Anda di halaman 1dari 9

IDEOLOGI-IDEOLOGI DALAM PENDIDIKAN

Persoalan yang dihadapi pendidikan:

Apakah pendidikan melegitimasi atau melanggengkan sistem dan struktur sosial yang ada ?

ataukah

Pendidikan harus berperan kritis dalam melakukan perubahan sosial dan transformasi menuju
dunia yang lebih adil ?

Pertanyaan tersebut dapat dijawab berdasarkan paradigma atau ideologi yang


mendasarinya (paham/keyakinan/jalan/cara yang ditempuh yang diyakini kebenarannya) juga
berimplikasi pada teori pendidikan yang digunakan maupun pilihan dalam teknik dan proses
belajar-mengajar.

Pemikiran HENRY GIROUX dan ARNOWITZ tentang ideologi pendidikan:

Ideologi pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 3 aliran:

1. KONSERVATISME

2. LIBERALISME

3. KRITIS

1. Ideologi Konservatif

stratifikasi masyarakat merupakan hukum alam (ketentuan sejarah atau hukum Tuhan);
perubahan sosial bukan merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan, karena perubahan
akan membuat kesengsaraan;
masyarakat tidak bisa merencanakan perubahan, hanya Tuhan lah yang mampu
menentukan keadaan masyarakat;
masyarakat tidak memiliki kekuatan atau kekuasaan untuk merubah kondisi mereka;
orang-orang miskin, buta huruf, tertindas adalah nasib yang mereka buat sendiri (karena
salah mereka sendiri), karena masih banyak orang lain yang ternyata bisa bekerja keras
dan sukses;
Harmoni / keseimbangan penting dalam masyarakat untuk menghindari konflik.
2. Ideologi liberal

Pandangan yang dianutnya :


meyakini bahwa ada masalah (sosial, politik dan ekonomi) dalam kehidupan masyarakat,
tetapi pendidikan tidak berkait dengan itu semua;
pendidikan tidak memiliki tugas yang berkaitan dengan persoalan politik dan ekonomi;
pendidikan justru menyesuaikan diri dengan keadaan ekonomi dan politik, dengan cara
reformasi kosmetik. Contoh-contohnya :
membangun kelas dengan fasilitas baru
peralatan sekolah dibuat modern dan berbasis komputer (komputerisasi)
menyehatkan (seimbang) rasio murid guru
investasi pendidikan melalui perbaikan-perbaikan metode pengajaran
dan pelatihan, seperti: program CBSA, Experimental learning, dll.

TEORI YANG MEWAKILI IDEOLOGI LIBERAL :

STRUKTURAL FUNGSIONAL:

Salah satu proposisi teori struktural fungsional yang mendukung pemikiran liberal/konservatif :

pendidikan sebagai sarana untuk menstabilkan norma dan nilai-nilai masyarakat (maka
perlu ada sosialisasi dan proses reproduksi nilai-nilai dasar masyarakat).
pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kemampuan individu, melindungi hak dan
kebebasan individu.
Perubahan sosial mungkin terjadi tetapi dengan tujuan untuk menjaga stabilitas jangka
panjang.

Paham LIBERALISME INDIVIDUALISME BANGKITNYA KELAS
MENENGAH KAPITALISME
PERSAMAAN IDEOLOGI KONSEVATIF DAN LIBERAL :
pendidikan adalah a-politik
EXCELLENCE harus menjadi target utama pendidikan
Pengaruh liberalisme dalam teori dan teknik pendidikan :
mengutamakan prestasi melalui kompetisi /persaingan antar murid;
merangking murid untuk menentukan yang terbaik
model pendidikan masyarakat yang digunakan antara lain : Achievement Motivation
Training (AMT), training management, relasi kewiraswastaan, pelatihan pengembangan
masyarakat (community development), dll.
3. IDEOLOGI KRITIS

Didasarkan atas pemikiran Paolo Freire, terutama tentang kesadaran manusia. Menurut Freire,
kesadaran manusia terdiri atas tiga tahap:

1. KESADARAN MAGIS, cirinya :

a. manusia tidak mampu mengetahui kaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya
pendidikan tidak memberikan kemampuan analisis yang mengaitkan antara sistem dan struktur
dalam menangani permasalahan masyarakat.

b. lebih melihat faktor di luar manusia sebagai penyebab ketidakberdayaan.

c. pendidikan cenderung diterima secara dogmatis, tanpa ada mekanisme untuk memahami
makna dari setiap konsep kehidupan masyarakat.

