TINDAKAN KELAS”
Dosen Pengampu:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
A. Perumusan masalah.......................................................................................................2
B. Fokus Penelitian.............................................................................................................4
C. Judul penelitian.............................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari banyak permasalahan yang sering
kita temui, baik itu dalam dunia pendidikan maupun secara general.
Penelitian dilakukan oleh orang-orang yang sedang mengamati atau meneliti
sebuah peristiwa untuk mendapatkan informasi.
Dalam penelitian kualitatif gejala itu bersifat holistik atau menyeluruh
dan tidak dapat dipisahkan. makna yang terkandung didalamnya adalah kita
tidak akan menetapkan penelitian kita hanya berdasarkan pada variabel
penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang akan kita teliti yang meliputi
aspek tempat, pelaku, dan aktifitas yang berinteraksi secara sinergis.
Sebagai bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi, penelitian mutlak
diperlukan dan dilakukan oleh akademisnya, karena merupakan tugas dan
tanggung jawab mereka yang bernaung pada lembaga perguruan tinggi
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perumusan masalah ?
2. Apa yang dimaksud dengan fokus penelitian ?
3. Apa yang dimaksud dengan judul penelitian ?
4. Apa yang dimaksud dengan sistematika laporan penelitian tindakan kelas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perumusan masalah
2. Untuk mengetahui fokus penelitian
3. Untuk mengetahui judul penelitian
4. Untuk mengetahui sistematika laporan penelitian tindakan kelas
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perumusan Masalah
Sebuah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dimulai
dengan mengidentifikasikan permasalahan yang membutuhkan sebuah
penyelesaian sebagai ungkapan pentingnya masalah tersebut untuk dipelajari.
Sekaligus sebagai batasan materi dan fokus perhatian yang akan dibahas
dalam sebuah penelitian. Kemudian diikuti dengan membuat formulasi
masalah yang memungkinkan dapat diteliti lewat penelitian tindakan.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah
tahap pembuatan makalah yang memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam kegiatan pembuatan makalah. Tanpa Perumusan Masalah, suatu
kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan
hasil apa-apa. Perumusan masalah ini digunakan sebagai rambu-rambu yang
dapat menuntun pembaca melewati semua tahapan penelitian. Perumusan
masalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca alasan pentingnya
mempelajari sebuah permasalahan.
Orang menyatakan bahwa jika peneliti berhasil merumuskan masalah
penelitian dengan baik dan benar, berarti peneliti telah melampaui separuh
jalan kegiatan penelitian. Dengan rumusan masalah yang jelas dan tajam,
maka peneliti akan mampu meletakkan dasar teori dan atau kerangka
konseptual pemecahan masalah, hipotesis tindakan akan dapat dirumuskan
karena berdasarkan berdasarkan rumusan masalah dapat diidentifikasi dan
ditetapkan. Demikian pula data apa yang harus dikumpulkan untuk mengkaji
atau sebagai bahan refleksi atas tindakan yang telas dan sedang dilakukan
untuk memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan ke arah yang
lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian.
Pada pembahasan di atas telah dipaparkan sepintas bahwa tidak setiap
atau semua masalah itu baik diangkat sebagai masalah untuk dilakukan dalam
penelitian tindakan kelas. Lantas bagaimana sesuatu itu dapat menjadi
masalah untuk penelitian tindakan kelas? Berikut dijelaskan beberapa hal : a.
Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik
yang dirasakan dalam proses pembelajaran atau dalam kegiatan keseharian
berkaitan dengan tugas-tugas guru-dosen. Guru-dosen merasa prihatin,
peduli, dan berniat untuk mengurangi dan atau menghilangkan kesenjangan
tersebut; b. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusinya melalui
tindakan kongkret yang dapat dilakukan guru-dosen atau oleh murid juga
mahasiswa itu sendiri; c. Masalah tersebut memungkinkan dicari dan
diidentifikasi terutama hal-hal atau faktor penentu tersebut merupakan dasar
atau landasan untuk merumuskan alternatif solusi terhadap masalah yang
dipilih untuk diteliti.
