Penulis Rukiyati L.Andriyani Progresivisme Berdasarkan Buku yang telah saya baca dari Rukiyati L.Andriyani “Mengenal Filsafat Pendidikan”. Pemahaman saya menurut buku ini tentang progresivisme yaitu pendidik haruslah senantiasa siap sedia mengubah metode dan kebijakan perencanaan pembelajaran yang dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan lingkungan. Inti pendidikan tidak terletak dalam usaha penyesuaian dengan masyarakat atau dunia luar sekolah dan juga tidak terletak dalam usaha untuk menyesuaikan dengan standar kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang abadi. Akan tetapi pendidikan merupakan usaha terus menerus merekrontruksi pengalaman hidup. Landasan Ontologis Progresivisme Bagi kaum progressif, tidak ada hal yang absolut. Tidak ada prinsip apriori atau hukum alam yang abstrak. Kenyataan adalah pengalaman transaksional yang selalu beubah, dinamis. Hukum- hukum ilmiah hanya bersifat probalitas, tidak absolut. Hanya saja, Dewey tidak mau terlibat lebih jauh dalam diskursus metafisika tentang eksistensi Tuhan dan takdir manusia. Dewey mengatakan bahwa manusia adalah pengalamannya. Manusia adalah organisme yang memiliki pengalamannya sendiri. Suatu organisme tidak dapat berada tanpa berinteraksi dengan lingkungannya. Landasan Epistemologis Progresivisme Progresivisme memang menolak metafisika, tetapi mereka sangat vokal mengenai epistemologi. Epistemologi ditempatkan sebagai pusat dari filsafatnya. Mereka meyakini bahwa pengetahuan tidak ada artinya tanpa pengalaman manusia yang terus berproses dan disempurnakan. Selain pengalaman, kebenaran adalah aspek lain yang menjadi perhatian para kaum progresif. Kebenaran itu juga merupakan konsep sosial. Jika sekelompok orang mempunyai ide atau opini dan kemudian opini tersebut ditelaah oleh orang yang kompeten di bidangnya dan dinyatakan atau diakui benar menurut mayoritas kelompok manusia tersebut, maka opini tersebut benar. Landasan Aksiologis Progresivisme Kaum progressif meyakini bahwa nilai-nilai berasal dari masyarakat. Nilai-nilai mengungkapkan keinginan, hasrat, minat, aspirasi, dan ambisi individu-individu dan juga kelompok. Dengan kata lain, apa pun yang dipandang berharga, atau diinginkan, itulah artinya nilai bagi individu atau kelompok tersebut. Dewey mengatakan bahwa manusia adalah pengalamannya. Manusia adalah organisme yang memiliki penglamannya sendiri. Suatu organisme tidak dapat berada tanpa berinteraksi dengan lingkungannya. Pandangan tentang Asas Belajar John Dewey sebagai bapak progresivisme mengatakan bahwa pendidikan dipandang sebagai proses dan sosialisasi, yaitu proses pertumbuhan dan proses belajar dari kejadian di sekitarnya. Usaha- usaha yang harus dilakukan guru adalah menciptakan kondisi edukatif, memberikan motivasi-motivasi, memberikan stimulus- stimulus sehingga akal peserta didik dapat berkembang dengan baik. Sekolah adalah bagian dari kehidupan, bukan sekedar pesiapan untuk hidup. Apa yang dipelajari tidak banyak berbeda dengan apa yang dipelajari dalam berbagai aspek hidupnya. Pandangan terhadap Kurikulum dan Metode Kurikulum lebih difokuskan pada proses daripada isi. Kurikulum dipusatkan pada pengalaman manusia. Pengalaman diperoleh karena manusia terus belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya. Peserta didik diberi kebebasan memilih dalam pengalaman belajar. Metode belajar yang diutamakan adalah problem solving dengan langkah-langkah seperti metode ilmiah. Rekontruksionism Berdasarkan Buku yang telah saya baca dari Rukiyati L.Andriyani e “Mengenal Filsafat Pendidikan”. Pemahaman saya menurut buku ini Sosial tentang Rekontruksionisme sosial yaitu Rekontruksionisme sosial dengan tokoh-tokoh seperti Harold Rugg, George Counts, dan Thedore Brameld menaruh perhatian yang besar pada hubungan antara kurikulum sekolah dan perkembangan politik, sosial, dan ekonomi suatu masyarakat. Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi atau mengarahkan perubahan atau rekonstruksi pada tatanan sosial saat ini. a. Pandangan tentang Dunia dan Pendidikan Rekontruksionisme sosial beranggapan bahwa dunia dan moral manusia mengalami degradasi di sana-sini sehingga perlu adanya rekrontruksi tatanan sosial menuju kehidupan yang demokratis, emansipatoris dan seimbang. Kaum rekrontuksionis percaya bahwa dengan pendidikan yang baik, maka moral manusia dapat pula menjadi baik. Pendidikan yang mengedepankan kepekaan sosial dan perjuangan HAM mendapat penekanan. Kaum rekonstruksionis percaya bahwa semua reformasi sosial muncul dalam kehidupan itu sendiri. b. Pandangan tentang Pendidik, Peserta Didik dan Kurikulum Pendidik percaya bahwa rekontruksionisme sebagai sebuah paham dan pedoman bertindak akan mampu untuk membantu peserta didik dalam hubungannya dengan tujuan akademik dan tujuan personal untuk kesejahteraan masyarakatnya, bangsa, dan dunia. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Kurikulum rekontruksionisme sosial merupakan kendaraan atau sarana ideal untuk menolong orang miskin, siswa miskin perkotaan, atau kelompok marginal lainnya agar mereka memiliki daya tahan untuk hidup, berjuang untuk mengubah hidup dan komunitasnya, sehingga pada akhirnya mereka akan dapat memperbaiki kehidupannya. Pandangan Peserta Didik lebih mirip dengan pandangan progresivisme dan banyak hal lain lagi dari proogresivisme yang diterima oleh rekonstruksionisme. Hanya saja menurut kaum rekontruksionisme, perubahan dilakukan secara global, meliputi perubahan sikap dan perilaku umat manusia, tidak cukup hanya dilingkungan tempat tinggal peserta didik saja.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita