugikan si peneliti sendiri.

2.5 Fokus Permasalahan


Apabila guru atau dosen berdiri dikelas atau ruangan perkuliahan dan sedang sibuk
menyajikan bahan pembelajaran kepada peserta didik, kemudian merasakan ada sesuatu yang
kurang, sesuatu yang tidak seharusnya, atau sesuatu yang mengganjal pada proses belajar
mengajar tersebut, maka guru atau dosen sedang menghadapi persoalan dalam pembelajaran.
Ada kemungkinan peserta didik tidak merespons seperti yang diharapkan, atau ada
kemungkinan peserta didik kurang memahami apa yang sedang dikemukakan atau
ditanyakan, atau kemungkinan lain suasana kelas yang kurang kondusif untuk pembelajaran
yang sedang berlangsung, atau pun ada sebab-sebab lainnya. Ini lah suatu pertanda, bahwa
ada persoalan dalam pembelajaran, dan sebaiknya guru atau dosen memberikan perhatian
terhadap hal itu. Apabila guru atau dosen memperhatikan adanya suatu kondisi yang tidak
seharusnya ada dalam proses pembelajaran, maka dapat dikatakan sudah ditemukan sesuatu
yang dapat dijadikan permasalahan penelitian.

8
Hopkins (1993:63) mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk menolong
mencari fokus permasalahan:
1. Apa yang sedang terjadi sekarang ?
2. Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permaslahan ?
3. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya ?
4. Saya ingin memperbaiki...
5. Saya mempunyai gagasan yang ingin saya cobakan dikelas...
6. Apa yang dapat saya lakukan dengan hal semcam itu ?
Apabila pertanyaan-pertanyaan diatas diperhatikan, dan guru atau dosen menemukan
pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi dikelas, maka benarlah guru atau dosen telah
menemukan fokus permasalahan untuk penelitian kelas. Bersiap-siaplah untuk melakukan
langkah-langkah selanjutnya. Sebagai contoh, ada beberapa kemungkinan dalam
permasalahan yang ditemukan terjadi dalam aspek-aspek pembelajaran seperti:
1. Suasana kelas yang kurang mendukunng kelancaran proses belajar-mengajar.
2. Metode pembelajara yang kurang tepat untuk membahas pokok kajian
3. Buku teks yang tidak mendukung
4. Media pembelajaran yang tidak ada atau kurang
5. Sistem penilaian yang tidak sesuai,dan aspek lain yang mungkin dinilai kurang
Sebagai contoh, salah satu masalah yang disebutkan diatas ialah sistem penilaian yang
kurang tepat sehingga menganggu proses belajar peserta didik. Hal ini perlu dipikirkan
sebagai suatu permasalahan yang mungkin dapat diperiksa melalui tindakan karena memang
hal itu tercakup dalam bidang penelitian, dan guru bependapat juga bahwa sistem penilaian
itu perlu diperbaiki.
Untuk lebih menjelaskan bagaimana mengindentifikasi dan mencari permasalahan
dan kemudian dipilih guru atau dosen sebagai fokus masalah yang akan dijadikan bidang
penelitian. Banyak hal dalam aspek-aspek dapat secara terinci terus dikembangkan menjadi
fokus permasalahan. Ada beberapa pegangan yang dapat dijadikan dalam mencari fokus
permasalahan, terutama dalam menilai pentingnya hal tersebut untuk dijadikan topik
penelitian,manfaat penelitian, dan kemungkinannya untuk diteliti, seperti;
 Jangan dimulai dengan permasalahn yang tidak mungkin guru atau dosen sendiri
dapat menyelesaikannya,
 Pilihlah fokus permasalahan yang terbatas, yang berukuran kecil, yang dapat dicari
solusinya dalam waktu singkat yang bersedia untuk melakukan penelitian tindakan.

9
 Pilihlah fokus permasalahan yang penting untuk diselesaikan bagi kepentingan guru
atau dosen dan sisiwa atau mahasiswa, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas atau
diruang kuliah.
 Bekerjalah secara kolaboratif bersama mitra sejawat dalam penelitian, tanyalah
apakah dia pernah menghadapi permasalahan yang semacam dengan masalah yang
dihadapi guru atau dosen.
 Sebaiknya fokus permasalahan yang dipilih relevan dengan tujuan dan rencana
perkembangan sekolah atau fakultas secara keseluruhan.

