Anda di halaman 1dari 23

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

Tentang :

MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH


PENELITIAN KUALITATIF

Oleh: Kelompok 5
KURNIA FITRI ANDANI : 212032007
ZAIMUL IHSAN : 212031014

Dosen Pembimbing :
DR. GUSTINA, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah
ini. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan
keindahan syurga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk pemenuhan tugas kelompok pada
mata kuliah “Metodologi Penelitian Kualitatif” dengan judul makalah “Masalah dan
Rumusan Masalah Dalam Penelitian Kualitatif”
Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak
seberapa, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik
lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang.
Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat
bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.
Wasalamu'alaikum Wr.Wb

Batusangkar, 07 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Masalah dalam penelitian kualitatif ................................................... 3
B. Rumusan masalah penelitian kualitatif ............................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................. 18
DAFTAR KEPUSTAKAAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Ilustrasi masalah penelitian ....................................................... 5


Gambar 2 : Sumber masalah penelitian ........................................................ 6
Gambar 3 : Kemungkinan masalah penelitian kualitatif ............................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan dibekali dengan beberapa kelebihan-
kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Salah satunya yakni akal pikiran
yang seharusnya digunakan sebagai mana mestinya yakni untuk berpikir. Salah
satu cara untuk mengaktualisasikan dari berpikirnya adalah dengan memecahkan
masalah. Dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya terdapat banyak sekali
permasalahan-permasalahan yang terjadi. Ketika akal dan pikiran dapat kita
gunakan dengan baik dan bermanfaat, maka kita dapat memecahkan masalah
sesuai sintaks-sintaks yang bisa kita pelajari melalui metode penelitian.
Alasan yang sangat mendasar mengapa suatu penelitian dilakukan adalah
karena adanya suatu masalah. Tanpa adanya masalah, penelitian tidak dapat
dilaksanakan. Dengan kata lain, dalam setiap jenis penelitian apapun, pasti titik
tolaknya tidak lain bersumber pada suatu masalah. Sebab, pada penelitian
kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, akan tetapi dimulai berdasarkan
pada persepsi seorang peneliti terhadap kehadiran suatu masalah tertentu.
Penelitian diharapkan bisa memecahkan masalah atau setidak-tidaknya
memperkecil kesenjangan yang timbul oleh masalah tersebut.
Baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif sepakat bahwa hal pertama
yang harus dilakukan dalam penelitian adalh menemukan masalah yang ada
(Mamik, 20 : 41). Langkah berikutnya adalah kegiatan merumuskan masalah yang
ditemukan dalam kalimat yang sederhana, jelas, spesifik, dan operasional, karena
seluruh unsur penelitian akan berpangkal pada rumusan masalah itu.
Namun dalam praktiknya, kadang-kadang peneliti pemula lebih
memikirkan judul yang hendak dirumuskan ketimbang menemukan masalah.
Padahal dapat diyakini bahwa judul akan demikian mudah dibuat manakala
topiknya dan masalahnya sudah terdeteksi. Jadi pada dasarnya rumusan judul yang
hendak dibuat bersumber dari masalah yang dapat diidentifikasi melalui berbagai

1
sumber masalah. Oleh sebab itu, pada makalah ini akan dibahas secara lebih detail
mengenai “Masalah dan Rumusan Masalah Dalam Penelitian Kualitatif”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
1. Bagaimana konsep masalah dan penelitian kualitatif?
2. Bagaimana bentuk rumusan masalah dalam penelitian kualitatif?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep masalah dan penelitian kualitatif?
2. Untuk mengetahui bentuk rumusan masalah dalam penelitian kualitatif?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Dalam Penelitian Kualitatif


