Anda di halaman 1dari 5

ALIRAN PROGRESIVISME

Progesivisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang mengehendaki


adanya perubahan pada diri peserta didik mejadi pribadi yang tangguh dan
mampu menghadapi persoalan serta dapat menyesuaikan dengan kehidupan
sosial di masyarakat.
Aliran progresivisme bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang
diperkenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952)
yang menekankan pada segi manfaat bagi hidup praktis. Artinya kedua aliran ini
sama-sama menekankan pada pemaksimalan potensi manusia dalam upaya
menghadapi persoalan kehidupan seharihari. Di samping itu, kesamaan ini
didasarkan pada keyakinan pragmatisme bahwa akal manusia sangat aktif dan
ingin selalu meneliti, tidak pasif dan tidak begitu saja menerima pandangan
tertentu sebelum dibuktikan kebenarannya secara empiris (Sahdullah, 2003).
Berkaitan dengan pengertian tersebut, progresivisme selalu dihubungkan
dengan istilah the liberal road to culture, yakni liberal bersifat fleksibel (lentur
dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, sering ingin mengetahui dan
menyelidiki demi pengembangan pengalaman (Djumransjah, 2006). Artinya,
aliran progresivisme sangat menghargai kemampuan-kemampuan seseorang
dalam pemecahan masalah melalui pengalaman yang dimiliki oleh masing-
masing individu.

Contoh aliran progresivisme :


Contoh pelaksanaan aliran progresivisme yaitu seperti dalam kebebasan nilai ,
kebebasan untuk memilih jurusan, kebebasan pendidikan yang sesuai dengan
minat dari peserta didik itu sendiri, serta masih banyak lagi penerapan
kehidupan dengan menggunakan filsafat progresivisme

5. Ciri-ciri Utama Progresivisme


Adapun ciri-ciri dalam progresivisme yaitu :

1. Pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti membina kebudayaan


baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi masa depan.
2. Percaya bahwa manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk
menghadapi dunia dengan skill dan kekuatan mandiri.
3. Progress yang menjadi inti perhatiannya, maka ilmu pengetahuan yang
dapat menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian-bagian
utama dari kebudayaan, yaitu ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu
alam.
4. Progresivisme adalah satu filsafat transisi antara dua konfigurasi
kebudayaan yang besar. Progresivisme adalah rasionalisasi mayor
daripada suatu kebudayaan yakni (1) perubahan yang cepat dari pola-pola
kebudayaan Barat yang diwarisi dan dicapai dari masa ke masa, (2)
perubahan yang cepat menuju pola-pola kebudayaan baru yang sedang
dalam proses pembinaan untuk masa depan.
5. Progresivisme sebagai ajaran filsafat merupakan watak yang dapat
digolongkan ke (1) negative and diagnosticyakni bersikap anti terhadap
otoritarialisme dan absolutisme dalam segala bentuk, seperti agama,
moral, sosial, politik dan ilmu pengetahuan, (2) positive and
remedial yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas kemampuan
manusia sebagai subyek yang memiliki potensi alamiah, terutama
kekuatan-kekuatan self-regenarative (diperbaharui sendiri) untuk
menghadapi dan mengatasi semua problem hidup.

.
Beberapa Prinsip Progresivisme :
1. Peran pendidik secara tidak spntan, tapi mengarahkan siswa, kekurangan
dan hasrat murid pasti memastikan yang sudah dipelajari, anak diperlukan
mengembangkan dirinya dan pendidik harus mengarahkannya
2. Pendidikan perlu mendorong kerja sama, tidak membangun rival, pada
dasarnya manusa itu sosial, Progresivisme berprespektif bahwa kasih sayang
dan persaudaraan lebih berguna untuk edukasi dari pada rivalitas dan upaya
sendiri. Edukasi ialah penyusunan pengalaman, mengarah pada penyusunan
seseorang dalam bermasyarakat
5. Kehidupan demokratis melahirkan kondisi yang dibuthkan untuk
perkembangan demokrasi, perkembangan dan edukasi saling terhubung.
Beberapa komentar di lempar pada perspektif progresivisme antaranya ialah:
1.Menghiraukan kurikulum yang sudah ditetapkan
2. Menyurutkan edukasi dan dampak pendidik

