Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MERUMUSKAN MASALAH DAN JUDUL PENELITIAN

Disusun Oleh : Kelompok 2

RUSTAN
RAHMINAWATI
221B (SIDRAP)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Manajemen Kelas ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Dosen mata kuliah Metode
penelitian yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Manajemen Kelas. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Sidrap, 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Sampul.......................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Masalah........................................................................................4
B. Mengidentifikasi dan Memfokuskan Masalah...............................................5
C. Merumuskan Judul Penelitian........................................................................12
D. Perumusan Masalah dalam Penilaian Kualitatif.............................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN

Masalah dan judul penelitian merupakan suatu pondasi dalam


melakukan suatu penelitian.Singkatnya, masalah dan judul penelitian adalah
adanya gap atau kesenjangan antara harapan dengankenyataan, teori dengan
praktek, yang seharusnya dengan yang terjadi. Masalah dan judul penelitian
bukan merupakan suatu rumusan tujuan. Ketika ditanya apa masalah
penelitianmu? Beberapamenjawab: ”Ingin mengetahui…” dan itu adalah
rumusan tujuan, bukan suatu masalah penelitian.Menentukan masalah dan
judul penelitian bukanlah suatu hal yang mudah. Oleh karena itu untuk
menentukan masalah penelitian, perlu mengetahui dulu apa masalahnya.
Sebagian besar pemecahan masalah tergantung pada pengetahuan peneliti
tentang masalah tersebut.Sebagian lain ditentukan oleh pengetahuan peneliti

iii
tentang sifat dan hakekat masalahtersebut. Dengan kata lain, masalah adalah
sebuah kalimat Tanya atau kalimat pertanyaan.Masalah penelitian akan
menentukan keberhasilan dari suatu penelitian. Ada seorang pakar penelitian
yang menyatakan bahwa ”Ketika seorang peneliti sudah
berhasilmemformulasikan (baca: ”menemukan”) masalah penelitian, maka
sebenarnya 50% penelitian tersebut sudah berjalan”. Begitu juga sebaliknya,
ketika masalah penelitian itu belum ditemukan, maka penelitian itu selamanya
tidak akan berjalan.Oleh karena pentingnya masalah dalam suatu penelitian
maka dalam makalah ini penulis mencoba membahas tentang menentukan
masalah penelitian yang didalamnyamenjelaskan tentang urgensi menentukan
masalah penelitian, latar belakang masalah,identifikasi masalah, perumusan
masalah, dan pembatasan masalah

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masalah
Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari,
tak ada seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya
ringan ataupun masalah yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala
atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan
kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik.
Masalah berhubungan dengan kesenjangan yang harus diisi atau sekurangnya
dipersempit. Masalah adalah kesenjangan antara harapan (dass sollen) dengan
kenyataan (das sein), antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang
seharusnya (what shoud be) dengan yang ada (what it is) (Suryabrata, 1994).

iv
Sejatinya ketika seseorang akan melakukan penelitian, salah satu sub
materi penting yang harus dikuasai adalah pembahasan mengenai masalah.
Setiap penelitian yang diadakan oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu
instansi selalu diawali oleh adanya permasalahan yang ingin dicari
penyelesaiannya. Salah satu cara yang paling berpeluang tinggi menghasilkan
solusi-solusi terbaik adalah dengan melakukan penelitian. Seperti yang telah
dibahas pada pembahasan sebelumnya, penelitian merupakan rangkaian
kegiatan ilmiah yang dimaksudkan atau diadakan dalam rangka pemecahan
suatu permasalahan seperti yang dikemukakan oleh Azwar (2016, hal. 1).
Keberadaan suatu masalah merupakan salah satu komponen penting yang
harus dipenuhi ketika ingin melakukan suatu penelitian.
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus. Pada
dasarnya penentuan masalah bergantung pada paradigma apakah yang dianut
oleh seorang peneliti, yaitu apakah ia sebagai peneliti, evaluator, ataukah
sebagai peneliti kebijakan (Lincoln & Guba, 1985). Faktor-faktor yang
berhubungan tersebut dapat berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau
bahkan unsur-unsur lain. Jika unsur-unsur tersebut diletakkan berpasangan
maka akan menghasilkan sejumlah tanda tanya ,kesukaran yaitu sesuatu yang
tidak dipahami atau juga tidak dapat dijelaskan pada waktu tersebut. Untuk
melakukan penelitian maka diperlukan penelaahan dari berbagai faktor.
Menurut Sedarmayanti & Hidayat (2011), masalah adalah peristiwa
yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan apa yang disebut
dengan permasalahan penelitian adalah suatu pembatasan fokus perhatian
pada ruang lingkupnya sampai menimbulkan pertanyaan dalam diri orang-
orang yang mencari permasalahan. Masalah adalah suatu keadaan yang
bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan
situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan
upaya untuk mencari sesuatu jawaban. (Lincoln & Guba, 1985)

v
Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya
dengan mencari jawaban atas pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan.
Kegiatan menutup kesenjangan dilakukan dengan penelitian. Dengan kata
lain, penelitian mencari satu jawaban yang belum diketahui, memenuhi
keutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang belum ada. Penelitian
diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya memperkecil
kesenjangan. Menurut jenisnya, masalah dapat dibedakan menjadi tiga.
Pertama, masalah deskriptif. Masalah deskriptif adalah masalah yang
mendeskripsikan satu variabel pada satu kelompok tanpa menghubungkan
dengan variabel lain atau membandingkannya dengan kelompok lain. Kedua,
masalah korelasi. Masalah korelasi adalah masalah yang memuat hubungan
antara satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel yang lain.
Ketiga masalah perbandingan. Masalah perbandingan adalah masalah yang
memuat perbandingan satu atau lebih kelompok dalam hal satu variabel.
Masalah ini tidak dapat dipisahkan dengan sumber masalah.
Menurut (Suryabrata, 1994, hal. 61-63) sumber sumber masalah yang
dapat diidentifikasi meliputi:
1. Bacaan Terutama Hasil Penelitian
Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dapat menjadi
sumber identifikasi masalah. Tidak pernah ada penelitian yang tuntas.
Penelitian selalu menampilkan masalah yang lebih banyak daripada
yang dijawabnya, karena yang demikian ilmu pengetahuan selalu
mengalami kemajuan.
2. Diskusi, Seminar, Pertemuan Ilmiah
Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah dapat menjadi sumber
masalah penelitian karena para peserta dapat melihat hal-halyang
dipersoalkan secara profesional hinggga muncul masalah.
3. Pernyataan Pemegang Otoritas (dalam pemerintahan dan ilmu
pengetahuan)

vi
Pertanyaan pemegang otoritas dapat menjadi sumber masalah,
baik otoritas pemerintahan ataupun ilmu pengetahuan. Contoh
prnyataan pemegang otoritas pemerintahan adalah pernyataan menteri
pendidikan mengenai daya serap siswa SMU. Contoh pernyataan
otoritas ilmu pengetahuan adalah pernyataan ahi pendidikan mengenai
penjurusan di SMU
4. Pengamatan Sepintas
Pengamatan Sepintas dapat menjadi sumber masalah.
Misalnya, ahli kesehatan menemukan masalah ketika menyaksikan
dari mana penduduk mendapatkan air minum.
5. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi sebagai sumber masalah penelitian
berkaitan dengan sejarah perkembangan dan kehidupan pribadiatau
profesional.
6. Perasaan Intuitif
Perasaan intuitif dapat menjadi sumber masalah Misalnya,
masalah muncul ketika pagi hari setelah bangun tidur atau setelah
beristirahat. Selama idur atau istirahat terjadi konsolidasi atau
pengenadapan bberbagai informasi berkaitan dengan masalah.
B. Mengidentifikasi dan Memfokuskan Masalah
1. Mengidentifikai Masalah
Identifikasi masalah merupakan upaya untuk meneglompokkan,
mengurutkan, sekaligus memetakan masalah-masalah tersebut secara
sistematis berdasarkan bidang-bidang ilmu dan atau profesi peneliti
(Sukmadinata, 2010, hal. 271) Sebagai contoh, peneliti pada bidang
kurikulum dan pembelajaran, akan memusatkan perhatiannya pada
masalah-masalah teori kurikulum dan pembelajaran dan aplikasinya pada
berbagai jenjang dan bidang studi.

vii
Menurut Yatim (1996) masalah adalah kesenjangan (discrepancy)
antara das dan sollen (yang ideal) dengan das sain (yang senyatanya),
yakni kesenjangan antara apa yang seharusnya (menjadi harpan) dengan
apa yang ada dalam kenyataan. Kesenjanga tersebut dapat mengacu
kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya,
pendidikan, dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu
mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut.
Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan
bervariasi, misalnya maslah dalam bdidang pendidikan saja dapat
dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan, yaitu masalah kualitas,
pemerataan, relevansi, dan efisien pendidikan. Dari berbagai
permasalahan yang ada di atas, peneliti perlu mengidentifikasi, memilih,
dan merumuskannya. Secara umum sumber masalah penelitian dapat
digali dari beberapa sumber, yaitu sebagai berikut.
a. Bacaan
Jurnal penelitian merupakan laporan hasil penelitian yang dapat
dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik
tentunya mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut,
yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Suatu penelitian sering
tidak mampu memecahka semua masalah yang ada karena
keterbatasan penelitian. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih
lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab.
Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat
dijadikan sumber masalah, misalnya buku-buku bacaan terutama
buku bacaan yang mendiskripsikan gejala-gejala dalam suatu
kehidupan yang menyangkut dimensi ipoleksosbudhankam atau
bacaan yang berupa tulisan yang dimuat di media cetak.
b. Pertemuan Ilmiah