1. Pengertian Masalah Penelitian (problem research)
Salah satu langkah paling penting dalam melakukan penelitian adalah
pemilihan masalah. Penelitian yang sistematis selalu dimulai dari masalah.
Sesuai pendapat John Dewey (dalam Widodo, 2021: 57), langkah pertama
dalam metode ilmiah adalah pengakuan adanya kesulitan, hambatan atau
metode yang membingungkan peneliti. Oleh karena itu, pemilihan dan
perumusan masalah merupakan aspek yang paling penting dalam penelitian di
bidang apa saja. Penelitian tidak dapat dilakukan sebelum suatu masalah di
identifikasi, dipikirkan secara tuntas, dan dirumuskan dengan baik.
Menurut Sugiyono (2016: 29) masalah adalah penympangan dari apa
yang seharusnya dengan apa yang terjadi, penyimpangan antara teori dan
praktik, penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, dan penyimpangan
antara yang terjadi masa lampau dengan yang terjadi sekarang. Misalnya yang
diharapkan masyarakat suatu daerah bersifat agamis, tetapi yang terjadi justru
masyrakat tersebut jauh dari nilai-nilai agama. Hal ini merupakan masalah.
Sehingga masalah juga dapat dikatakan sebagai kesenjangan antara yang
diharapkan dengan yang terjadi.
Senada dengan itu, Widodo (2021: 58) menyatakan bahwa, masalah atau
permasalah dapat diartikan sebagai kesenjangan (gap) antara das Sollen (kaidah
hukum kondisi yang diharapkan) dan das Sein (keadaan yang nyata); perbedaan
antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang
diperlukan dengan apa yang tersedia, antara harapan dengan kenyataan, dan
yang sejenis dengan itu. Sama halnya dengan yang diungkapkan Hardani, dkk
(2020: 81) bahwa, masalah adalah kesenjangan (discrepancy) yakni
kesenjangan antara apa yang seharusnya (harapan) dan apa yang ada dalam

3
kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan
dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya.
Adapun masalah penelitian atau problem research oleh Frankfort
Nachmias dan Nachmias sebagaimana yang dikutip Sutikno dan Hadisaputra
(2020: 38) mendefinisikan masalah penelitian sebagai “an intellectual stimulus
calling for a response in the form of scientific inquiry” yang artinya stimulus
intelektual yang meminta respon dalam bentuk penelitian ilmiah. Definisi
senada juga diutarakan oleh Creswell yang penekanannya lebih kepada
pendidikan. Namun tidak sama sekali merubah substansi dari definisi
“masalah” itu sendiri. Ia menyatakan “Research problems are the educational
issues, controversies, or concerns that guide the need for conducting a study”,
Isu-isu pendidikan, kontroversi dalam pendidikan, atau masalah-masalah yang
memandu kebutuhan untuk melakukan penelitian.
Jika demikian, masalah dalam penelitian bukanlah seperti masalah yang
biasa dibayangkan semacam musibah atau malapeta, namun lebih kepada
pendorong atau perangsang akademik yang menuntut jawaban dalam bentuk
penelitian ilmiah. Atau barangkali tepat jika “masalah” dalam penelitian disebut
dengan istilah “kegelisahan intelektual” atau “kegalauan akademik” yang
membutuhkan “jawaban akademis” pula melalui serangkaian kegiatan
penelitian ilmiah (Sutikno dan Hadisaputra, 2020: 39).
Dengan kata lain, untuk mengkaji dan memecahkan masalah, diperlukan
sebuah metode untuk memperoleh jawaban dari masalah yang dimaksud.
Untuk itulah, diperlukan adanya penelitian, untuk menjawab berbagai
pertanyaanyang muncul akibat terjadinya kesenjangan dalam berbagai
fenomena kehidupan manusia. Masalah dalam penelitian, pada dasarnya tidak
akan muncul dengan sendirinya, harus dicari oleh peneliti, meskipun
kemampuan dan atau kepekaan dalam menemukan masalah penelitian itu
berbeda-beda.

4
Kemampuan dan kepekaan peneliti dalam menemukan masalah
penelitian dapat dilatih melalui usaha secara aktif mengkaji informasi-
informasi dari berbagai sumber seperti: membaca referensi, mengunduh artikel
dari internet, mengikuti diskusi, seminar, work shoap, atau temu ilmiah lainnya,
menggali pengalaman empirik, melakukan observasi di lapangan,
mengumpulkan informasi dari lingkungan sekitar, memperhatikan pendapat
pakar, mencari sumber masalah dari kegiatan non-ilmiah, dan sebagainya.
Masalah dalam sebuah penelitian dapat diilustrasikan dengan gambar berikut:

Pada dasarnya suatu penelitian berawal dari masalah yang dihadapi,


sehingga memubutuhkan solusi pemecahan atau jalan keluar. Penelitian
diharapkan dapat memecahkan masalah atau dengan kata lain menutup atau
setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu. Dalam kondisi yang demikian
maka perlu memiliki dasar pertimbangan mengenai masalah penelitian yang
hendak dipilih, karena salah, keliru atau kurang pertimbangan dalam memilih
masalah akan berakibat pada kelancaran penelitian. Menurut Anggito dan
Setiawan (2018: 47-48) kriteria masalah yang baik untuk diteliti adalah sebagai
berikut:
a. Masalah itu memang diminati peneliti, menarik dan sesuatu yang baru (up to
date)

5
b. Masalah tersebut memungkinkan untuk diteliti terutama dengan
pertimbangan pengumpulan data dan analisisnya
c. Jawaban atas permasalahan itu memberikan manfaat teoritis maupun praktis
d. Masalah itu sesuai dengan taraf kemampuan peneliti atau mampu
dilaksanakan, yaitu keterampilan dalam penelitian, dana, sumber bahan
maupun ketersediaan waktu.
Sementara itu, Noor (2015: 27-28) mengungkapkan, secara umum
terdapat beberapa pertimbangan dalam hal menentukan masalah penelitian
yaitu:
a. Menarik, masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan
penelitian dengan serius.
b. Memiliki nilai tambah dalam arti bermanfaat baik bermanfaat untuk ilmu
pengetahuan maupun peningkatan kesejahteraan hidup manusia. Penelitian
juga diharapkan memiliki nilai tambah bagi masyarakat umum maupun
masyarakat akademik.
c. Up to Date dan hindari plagiasi, hindari duplikasi penelitian yaitu meneliti
masalah yang sama persis dengan yang dilakukan orang lain karena akan
menyebabkan plagiasi skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah.
d. Dapat diuji (diukur) secara ilmiah melalui proses penelitian.
e. Mampu dilaksanakan baik yang berkaitan dengan keahlian, ketersediaan
data, kecukupan waktu, dan dana atau aspek lainnya.
2. Sumber masalah penelitian
Silalahi (dalam Kusumastuti dan Khoiron, 2019: 23) mengungkapkan,
secara umum sumber masalah penelitian terbagi menjadi dua yaitu sumber
teoritis dan sumber praktis. Sumber teoritis adalah masalah penelitian yang
bersumber dari teori atau tinjauan literatur ditemukan dalam berbagai sumber
bahan tertulis yang dikelompokkan atas secondary sources materials, seperti
buku teks; dan primary source material, seperti monograp, jurnal professional,
bibliografi, abstrak, atau statistik. Sumber praktis adalah masalah penelitian

6
yang bersumber dari kejadian empiris terutama untuk penelitian terapan yang
problem oriented. Ide atau masalah praktik dapat diperoleh melalui pengalaman
pribadi peneliti atau dari hasil studi pendahuluan atau penjajakan, baik yang
dilakukan melalui observasi sistematis atau taksistematis. Observasi tak
sistematis diperoleh secara kebetulan atas suatu kejadian.
Sedangkan menurut Hardani, dkk (2020: 82) dalam bukunya yang
berjudul “Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif“ yang menjadi sumber
masalah penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2 : Sumber masalah penelitian


Berdasarkan gambar di atas dapat dipahami bahwa, sumber masalah
penelitian baik itu penelitian kuantitatif, kualitatif, ataupun gabungan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, dengan uraian sebagai berikut:
a. Bacaan atau Literatur
Melalui bacaan, masalah penelitian dapat diperoleh dari jurnal-jurnal
penelitian yang merupakan laporan hasil-hasil penelitian yang dapat
dijadikan sumber masalah. Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat
umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan
terutama buku bacaan yang mendiskripsikan gejala-gejala dalam suatu
kehidupan yang menyangkut dimensi atau bacaan yang berupa tulisan yang
dimuat di media cetak.

