Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ALIRAN-

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN


ESENSIALISME

Helnafri Ankesa
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Bogor
Email : ankesa.5034@gmail.com

ABSTRAK

Progresivisme ditampilkan sebagai aliran filsafat pendidikan yang dapat digunakan sebagai basis
epistimologi bagi pengembangan pendidikan partisipasif, setidaknya ada beberapa alasan. Pertama, ia
kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu
maupun pada zaman sekarang. Kedua, inti perhatiannya pada kemajuan atau progress. Ilmu pengetahuan
yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang oleh progresivisme merupakan bagian utama dari
kebudayaan. Ketiga, pengalaman adalah ciri dinamika hidup. Keempat, Progresivisme tidak cukup
hanya mengakui ide-ide, teori-teori, atau cita-cita sebagai hal yang ada, tetapi yang ada itu harus dicari
artinya bagi suatu kemajuan atau maksud-maksud baik yang lain. Kelima, progresivisme mengharuskan
manusia dapat memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan yang
silih berganti.

Kata Kunci: Aliran Pendidikan, Progresivisme dan Esensialisme

ALIRAN PENDIDIKAN 19, namun tidak dapat disangkal lagi bahwa


PROGRESIVISME maksud dari kata tersebut dewasa ini telah

Perkembangan Progresivisme dipergunakan dan dikenal di dalam segala

Manusia dizamanya selama berabad-abad pengalaman hidup kita yang mengandung ide

menghadapi dunia ini hanya dengan ototnya. Akan perbaikan dalam segala sektor kehidupan, seperti

tetapi tidaklah begitu banyak membuahkan hasil politik, masalah-masalah kemasyarakatan,

sebelum lahirnya ilmu pengetahuan yang teratur. hubungan kemanusiaan, kehidupan keluarga,

Tatkala manusia telah memulai menyadari perawatan anak didalam segala keadaan

alangkah hebatnya tenaga yang mereka miliki kehidupan termasuk juga bidang agama.

ketika mereka mempergunakan otak mereka Aliran progresivisme mengkui dan

sejalan dengan tangan dan anggota badan mereka, berusaha mengembangkan asas progresivisme

maka terbayanglah kepada mereka bahwa dunia dalam semua realita, terutama dalam kehidupan

ini dapat mereka perbaiki. Tetapi bukanlah karena untuk tetap survive terhadap semua tantangan

kesadaran yang berangsur-angsur ini, bahkan ide hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala

tentang progress atau kemajuan pada akhirnya sesuatu dari segi keagungannya. Progresivisme

tumbuh. Secara lambat laun pula menusia dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini
beranggapan bahwa kemampuan intelegensi
menginsyafi bahwa dunia ini merupakan jalan.
Kata progress pada dasarnya adalah suatu manusia sebagai alat untuk hidup, untuk

kata baru yang baru bisa dipahami dan dimengerti kesejahteraan, untuk mengembangkakn

maksud dan arti yang sebenarnya pada abad ke kepribadian manusia. Dinamakan eksperimental

TABAYYUN: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol 2, No. 1 (2021)| 16