Dari paparan tersebut diasumsikan bahwa seorang guru-dosen akan
mampu memilih masalah yang baik untuk diangkat dalam penelitian tindakan
kelas karena guru-dosen yang dalam keseharian melaksanakan tugas,
merasakan, menghayati adanya, dan terjadi masalah dalam proses
pembelajaran di dalam kelas tempat berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar.
1. Fungsi perumusan masalah
Perumusan masalah adalah permasalahan pendidikan, kontroversi
atau perhatian yang menjadi pedoman yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
sebuah studi. Perumusan masalah ini merupakan satu bagian yang sangat
penting dalam laporan penelitian karena rumusan masalah inilah yang
menentukan sebuah alur penelitian. adapun fungsi penelitian itu sendiri
adalah:
a. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau
dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu
menjadi ada dan dapat dilakukan.
b. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.
Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat
berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.
c. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus
dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan
harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang
perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena
melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang
Bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
d. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti
menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan
menjadi populasi dan sampel penelitian.
2. Strategi penulisan perumusan masalah
Sebuah masalah tidak akan bisa di teliti apabila salah satu dari
factor-faktor tersebut tidak terpenuhi. Namun, apabila semua factor
tersebut sudah terpenuhi, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan
oleh seorang peneliti adalah memperhatikan manfaat dan kontribusi
penelitian tersebut bagi pembaca.
Apabila semua factor dan manfaat diatas telah terpenuhi, barulah
seorang peneliti dapat menuliskan pernyataan permasalahannya dengan
memperhatikan 4 aspek berikut:
a. Topik penelitian, Kalimat “pernyataan dari masalah” adalah bagian
yang sangat penting dan berkontribusi memicu minat pembaca untuk terus
membaca dan memahami seluruh topik penelitian dan akan membawa
mereka kedalam studi ini secara perlahan.
b. Perumusan masalah, Perumusan masalah merupakan ruang lingkup yang
lebih sempit dari sebuah topik penelitian agar pembaca dapat mengetahui
masalah/fokus peneliti dalam sebuah penelitian.
c. Pembenaran akan pentingnya sebuah Permalasahan yang ditemukan
pada penelitian sebelumnya, Menyajikan alasan pentingnya
mempelajari sebuah masalah dengan memberikan bukti-bukti yang
konkrit. Ada tiga cara untuk melakukan pembenaran ini, yaitu:
Pembenaran literatur berdasarkan peneliti lain dan para ahli; pembenaran
literatur berdasarkan tempat kerja dan pengalaman pribadi; serta saran dari
peneliti lain.
d. Kekurangan dalam pengetahuan yang ada mengenai masalah, Dalam
Menuliskan pernyataan dari masalah, selanjutnya peneliti harus
membuat ringkasan dan menentukan kekurangan pada penelitian
sebelumnya.
B. Fokus penelitian
Fokus penenlitian dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan
rumusan masalah, dimana rumusan masalah penelitian dijadikan acuan dalam
menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian dapat
berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di
lapangan. Hal tersebut sesuai dengan sifat pendekatan kualitatif yang lentur,
yang mengikuti pola pikir yang empirical induktif, dimana segala sesuatu
dalam penelitian ini ditentukan dari hasil akhir pengumpulan data yang
mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Bungin (2003 : 41), fokus penelitian mengandung penjelasan
mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat perhatian serta kelak
dibahas secara mendalam dan tuntas. Dalam penelitian ini yang menjadi
fokus penelitian adalah kualitas pelayanan publik di Kantor Kecamatan Krian
Sidoarjo. Fokus ini diambil karena untuk mengatahui kualitas pelayanan yang
terdapat di Kantor Kecamatan Krian Sidoarjo. Tingkat kesempurnaan dari
suatu pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat sehingga dapat
memberikan kepuasan bagi masyarakat. Fokus dalam penelitian ini adalah :
1) Keandalan (Relaibility), kemampuan pegawai dari instansi terkait
untuk memberikan pelayanan dengan akurat dan profesional, contoh dalam
34 memberikan informasi tentang syarat-syarat dalam pengurusan pembuatan
KTP. 2) Ketanggapan (Responsiveness), kemampuan pegawai untuk
menangkap keinginan masyarakat dan dapat memberikan pelayanan yang
dibutuhkan dengan cepat. 3) Kepastian (Assurance), kemampuan pegawai
untuk meyakinkan masyarakat dalam pengurusan pembuatan KTP untuk
mendapatkan pelayanan yang cepat, tepat dan dapat dipercaya. 4) Empati
(emphaty) memberikan perhatian kepada konsumen secara personal dan
istimewa serta selalu berusaha memahami keluhan dan keinginan mereka. 5)
4
Wujud fisik (tangibility), ruang tunggu yang nyaman dan pegawai
1
yang berpenampilan menarik.
Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kualitatif adalah
bahwa gejala dari suatu objek itu sifatnya tunggal dan parsial dengan
demikian berdasarkan gejala tersebut peneliti kualitatif dapat menentukan
variabel-variabel yang akan di teliti. Dalam pandangan penelitian kualitatif
gejala itu bersifat hoistik {menyeluruh , tidak dapat di pisah-pisah}. Sehingga
peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitianya hanya berdasarkan
variabel penelitian. Tetapi keseluruhan situasi sosial yang di teliti yang
meliputi aspek tempat {place}, pelaku {actor}, dan aktivitas {activity} yang
berinteraksi secara sinergis.
Karena terlalu luasnya masalah , maka dalam penelitian kualitatif,
peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel. Dengan
demikian dalam penelitian kuaitatif ada yang di sebut batasan masalah.
Batasan masalah dalam penelitian kualitatif di sebut fokus, yang berisi pokok
masaah yang masih bersifat umum,
A B C D E F Contoh
G F G H I J
Di batasi menjadi dua
variabel A dan E
A E
Pembatasan dalam penelitian kulaitatif lebih di dasarkan pada tingkat
kepentingan, urgensi dan fasebilitas masalah yang akan di pecahkan, selain
juga faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu. Suatu masalah akan di
katakan penting apabila masalah tersebut tidak di pecahkan melalui
penelitian
, maka akan semakin menimbulkan masalah baru. Masalah di
katakana urgen {mendesak} apabila masalah tersebut tidak segera di
pecahkan melalui penelitian maka akan semakin kehilangan berbagai
kesempatan untuk
mengatasi. Masalah di katakan feasible apabila terdapat berbagai
sumber
1 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003,
hlm.47
5
daya untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk menilai masalah
tersebut penting,urgen dan feasible maka perlu di lakukan melaluli analisis
masalah.
Spradley mengatakan bahwa fokus itu merupakan dominan tunggal
atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian
kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih di dasarkan pada tingkat
kebaruan informasi yang akan di peroleh dari situasi sosial {lapangan}.
Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara
lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial, tetapi juga ada keinginan
untuk menghasikan hipotesis atau imu baru dari situasi sosia yang di teliti .
fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif di peroleh setelah peneliti
melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang di sebut
dengan penjelajah umum. Dari penjelajah ini peneliti akan memperoleh
gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang
situasi sosial. Untuk dapat memahami secara luas dan mendalam, maka di
perukan pemilihan fokus penelitian.
Spradley dalam sanapiah faisal 4 alternatif untuk menetapkan fokus :
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang di sarankan oleh informan.
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing
domain.
3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek.
4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-
2
teori yang telah ada.
1. Cara menetapkan Fokus Penelitian
Menurut Spradley cara menetapkan fokus mempunyai empat
alternatif antara lain :
1) Fokus permasalahan diambil dari apa yang disarankan oleh informan
tertentu dalam suatu lembaga atau instansi, seperti kepala sekolah, guru,
orang tua siswa,siswa dan sebagainya.
2) Fokus permasalahan ditetapkan berdasarkan konteks-konteks atau ruang
lingkup yang terdapat dalam sebuah instansi. Konteks atau ruang
2 Prof. Dr, Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d, Alfabeta,:
bandung, 2013.hlm:207
6
lingkup dalam pendidikan ini misalnya kurikulum, proses belajar
mengajar, sarana prasarana, dantenaga pendidik.