3. Peserta didik merupakan seseorang yang memprioritaskan dirinya sendiri,


dia merupakan orang yang mempunyai kedisiplinan diri, dan tak mau
mengorbankan dirinya untuk kemaslahatan umum
ALIRAN REKONTRUKSIONISME
Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris “reconstruct” yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks pendidikan, aliran ini adalah suatu aliran
yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang bercorak modern. Merupakan kelanjutan dari gerakan
progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum
progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah
masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George
Count dan Harold Rugg pada tahaun 1930, ingin membangun masyarakat yang
pantas dan adil.
Aliran rekonstruksionisme dalam suatu prinsip sependapat dengan
perenialisme. Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara
yang ditempuh filsafat perenialisme. Rekonstruksionisme berusa membina
suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan
tertinggi dalam kehidupan manusia. Rekonstruksionalisme berusaha mencari
kesempatan semua orang tentang tujuan utama yang dapat mengautur tata
kehidupan manusia dalam suatu tata susunan baru seluruh lingkungannya.
Dengan kata lain, rekonstruksionalisme ingin merombak tata susunan yang
lama, dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru,
melalui lembaga dalam proses pendidikan.
Tujuan ini hanya mungkin diwujudkan melalui usaha kerja sama, kerja sama
semua bangsa-bangsa, penganut aliran ini yakni bahwa telah tumbuh kesadaran
dan konsensus seperti dimaksud diseluruh dunia. Mereka percaya bahwa telah
ada hasrat yang sama dari bangsa-bangsa tentang cita-cita yang tersimpul
dalam ide rekonstruksionisme.
Aliran ini yakin bahwa pendidikan tidak lain adalah tanggung jawab sosial. Hal
ini mengingat eksistensi pendidikan dalam keseluruhan realistasnya diarahkan
untuk pengembangand dan atau perubahan masyarakat. Rekonstruksionisme
tidak saja berkonsentrasi tentang hal-hal yang berkenaan dengan hakikat
manusia, tetapi juga terhadap teori belajar yang dikaitkkan dengn pembentukan
kepribadian subjek didik yang berorientasi pada masa depan. Oleh karena itu
pula, maka idealisnya terletak pada filsafat pendidikannya. Bahkan penetapann
tujun dalam hal ini merupakan seuatu yang penting dalam aliran ini. Segala
sesuatu yang diidamkan untuk masa depan suatu masyarakat mesti ditentukan
secara jelas oleh Pendidikan

.
Contoh aliran rekonstruksionisme
1.Artikel yang berjudul “future shock” (kejutan masa depan) karya Alvin
Toffler telah membuka mata dunia bahwa manusia telah mengalami tekanan
yang hebat jika dibebani perubahan dalam waktu yang sangat singkat.
2.memahami realita alam nyata memerlukan suatu azas.
3.Anak, sekolah dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya
dan sosial.

Ciri-Ciri Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme


1. Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkai dengan penyelesaian
problema social yang signifikan.

2. Mengkritik pola life adjustment (perbaikan tambal-sulam).

3. Pendidikan perlu berfikir tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

4. Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih focus pada penciptaan agen perubahan
melalui pertisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan.

5. Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam aktivitas
hidup yang nyata bersama sesamanya.

6. Learning by doing (belajar sambil bertindak).

Prinsip-Prinsip Rekonstruksionisme
Masyarakat dunia sedang dalam kondisi krisis, jika praktik-praktik yang ada sekarang
tidak dibalik (di ubah secara mendasar), maka peradaban yang kita kenal ini akan mengalami
kehancuran.
Disini akan dipaparkan prinsip rekonstruksionisme lebih lanjut:
a. Solusi efektif satu-satunya bagi persoalan-persoalan dunia kita adalah penciptaan tatanan
sosial yang menjagat.
Kerja sama yang menyeluruh dari semua bangsa adalah satu-satunya harapan bagi
penduduk dunia yang berkembang terus yang menghuni dunia dengan segala keterbatasan
sumber daya alamnya.
Menurut rekonstruksionisme, umat manusia sekarang hidup dalam masyarakat dunia
yang mana kemampuan teknologinya dapat membinasakan kebutuhan material semua orang.
b. Pendidikan formal menjadi agen utama dalam rekonstruksi tatanan sosial
Kritik-kritik rekonstruksi sosial menandaskan bahwa Brameld dan kolega-koleganya
memberikan kepercayaan yang sangat besar terhadap kekuatan guru dan pendidik lainnya
untuk bertindak sebagai instrumen utama perubahan sosial.
Kalangan rekonstruksionis melihat sekolah sebagai agen kekuatan utama yang
menyentuh kehidupan seluruh masyarakat, karena ia menyantuni anak-anak didik selama usia
mereka yang paling peka.
c. Metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang
bertumpu pada kecerdasan ‘asali’ jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan
solusi yang valid bagi persoalan-persoalan umat manusia
Beberapa pengamat memberikan catatan bahwa rekonstrusionisme mempunyai
kepercayaan besar terhadap kecerdasan dan kemauan baik manusia sesuatu yang oleh
beberapa kalangan disebut sebagai sebuah kepercayaan utopis.
d. Jika pendidikan formal adalah bagian tak terpisahkan dari solusi sosial dalam krisis dunia
sekarang, maka ia harus secara aktif mengajarkan perubahan sosial
Pendidikan harus memunculkan kesadaran peserta didik akan persoalan-persoalan
sosial dan mendorong mereka secara aktif memeberikan solusi. Kesadaran berani untuk
mempertanyakan status quo dan untuk mengkaji isu-su kontroversial dalam agama,
masyarakat, ekonomi, politik, dan pendidikan.
Masyarakat dunia yang ideal, menurt rekonstruksionisme, haruslah” berada dibawah
kontrol mayoritas warga masyarakat yang secara benar meguasai dan menentukan nasib
mereka sendiri.
Alvin Toffler, mengatakan kita harus menciptakan sebuah sistem pendidikan
superinsdustrial. Maka dari itu, kita harus mencari tujuan –tujuan dan metode-metode di masa
akan datang , bukan justru dimasa lalu.[4]

Anda mungkin juga menyukai