7
Selain itu, melalui literatur, dapat ditemukan teori yang
berseberangan dengan pengalaman empirik yang telah dimiliki, ataupun
pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya. Ketidaksesuaian literatur
yang dibaca dengan pengalaman ataupun pengetahuannya itu dapat
mendorong seseorang untuk melaksanakan penelitian
b. Pertemuan Ilmiah
Masalah penelitian dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan
ilmiah, seperti seminar, diskusi, lokakarya, konferensi dan
sebagainya.Dengan pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai permasalahan
yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
c. Pernyataan atau kebijakan pemegang kekuasaan (otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi
figur yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang
diungkapkan oleh pemegang otoritas tesebut dapat dijadikan sumber
masalah. Pemegang otoritas disini dapat bersifat formal dan non formal.
Misalnya, pendapat Mendiknas tentang rendahnya kualitas lulusan SMA,
rendahnya angka lulusan sekolah kejuruan yang tidak terserap oleh lapangan
pekerjaan dan sebagainya. Ini merupakan contoh pernyataan yang
disampaikan oleh pemegang otoritas formal yang dapat dijadikan sumber
masalah. Sedangkan yang non formal misalnya pernyataan yang diungkap
oleh tokoh masyarakat pedesaan tentang rendahnya para orang tua untuk
menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi (Hardani, dkk, 2020:
82).
d. Pengamatan (observasi)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang
direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun
dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat melahirkan suatu masalah
(sumber masalah). Misalnya: seorang pendidik menemukan masalah dengan

8
melihat (mengamati) sikap dan perilaku siswanya dalam proses beajar
mengajar Pendidikan Agama Islam.
Di samping itu, apabila peneliti dapat melakukan pengamatan secara
intensif terhadap lingkungan sekitar dengan segala fenomena yang terjadi
lengkap dengan berbagai variasi peristiwanya, maka ide untuk dapat
menemukan masalah penelitian akan muncul dengan mudah. Menurut
Bungin (2011:57), pola pemikiran yang perlu dikembangkan adalah
menganalisis dan mengkritisi adanya kesenjangan antara keadaan yang
diharapkan (dassollen) dengan kondisi kenyataan (dassain), yang terkadang
berdampak pada kecemasan ataupun ketidak puasan dari para pihak yang
terlibat di dalamnya
e. Wawancara yang dilakukan kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi
aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi
masyarakat tersebut.
f. Pengalaman
Pengalaman memang dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik.
Tetapi tidak semua pengalaman yang dimiliki seseorang itu selalu positif,
tetapi kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang
diperolehnya sendiri maupun dari orang lain, dapat dijadikan sumber
masalah yang dapat dijawab melalui penelitian. Misalnya pengalaman
seorang mahasiswa semasa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
pedesaan. Mereka menemukan beberapa masalah di daerah miskin, misalnya
masalah rendahnya tingkat pendidikan atau banyak anak lulusan SD tidak
melanjutkan ke SLTP atau masalah lain seperti rendahnya produktifitas
pertanian di daerah terpencil.
g. Intuisi atau penemuan kebetulan
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah
penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak
terencanakan. Dengan memperhatikan suatu peristiwa berlangsung, atau

9
mengingat suatu peristiwa di masa lampau yang pernah dialami secara
emprik, tanpa disadari dapat saja seseorang dapat menemukan sebuah
masalah yang menarik untuk dibahas dalam penelitian.
3. Kharakteristik masalah dalam penelitian kualitatif
Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu
berangkat dari masalah. Namun terdapat perbedaan yang mendasar antara
masalah dalam penelitian kuantitatif dan masalah dalam penelitian kualitatif.
Kalau dalam penelitian kuantitatif, masalah yang akan dipecahkan melalui
penelitian harus jelas, spesifik, dan dianggap tidak berubah. Tetapi dalam
penelitian kualitatif masalah yang dibawa peneliti masing remang-remang,
bahkan gelap kompleks, dan dinamis. Oleh karena itu, masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang
atau berganti setelah peneliti berada di lapangan (Sugiyono, 2013: 205).
Senada dengan itu Emzir (2010: 5) menyatakan, dalam penelitian
kualitatif cenderung mengarahkan masalah-masalah penelitian yang
memerlukan suatu eksplorasi yang mendalam terhadap hal yang sedikit
diketahui atau dipahami tentang masalah tersebut dan suatu detail pemahaman
tentang suatu fenomena atau situasi sosial. Pada umumnya masalah dalam
penelitian kualitatif itu selalu dihadapkan pada eksplorasi terhadap berbagai
sumber masalah dalam penelitian, sehingga memungkinkan peneliti untuk
mendapatkan ide yang baru, up to date, dan orisinal. Berdasarkan hasil
eksplorasi, masalah penelitian dapat diperoleh dari berbagai sumber
sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya.
Sugiyono (2016: 30) menyatakan bahwa, dalam penelitian kualitatif
akan terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah yang dibawa oleh peneliti
dalam penelitiannya. Kemungkinan pertama adalah masalah yang dibawa oleh
peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian. Kemungkinan kedua
adalah masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang
yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang disiapkan.dengan demikian

10
tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian hanya perlu
disempurnakan. Kemungkinan ketiga adalah masalah yang dibawa peneliti
setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga masalah penelitian diganti.
Begitpun dengan judul penelitian yang tidak lagi sama. Ketiga kemungkinan
masalah dalam penelitian kulitatif sebelum dan sesudah memasuki lapangan
dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3 : kemungkinan masalah kualitatif sebelum dan setelah


masuk ke lapangan
Sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2013: 205-206) bahwa,
peneliti kualitatif yang mengubah masalah atau mengganti judul penelitiannya
setelah memasuki lapangan penelitian atau telah selesei, merupakan peneliti
kualitatif yang lebih baik. Sebab ia dipandang mampu melepaskan apa yang
dipikirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu melihat fenomena secara lebih
luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi
sosial yang diteliti.
B. Rumusan Masalah Penelitian Kualitatif
Penelitian idealnya diawali oleh sebuah permasalahan yang membutuhkan
pemecahan, karena itu Leedy (dalam Rinaldi dan Mujianto, 2017: 31) mengatakan

11
“no problem no research“. Namun pada pelaksanaan penelitian peneliti tidak
hanya cukup dengan menemukan dan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti.
Masalah baru merupakan pernyataan atas adanya ketidak sesuaian atau
penyimpangan, dan hal yang menjadi penyebab ataupun pendekatan yang dapat
mengatasi masalah tersebut masih sangat luas/banyak. Untuk itu perlu dilakukan
upaya dalam membatasi lingkup kajian atau penelitian yang akan dilakukan
sehubungan masalah tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan merumuskan hasil
indentifikasi masalah dalam suatu rumusan masalah penelitian.
Rumusan masalah sendiri menurut Sugiyono (2013: 206) adalah
pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data. Senada dengan itu, perumusan masalah
atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, juga dapat
diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik
dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya
sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang
lainnya, baik sebagau penyebab maupun sebagai akibat (Mamik, 2015 :16).
Rumusan masalah sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa
Perumusan Masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia- sia dan penelitian
menjadi tidak terarah, karena itu perumusan masalah memiliki beberapa fungsi
yaitu:
a. Sebagai pendorong atau sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada
dan dapat dilakukan.
b. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Namun
demikian perumusan masalah dalam penelitian kualitatif sangat tergantung
kondisi di lapangan, dapat berkembang dan berubah.
c. Sebagai penentu jenis data, melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu
mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang
tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.

12
d. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka akan mempermudah para
peneliti dalam menentukan apa yang akan menjadi populasi dan sampel
penelitian (Rinaldi dan Mujianto, 2017: 32).
Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti masuk ke lapangan atau situasi sosial tertentu.
Meskipun demikian, setiap peneliti baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif
harus membuat rumusan masalah. Peneliti yang menggunakan pendekatan
kualitatif, pada tahap awal penelitiannya kemungkinan belum memiliki gambaran
yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Pertanyaan
penelitian atau rumusan masalah pada penelitian kualitatif dirumuskan dengan
maksud untuk memahami gejala atau fenomena yang kompleks dan mendalam,
interaksi sosial yang terjadi, dan kemungkinan ditemukan teori baru (Sugiyono,
2016: 36).
Perumusan masalah harus benar-benar dipertimbangkan, sehingga Hardani,
dkk (2020: 92-93) menguraikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
merumuskan masalah penelitian, antara lain ialah:
a. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna Masalah perlu dirumuskan
dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat membingungkan
pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
Hindari rumusan masalah yang bersifat “mendua arti”.
b. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat tanya. Masalah akan lebih
tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan kalimat
pernyataan.
c. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit Rumusan masalah yang jelas
dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki,
mengapa diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan
apa tujuan yang diharapkan.