3) Menetapkan fokus yang baru sehingga menghasilkan suatu produk baru
yang akan bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki kepentingan
dalam hal tersebut. Contohnya dalam pendidikan menemukan metode
mengajar yang mudah dipahami dan menyenangkan dan tidak membuat
siswa merasa jenuh atau bosan yang belum pernah dilakukan oleh
orang lain.
4) Fokus permasalahan didasarkan pada teori-teori yang telah ada untuk
mengembangkan dan memperluas teori tersebut.
Menurut sugiono, pada penelitian kualitatif , penentuan fokus
berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengalaman, refrensi, dan disarankan
oleh pembimbing atau orang yang dianggap ahli. Fokus dalam penelitian
ini juga masih bersifat sementara atau berubah-ubah dan akan berkembang
seseuai apa yang terjadi di lapangan.
Menurut Bogdan ada 4 hal yang perlu dipertimbangkan untuk
menentukan fokus yaitu :
1) Di dalam memilih topik sebaiknya yang menarik dan dianggap penting
agar dapat membangkitkan motivasi anda untuk meneliti.
2) Di dalam memilih topik , sebaiknya dipertimbangkan waktu yang akan
digunakan pada saat penelitian, agar penelitian berjalan dengan baik.
3) Memilih topik yang orangnya tidak terlibat langsung di dalamnya.
4) Di dalam memilih topik, harus data yang diangkat itu bersifat
3
relatif ,muda diakses (dikumpulkan).
2. Pembatasan Masalah Study Melalui Fokus
Pada dasarnya peneletian kualitatif tidak di mulai dari sesuatu ya
“Kosong’’ tetapi di lakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap
adanya suatu masalah. Demikian pula di dalam dunia ini tidak ada
masalah, hanyalah manusia itu sendiri yang memersepsikn adanya masalah
itu.
8
bisa jadi situasi di lapangan tida memungkinkan
k
peneliti meneliti masalah itu.
Sebagai contoh: Kuntjaningrat, antropolog terkenal pada mulanya
ingin meneliti industry kopra rakyat di daerah pantai utara irian jaya. Akan
tetapi ketika ia berada di sana, 1963, ternyata tidak banyak pohon kelapa
yang masih produktif dan sarana angkutan dan pemasaranya sudah
mundur, oleh karena itu ia mengalihkan perhatinya kepada masalah
hubungan kekerabatan yang “renggang” di irian.
Contoh lainnya : joseph A. kotarba mengadakan penelitian dengan
judul “Discovering Amourpous social Experencie; the case of choric pain”
pada mulanya tujuan penelitianya ialah untuk memahami secara tuntas
pengalaman sakit total, termasuk cara-cara mempengaruhi hubungan
dengan keluarga dan pekerjaan serta cara-cara yang di gunakan untuk
mencari pertolongan dari orang awam dan dari orang professional. Karena
tidak pasti tentang para meter yang memper tajam populasi tentang
sakitnya orang-orang secara kronis dan ia mengubah fokus penelitiannya
menjadi “bermacam pengalaman dalam seluruh cara hidup dan seluruh
unsur komonitas”
Dari contoh-contoh tersebut jelas bahwa perumusan masalah atau
fokus masalah dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif , artinya
penyempurnaan rumusan fokus atau masalah itu masih tetap dilakukan
sewaktu penelitian sudah berada di latar penelitian.
Rumusan masalah atau fokus yang dapat berubah dan dapat di
sempurnakan itu akan memberikan warna tersendiri pada penelitian
kualitatif. Tetapi penelitian klasik menganggap bahwa perubahan demikian
sama sekali akan merusak inkuirinya karena hipotesis yang sudah “pasti”,
apabila berubah maka variabelnya ikut berubah dan pasti akan ada variabel
pengganggu yang merusak masalah penelitianya. Sebaiknya, para peneliti
kualitatif justru mengharapkan adanya perubahan demikian demi
mengantisipasi bahwa desain yang muncul akan di beri isi dan warna
olehnya. Penelitian alamiah justru menganggap perubahan demikian bukan
merusak atau destruktif. Melainkan malah konstruktif
9
karena perubahan yang terjadi merupakan tanda adanya gerakan kearah
penyempurnaan dan ke arah tingkat inkuiri yang berpandangan luas.