2. KESADARAN NAIF, cirinya :

a. manusia adalah penentu segala kejadian dalam kehidupan

b. sangat percaya pada etika (baik-buruk, rajin-malas, kaya-miskin, beruntung-sial, dll.),


kreativitas, need for achievement, yang kesemuanya dianggap sebagai penentu perubahan sosial.

c. lebih menekankan pada man power development sebagai kunci pemicu perubahan.

3.KESADARAN KRITIS, cirinya :

a. Sistem dan struktur lah yang menjadi sumber masalah, bukan manusianya.

b.Pendidikan difungsikan untuk dapat menciptakan ruang dan kesempatan agar peserta didik
mampu melibatkan diri pada proses penciptaan struktur yang lebih baik.

c. Melalui pendidikan diharapkan setiap anggota masyarakat memperoleh kesadaran kritisnya,


dengan cara :

1. melatih murid untuk mengidentifikasi ketidakadilan dalam struktur yang ada;

2. mampu melakukan analisis tentang bekerjanya sistem dan struktur dan dapat melakukan
transformasi terhadapnya.
PENDIDIKAN KRITIS MEYAKINI BAHWA HAL-HAL BERIKUT INI ADALAH
YANG DAPAT MEMBISUKAN MANUSIA :
ketidakadilan kelas;
diskriminasi gender;
hegemoni kultural dan politik
Dominasi (diskursus yang membius kesadaran masyarakat)

PENDIDIKAN KRITIS MEMANFAATKAN PERSPEKTIF KELAS DALAM


KEGIATAN ANALISISNYA tujuannya adalah dapat memahami dan kemudian membongkar
sistem ketidakadilan sosial secara luas.

KONSEKUENSI DARI KESADARAN KRITIS TERHADAP PARADIGMA,


PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN SERTA PENGAJARAN :

pada polemik tentang perbedaan proses belajar-mengajar antara yang berpaham pedagogi
dan androgogi.

KNOWLES, memperkenalkan kedua perbedaan tersebut, terutama pada perbedaan obyek dan
seni mendidik obyek

PEDAGOGI ANDROGOGI

Obyek pendidikannya dianggap Pendekatan pendidikan orang


dewasa menempatkan peserta
sebagai anak-anak (meskipun usia didik sebagai orang dewasa;
secara fisik sudah dewasa);

Menempatkan murid sebagai pihak Murid adalah subyek dari sistem

yang pasif (menerima apa saja yang pendidikan;

diberikan oleh gurunya)gaya bank

Murid sepenuhnya menjadi obyek Murid memiliki kemampuan aktif


untuk merencanakan
proses belajar, misalnya : guru pendidikannya, memilih bahan
menggurui, memilihkan apa yang pelajaran yang dianggap
bermanfaat; mampu mengambil
harus dipelajari, mengevaluasi manfaat pendidikan;
murid (guru sebagai inti terpenting)

Murid cenderung berperan sebagai: Guru berfungsi sebagai fasilitator,

digurui, tunduk pada pilihan guru, bukan menggurui. Relasi guru-murid


bersifat multicommunication
dievaluasi (murid berada dipinggiran)

KRITIK PENDEKATAN KRITIS TERHADAP MODEL PENDIDIKAN PEDAGOGI :

meletakkan murid sebagai obyek pendidikan adalah dehumanisasi.


paradigma liberal menggunakan model pendidikan pedagogi, karena tidak memberi ruang
bagi murid untuk mempertanyakan persoalan di seputarnya (spt. Struktur ekonomi dan
politik yang timpang, ideologi yang menindas, ketimpangan gender, perusakan
lingkungan, HAM).
Pendidikan yang ada selama ini sekadar menciptakan keseimbangan sistem, atau agar
sistem yang ada berjalan baik dan dapat melanggengkan kekuasaan.
Pedagogi dianalogikakan sebagai model Banking Concept of Education bersifat
menjinakkan, dehumanisasi dan penindasan.

DUA ALIRAN DALAM PARADIGMA KRITIS

1. ALIRAN REPRODUKSI

Golongan ini sangat pesimis dengan fungsi pendidikan, karena :

1. Pendidikan dianggap kecil kemungkinannya untuk berperan dalam proses perubahan


sosial menuju transformasi sosial,
2. Pendidikan difungsikan (oleh kapitalisme) untuk mereproduksi sistemnya sendiri, di
mana pendidikan akan melahirkan peserta didik yang dapat memperkuat sistem yang
telah mapan di masyarakat.