viii
Masalah dapat diperoleh dari pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti
seminar, diskusi, lokakarya, konferensi, dan sebagainya. Dengan
pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai permasaahan yang
memerlukan jawaban melalui penelitian.
c. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi
figur yang dianut oleh orang-orang yang ada diawahnya. Sesuatu
yang diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan
sumber masalah. Pemegang otoritas di sini dapat bersifat formal dan
nonformal. Misalnya, pernyataan Mendiknas tentang rendahnya
kualitas lulusan SMU, rendahnya angka lulusan sekolah kejuruan
yang tidak terserap oleh lapangan pekerjaan, dan sebagainya. Ini
merupakan contoh pernyataan yang disampaikan oleh pemegang
otoritas formal yang dapat dijadikan sumber masalah. Sedangkan
yang nonformal misalnya pernyataan yang diungkapkan oleh tokoh
masyarakat pedesaan tentang rendahnya minat dan perhatian para
orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih
tinggi.
d. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang
direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas
ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat melahirkan
suatu masalah (sumber masalah). Misalnya, seorag pendidik
menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku
siswanya dalam PBM. Seorang sosiolog, menemukan masalahnya
melalui pengamatan terhadap interaksi sosial di daerah suburban
perkotaan.
e. Wawancara dan Penyebaran Kuesioner

ix
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai suatu kondisi
aktual di lapangan dapat ditemukan masalah apa yang sedang
dihadapi masyarakat tersebut. Demikian juga dapat menyebarkan
angket kepada masyarakat akan dapat ditemukan apa sebenarnya
masalah yang dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini biasanya
dilakukan sebagai studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang
permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk meyakinkan
adanya permasalahan di masyarakat.
f. Pengalaman
Pengalaman memang dapat dikatakan guru yang paling baik. Akan
tetapi, tidak semua pengalaman yang dimiliki seseorang itu selalu
positif karena kadang-kadang bisa sebaliknya. Pengalaman
seseorang, baik yang diperolehnya sendiri maupun dari orag lain,
dapat dijadikan sumber penelitian. Misalnya pengalaman seseorang
di masa Kuliah Kerja Nyata (KKN-PMM) di pedesaan. Mereka
menemukan beberapa masalah di daerah miskin, misalnya masalah
rendahnya tingkat pendidikan atau lulusan SD yang tidak
melanjutkan ke SMP atau masalah lain seperti rendahnya daya beli
masyarakat pedesaan di masa krisis.
g. Intuisi
Secara intuisi manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah
penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat
tidak direncanakan dan waktu melakukan refleksi dan kontemplasi
diri. Misalnya pada saat mau tidur, saat sehabis shalat, saat di kamar
kecil, dan lain sebagainya. Untuk mengidentifikasi masalah dapat
melalui 7 (tujuh) sumber masalah di atas. Sumber-sumber masalah
tersebut dapat saling berinteraksi dalam melahirkan masalah
penelitian, dapat juga melalui salah satu sumber saja. Hal tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.

x
2. Memfokuskan Masalah
Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala dari suatu objek
bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga
peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan
variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang
meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity)
yang berinteraksi secara singkat. (Sugiyono, 2007, hal. 207). Karena
terlalu luasnya masalah maka dalam penelitian, peneliti akan membatasi
penelitian dalam satu atau lebih variabel. Batasan masalah dalam
penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah
yang masih bersifat umum.
Pemetaan faktor-faktor, atau variable –variable yang terkait
dengan fokus masalah dikenal denngan perumusan masalah. Faktor-faktor
atau variable tersebut mungkin melatarbelakangi, atau menjadi penyebab
dari fokus masalah, mungkin juga sebagai dampak atau akibat dari fokus
masalah (Sukmadinata, 2010, hal. 275)