Sebagai contoh kongkrit di bawah ini di kemukakan pembatasan
study nancy chism yang meneiti “Conditions Influencing Teacher
Development in an Eememary Scool Setting”, suatu peneitian yang
tergolong kualitatif.
Pembatasan study: Guba dan Lincoln membahas tentang baik
keperluan maupun kesulitan penetaan batas suatu studi. Dalam studi ini
bidang umum tentang pengembangan tenaga di telaah. Banyak penulis
mengemuukakan bagaimana pun pengembangan pribadi dan
pengembangan professional berkaitan. Guru misalnya, sering mengajar
murid yang dengan pengalaman Agama dan mempunyi hobi tertentu
membut mereka menjadi guru yang baik. Yang jelas perkembangan
pribadi berkaitan dengan perkembangan professional dan studi ini
fokusnya di tekankan pada yang terakhir itu. Perhatian akan di pusatkan
pada isu-isu yang berkaitan dengan pengembangan guru di dalam konteks
organisasi, konteks fisik akan mencakup alat-alat seperti bangunan sekolah
dan kantor, tetapi bukan rumah , gereja atau lestoran.
Persoalan pengaruh lingkungan Organisasial terhadap
pengembangan guru menimbukan berbagai pertanyaan tentang hubungan
antara pribadi dan lingkungan. Asumsi pokok sebagaimana yang di
masukan dalam studi ini ialah bahwa kondisi-kondisi lingkungan
Organisasional pada guru-guru dapat memberikan pengaruh yang kuat
terhadap tipe-tipe pengembangan yang akan terjadi. Pengaruh sebaliknya
bahwa yang di peroleh guru-guru dalam mempertajam lingkungan,
walaupun tidak di tolak, dan juga menjadi bagian penting dari studi, tidak
di masukkan sebagai fokus. Sementara itu, studi ini bermaksud menelaah
bagaimana kondisi-kondisi pengalaman secara umum {yang di tafsirkan
secara berbeda oleh guru-guru dengan variasi kepribadian, kepedulian dan
latar belakang} mempengaruhi perkembangan guru.
Istilah|”guru professional”, “pengembangan” {development},
“pertumbuhan” {growth}, “belajar” di gunakan secara silih berganti untuk
10
menyinggung perubahan yang berasal dari pengalaman yang memperbaiki
kemampuan guru berjangka panjang agar mereka berfungsi secara efektif
di sekolah.
Contoh di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa peneliti
membatasi diri pada factor-faktor tertentu saja pada lingkungan
penelitianya. Dengan tegas peneliti mengatakan bahwa ia tidak menelaah
hal-hal tertentu.
Pembatasan masalah merupakan tahap yang sangat menentukan
dalam penelitian kualitatif walaupun sifatnya masih tentatif. Dari uraian di
atas dapat di tarik beberapa kesempulan penting.
Pertama, Suatu penelitian tidak di mulai dari sesuatu yang vakum
atau kosong. Implikasinya, peneiti seyogyanya membatasi masalah
studinya dengan fokus.
Kedua, fokus pada dasarnya ialah masalah yang bersumber dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang di peroleh melalui
kepustkaan ilmiah ataupun kepustakan lainya. Impikasinya apabila peneliti
merasakan adanya suatu masalah, seyogyanya ia mendalami kepustakaan
yang relevan sebelum terjun kelapangan. Dengan jalan kemudian maka
fokus akan memenuhi kriteria untuk membatasi bidang inkuiri dan kreteria
inkusi-eksklusi. Implikasi yang lain ialah peneliti harus menetakan bahkan
perlu menyadari posisinya sebagai peneliti untuk memanfaatkan
paradigma. Dengan fokus peneliti akan tau persis data yang perlu di
kumpulkan dan data yang tidak perlu.
Ketiga, tujuan peneeiti pada dasarnya adalah memecahkan masalah
yang telah di rumuskan. Implikasinya masalah, masalah perlu di rumuskan
terlebih dahulu, barulah tujuan penelitian di tetapkan, bukan sebaliknya.