atau empirik karena aliran tersebut menyadari dan Menurut progresivisme proses pendidikan
mempraktekkan asas eksperimen untuk menguji memiliki dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis.
kebenaran suatu teori. Progresivisme dinamakan Dari segi psikologis, pendidik harus dapat
environtalisme karena aliran ini menganggap mengetahui tenaga-tenaga atau daya- daya yang
lingkungan hidup ini mempengaruhi pembinaan ada pada anak didik yang akan dikembangkan.
kepribadian (Imam Muis, 2004). Psikologinya seperti yang berpangaruh di
Dalam pendapat lain, pragmatisme Amerika, yaitu psikologi dari aliran Behaviorisme
berpendapat bahwa suatu keterangan itu benar dan Pragmatisme. Dari segi sosiologis, pendidik
kalau kebenaran itu seseai dengan realitas, atau harus mengetahui kemana tenaga-tenaga itu harus
suatu keterangn akan dikatakan benar kalau dibimbingnya (Imam Barnabid, 1994).
kebenaran itu sesuai dengan kenyataan. Aliran b. Kurikulum
progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang Kurikulum sebagai jantung pendidikan
ilmu pengetahuan yang meliputi: ilmu hayat, tidak saja dimaknai sebagai seperangkat rangkaian
bahwa manusia untuk mengetahui semua masalah mata pelajaran yang ditawarkan dalam sebuah
kehidupan. Antropologi yaitu bahwa manusia program sekolah, melainkan kurikulum memiliki
memiliki pengalaman, pencipta budaya, dengan arti yang lebih luas. Oleh sebab itu, banyak pakar
demikian dapat mencari hal baru. Psikologi yaitu memaknai kurikulum dengan titik tekan yang
manusia akan berpikir tentang dirinya sendiri, berbeda. Misalnya, Hirtsdan petters menekankan
lingkungan, pengelaman-pengalamannya, sifat- pada aspek fungsional, yakni kurikulum
sifat alam, dapat menguasai diposisikan sebagai rambu-rambu yang menjadi
acuan dalam proses belajar- mengajar. Sedangkan
Pandangan Progresivisme Tentang Pendidikan
Musgave menekankan pada ruang lingkup
a. Pendidikan
pengalaman belajar yang meliputi pengalaman
Progresivisme dalam pendidikan adalah
diluar maupun di dalam sekolah. Dimana aktifitas
bagian dari gerakan revormis umum sosial-politik
dan pengalaman anak didik berada dalam kontrol
yang menandai kehidupan Amerika.
lembaga pendidikan.
Progresivisme sebagai teori yang mucul dalam
Progresivisme memandang kurikulum
reaksi terhadap pendidikan tradisional yang
sebagai pengalaman mendidik, bersifat
menekankan metode formal pengajaran, belajar
eksperimental, dan adanya rencana serta susunan
mental dan, suasana klasik peradaban barat. Pada
yang teratur. Pengalaman belajar adalah
dasarnya teori menekankan beberapa prinsip,
pengalaman apa saja yang serasi dengan tujuan
antara lain; Pertama, proses pendidikan berawal
menurut prinsip-prinsip yang telah digariskan
dan berakhir pada anak. Kedua, subjek didik
dalam pendidikan, dimana setiap proses belajar
adalah aktif, bukan pasif. Ketiga, peran guru
yang ada membantu pertumbuhan dan
hanya sebagai fasilitator, pembimbing atau
perkembangan anak didik.
pengarah. Keempat, sekolah harus koperatif dan
Progresivisme merupakan pendidikan yang
demokratif. Kelima, aktifitas lebih fokus pada
berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih
pemecahan masalah, bukan untuk pengajaran
besar pada kreativitas, aktivitas, belajar
materi kajian.

TABAYYUN: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol 2, No. 1 (2021)| 17


“naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata”, dan budaya Islam baru sebagai hasil interaksi potensi
juga pengalaman teman sebaya. Teori Dewey dengan lingkungan dan konteks
tentang sekolah adalah “Progresivisme” yang zamannya,sesuai ruang lingkup filsafat
lebih menekankan pada anak didik dan minatnya pendidikan islam diatas mengandung indikasi
dari pada mata pelajaran itu sendiri. Maka bahwa filsafat pendidikan islam sebagai sebuah
munculah “child centered curriculum” dan “child disiplin ilmu (Abudin Nata, 1996).
centered school”. Progresivisme mempersiapkan Kurikulum sebagai jantung pendidikan
anak masa kini dibanding masa depan yang belum tidak saja dimaknai sebagai seperangkat rangkaian
jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam mata pelajaran yang ditawarkan sebagai gaet
bukunya “my pedagogical creed”, bahwa dalam sebuah program pendidikan disekolah,
pendidikan adalah proses dari kehidupan dan tetapi sesungguhnya kurikulum mengandung arti
bukan persiapan masa yang akan datang. Jadi lebih luas, oleh karenannya banyak pakar
aplikasi ide Dewey adalah anak-anak banyak memaknai kurikulum dengan titik tekan yang
berpartisipasi dalam kegiatan fisik dulu, baru berbeda. Ambil contoh Hirtsdan petters
peminatan (Imam Barnadib, 1987). menekankan pada aspek fungsional yakni
Pendidikan dalam islam memperoleh kurikulum diposisikan sebagai rambu-rambu
tempat dan posisi yang sangat tinggi, karena yang menjadi acuan dalam proses belajar
melalui pendidikan orang dapat memperoleh ilmu, mengajar. Sedangkan musgave menekankan pada
dan dengan ilmu orang menggenal Tuhannya, ruang lingkup pengalaman belajar yang
mencapai ma’rifatullah. Pribadatan seseorang juga meliputipengalaman di luar amupun di dalam
akan hampa jika tidak di barengi dengan ilmu. sekolah.pendapat musgave ini seirama dengan
Demikian juga tinggi rendahnya derajat seseorang, pendapat romine Stephen yang mengatakan bahwa
di sampaing iman, juga di tentukan oleh kualitas kurikulum menyakup segala materi pelajaran,
keilmuan (kearifan) seseorang. Karena ilmu aktivitas dan pengalaman anak didik, dimana ia
sangat menentukan, maka pendidikan, sebagai berada dalam control lembaga pendidikan, baik
sebuah proses perolehan ilmu, menjadi sangat yang terjadi di luar maupun yang di dalam kelas.
penting. Karena itu, proses pencarian ilmu harus c. Pendidik
terus menerus dilakukan, dimanapun kapanpun Guru menurut pandangan filsafat
juga. progresivisme adalah sebagai penasihat,
Pendidikan dalam Islam dipahami sebagai pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang
sebuah proses transformasi dan internalisasi pemegang otoritas penuh yang dapat berbuat apa
nilai-nilai ajaran Islam terhadap peserta didik, saja (otoriter) terhadap muridnya. Sebagai
melalui pengembangan fitrah, agar memperoleh pembimbing karena guru mempunyai
keseimbangan hidup dalam semua aspeknya. pengetahuan dan pengalaman yang banyak di
Dengan demikian fungsi pendidikan Islam pada bidang anak didik maka secara otomatis
hakikatnya adalah proses pewarisan nilai-nilai semestinya ia akan menjadi penasihat ketika anak
budaya islam untuk menggembangkan potensi didik mengalami jalan buntu dalam memecahkan
manusia, dan sekaligus proses produksi nilai-nilai persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu peran

TABAYYUN: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol 2, No. 1 (2021)| 18


utama pendidik adalah membantu peserta didik Dengan demikian dalam teori ini
atau murid bagaimana mereka harus belajar pendidik/guru harus jeli, telaten, konsisten
dengan diri mereka sendiri, sehingga pesrta didik (istiqamah), luwes, dan cermat dalam mengamati
akan berkembang menjadi orang dewasa yang apa yang menjadi kebutuhan anak didik, menguji
mandiri dalam suatu lingkungannya yang berubah. dan mengevaluasi kepampuan- kemampuannya
Menurut John Dewey, guru harus dalam tataran praktis dan realistis. Hasil evaluasi
mengetahui ke arah mana anak akan berkembang, menjadi acuan untuk menentukan pola dan strategi
karena anak hidup dalam lingkungan yang pembelajaran ke depan. Dengan kata lain guru
senantiasa terjadi proses interaksi dalam sebuah harus mempunyai kreatifitas dalam mengelola
situasi yang silih berganti dan sustainable peserta didik, kreatifitas itu akan berkembang
(berkelanjutan). Prinsip keberlanjutan dalam dan berfariasi sebanyak fariasi peserta didik yang
penerapannya berarti bahwa masa depan harus ia hadapi.
selalu diperhitungkan di setiap tahapan dalam d. Peserta Didik
proses pendidikan. Guru harus mampu Teori progresivisme menempatkan pesrta
menciptakan suasana kondusif di kelas dengan didik pada posisi sentral dalam melakukan
cara membangungun kesadaran bersama setiap pembelajaran. karena murid mempunyai
individu di kelas tersebut akan tujuan bersama kecenderungan alamiah untuk belajar dan
sesuai dengan tanggungjawab masing-masing menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya
dalam konteks pembelajaran di kelas, serta dan juga memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu
konsisten pada tujuan tersebut (Imam Muis, yang harus terpenuhi dalam kehidupannya.
2004). Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan
Teori progresivisme ingin mengatakan memberikan kepada murid suatu minat yang jelas
bahwa tugas pendidik sebagai pembimbing dalam mempelajari berbagai persoalan.
aktivitas anak didik dan berusaha memberikan Anak didik adalah makhluk yang
kemungkinan lingkungan terbaik untuk belajar. mempunyai kelebihan dibanding dengan
Sebagai Pembimbing ia tidak boleh menonjolkan makhluk-makhluk lain karena peserta didik
diri, ia harus bersikap demokratis dan mempunyai potensi kecerdasan yang merupakan
memperhatikan hak-hak alamiah peserta didik salah satu kelebihannya. Oleh karenanya setiap
secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan murid mempunyai potensi kemampuan sebagai
adalah pendekatan psikologis dengan keyakinan bekal untuk menghadapi dan memecahkan
bahwa memberi motivasi lebih penting dari pada permasalahan- permasalahannya. Tugas guru
hanya memberi informasi. Pendidik atau guru dan adalah meningkatkan kecerdasan potensial yang
anak didik atau murid bekerja sama dalam telah dimiliki sejak lahir oleh setiap murid
mengembangkan program belajar dan dalam menjadi kecerdasan realitas dalam lapangan
aktualisasi potensi anak didik dalam pendidikan untuk dapat merespon segala
kepemimpinan dan kemampuan lain yang perubahan yang terjadi di lingkungannya. Dan
dikehendaki. pandangan progresivisme mengenai belajar
bertumpu pada pandamgan mengenai anak didik