xi
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus.
Pada dasarnya penentuan masalah menurut Lincoln & Guba (1985, hal.
226) bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang
peneliti, yaitu apakah ia sebagai peneliti, evaluator, ataukah sebagai
peneliti kebijaksanaan. Dengan demikian maka ada tiga macam masalah,
yaitu masalah untuk peneliti, evaluands untuk evaluator, dan pilihan
kebijaksanaan untuk peneliti kebijaksanaan. Uraian berikut hanya
membatasi diri pada masalah umum sebagai bagian penelitian.
Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kualitatif adalah
bahwa gejala dari suatu objek itu sifatnya tunggal dan parsial. Dengan
demikian berdasarkan gejala tersebut penelitian kuantitatif dapat
menemukan variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam pandangan
penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat
dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan
penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan
situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku
(actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam penelitian kualitatif,
peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel. Dengan
demikian dalam penelitian kuantitatif ada yang disebut batasan masalah.
Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang
berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.
Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan
fokus yang dinyatakan oleh Spradley (1980, hal. 100) sebagai “A focus
refer to a single cultural domain or a few related domains” maksudnya
adalah, fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang
terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus
dalam proposal lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang
akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).

xii
Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara
lebih luas dan mendalam tenatng situasi sosial, tetapi juga ada keinginan
untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi sosial yang
diteliti. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh
setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour
question atau yang disebut dengan penjajahan umum. Dari penjajahan
umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang
masih pada tahap permukaan tentang situasi sosial. Untuk dapat
memahami secara lebih luas dan menadala, maka dipelukan pemilihan
fokus penelitian.
Spradley (1980, hal. 100) mengemukakan empat alternatif unutk
menentukan fokus yaitu:
1) To select a tentative focus for participant observation. Artinya,
menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
2) To learn how structural questions lead to focused observations. Artinya,
menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing
domain.
3) To learn to make focused observations. Artinya, menetapkan fokus yang
memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek.
4) To conduct a period of participant observation in which you add focused
observations to your activities. Artinya, menetapkan fokus berdasarkan
permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada.
Tidak semua aspek atau variable yang dipetakan dalam peta
teoritis diteliti. Hal itu didasarkan atas beberapa pertimbangan: pertama
variable-variable tersebut sangat banyak, kedua tidak semua variable
memiliki kekuatan atau kualitas hubungan yang sama terhadap variable
fokus dan variable lainnya, ketiga peneliti sendiri telah mempunyai
tujuan yang ingin dicapai dengan pemilihan fokus, dan keempat

xiii
pertimbangan praktis berkenaan dengan penyusunan instrumen,
kemudahan mendapatkan data, ketersediaan waktu, biaya, dll.
Setelah pembatasan masalah tersebut judul penelitian dan
hipotesis atau pertanyaan baru dapat dirumuskan, sebab setelah
pembatasan masalah barulah ditentukan atau diketahui variable-variable
yang tercakup di dalamnya. Pertanyaan penelitian bisa menanyakan
variable, bisa juga menanyakan hubungan atau perbedaan antara dua atau
lebih variable. Hipotesisi juga ingin menguji hubungan antara dua atau
lebih variable. Kalau variable-variablenya belum ditentukan akan sulit
merumuskan pertanyaan atau hipotesis penelitian.
Di dalam bukunya Moleong (2012) menyebutkan ada dua
maksud tertentu yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah
penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus. Pertama, penetapan fokus
dapat membatasi studi. Jadi, dalam hal ini fokus akan membatasi bidang
inkuiri. Misalnya, jika kita membatasi diri pada upaya menemukan teori
dari dasar, maka lapangan penelitian lainnya tidak akan kita manfaatkan
lagi. Pada contoh tersebut di atas jelas bahwa subjek penelitian adalah
remaja. Jadi peneliti tidak perlu kesana kemari untuk mencari subjek
penelitian, sudah dengan sendirinya dibatasi oleh fokusnya. Kedua,
penetapan fokus itu berfungsi untuk menemukan kriteria masuk-keluar
(incusion-exlusion criteria) suatu informasi yang baru diperoleh di
lapangan. Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus, seorang peneliti
tahu persis data mana dan data tentang apa yang perlu dikumpulkan dan
data mana pula, yang walaupun mungkin menarik, karena tidak relevan,
tidak perlu dimasukkan ke dalamsejumlah data yang sedang
dikumpulkan. Jadi, dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap,
seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana
yang dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah ataupun mana
yang akan dibuang. Penetapan fokus atau masalah dalam penelitian