2.6 Permasalahan dalam Pembelajaran Kimia


Pelajaran kimia pada hakekatnya adalah pelajaran yang sangat erat hubungannya dalam
kehidupan sehari-hari dan telah memberikan banyak manfaat bagi manusia. Akan tetapi,
menurut Ashadi (2009) banyak fakta yang menunjukkan bahwa ilmu kimia dipandang
sebagai ilmu yang sulit dan tidak menarik untuk dipelajari. Hal itupun didukung berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Prakoso dan Prabula (dalam Ashadi, 2009) yang menyatakan
bahwa mata pelajaran kimia termasuk mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Adapun
penyebab kesulitan tersebut adalah karakteristik dari materi pelajaran kimia itu sendiri yang
sebagian besar konsepnya bersifat abstrak (Ashadi, 2009). Selain itu, berdasarkan hasil
penelitian Sholahuddin (dalam Ashadi, 2009) pada umumnya siswa dalam memahami materi
pelajaran kimia cenderung belajar dengan hafalan. Hal ini menyebabkan sebagian besar
konsep-konsep pelajaran kimia menjadi konsep yang abstrak bagi siswa dan bahkan mereka
tidak dapat mengenali konsep-konsep kunci atau hubungan antar konsep yang diperlukan
untuk memahami konsep tersebut, sehingga siswa tidak memiliki pemahaman konsep-konsep
kimia yang bersifat dasar pada awal mereka mempelajari ilmu kimia. Hal ini mengakibatkan
pemahaman siswa yang diperoleh di sekolah cenderung sebatas pemahaman teori tanpa
pemahaman dalam kehidupan nyata, sehingga siswa tidak mampu berpikir ilmiah terhadap
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nyata tersebut.
Bukan hanya siswa saja yang kesulitan belajar kimia bahkan guru pun ada yang tidak
menguasai materi tersebut. penyebab lainnya itu juga terletak pada guru karena guru kurang
bisa menjelaskan materi yang diajarkan. Di samping itu, guru kurang memberikan contoh-
contoh konkrit tentang reaksi-reaksi yang ada di lingkungan sekitar dan sering dijumpai
siswa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran kimia di

10
kelas dengan menerapkan pendekatan dan metode yang tepat. Itulah salah satu kendala yang
dihadapi oleh guru.
Seperti ini mereka akan merasa seolah-olah dipaksa untuk belajar sehingga jiwanya
tertekan. Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap masa bodoh,
sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini
akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia.
Padahal Pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Pendidikan seperti tertuang
dalam PP. No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mencakup
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan
standar penilaian pendidikan yang ditujukan untuk penjaminan mutu pendidikan. Pemerintah
juga telah menggariskan agar proses belajar mengajar terjadi dalam situasi pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Pemerintah sudah melakukan pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar, namun setelah selesai mengikuti pelatihan
tidak banyak berubah dengan berbagai alasan diantaranya fasilitas tidak mendukung, tidak
cukup waktu, kurang menguasai IT (Information Technology).
Ilmu kimia dikembangkan lewat eksperimen-ekperimen di laboratorium, dengan
demikian laboratorium memiliki peran yang sangat penting, namun demikian tidak semua
sekolah memiliki fasilitas laboratorium yang memadai. Sekolah yang memiliki laboratorium
penggunaannya masih kurang optimal. Ketersediaan tenaga teknisi laboratorium dan laboran
masih sangat kurang.
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai
kinerja akademik yang memuaskan. Namun kenyataannya, tampak jelas bahwa setiap siswa
itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang
keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang
siswa dengan siswa yang lain. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan
individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan gaya belajar dikalangan anak didik. Hal
ini terkadang menjebak seorang anak dalam keadaan tersulit dalam belajar, yaitu keadaan
dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan diagnostik kesulitan belajar sebagai upaya untuk memahami jenis, karakter, dan
latar belakang kesulitan-kesulitan belajar.
Siswa cukup mengalami kesulitan belajar dalam mata pelajaran kimia. Kesulitan belajar
merupakan suatu kondisi yang dialami siswa yang ditandai dengan adanya hambatan-
hambatan tertentu yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan belajar (Sukardi, 2007).