TABAYYUN: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol 2, No. 1 (2021)| 19


sebagai mahluk yang mempunyai kelebihan Diantaranya, pendidikan di Indonesia belum
dibandingkan mahluk lain (Imam, Barnadib. menemukan sebuah paradigma dan patokan yang
1994). subtansial baik dalam tatanan teoritis filosofis
Secara institusional sekolah harus maupun operasionalnya. Sehingga terkesan
memelihara dan manjamin kebebasan berpikir dan pendidikan hanya sebagai ajang percobaan. Hal
berkreasi kepada para murid, sehingga mereka ini cukup kuat dijadikan alasan, karena
memilki kemandirian dan aktualisasi diri, namun penampilan pendidikan itu sendiri masih abstrak
pendidik tetap berkewajiban mengawasi dan dan masih belum menyentuh realitas budaya
mengontrol mereka guna meluruskan kesalahan Indonesia. Dalam konteks pendidikan modern saat
yang dihadapi murid khusunya dalam segi ini yang lebih mengedepankan corak pemikiran
metodologi berpikir. Dengan demikian rasionalis dan empirik, berkembang berbagai
prasyarat yang harus dilakukan oleh peserta didik konsepi atau teori pendidikan seperti misalnya.
adalah sikap aktif, dan kreatif, bukan hanya nativisme, empirisme dan
menunggu seorang guru mengisi dan mentransfer konverguensi.disamping itu pula, muncul aliran
ilmunya kepada mereka. Murid tidak boleh ibarat progresifisme, essensialisme, perenialisme, dan
“botol kosong” yang akan berisi ketika diisi rekonstruksionisme.
oleh penggunanya. Jika demikian yang terjadi Dalam konsepsinya, peserta didik diberi
maka proses belajar mengajar hanyalah berwujud kebebasan baik fisiknya maupun cara berfikirnya,
transfer of knowledge dari seorang guru kepada supaya dapat mengembangkan bakat dan
murid, dan ini tidak akan mencerdasakan sehingga kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa
dapat dibilang tujuan pendidikan gagal. terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang
e. Teknik dan Pandangan Belajar lain. Jadi, progresivisme tidak menyutujui
Menurut teori pendidikan progresivisme pendidikan yang otoriter, sebab pendidikan yang
adalah mengajarkan cara belajar yang tepat, demikian itu akan mematikan daya kreasi baik
sehingga seorang dapat belajar setiap saat dari secara fisik mapupun psikis peserta didik (Imam
realitas secara mandiri, baik di dalam maupun di Barnadib, 1987).
luar sekolah, pada saat, sedang, ataupun setelah Hal ini tak lepas dari peran John Dewey
menyelesaikan pendidikan formal. Dengan cara seorang tokoh progresivisme, dimana alirannya
demikian sekolah akan melahirkan individu- ini sangat berpengaruh dalam setiap pembaharuan
individu yang cerdas, kreatif, dan inovatif yang pendidikan. Dan dengan pandangannya,
pada akhirnya dapat melakukan transformasi progresivisme dianggap sebagai the liberal road to
budaya positif kearah yang lebih baik dari culture dalam artian bahwa liberal berarti
masyarakat yang progresif. fleksibel, berani toleran dan transparan.

