Anda di halaman 1dari 3

Landasan Filosofi Pengembangan Kurikulum

(Essensialisme, Progresivisme, Perenialisme, Rekonstuktivisme)


1. Essensialisme
Essensialisme merupakan sebuah paham yang berorientasi pada masa lalu yang menunjukkan
tujuan adanya pendidikan yang merujuk pada kebudayaan lama yang bersifat tradisional atau back
to basic (praktis dan logis) yang berkaitan dengan disiplin mental (essensial) seperti membaca,
berhitung dan menulis. Essensialisme menekankan pada pentingnya peserta didik dalam
bermayarakat serta peningkatan kesejahteraan umum dengan cara penekanan pada penguasaan
ketrampilan, pengetahuan dan konsep – konsep essensial sebagai bentuk penguasaan materi
pembelajaran seperti penguasaan materi kurikulum dasar (general education); filsafat,
matematika, IPA, sejarah, bahasa, seni, dan sastra yang diperlukan dan mampu mengembangkan
pikiran peserta didik. Pada aliran essensialisme pembelajaran berpusat pada inisiatif guru,
sehingga guru harus menguasai bidang studinya dan diharapkan guru memiliki otoritas di dalam
perannya. Dalam essensialisme peran guru juga sebagai model contoh yang nantinya akan menjadi
panutan untuk peserta didiknya. Contohnya dalam konteks memelihara dan menyampaikan
warisan budaya guru bias menyampaikan budaya displin , berpakaian rapid an sopan.
2. Prograsivisme
Progresivisme dalam pendidikan merupakan suatu sarana yang dapat di gunakan sebgai
pengembnagan kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk
kehidupannya secara praktis tetapi modern (mengikuti perkembangan yang ada). Progresivisme
memberikan pengajaran yang bersifat eksperimental serta adanya susunan yang teratur.
Progresivisme memberikan kebebasan kepada peserta didik dengan cara menstimulus kegiatan –
kegiatan yang dapat menumbuhkan inisiatif, kreatifitas dan ekspresi pada peserta didik.
Memberikan banyak pengalaman kepada peserta didik dalam upaya pemecahan masalah yang
nantinya akan dihadapi sehari – hari juga juga merupakan salah satu tujuan progresivisme.
Pengajaran yang dilakukan didalam system progresif juga mengacu kepada minat peserta didik
dengan bantuan guru atau pembimbing yang bertugas membimbing dan juga mengarahkan
sehingga peserta didik dapat secara mandiri mampu memecahkan masalah yang ada di dalam
kehidupan (problem solving). Aliran filsafat ini juga menekankan pada “how to think” bukan
“what to think” sehingga lebih bersifat interdisipliner.
3. Perenialisme
Aliran filsafat perenialisme menekankan pada kebenaran, keabadian, keidealan, dan keindahan
serta pengetahuan dianggap lebih penting dari pada kegiatan yang bersangkutan di setiap harinya.
Perenialisme menunjukkan pada kebenaran yang bersifat absolut, universal dan tidak terikat baik
tempat maupun waktu yang ada sehingga bisa dikatakan aliran perenialisme ini sebagai filsafat
atau paham yang berorientasi pada masalalu.
Kurikulum perenialisme berpusat pada mata pelajaran yang cenderung menitik beratkan pada;
sastra, matematika,bahasa humaniora termasuk sejarah. Pendidikan menurut filsafat perenialisme
adalah membangun mata pelajaran yang umum, liberal, dan humanistik. Adapun prinsip yang ada
pada aliran perenialisme yaitu:
a. Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu dan orang
b. Pendidikan yang baik melibatkan pencarian, pemahaman atas kebenaran
c. Kebenaran dapat ditemukan dalam karya karya agung
d. Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
4. Rekontruksivisme
Aliran rekontruksivisme merupakan suatu aliran yang berusaha meromba tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Secara keseluruhan paham ini
hamper sama dengan aliran perenialisme, keduanya beranggapan atau memandang bahwa zaman
sekarang memiliki kondisi kebudayaan yang sudah terganggu. Filsafat rekontruksivisme juga
merupakan lanjutan dari adanya aliran progresivisme, menekankan pada peradaban manusia di
masa depan, pemecahan masalah, berpikir kritis, dan lainnya (hasil belajar daripada proses).
Aliran rekontruksivisme merupakan model yang sering di gunakan dalam banyak proses
pengembangan kurikulum (rencana dan kegiatan). Rekontruksivisme menjadikan pengetahuan
bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi kenyataan kegiatan yang bersubjek
(kogintif,konsep,dan struktur) yang penting dlam pnegetahuan. Sedangkan pengetahuan sendiri
dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Dan struktur konsepsi akan membentuk pengetahuan
apabila adanya pengalaman – pengalaman yang pernah didapatkan oleh seseorang tersebut.

Menurut saya jika dilihat dari tujuan dan kebijakan pendidikan indonseia sekarang ini maka
landasan filsafat yang paling cocok adalah landasan Progresivisme. Tujuan pendidikan progresivisme
yang menekankan pada pengalaman empiris sehingga peserta didik dapat selalu belajar dimana saja,
dengan maksud lain peserta didik mampu belajar dari pengalaman – pengalaman yang ada ( problem
solving) dengan system pembelajaran yang bersifat riil atau sesuai dengan kenyataan, di dalam pedidikan
hal tersebut bias dibantu oleh pendidik. Konsep problem solving yang digunakan dapat menjadi dasar
kemampuan peserta didik dalam memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupannya baik masalah
pribadi maupun kehidupan bersosial dengan lingkungan sekitar yang sering terjadi proses perubahan.
Progresivisme sendiri berarti progress atau pengalaman yang terus menerus (berpikir secara ilmiah).
Dalam konteks pendidikan Indonesia, progresif sangat pas dengan tujuan yang hendak dicapai pendidikan
Indonesia. Menurut Undang – Undang No. 20 Taun 2003 tentang system pendidikan nasional disebutkan
bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulis, sehat, berilmu,cakap,kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Jadi berdasarkan hal
tersebut aliran progresivisme dianggap sejalan denga tujuan pendidikan yang ada di Indonesia.

Relevansi antara progresivisme dengan pendidikan di Indonesia juga terlihat dari pengembangan
dari salah satu kurikulum yang pernah di gunakan di Indonesia sendiri, yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum
2013 di maknai sebagai kurikulum yang mengembangkan kemampuan soft skill dan hadr skill yang
dimiliki peserta didik (berupa ketrampilan dan pengetahuan). Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
saitifik (mengamati,bertanya,mengumpulkan informasi,menalar,berkomunikasi) yang menekankan pada
pemecahan sebuah masalah problem solving yang sama atau sejalan dengan tujuan aliran progresivisme.

Anda mungkin juga menyukai