11
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja
akademik atau prestasi belajarnya. Disamping itu, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan
dengan munculnya kelainan prilaku (misbehavior) siswa, seperti berteriak-teriak di dalam
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat atau
membolos sekolah. Kesulitan belajar ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
(1) Eksternal (luar), dalam hal ini yang meliputi faktor lingkungan baik sosial atau pun alami
serta faktor Instrumental yang meliputi kurikulum, program, sarana dan prasarana, dan
guru.
(2) Internal (dalam), yang termasuk aspek ini meliputi fisiologis seperti kondisi fisiologis
dan panca indera. Serta psikologis yang meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan
kemampuan kognitif.
Faktor yang mempengaruhi belajar bisa berasal dari luar diri siswa (ekstrinsik) dan dari dalam
diri siswa (intrinsik). Kedua faktor tersebut berinteraksi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam mempengaruhi prestasi yang dicapai siswa.
Pada dasarnya setiap orang itu memiliki perbedaan dalam hal intelektual, kemampuan
fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan atau pendekatan dalam belajar yang dapat
mempengaruhi kemampuan mereka dalam menerima pelajaran. Ada orang yang merasa
bahwa belajar adalah hal yang mudah, ada yang biasa saja bahkan ada yang merasa sulit. Hal
itu dapat kita lihat dari nilai atau prestasi yang mereka peroleh. Siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar akan memperoleh nilai yang kurang memuaskan dibandingkan
dengan siswa lainnya

2.7 Permasalahan dalam Pembelajaran Kimia Dilihat dari Aspeknya


Hasil penelitian Ristiyani dan Evi (2016: 24) untuk permasalahan apa saja yang terjadi
pada pembelajaran kimia, peneliti mengkaji dan menganalisis faktor penyebab kesulitan
belajar ke dalam beberapa indikator, yaitu aspek jasmani, psikologi, sosial, sarana prasarana,
metode belajar dan guru.
2.2.1. Aspek Jasmani
Permasalahan yang dipengaruhi oleh faktor jasmani berhubungan dengan
perkembangan. Permasalahan ini sering tampak sebagai kesulitan belajar yang
disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan prasayarat, yaitu keterampilan yang
harus dikuasai terlebih dahulu sebelum menguasai keterampilan berikutnya. Selain itu
kesulitan belajar yang dipengaruhi oleh perkembangan disebabkan oleh adanya

12
gangguan motorik, bahasa, komunikasi, indera, dan lain-lain. Selain itu adanya faktor
keturunan, faktor kelainan otak, nutrisi, maupun kesehatan siswa.
2.2.2. Aspek Psikologi
Aspek psikologi untuk siswa kelas X yang notabenenya merupakan siswa peralihan
dari jenjang SLTP ke jenjang SLTA kegiatan belajar di sekolah merupakan usaha
yang sangat berat dan perlu adaptasi, baik dengan sekolah maupun dengan mata
pelajaran yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan C.C.
Wrenn dan Reginald Bell (dalam Ristiyani dan Evi (2016: 24)) menyatakan bahwa
faktor yang menyebabkan kesulitan belajar adalah kesulitan mengatur waktu belajar
(difficulty in budgeting time), ketidaktahuan mengenai standar tugas yang harus
dipenuhi (unfamiliar standards of work), dan kebiasaan membaca yang lambat (slow
reading habits).
2.2.3. Aspek Sosial
Aspek sosial merupakan keadaan sekitar siswa, baik lingkungan keluarga, lingkungan
kelas, maupun lingkungan sekolah. Aspek lingkungan ini sedikit banyak
mempengaruhi keberhasilan belajar pada siswa. Lingkungan sosial yang kondusif
akan berefek positif terhadap kegiatan belajar demikian sebaliknya. Lingkungan sosial
yang kurang kondusif salah satunya akan mempengaruhi konsentrasi dan perhatian
siswa dalam belajar. Kurangnya konsentrasi seseorang dalam belajar dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, diantaranya: kurang minat terhadap pelajaran yang dihadapi,
gangguan sekeliling, ada masalah yang menjadi pikiran, kejenuhan akibat guru
mengajar monoton, gangguan kesehatan, atau ada masalah dengan guru, teman,
keluarga.