Model Pendidikan yang Berparadigma ALIRAN PENDIDIKAN ESENSIALISME


Progresivisme Konsep Pendidikan Esensialisme
Dunia pendidikan di Indonesia sering kali a. Gerakan Back to Basic
mendapat kritikan dari berbagai pihak.

TABAYYUN: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol 2, No. 1 (2021)| 20


Kaum esensialis mengemukakan bahwa (kemampuan nalar) siswa dan sekaligus
sekolah harus melatih atau mendidik siswa untuk membuatnya sadar akan dunia fisik sekitarnya
berkomunikasi dengan jelas dan logis, (Imam Barnadib, 1994).
keterampilan- keterampilan inti kurikulum Jadi, tujuan umum aliran esensialisme
haruslah berupa membaca, menulis, berbicara dan adalah membentuk pribadi bahagia didunia dan
berhitung, serta sekolah memiliki tanggung jawab akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu
untuk memperhatikan penguasaan terhadap pengetahuan, kesenian dan segala hal yang
keterampilan- keterampilan tersebut. Menurut mampu menggerakan kehendak manusia.
filsafat esensialisme, pendidikan sekolah harus Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan
bersifat praktis dan memberi pengajaran yang semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan
logis yang mempersiapkan untuk hidup mereka, sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan
sekolah tidak boleh mempengaruhi atau kegunaan. Maka dalam sejarah perkembangannya,
menetapkan kebijakan-kebijakan sosial. kurikulum esensialisme menerapkan berbagai
b. Tujuan Pendidikan pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme
Tujuannya adalah untuk meneruskan dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam
warisan budaya dan warisan sejarah melalui menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi
pengetahuan inti yang terakomulasi dan telah sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial
bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta yang ada dimasyarakat.
merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh d. Peranan Guru dan Sekolah.
waktu yang lama, selain itu tujuan pendidikan Peranan sekolah adalah memelihara dan
esensialisme adalah mempersiapkan manusia menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada
untuk hidup, tidak berarti sekolah lepas tangan generasi pelajar dewasa ini, melalui hikmat dan
tetapi sekolah memberi kontribusi bagaimana pengalaman yang terakumulasi dari disiplin
merancang sasaran mata pelajaran sedemikian tradisional. Selanjutnya mengenai peranan guru
rupa, yang pada akhirnya memadai untuk banyak persamaan dengan perenialisme. Guru
mempersiapkan manusia hidup. dianggap sebagai seorang yang menguasai
c. Kurikulum lapangan subjek khusus dan merupakan model
Beberapa tokoh idealisme memandang contoh yang sangat baik untuk digugu dan tiru.
bahwa kurikulum esensialisme, yaitu kurikulum Guru merupakan orang yang mengusai
yang berpusat pada mata pelajaran (subjek matter pengetahuan, dan kelas berada di bawah pengaruh
centered) dan berpangkal pada landasan ideal dan pengawasan guru (Imam Barnadib, 1987).
dan organisasi yang kuat. Pengusaan materi e. Prinsip-prinsip pendidikan
kurikulum tersebut merupakan dasar yang Prinsip-prinsip pendidikan esensialisme
esensialisme general education (filsafat, dapat dikemukakan sebagai berikut:
matematika, IPA, sejarah, bahasa, seni dan • Pendidikan haruslah dilakukan melalui usaha
sastra) yang diperlukan dalam hidup belajar keras tidak begitu saja timbul dari dalam diri
dengan tepat berkaitan dengan disiplin tersebut siswa.
akan mampu mengembangkan pikiran

TABAYYUN: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol 2, No. 1 (2021)| 21


• Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada Idealisme dan Realisme adalah aliran-aliran
guru bukan pada siswa. filsafat yang membentuk corak Esensialisme.
• Inisiatif proses pendidikan adalah asimilasi Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing
dari mata pelajaran yang telah ditentukan. ini bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat ini
• Sekolah harus mempertahankan metode- bertemu sebagai pendukung Esensialisme, tetapi
metode trasdisional yang bertautan dengan tidak lebur menjadi satu. Berarti, tidak
disiplin mental. melepaskan sifat-sifat utama masing-masing.