13
d. Rumusan masalah hendaknya mampu memberi petunjuk tentang
memungkinkannya pengumpulan data di lapangan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terkandung dalam masalah penelitian tersebut.
e. Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga memungkinkan
penarikan simpulan yang tegas.
Di samping itu, Fitrah dan Lutfiyah (2017: 109-110) menguraikan
beberapa prinsip dalam perumusan masalah penelitian kualitatif yaitu:
a. Kaitannya dengan Teori Dasar
Perlu dipahami dari awal penelitian, bahwa rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif itu diangkat dalam rangka menemukan jawabannya yang
diharapkan menjadi embrio dari penemuan teori dasar yang dapat digunakan
sebagai acuan. Sehingga masalah itu berada ditengah-tengah fakta dan
fenomena yang terjadi di lapangan.
b. Maksud Perumusan Masalah
Pada prinsipnya penelitian kualitatif itu bertujuan untuk penemuan atau
penyusunan teori baru. Peneliti perlu menyadari dari awal jika penelitian yang
dilakukan bukan untuk menguji atau mengkonfirmasikan teori, atau melakukan
verifikasi terhadap suatu teori yang sedang berlaku. Oleh sebab itu, rumusan
masalahnya harus menunjang upaya penemuan teori substantif yang merupakan
temuan teori baru yang berakar pada data-data di lapangan.
c. Hubungan Faktor-Faktor
Masalah dalam penelitian merupakan gambaran tentang adanya
kesenjangan antar faktor yang mengganggu. Faktor- faktor itu dapat berupa
konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. Untuk merumuskan masalah
perlu mempertimbangkan hal-hal yaitu: (1) adanya dua faktor atau lebih; (2)
factor faktor tersebut berhubungan secara logis dan bermakna; (3) akibat dari
hubungannya muncul pertanyaan (?) yang memerlukan pemecahan untuk
mencari jawabannya.

14
d. Fokus Kajian
Penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong. Oleh sebab
itu penelitian perlu dimulai dengan fokus, yaitu masalah yang bersumber pada
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperoleh dari kepustakaan
dan sebagainya. Dengan fokus penelitian, peneliti juga lebih mudah untuk
memilah antara data yang diperlukan dan tidak diperlukan.
e. Latar Belakang Masalah
Uraian tentang latar belakang masalah sangat penting untuk
disampaikan sebelum masalah dirumuskan. Latar belakang masalah
memberikan ancangan dan alasan yang kuat bagi dilaksanakannya penelitian.
Uraian latar belakang masalah yang baik perlu dilengkapi dengan argumen
yang kuat, data empirik, fakta yang tercatat dalam dokumen-dokumen, dan
hasil penelitian terdahulu maupun penelitian penjajakan.
f. Hasil Kajian Kepustakaan
Pada umumnya hasil kajian kepustakaan itu dapat mengarahkan peneliti
dalam menentukan masalah dan membentuk katagori subtantif berdasarkan data
yang ditemukan. Oleh sebab peneliti perlu membaca kepustakaan yang relevan
sebelum meumuskan masalah penelitiannya.
Sementara itu dalam mengembangkan rumusan masalah dapat dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan menggunakan
5W + 1 H, siapa, apa, dimana, kapan, mengapa, dan Bagaimana. Sehigga dapat
dipahami bahwa, rumusan masalah penelitian adalah pertanyaan yang dinyatakan
dengan jelas, tepat, dan ringkas,tentang hal-hal yang akan diteliti atau diselidiki
dengan tujuan untuk mencari jawaban atau solusi. Kemudian salah satu cara untuk
membuat perumusan masalah ynag baik adalah dengan cara menyempitkan
permasalahan dari yang bersifat umum menjadi lebih khusus dan menjadi masalah
spesifik dan siap diteliti (Rinaldi dan Mujianto, 2017: 34-36). Berikut beberapa
contoh rumusan masalah dalam penelitian kualitatif:

15
a. Misalnya peneliti ingin mengangkat sebuah masalah penelitian tentang
kenakalan remaja di kampung X, maka rumusan masalahnya yaitu:
1) Bagaimana pergaulan remaja di kampung X?
2) Bagaimana bentuk kenakalan remaja di kampung X?
3) Bagaimana peran orang tua dalam mencegah kenakalan remaja di kampung
X?
4) Bagaimana peran pemerintah setempat dalam menyikapi kenakalan remaja
di kampung X?
b. Misalnya peneliti mengangkat sebuah masalah tentang rendahnya kualitas
pembelajaran PAI masa pandemi di sekolah X , maka rumusan masalahnya
adalah:
1) Bagaimana proses perencanaan pembelajaran PAI masa pandemi di sekolah
X?
2) Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran PAI masa pandemi di sekolah
X?
3) Bagaimana kemampuan guru PAI dalam mengapplikasikan metode
pembelajaran masa pandemi di sekolah X?
4) Bagaimana cara guru mengaplikasikan media dalam pembelajaran PAI
masa pandemi di sekolah X?
5) Apakah faktor-faktor penyebab rendahnya kualitats pembelajaran PAI di
sekolah X?
c. Contoh lain perumusan masalah pada penelitian kualitatif yang berjudul
“Kompetensi Paedagogik Guru PAI Di SMPN XY Kota Batusangkar”. Secara
teoritis kompetensi pedagogik di antaranya sebagai berikut: 1) pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan; 2) pemahaman terhadap peserta didik; 3)
pengembangan kurikulum atau silabus; 4) perancangan pembelajaran; 5)
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; 6) pemanfaatan
teknologi pembelajaran; 7) evaluasi hasil belajar; dan 8) pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya

16
(Kusumastuti dan Khoiron, 2019: 28). Maka contoh rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1) Bagaimana pemahaman guru PAI terhadap wawasan atau landasan
kependidikan?
2) Bagaimana kemampuan guru PAI memahami peserta didik?
3) Bagaimana kemampuan guru PAI dalam mengembangkan kurikulum atau
silabus?

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah dalam penelitian disebut juga dengan istilah “kegelisahan
intelektual” atau “kegalauan akademik” yang membutuhkan “jawaban akademis”
pula melalui serangkaian kegiatan penelitian ilmiah. Sedangkan rumusan masalah
penelitian adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dicarikan jawabannya dalam
proses penelitian. Berdasarkan urain sebelumnya dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Masalah yang dibawa peneliti dalam penelitian kualitatif masih remang-
remang, bahkan gelap kompleks, dan dinamis. Oleh karena itu, masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang
atau berganti setelah peneliti berada di lapangan. Begitupun rumusan masalah
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk ke
lapangan atau situasi sosial tertentu.
2. Dalam penelitian kualitatif akan terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah
yang dibawa oleh peneliti dalam penelitiannya. Kemungkinan pertama adalah
masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir
penelitian. Kemungkinan kedua adalah masalah yang dibawa peneliti setelah
memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam
masalah yang disiapkan. Kemungkinan ketiga adalah masalah yang dibawa
peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga masalah penelitian
diganti.
B. Saran
Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh sebab itu kami mohon kritikan dan
saran untuk perbaikan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumbangan ilmu bagi berbagai pihak.

18
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anggito, Aibi dan Jihan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
CV Jejak
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Emzir. 2010. Analisis Data Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers
Fitrah. Muh dan Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian, Penelitian Kualitatif,
Tindakan Kelas dan Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak
Hardani, dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta : CV
Pustaka Ilmu Group
Kusumastuti, Adhi dan Ahmad Mustamil Khoiron. 2019. Metode Penelitian
Kualitatif. Lembaga Pendidikan Sukarno Pressindo. Semarang
Mamik. 2015. Metodologi Kualitatif. Jawa Timur : Zifatama Publisher
Noor, Juliansyah. 2015. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta : Kencana
Rinaldi, Sony Faisal dan Bagya Mujianto. 2017. Metodologi Penelitian Statistik.
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan Dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta
Sutikno, Sobry dan Haisaputra Prosmala. 2020. Penelitian Kualitatif. Lombok :
Holistica
Widodo, Bambang Sigit. 2021. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Sistematis
dan Komprehensif. Yogyakarta : Elga Media

Anda mungkin juga menyukai