Ke empat, fokus atau masalah yang di tetakan bersifat tentative
dapat di ubah sesuai situasi latar penelitian. Implikasinya peneliti tidak
boleh marah atau kecewa jika masalah atau fokusnya berubah. Dengan
kata lain, biasakan diri peneliti untuk menghadapi perubahan dalam
masalah penelitian. Jika perubahanya cukup besar dan memerlukan
11
orientasi baru dalam dasar pemikiran, maka peneliti perlu mengkaji
4
kembali keputakaan yang relevan dengan masalah baru itu.
C. Judul Penelitian
Sebelum berbicara hubungan antara judul dan masalah penelitian, ada
baiknya dikemukakan pengertian judul penelitian itu sendiri. Judul pada
hakikatnya merupakan nama suatu karangan/tulisan. Ada juga orang
mengatakan bahwa judul adalah kepala suatu karangan/tulisan. Seperti halnya
kepala manusia, kepala karangan/tulisan tentu mempunyai peranan yang
sangat penting dalam suatu tulisan termasuk dalam suatu proposal penelitian.
Judul mengungkapkan abstraksi tertinggi dari suatu penelitian/tulisan dan
dari judul tersebut, orang dapat menangkap esensi penelitian/tulisan (Cf.
Abdullah, 2004:17). Sungguhpun di atas dikatakan bahwa yang pertama kali
ditetapkan dalam penelitian adalah masalah penelitian, yang pertama kali dan
paling sering dibaca orang adalah judul penelitian tersebut, bukan masalah
penelitiannya. Judul penelitian tetap memberikan kesan pertama terhadap isi
penelitian secara keseluruhan sehingga baik buruknya suatu proposal
penelitian juga sangat ditentukan oleh baik buruknya atau menarik tidaknya
judul proposal tersebut.
Jika masalah dianggap sama dengan topik/tema dapatlah dikatakan
bahwa antara masalah/topik suatu karangan pada umumnya bisa sama bisa
juga berbeda. Biasanya, kedua hal itu akan berbeda jika tulisan/karangan itu
berupa karya sastra. Akan tetapi, dalam tulisan-tulisan ilmiah apalagi yang
berupa hasil penelitian keduanya harus sama atau hampir sama. Artinya judul
penelitian hendaknya mampu mencerminkan masalah penelitiannya atau
5
judul penelitian harus sesuai dengan masalah penelitian. Demikian
strategisnya peran judul tersebut, sudah sepatutnya seorang peneliti
memahami bagaimana persyaratan atau kriteria perumusan judul yang
dianggap baik. Menurut Achmadi (1999:2), pada umumnya judul bersifat
indikatif artinya merujuk pada pokok persoalan atau masalah penelitian,
7 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), hlm. 45-
46.
14
seperti berikut.“Kemampuan Pegawai Melaksanakan Pekerjaannya”
Meski demikian, trend terbaru yang muncul saat ini adalah pada penelitian
kuantitatif, rumusan judul cukup ditulis variabel dependennya (variabel
terikat) saja. Terkait dengan contoh di atas “Pengaruh Motivasi
Berprestasi dengan Prestasi Belajar Siswa” Dapat ditulis seperti ini:
“Prestasi Belajar Siswa SMU X” Contoh lain judul penelitian.“Pengaruh
Pola Asuh Orang tua, Interaksi Antarteman Sebaya, Status Identitas dan
Orientasi Nilai Budaya terhadap Kepercayaan Eksistensial Remaja Jawa
Tengah di Desa Tlogorejo, Purwodadi, Purworejo”. Dapat saja ditulis
8 Ibid, 47.
15
3) Judul hendaknya mengandung kegunaan praktis dan penting untuk
diteliti. Peneliti sudah bekerja dan berusaha dengan susah payah,
hendaknya hasilnya berguna untuk diri, masyarakat dan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian perlu dipikirkan hasil penelitian dengan
judul yang dipilih, apakah ada manfaatnya atau tidak. Peneliti tentu
ingin menyumbangkan karyanya untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
4) Judul yang dipilih hendaknya cukup data tersedia. Pemilihan judul
penelitian hendaknya didukung oleh data yang cukup tersedia dan
menyakinkan peneliti untuk menelitinya. Data di sini dimaksudkan pula
data sekunder dari kepustakaan yang ada untuk memperoleh teori dan
konsep-konsep yang kelak digunakan pula untuk menyusun hipotesa
penelitian. Serta situasi lapangan yang memungkinkan untuk
mengumpulkan data-data yang diperlukan oleh peneliti.