xiv
kualitatif bagaimana pun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti
sudah berada di arena atau lapangan penelitian. Dengan kata lain,
walaupun rumusan masalah sudah cukup baik dan telah dirumuskan atas
dasar penelaah kepustakaan dan dengan ditunjang oleh sejumlah
pengalaman tertentu, bisa terjadi situasi dilapangan tidak memungkinkan
peneliti untuk meneliti masalah itu. Dengan demikian kepastian tentang
fokus dan masalah itu yang menentukan adalah keadaan di lapangan.
C. Merumuskan Judul Penelitian
Setiap penelitian pasti bertitik tolak dari suatu masalah. Tidak ada
penelitian jika tidak ada masalah. Ketika ingin melkaukan penelitian, pertama-
tama yang harus dicari adalah apa masalahnya, bukan apa judulnya. Satu
masalah bisa menghasilkan banyak judul, tetapi satu judul hanya berisi satu
masalah. Disebutkan pula bahwa judul penelitian yang baik hendaknya dapat
menggambarkan masalah yang akan diteliti, variabel penelitian, subjek
penelitian, dan lokasi penelitian. Jika diperlukan, maka judul penelitian dapat
dilengkapi dengan tahun kejadian (Arifin, 2011)
Judul dalam penelitian kualitatif pada umumnya disusun berdasarkan
masalah yang telah ditetapkan. Dengan demikian judul penelitiannya harus
sudah spesifik dan mencerminkan permasalahan dan variabel yang akan
diteliti. Judul penelitian kualitatif digunakan sebagai pegangan peneliti untuk
mendapatkan variabel yang diteliti, teori yang digunakan, instrumen
penelitian yang dikembangkan, teknik analisis data, serta kesimpulan
(Sugiyono, 2011)
Dalam penelitian kualitatif menurut (Sugiyono, 2012), karena masalah
yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara dan bersifat holistik
(menyeluruh), maka judul dalam penelitian kualitatif yang dirumuskan dalam
proposal juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah
memasuki lapangan. Judul laporan penelitian kualitatif yang baik justru
berubah, atau mungkin diganti. Judul penelitian kualitatif yang tidak berubah,

xv
berarti peneliti belum mampu menjelajah secara mendalam terhadap situasi
sosial yang diteliti sehingga belum mampu mengembangkan pemahaman
yang luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti (situasi sosial=
obyek yang diteliti). Hal tersebut juga sejalan dengan (Purwanto, 2008, hal.
121) yang menyatakan bahwa dalam proposal dan laporan penelitian judul
menempati urutan paling awal, namun judul dapat ditentukan setelah masalah
dapat dirumuskan. Judul dapat dituliskan pertama kali, namun masalah
sekurangnya telah dipikirkan oleh peneliti sebelumnya. Judul juga dapat
ditentukan kemudian setelah peneliti memastikan masalah penelitiannya.
Judul penelitian kualitatif tentu saja tidak harus mencerminkan
permasalahan dan variabel yang diteliti, tetapi lebih pada usaha untuk
mengungkapkan fenomena dalam situasi sosial secara luas dan mendalam,
serta menemukan hipotesis dan teori (Sugiyono, 2012, hal. 38). Sebelum
menentukan judul penelitian, tiga hal pokok yang seharusnya dilakukan oleh
seorang peneliti adalah a) menemukan isu utama atau permasalahan utama, b)
menemukan faktor-faktor isu yang mempengaruhi isu atau permasalahan
utama, dan c) menemukan dampak atau akibat yang timbul akibat isu. Jika
langkah pertama, kedua dan ketiga selesai dilakukan, maka peneliti akan
sangat mudah membuat berbagai alternatif judul penelitian, yakni dengan
melihat hubungan-hubungan yang ada. Hubungan-hubungan yang bisa terjadi
dari hasil mengidentifikasi masalah dalam langkah pertama sampai ketiga
adalah:
1) hubungan faktor dengan isu/masalah utama;
2) hubungan isu/masalah utama dengan dampak;
3) hubungan faktor dengan dampak melalui masalah utama; atau
hubungan-hubungan lain yang mungkin ada

