1. diduga
menyebabkan
diklorometana Cair 40 -95 kanker
2. menyebabkan irtasi
pada mata dan kulit
1. berbahaya jika
tertelan dan
terhirup
2. toksik bila
Metanol Cair 64,5 -98 tertelan, terkena
kulit, atau bila
terhirup
3. menyebabkan
kerusakan pada
organ mata.
C. DATA
Jarak
Batas tempuh
No. Pengamatan Eluen Rf (cm)
atas noda
(cm)
1. Sampel (noda 1) 1,22 0,2140
2. Sampel (noda 2) Heksana: Kloroform 5,6 0,9825
7 cm
3. Asetofenon (1:4) 5 0,8772
4. 2-hidroksibenzaldehid 5,06 0.8877
D. PEMBAHASAN
Tujuan pada praktikum identifikasi kalkon dengan menggunakan kromatografi lapis tipis
tidak hanya untuk identifikasi kualitatif akan tetapi juga identifikasi kuantitatif, yaitu untuk
menentukan senyawa hasil sintesis dan untuk menentukan tingkat kemurniaan senyawa
sintesis, pada prosedur kerja yang telah dilakukan digunakan prinsip KLT adsorpsi atau
penyerapan surface dan prinsip partisi yaitu kebolehan senyawa menyebar atau terpisah
kedalam pelarut yang digunakan di dalam larutan ketika proses identifikasi berlangsung
(Soebagjo, 2002). Tujuan melakukan identifikasi kalkon menggunakan kromatografi lapis
tipis ini adalah untuk identifikasi kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan dua
komponen utama yaitu fase gerak dan fase diam.
Komponen pertama yakni fase diam, pada praktikum ini digunakan sebuah lempeng tipis
silicagel sedangkan untuk segera digunakan heksana dan kloroform dengan perbandingan
1:4, penggunaan fase gerak heksana dan kloroform ditentukan dengan cara trial and error
( Gritter et al, 1991). Berdasarkan prinsip like dissolve like di mana prinsip ini sekaligus
menjelaskan bahwa kalkon hasil sintesis pada praktikum sebelumnya merupakan senyawa
non polar karena fase gerak yang digunakan adalah heksana dan kloroform yang merupakan
dua senyawa non polar, sebagaimana diketahui prinsip like dissolve like menyatakan bahwa
senyawa polar cenderung akan melarutkan senyawa polar begitupun sebaliknya, pemilihan
eluen yang tepat dapat berpengaruh terhadap nilai faktor retensi atau Rf yang semakin akurat
(Gandjar, 2010).
Berdasarkan hasil praktikum mengenai identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis
dari dua noda sampel hasil sintesis yang ditotolkan sebelumnya, didapatkan nilai jarak
tempuh noda 1 adalah 1,22 cm dan jarak tempuh noda 2 adalah 5,6 cm, dengan mendapatkan
jarak tempuh noda maka dengan membandingkan dengan jarak tempuh eluen, maka dapat
ditentukan nilai retensi faktor atau Rf, yakni untuk noda 1 diperoleh nilai Rf 0,2140 cm dan
dan ada 2 diperoleh nilai RF 0,9825 cm. Perbedaan nilai Rf pada dua noda tersebut
menandakan bahwa tingkat kepolaran antara dua produk hasil sintesis yang direpresentasikan
oleh noda tersebut juga berbeda.
Sampel 1 yang direpresentasikan oleh noda 1 memiliki nilai retensi faktor lebih rendah
dibandingkan dengan nilai retensi faktor sampel 2 yang dipresentasikan oleh noda 2, hal
tersebut menandakan bahwa tingkat kepolaran sampel 1 lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat kepolaran sampel 2.
Identifikasi kuantitatif pada praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan alat
bernama klt scanner untuk mengetahui tingkat kemurniaan dari senyawa hasil sintesis yang
diperoleh setelah dilakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja diperoleh tingkat
kemurnian dari senyawa hasil sintesis sebesar 82%, dengan nilai Rf sampel 1 yang mendekati
nilai Rf senyawa target yaitu 2-hidroksikalkon, kemudian untuk sampel 2 diperkirakan
merupakan senyawa asetofenon dan 2 hidroksi benzaldehida, dikarenakan memiliki nilai RF
yang hampir mirip dengan RF teoritis bahan tersebut.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Nilai Rf daiperoleh dari perbandingan jarak tempuh noda dengan jarak tempuh
eluen, dimana dalam praktikum yang dilakukan diperoleh nilai Retensi Factor
sebesar 0,2140 untuk noda 1 dan 0,9825 untuk noda 2.
2. Kemurnian hasil sintesis kalkon diperoleh setelah melakan identifikasi dengan KLT
Scanner dimana dalam praktikum yang dilakukan diperoleh nilai kemurnian sebesar
82%.
F. DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman., (2007), Kimia Farmasi Analisis, pustaka
pelajar, Yogyakarta.
Gritter, R, J., (1991), Pengantar Kromatografi Edisi II, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Soebagio., (2002), Kimia Analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA,
Makassar.