5) Hindari terjadinya duplikasi judul dengan judul lain. Jika terdapat dua
judul yang sama, orang sering mengatakan salah satunya tiruan atau
plagiat. Hendaknya hal seperti ini tidak terjadi. Karena penelitian kita
telah dilakukan dengan susah payah dan akhirnya ejekan yang akan
terjadi. Hal ini bisa terjadi jika melakukan penelitian ulang atas
penelitian orang lain, yang mungkin kita meragukan hasil yang mereka
peroleh, atau kita ingin menyempurnakan lebih lanjut. Hal ini perlu
9
dijelaskan dalam penelitian.
Judul Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Judul dalam penelitian
kualitatif pada umumnya disusun berdasarkan masalah yang telah ditetapkan.
Dengan demikian judul penelitiannya harus sudah spesifik dan
mencerminkan permasalahan dan variabel yang akan diteliti. Judul penelitian
kuantitatif digunakan sebagai pegangan peneliti untuk menetapkan variabel
yang akan diteliti, teori yang digunakan, instrumen penelitian yang
dikembangkan, teknik analisis data, serta kesimpulan.
Dalam penelitian kualitatif, karena masalah yang dibawa oleh peneliti
masih bersifat sementara, dan bersifat holistik (menyeluruh), maka judul
9 Drs. Mardailis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, cet.ke-12 (Jakarta: Bumi Aksara ,
2010), hlm. 34-35.
16
dalam penelitian kualitatif yang dirumuskan dalam proposal juga masih
bersifat sementara, dan akan berkembang setelah memasuki lapangan. Judul
laporan penelitian kualitatif yang baik justru berubah, atau mungkin diganti.
Judul penelitian kualitatif yang tidak berubah berarti peneliti belum mampu
menjelajah secara mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti. Sehingga,
belum mampu mengembangkan pemahaman yang luas dan mendalam
terhadap situasi sosial yang diteliti (situasi sosial = obyek yang diteliti).
18
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
- Deskripsi masalah pembelajaran
- Jelaskan proses atau kondisi yang sebenarnya terjadi
- jelaskan hal-hal yang diduga menjadi penyebab permasalahan
- Dukung dengan data awal yang menunjukkan penyebab terjadinya
masalah
- Pentingnya masalah dipecahkan
- Tindakan yang akan diberikan pada subjek dan alasannya (bisa
diperkuat dengan teori)
2. Perumusan Masalah
- Berisi beberapa pertanyaan yang akan terjawab setelah tindakan selesai
dilakukan.
- Masalah harus dirinci, sehingga tidak teralu umum.
- Dirumuskan dalam kalimat naratif, baik berupa pertanyaan atau pun
problematis.
- Dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan
penelitian. Contoh perumusan masalah: Apakah dengan menerapkan
model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran …. dapat meningkatkan
keterampilan proses …. ? Apakah pendekatan keterampilan proses
berbasis laboratorium dapat meningkatkan kualitas pembelajaran …. ?
3. Tujuan Penelitian
- Tujuan penelitian harus dinyatakan secara operasional
- Tujuan harus menunjukkan apa yang ingin dicapai pelalui Penelitian
Tindakan Kelas. Contoh tujuan penelitian: Ingin mengetahui seberapa
besar hasil penguasaan peserta didik terhadap materi …. melalui
pembelajaran model inkuiri. Meningkatkan kompetensi peserta didik
……. dalam pembelajaran materi ….. Meningkatkan kompetensi
peserta didik ….. dalam belajar materi ….. dengan menerapkan model
pembelajaran CTL.
19
4. Manfaat Penelitian
- Uraikan manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan PTK yang akan
dilakukan.