Menurut Margono (2005), judul dapat ditetapkan sebelum segala


sesuatu dipersoalkan. Tetapi umumnya judul ini baru ditetapkan setelah

xvi
mahasiswa mengetahui seluk-beluk persoalannya sesudah mengadakan
orientasi baik secara literar maupun empirik. Akan tetapi terlepas dari mana
judul itu dimulai, yang sangat penting bagi mahasiswa adalah:
1. Bahwa judulnya sesuai dengan keseluruhan isi daripada kegiatan dan
laporan yang dia kerjakan, baik kesesuaian dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Yang dimaksud dengan kesesuaian kualitatif adalah
kesesuaian dalam segi hakekat atau sudut pandang serta kesesuaian
dalam segi hakekat persoalannya. Kesesuaian kuantitatif adalah
kesesuaian dalam keseimbangan antara luasnya wilayah ang dinyatakan
dalam judul dengan wilayah kegiatan serta uraian dalam laporannya
nanti.
2. Bahwa judul menggunakan kata-kata yang jelas, tandas, pilah-pilah,
literar, singkat, deskripif, dan tidak merupakan pertanyaan. Hendaknya
dihindarkan penggunaan kata-kata yang kabur, terlalu politik,
bombastik, bertele-tele, tidak runtut, dan lebih dari satu kalimat.
Menurut Margono (2005) fungsi pokok judul adalah untuk
menunjukkan kepada pembacanya hakikat dari proyek penyelidikan,
wilayahnya, serta periode umum yang digunakan. Di samping itu,jika
akhirnya nanti judul itu telah ditetapkan menjadi judul laporan penyelidikan,
maka penggunaan terpenting darinya adalah agar dengan cepat membaca
laporannya segera mengetahui perlu tidaknya menyelidiki laporan itu.
Dalam kegiatan penelitian, tentu saja ada beberapa alasan dalam
pemilihan judul penelitian tersebut (Arikunto, 2006) mengemukakan beberapa
alasan dalam pemilihan judul yaitu:
A. Pentingnya masalah tersebut diteliti karena akan membawa pelaksanaan kerja
yang lebih efektif.
B. Menarik minat peneliti karena dari pengalamannya, peneliti mendapatkan
gambaran bahwa hal itu sangat menarik.

xvii
C. Sepajang pengetahuan peneliti belum ada orang yang meneliti masalah
tersebut
Sedangkan menurut (Mardalis, 2010) dalam memilih dan menetapkan
judul suatu penelitian yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
E. Judul sebaiknya yang menarik minat peneliti.
Menarik dan dapat mengembangkan minat si peneliti merupakan
sesuatu yang dapat mendorong dan membangkitkan semangat kerja dalam
setiap langkah kegiatan penelitian. Terutama keinginan untuk memperoleh
kebenaran ilmiah. Karena dalam melakukan suatu pekerjaan, jika tidak
diminati atau tidak menarik hati orang sering bekerja sengah-setengah hati
dan hasilnya tidak memuaskan. Untuk itu yang pertama penulis usulkan
agar memilih dan menetapkan judul carilah masalah-masalah yang
menarik bagi si peneliti.
F. Judul yang dipilih mampu untuk dilaksanakan peneliti.
Dengan kemampuan pengetahuan dan keterampilan, peneliti akan
mampu memecahkan permasalahan yan dicakup oleh judul yang dipilih.
Mampu disini dimaksudkan pula dapat melakuka peneitian dan cukup
waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penelitian tersebut serta
didukung oleh dana yang telah diperhitungkan untuk biaya penyelesaian
penelitian dengan judul yang dipilih. Atau tidak mahal dan terjangkau oleh
peneliti.
A. Judul hendaknya mengandung kegunaan praktis dan penting untuk
diteliti.
Peneliti sudah bekerja dan berusaha dengan susah payah, hendaknya
hasilnya berguna untuk diri, masyarakat, dan ilmu pengetahuan. Dengan
demikian perlu dipikirkan hasil penelitian dengan judul yang dipilih,
apakah ada manfaatnya. Peneliti tentu ingin menyumbangkan karyanya
untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Dan tak akan melakukan suatu kerja
yang tak berguna.

xviii
B. Judul yang dipilih hendaknya cukup data tersedia.
Pemilihan judul penelitian hendaknya didukung oleh data yang cukup
tersedia dan meyakinkan peneliti untuk menelitinya. Data disini
dimaksudkan pula data sekunder dari kepustakaan yang ada untuk
memperoleh teori dan konsep-konsep yang kelak digunakan pula untuk
menyusun hipotesa penelitian. Serta situasi lapangan yang memungkinkan
untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan oleh peneliti.
C. Hindari terjadinya duplikasi judul dengan judul lain.
Jika terdapat dua judul yang sama, orang sering mengatakan salah
satunya tiruan atau plagiat. Hendaknya hal seperti ini tidak terjadi. Karena
penelitian kita telah dilakukan dengan susah payah dan akhirnya ejekan
yang akan terjadi. Hal ini bisa terjadi jika melakukan penelitian ulang atas
penelitian orang lain, yang mungkin kita meragukan hasil yang mereka
peroleh, atau kita ingin menempurnakan lebih lanjut. Hal ini perlu
dijelaskan dalam penelitian kita.
Kelima poin tersebut di atas, merupakan langkah pertama dalam
memilih judul penelitian. Berikut ini yang perlu dipertimbangkan agar judul
kita memenuhi syarat sebagai judul yang tepat dan baik yaitu:
1) Judul dalam kalimat pernyataan, bukan pertanyaan.
2) Cukup jelas dan singkat serta tepat.
3) Berisi variabel- variabel yang akan diteliti.
4) Judul menggambarkan keseluruhan isi dan kegiatan penelitian yang
dilakukan.
Dari keseluruhan uraian tentang judul tersebut di atas, diharapkan peneliti
akan dapat menemukan dan meyusun penelitiannya yang berfungsi sebagai
penunjuk jalan utama bagi pembaca untuk mengetahui hakekat penelitian yang
dilakukan. Dan memberi petunjuk bagi peneliti sendiri, arah mana penelitinya
akan dijadikan serta metode apa yang akan digunakan. (Mardalis, 2010, hal. 35)