2. ALIRAN PRODUKSI

Golongan ini memiliki keyakinan bahwa :


1. pendidikan mampu menciptakan ruang untuk menumbuhkan resistensi dan subversi
terhadap sistem yang dominan;
2. pendidikan memiliki aspek pembebasan dan pemberdayaan jika dilakukan dalam
kerangka membangkitkan kesadaran kritis.

BEBERAPA AHLI YANG MEMBERI DASAR PEMIKIRAN PADA PARADIGMA


KRITIS :

1. Antonio Gramsci konsepnya : hegemoni

2. Michael Foucault konsepnya : power relation (relasi kuasa)

3. Gustavo Gutierez konsepnya : teologi pembebasan yang berkaitan dengan konteks


pemikiran teori ketergantungan

4. Erich Fromm meletakkan dasar teori pembebasan dari perspektif psikologi kritis

5. Frantz Fanon salah seorang pemikir psikologi bagi kaum tertindas

6. Paulo Freire makna pembebasan lebih pada kebangkitan kesadaran kritis masyarakat
(proses konsientasi dan humanisasi)

Pendidikan Kritis: Konsep-Konsep Dasar

Merupakan mazhab pendidikan yang meyakini adanya muatan politik dalam semua
aktifitas pendidikan. disebut juga sebagai aliran kiri, karena orientasi politiknya
berlawanan dengan mazhab liberal & konservatif.
Disebut juga sebagai the new sociology of education atau critical theory of
education
Mazhab ini tidak merepresentasikan satu gagasan yang tunggal dan
homogenpendukung mazhab disatukan dengan satu tujuan yang sama:
memberdayakan kaum tertindas dan mentransformasikan ketidakadilan sosial yang
terjadi di masyarakat melalui media pendidikan.
Mazhab ini berbasis pada keadilan dan kesetaraan.
Visi pendidikan kritis: bahwa pendidikan tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial,
kultural, ekonomi, dan politik yang lebih luas.
Institusi pendidikan tidak netral, independen, dan bebas dari berbagai kepentingan, tetapi
justru menjadi bagian dari institusi sosial lain yang menjadi ajang pertarungan
kepentingan.
Pendidikan harus dipahami dalam kerangka relasi-relasi antara pengetahuan, kekuasaan
dan ideologi berbagai kepentingan inilah yang membentuk wajah institusi pendidikan
yang akan mempengaruhi subyektivitas manusia.

Oleh karena itu perlu membangun kesadaran kritis peserta didik agar mereka mampu
mendemistifikasi kepentingan ideologis yang menyelimuti realitas. Melalui kesadaran kritis,
maka penindasan, dominasi, dan eksploitasi dapat dibongkar dan diperangi.

Usaha-usaha mengembangkan kesadaran kritis:

Mengembangkan cara berfikir yang mampu menyingkap fenomena-fenomena yang


tersembunyi atau melampau asumsi-asumsi yang hanya berdasarkan common sense.
Tidak dapat disampaikan dengan cara didepositokan atau diimpose dari luar, tetapi harus
dilahirkan melalui usaha kreatif dari dalam peserta didik sendiri tidak dapat
dicangkokkan tetapi dibangun melalui kesadaran diri dari para peserta didik
pendidikan partisipatoris
Oleh karena berbasisi pada keadilan dan kesetaraan, pendidikan kritis tidak hanya
berkutat pada pertanyaan seputar sekolah, kurikulum dan kebijakan pendidikan, tetapi
juga keadilan sosial dan kesetaraan.
Visi sosialnya: tidak hanya tertuang di dalam tulisan dan kata-kata, tetapi termanifestasi
dalam praktek pendidikan sehari-hari.
Kritik menjadi bahasa yang melekat dalam mazhab pendidikan kritis dan menjadi
landasan berpijak untuk mengonstruksi bangunan epistemologi dan praksisinya.
Mazhab pendidikan kritis mengonstruksi satu bentuk pendidikan yang dapat menjadi
medium bagi kritik sosial & sekaligus mampu menawarkan kemungkinan
dikembangkannya democratic public spheres.
Mazhab ini menekankan pentingnya self empowerment & self reflection sebagai titik
tolak melakukan transformasi sosial yang berpihak kepada yang lemah (powelesness).
Salah satu kajian pendidikan kritis adalah pada kritiknya tentang kapitalisme (sangat
besar pengaruhnya pada kehidupan masyarakat modern)