- Manfaat harus menggambarkan apa yang dapat diperoleh jika penelitian
sudah dilakukan.
22
1. Saran diperlukan jika hasil penelitian menyangkut pendukung bagian lain
sekolah atau menyangkut sistem yang lebih luas dari sekedar kelas,
misalnya menghendaki peningkatan keterampilan mengajar guru.
2. Jangan memberikan saran tentang perlunya PTK diteruskan atau
diperluas, karena hal tersebut kurang relevan.
BAGIAN PENUTUP
Bagian penutup laporan Penelitian Tindakan Kelas berisi daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
1. Daftar Pustaka
Semua pustaka yang dirujuk untuk mendukung penelitian yang dilaksanakan
harus dituliskan pada bagian daftar pustaka. Baca juga : Tanya Jawab Lengkap
Seputar Penelitian Tindakan Kelas (PTK), 3 Model Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), Pola, dan Tahapannya, Mengenal Tahapan Siklus Penelitian Tindakan
Kelas PTK. Daftar pustaka ditulis secara konsisten mengikuti urutan abjad dan
mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology Association (APA).
Untuk buku teks : Nama penulis (dibalik), judul buku (tulis miring), kota
penerbit : Nama Penerbit. Untuk Jurnal/Majalah. Nama Penulis, Tahun, Judul
Tulisan, Nama jurnal / majalah (huruf miring), No., Volume. Hasil
Penilitian/Laporan Penelitian. Nama Peneliti, Tahun, Judul penelitian, jenis
penelitian, Sponsor/Sumber. Dana , Kota Contoh : Arikunto, Suharsimi. 2014.
Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhinekka Cipta.
Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
2. Lampiran
Berisi biodata penulis dan data penunjang hasil penelitian, misalnya foto-foto
penelitian tiap siklus, hasil lembar kerja siswa, data hasil observasi, dan hasil
belajar peserta didik. Demikian ulasan mengenai sistematika penyusunan
laporan Penelitian Tindakan Kelas PTK. Semoga bermanfaat.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perumusan masalah adalah sebuah permasalahan pendidikan, kontroversi
atau perhatian yang menjadi pedoman yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
sebuah studi. Perumusan masalah digunakan sebagai rambu-rambu yang
dapat menuntun pembaca melewati semua tahapan penelitian. Perumusan
masalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca alasan
pentingnya mempelajari sebuah permasalahan. Factor-faktor yang harus
diperhatikan dalam membuat sebuah penelitian untuk sebuah
permasalahan. Factor-faktor tersebut diantaranya seorang peneliti harus
memiliki akses ke orang-orang dilokasi penelitian serta waktu, sumber
daya, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mempelajari sebuah
permasalahan. Dalam perumusan masalah harus ada kecocokan antara
pendekatan yang digunakan dengan permasalahan yang ada untuk
menentukan sebuah permasalahan termasuk kedalam penelitian kualitatif
atau kuantitatif.
2. Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan
penelitian yang sedang dilakukan. Fokus penelitian harus diungkapkan
secara eksplisit untuk mempermudah peneliti sebelum melaksanakan
observasi. Fokus penelitian adalah garis besar dari penelitian, jadi
observasi serta analisa hasil penelitian akan lebih terarah.
3. Judul pada hakikatnya merupakan nama suatu karangan/tulisan. Judul
mengungkapkan abstraksi tertinggi dari suatu penelitian/tulisan dan dari
judul tersebut, orang dapat menangkap esensi penelitian/tulisan. Pertama
kali ditetapkan dalam penelitian adalah masalah penelitian, yang pertama
kali dan paling sering dibaca orang adalah judul penelitian tersebut, bukan
masalah penelitiannya. Judul penelitian tetap memberikan kesan pertama
terhadap isi penelitian secara keseluruhan sehingga baik buruknya suatu
proposal penelitian juga sangat ditentukan oleh baik buruknya atau
menarik tidaknya judul proposal tersebut. Judul penelitian dibagi menjadi
dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif.
24
DAFTAR PUSTAKA
Education, Boston
Rosdakarya.2009
Rosdakarya, 2006
25