xix
D. Perumusan Masalah Dalam Penelitian Kualitatif
1. Pengertian Perumusan Masalah Penelitian
Perumusan masalah dapat dilakukan dengan merumuskan judul
secara lengkap. Namun walaupun tampaknya masalah sudah dituangkan
dalam bentuk judul, pembaca dapat menafsirkan dengan arti yang berbeda
dengan maksud peneliti. Apabila peneliti lain menjelaskan semuanya dalam
satu rumusan judul penelitian, maka akan tercipta sebuah judul yang
panjang, yang maksudnya akan memperjelas ataupun mengaburkan arti.
Untuk itu agar judul tidak terlihat panjang, maka yang ditulis hanya ciri yang
ditonjolkan oleh peneliti dan selebihnya diterangkan di luar judul (Arikunto,
2002). Tujuan perumusan masalah penelitian sendiri menurut Strauss &
Corbin (1990) adalah untuk lebih mempersempit masalah hingga
memungkinkan untuk dapat diteliti. Rumusan masalah sendiri merupakan
bentuk pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk mengumpulkan data
di lapangan (Sugiyono, 2017, hal. 288)

Menurut Sukmadinata (2015, hal. 110), penelitian kualitatif diawali


dengan masalah yang bersifat bayangan (foreshadow problems) sesuatu yang
diperkirakan sebagai masalah, yang akan dirumuskan kembali selama proses
pengumpulan data. Dari pernyataan tersebut masalah yang dirumuskan
(masalah bayangan ) bersifat tentatif sebab dalam proses penelitian akan
ditemukan masalah yang lebih essensial, urgen, dan bermakna. Pernyataan
tersebut hampir serupa dengan Arikunto (2002, hal. 51), perumusan masalah
disebut juga dengan perumusan problematika. Didalam langkah ini peneliti
mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari
jawabnya melalui kegiatan penelitian.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa, perumusan
masalah merupakan sebuah penjabaran dari judul untuk menghindari salah
tafsir serta bertujuan untuk mempersempit masalah hingga memungkinkan

xx
untuk dapat diteliti. Rumusan masalah sendiri berbentuk pertanyaan tentatif
yang relevan dengan latar belakang masalah. Dikatakan tentatif sebab dalam
proses penelitian akan ditemukan masalah yang lebih essensial, urgen, dan
bermakna.
2. Kriteria Rumusan Masalah Penelitian yang Baik
Menurut Sudrajat (2005, hal. 65), rumusan masalah yang baik adalah
yang memenuhi beberapa hal dibawah ini:
a) Rumusan masalah sebaiknya konsisten, atau paling tidak relevan
dengan latar belakang masalah.
b) Rumusan masalah hendaknya memuat variabel-variabel yang akan
diteliti dan teridentifikasi dengan jelas serta diperkirakan ada alternatif
penyelesaiannya.
c) Selain itu, rumusan masalah sebaiknya mudah untuk dikembangkan
menjadi sebuah instrumen pengumpulan data dari variabel bersangkutan.
Biasanya, rumusan masalah berkaitan dengan judul sehingga banyak
kesamaan dari variabel-variabel pada rumusan judul.

3. Bentuk Rumusan Masalah


Menurut Sugiyono (2017, hal. 288-289), berdasarkan level of
explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan
masalah, yaitu:
a. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial
yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam. Contoh:
Bagaimanakah profil pendidikan Indonesia?
b. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu
peneliti untuk membandingkan antara koteks sosial atau domain satu
dibandingkan dengan yang lain. Contoh: adakah perbedaan dinamika
murid di kelas yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi?

xxi
c. Rumusan masalah asosiatif atau hubungan adalah rumusan masalah yang
memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi sosial
atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif dibagi
menjadi tiga yaitu, hubungan simetris (hubungan suatu gejala yang
munculnya bersamaan), kausal (hubungan sebab akibat) dan reciprocal
atau interaktif (hubungan saling mempengaruhi).
4. Prinsip- prinsip Perumusan Masalah
Menurut Moleong (2007, hal. 112-119), prinsip-prinsip disini
disajikan dengan maksud sebagai pegangan bagi peneliti dalam rangka
merumuskan masalah. Prinsip-prinsip tersebut ialah sebagai berikut.
a. Prinsip yang berkaitan dengan Teori Dari Dasar
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam
penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar. Jadi
masalah disini adalah sekedar arahan, pembimbing, atau acuan pada usaha
menemukan masalah yang sebenarnya.
b. Prinsip yang berkaitan dengan Maksud Perumusan Masalah
Maksud atau hakikat dari penelitian kualitatif terletak pada upaya
penemuan dan penyusunan teori baru lebih dahulu dari pada menguji, atau
mengkonfirmasi, atau verifikasi suatu teori yang sedang berlaku.
c. Prinsip Hubungan Faktor
Fokus sebagai sumber masalah penelitian merupakan rumusan yang terdiri
dari dua atau lebih faktor yang menghasilkan tanda tanya atau
kebingungan. Ada tiga aturan yang harus dipertimbangkan peneliti dalam
merumuskan masalah, yaitu; (1) adanya dua atau lebih faktor, (2) faktor
tersebut dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna,
dan (3) hasil pekerjaan menghubungkan tadi berupa hal yang
membingungkan dan perlu adanya solusi(pemecahan masalah) untuk
menjawabnya.
d. Fokus sebagai Wahana untuk Membatasi Studi

xxii
Paradigma yang dianut oleh peneliti haruslah dipegang dengan baik-baik
agar fokus penelitian tetap terjaga.
e. Prinsip yang Berkaitan dengan Kriteria Inklusi-EksklusKetika peneliti
terjun ke lapangan, ia akan kebanjiran data maka prinsip ini diperlukan
untuk menyeleksi data mana yang relevan dan yang tidak.
f. Prinsip yang Berkaitan dengan Bentuk dan Cara Perumusan Masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah yaitu; (1) secara diskusi dalam bentuk
deskriptif , (2) secara proposisional sehingga langsung menghubungkan
faktor-faktor dalam hubungan yang logis dan bermakna, dan (3) secara
gabungan yaitu dilakukan diskusi dahulu lalu dilanjutkan proposisional.
g. Prinsip Sehubungan dengan Posisi Perumusan Masalah
Prinsip posisi menghendaki agar rumusan latar belakang penelitian
didahulukan serta dipisahkan dari tujuan penelitian karena tujuan pada
dasarnya berfungsi untuk memecahkan dan menjawab pertanyaan pada
masalah. Rumusan masalah juga harus dipisahkan dengan metode
penelitian karena fungsinya yang sangat berbeda.
i. Prinsip yang Berkaitan dengan Hasil Penelaahan Kepustakaan
Peneliti perlu membiasakan diri untuk merumusakan masalah dengan
penelaahan kepustakaan yang terkait, karena penelaahan kepustakaan
tersebut memiliki manfaat untuk mempertajam rumusan masalah itu sendiri
j. Prinsip yang Berkaitan dengan Penggunaan Bahasa
Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitiaan, ketika
merumuskan masalah hendaknya peneliti mempertimbangkan ragam
pembacanya sehingga rumusan masalah sesuai dengan tingkat kemampuan
menyimak para pembaca.
5.Langkah- langkah Perumusan Masalah
Adapun langkah-langkah perumusan masalah penelitian
menurut Moleong (2007, hal. 119), adalah sebagai berikut.
Langkah 1 :Tentukan fokus penelitian.

xxiii
Langkah 2 :Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitan dengan
fokus tersebut (subfokusnya).

Langkah 3 :Dari faktor-faktor yang terkait adakan pengkajian mana


yang sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang
dipilih.

Langkah 4 : Kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang dipilih


dengan fokus penelitian.

E.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2002). PROSEDUR PENELITIAN: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


PT Asdi Mahasatya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI).
Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Azwar, S. (2016). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat, & Emmerson, D. K. (1985). Aspek Manusia dalam Penelitian


Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage
Publication.

Mardalis. (2010). Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi


Aksara.

Margono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Moleong, L. J. (2007). METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sedarmayanti, & Hidayat. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar


Maju.

25
Spradley , J. (1980). Participant Observation. Hold: Rinehart and Winston.

Strauss, A., & Juliet, C. (1990). BASICS OF QUALITATIVE RESEARCH. London:


Sage Publication.

Sudrajat, S. (2005). DASAR-DASAR PENELITIAN ILMIAH. Bandung: CV Pustaka


Setia.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


ALFABETA.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D). Bandung: ALFABETA.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.

Sugiyono. (2017). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (Pendekatan Kuantitatif


Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA.

Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Sukmadinata, S. N. (2015). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, S. (1994). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Yatim, R. (1996). Metodologi Penelitian Pendidkan. Surabaya: SIC.

26

Anda mungkin juga menyukai