2.2.4. Aspek Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana dapat berupa buku-buku pelajaran, alat praktikum, alat tulis
menulis, ruangan kelas, laboratorium, dan sebagainya. Kesulitan untuk mendapatkan
atau memiliki alat-alat pelajaran secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa. Siswa akan cenderung berhasil
apabila dibantu oleh alat-alat pelajaran yang memadai dan sarana yang baik. Alat
pelajaran tersebut akan menunjang proses pemahaman siswa. Misalnya, untuk
menjelaskan konsep kimia yang bersifat abstrak dan bersifat mikroskopik diperlukan
adanya alat peraga dan ketersediaan laboratorium yang layak.

13
2.2.5. Aspek Metode Belajar
Metode belajar merupakan cara siswa dalam memahami suatu konsep mata pelajaran.
Metode belajar setiap anak pada dasarnya tidaklah sama. Beberapa siswa termasuk
dalam tipe audio, ada yang termasuk visual, da nada juga anak yang tipe audio visual.
Metode belajar ini juga dipengaruhi oleh metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Metode belajar yang digunakan guru sangat berperan terhadap tercapai atau tidaknya
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu pemilihan metode mengajar
harus disesuiakan dengan kondisi siswa, kondisi sekolah, dan kebutuhan pelajaran.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marsita, dkk (2009) ( dalam
Ristiyani dan Evi (2016) ) yang menyimpulkan bahwa salah satu faktor penyebab
kesulitan siswa dalam belajar antara lain ketidak sesuaian strategi belajar yang
digunakan.
2.2.6. Aspek Guru
Indikator guru merupakan indikator tertinggi yang mempengaruhi kesulitan belajar
sebab peran seorang guru sangat mempengaruhi siswa dalam belajar. Bisa dilihat dari
cara guru mengajar kepada siswa. Hal ini sangat menentukan dalam keberhasilan
belajar. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
salah satunya adalah kualitas guru. Sikap dan kepribadian guru, dasar pengetahuan
dalam pendidikan, penguasaan teknikteknik mengajar, dan kemampuan menyelami
alam pikiran setiap individu siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena
itu, guru sebagai motivator, guru sebagai fasilitator, guru sebagai inovator, dan guru
sebagai konduktor masalahmasalah individu siswa, perlu menjadi acuan selama
proses pendidikan berlangsung.

14
BAB III
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi (yang
tersusun oleh senyawa-senyawa) serta perubahannya, bagaimana senyawa-senyawa itu
bereaksi/ ber¬kombinasi membentuk senyawa lain. Makanan, minuman, udara, pakaian,
kendaraan, tubuh kita, benda-benda langit yang jauh dari kita tersusun oleh senyawa
kimia. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kimia, karena hampir setiap
perubahan materi melibatkan proses kimia, proses pencernaan makanan, pembusukan
sampah, penuaan kulit, perkaratan besi, pembakaran bensin, kebakaran hutan, pelapukan
batuan, pembentukan bintang, pembuatan plastik, pembuatan sabun dan pembuatan obat
adalah contoh-contoh proses kimia.
Pembelajaran kimia mencakup persoalan yang sangat luas, mulai dari kebijakan
pemerintah, kompetensi guru, teknisi laboratorium, laboran, proses belajar mengajar, siswa,
infrastuktur dan keterlibatan orang tua. Jika mempelajari kimia dianggap sulit, maka
permasalahan ini kemungkinan besar terkait dengan komponen-komponen tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi


Aksara.
Asra, Abuzar, dkk. 2014. Metode Penelitian Survei. Bogor: IN MEDIA.
Haris,M. Dan Jofrishal.2016.Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Kimia di Kelas Homogen.
Jurnal Pendidikan. Vol.4, No. 2.
Ristiyani, E. dan Evi S.B. 2016. Analisis Kesulitan Belajar Siswa di SMAN X Kota
Tangerang Selatan. Jurnal Pendidikan. Vol.2, No. 2.
Sukardi, HM. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kelas Implementasi dan
Pengembangannya. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2015. Metode Penellitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2014. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.

16

Anda mungkin juga menyukai