Anak (pemikiran/paradigma) dari kapitalisme:

Culture of positivism

Rasionalitas teknokrat/instrumental

Melalui paradigma tersebut:


ilmu pengetahuan yang disampaikan peserta didik diorientasikan untuk beradaptasi
pada dunia & masyarakat industri.
Proses pembelajarannya ditekankan pada upaya untuk mengakumulasi & memiliki
ilmu pengetahuan yang ditujukan untuk mengejar profit.
Pengetahuan cenderung dipisahkan dari proses pembentukannya pengetahuan
dianggap sebagai barang jadi yang siap ditelan murid tanpa melalui proses seleksi
dan refleksi bersama. akibatnya pembelajaran mengabaikan unsur-unsur penting
yang perlu dikembangkan di dalam diri peserta didik, seperti : refleksi kritis,
keingintahuan dan dialog

Penekanan pendidikan kritis dalam pembelajaran:

Bagaimana memahami, mengkritik, memproduksi dan menggunakan ilmu pengetahuan


sebagai alat untuk memahami realitas hidup dan mengubahnya

Metode yang digunakan dalam pendidikan kritis:

Kodifikasi:

Proses mempresentasikan fakta yang diambil dari kehidupan peserta didik dan kemudian
memasalahkannya (problematizing)

Dekodifikasi:

Proses pembacaan atas fakta-fakta tersebut melalui dua metode: deskriptif dan analitis

Deskriptif: untuk memahami surface structure


Analiitis:: untuk memahami deep structure

Dengan cara-cara tersebut, maka relasi-relasi antar kategori (ideologi, ras, gender, kelas,
pendidikan) dalam membentuk realitas dapat dipahami.

Titik berangkat pendidikan kritis:

Kecintaan dan penghargaan yang tinggi terhadap manusia.


Sebagai manusia, peserta didik dipersepsi sebagai subyek yang meredeka dan punya
potensi untuk menjadi active beings, bukan obyek yang hanya bisa beradaptasi dengan
dunia. akibatnya, pendidikan hanya menjadi arena penindasan karena murid mengalam
proses domestikasi (penaklukan) dan penegasian kapasitas self reflection-nya
Guru bukan pusat segalanya dan bukan satu-satunya sumber pemilik kebenaran,
pengetahuan, atau pemilik tunggal kelas.
Hubungan guru-murid tidak vertikal tetapi horisontal & egalitarian keduanya sama-
sama sebagai pembelajar
Isi/materi pelajaran tidak semata-mata hak prerogratif guru, dan pendekatan bottom up
lebih dipilih dan mengkonstruksi isi pembelajaran dan kurikulum
Anak didik dijadikan sebagai titik pijak (entry point) agar pendidiakn bisa menjadi
bermakna bagi murid

Proses pembelajaran pendidikan kritis lebih menekankan pada:

How to think bukan what to think


Proses berpikir yang didasarkan atas: perdebatan, argumentasi, apresiasi pendapat orang
lain sehingga terjadi daya kritis anak didik, bersedia sharing idea, dan saling
menghargai sebagai wahana pembelajaran demokrasi di kelas, sehingga tercipta
knowledge production.
Metode yang dipakai adalah dialogis, bukan metode cerita dialog adalah cara
memanusiakan manusia (humanisasi)
Melalui proses dialogmenghasilkan conscienitazation (konsientasi) proses
berkembangnya kesadaran dan memiliki critical awarness (kepekaan kritis) sehingga
mampu melihat secara kritis kontradiksi sosial di sekelilingnya dan berusaha untuk
mengubahnya. melatih menggunakan kesdaran kritis (bukan magis atau naif)
Melalui kesadaran kritis masalah lebih dipandang sebagai persoalan struktural

Untuk mendukung peningkatan kesadaran kritis, ada tiga tahap dasar dalam pendidikan kritis
yang diajarkan di kelas:

1. Naming tahap menanyakan sesuatu: what is the problemmempertanyakan


sesuatu yang berkaitan dengan teks, realitas sosial atau struktur ekonomi-politik;

2. Reflecting mengajukan pertanyaan mendasar untuk mencari akar persoalan :


why is it happening? mengajar murid untuk tidak berpikir sederhana tapi kritis
dan reflektif.

3. Actingproses pencarian alternatif untuk memecahkan persoalan: what can be


done to change the situation? merupakan tahap praksis/aksi/

Anda mungkin juga menyukai