• Tujuan akhir pendidikan adalah untuk Realisme modern yang menjadi salah satu

meningkatkan kesejahteraan umum merupakan eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya

tuntutan demokrasi yang nyata. adalah mengenai alam dan dunia fisik; sedangkan

• Metode-metode tradisional yang bertautan idealisme modern sebagai eksponen yang lain,

dengan disiplin mental merupakan metode pandangan-pandangannya bersifat spiritual.

yang diutamakan dalam pendidikan di sekolah.


KESIMPULAN
Karakteristik Aliran Esensialisme Teori pendidikan yang dibangun dari

Esensialisme yang berkembang pada zaman filsafat progresivisme oleh Jhon Dewey sebagai

Renaissance mempunyai tinjauan yang berbeda tokoh utamanya, pada dasarnya mengutamakan

dengan progressivisme mengenai pendidikan dan lima hal. Pertama, kurikulum hendaknya disusun

kebudayaan. Jika progressivisme menganggap berdasarkan pengalaman edukatif, eksperimental,

pendidikan yang penuh fleksibelitas, serba terbuka tersusun secara teratur dan tidak dipaksakan

untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan mengikuti selera pembuat kurikulum. Kedua, guru

doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat harus mempunyai kelebihan dalam bidang ilmu

berubah dan berkembang, maka aliran pengetahuan dan menguasai bidang tersebut. Guru

Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan dalam mendidik tidak boleh otoriter kepada anak

yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas didik, tetapi guru seharusnya mengarahkan

dalam segala bentuk dapat menjadi sumber bagaimana cara belajar anak dengan baik

timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah menjalankan fungsinya sebagai penunjuk jalan.

goyah dan kurang terarah dan tidak menentu serta Ketiga anak didik memiliki kesempatan untuk

kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah berkembang, aktif dan kreatif, serta mempunyai

diatas pijakan nilai yang dapat mendatangkan kebebasan beraktualisasi dalam menentukan

kestabilan dan telah teruji oleh waktu, tahan langkah mereka. Keempat, lingkungan merupakan

lama dan nilai- nilai yang memiliki kejelasan dan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam menunjang

terseleksi. Nilai-nilai yang dapat memenuhi keberhasilan dalam pendidikan. Kelima, dalam

adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat proses pendidikan hendaknya metode lebih

yang korelatif, Puncak refleksi dari gagasan ini dikedepankan dari pada materi.

adalah pada pertengahan kedua abad ke sembilan Pendidikan esensialisme merupakan sebuah

belas (Imam Barnadib, 1987). aliran pendidikan yang tidak setuju terhadap
praktek- praktek pendidikan progressivisme,

TABAYYUN: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol 2, No. 1 (2021)| 22


yang mengklaim bahwa pergerakan progresivisme
telah merusak standar- standar intelektual dan
moral diantara kaum muda. Metode yang
digunakan adalah metode tradisional yang
menekankan pada inisiatif guru, guru haruslah
orang terdidik dan dapat menguasai pengetahuan
dan kelas semua itu harus berada di bawah
penguasaan guru. Esensialis menginginkan agar
sekolah berfungsi sebagai penyampaian warisan
budaya dan sejarah yang mengandung nilai-nilai
luhur para filosof sebagai ahli pengetahuan
dimana nilai-nilai kebudayaan itu masih tetap
terjaga dan kekal.

DAFTAR PUSTAKA
Abudin, Nata, Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat.
Wacana Ilmu dan Pemikiran. 1996.
Ahmad, Tafsir, Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi,
Epistimologi dan dan Aksiologi
Pengetahuan. Remaja Rosdakarya. 2004
Abudin, Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta.
Raja Grafindo Persada. 2003
Imam, Barnabid, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan
Metode, Yogyakarta, Andi Offset, 1988.
Imam, Muis. Pendidikan Partisipatif
Menimbang Konsep Fitrah dan
Progresivisme John Dewey, Yogyakarta:
Safira Insani Press,2004.
Imam, Barnadib. Filsafat Pendidikan, Sistem
dan Metode. Yogyakarta. 1987, hlm 29.

TABAYYUN: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol 2, No. 1 (2021)| 23

Anda mungkin juga menyukai